• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) Dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) Dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENSOSIALISASIKAN JILBAB BERCADAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Rizky Nurul Ambia 1112051000057

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

1112051000057

Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar

Perkembangan budaya yang semakin pesat membuat jilbab menjadi diterima oleh masyarakat, namun tidak demikian dengan cadar. Cadar merupakan penambah untuk penutup wajah sehingga hanya terlihat mata saja. Fungsi cadar mengalami pergeseran makna akhir-akhir ini, apalagi paska aksi terorisme. Masyarakat memiliki pandangan bahwa wanita bercadar merupakan sekelompok orang yang tertutup serta sebagai aliran atau kelompok keras. Di sisi lain, jilbab bercadar yang mereka kenakan merupakan simbol ketaatan kepada Allah dan menjaga perempuan agar tidak menjadi fitnah laki-laki yang bukan mahramnya.

Berdasarkan konteks diatas, maka muncullah pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian nya adalah Bagaimana perumusan strategi komunikasi komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar? Bagaimana implementasi strategi komunikasi komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar? Bagaimana evaluasi strategi komunikasi komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?

Strategi yang dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar yaitu dengan cara melakukan pendekatan diri dan peduli dengan kehidupan sekitar sehingga masyarakat lebih mengenal dan nyaman dengan cadar serta berkurangnya stigma terhadap wanita yang menggunakan jilbab bercadar.

Secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu: Pertama, perumusan strategi. Tahapan ini merupakan langkah-langkah yang harus diambil dalam perencanaan komunikasi. Yang kedua, Implementasi strategi. dalam tahapan ini berjalannya proses pelaksanaan strategi serta memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan sumber daya manusia dengan kinerja organisasi. Dan yang ketiga, evaluasi strategi. Tahapan ini untuk mengukur sejauh mana strategi itu dicapai.

Metode yang digunakan penulis adalah metode analisis deskriptif melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dari kegiatan mensosialisasikan jilbab bercadar yang dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB).

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas WIB sudah sepenuhnya dilakukan. Tahapan awal yang dilakukan yaitu perumusan strategi, berupa memahami sasaran komunikasi, penyusunan pesan dan penetapan metode. Selanjutnya dalam tahap implementasi strategi, tertuang dalam beberapa program kegiatan yang berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang baik dari masyarakat. Namun saat ini ada 2 program yang tidak berjalan lancar, karena terhambat oleh kesibukan para anggota dan SDM yang kurang memadai dalam mengkoordinir. Adapun kegiatan yang tidak termasuk dalam program kegiatan sosialisasi cadar tetapi memberikan dampak yang baik bagi internal WIB.

(6)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, kasih sayang dan karunia-Nya sehingga dapat mencurahkan selalu nikmat sehat dan panjang umur dan atas izin-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillah, berkat usaha dan do’a skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) Dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar” dapat penulis selesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Beribu-ribu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(7)

selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi untuk mencapai hasil yang lebih baik.

5. Bapak/Ibu seluruh staf pengajar di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwan dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

6. Bapak/Ibu seluruh staf dan karyawan tata usaha bidang kemahasiswaan, administrasi, keuangan dan kepustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis.

7. Bapak/Ibu seluruf staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal peminjaman buku-buku yang digunakan sebagai referensi dan literatur dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 8. Bapak H.Samino AZ dan Ibu Siti Rodiyah serta Kakak dan Adik saya yaitu Putik Rizky dan Rizky Noor Firdaus terima kasih untuk semua do’a, kesabaran, pengorbanan dan dukungan yang tak ternilai kepada penulis. 9. Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) selaku narasumber - Ummu

Nida, Akhwan Dian, Ukhty Maryam, Ukhty Fitriyani, Ukhty Farah. Terima kasih banyak sudah membantu penulis dan bersedia meluangkan waktunya.

(8)

atas kebersamaan dan kekompakannya selama berada di Desa Kedung Kec. Gunung Kaler.

12.VOC UIN JAKARTA – Ka Rifki, Ka Riezky, Ka Putra, Ka Besar, Ka Gina, Ka Nanda, Ka Ika, Wita, Puji. Terima kasih atas pembelajaran yang sudah diberikan kepada penulis.

13.Komunitas AIR FILM – Bang Lebe, Bang Yusli, Bang Arga, Ka Wulan, Ka Ikoh, Zoupi, Nina, Tamya, Imi, Nowe, Fani, Sulis, Alya, Dede, Donny serta sineas angkatan 2014 dan 2016. Terima Kasih atas pembelajaran yang sudah diberikan kepada penulis.

14.Riri, Putri, Sarah Hanan, Icha, Ira, Eka, Ulan, Arin, Ole, Rahman, Pipit, Dita, Devi Feria, Keke, Devi N, Lulu, Wirna, Ryan, Ibnu yang selalu memberikan do’a serta dukungan yang membuat semangat penulis.

Akhir kata penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada para pembaca dan khususnya bagi diri penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 30 September 2016

(9)

ABSTRAK ... .i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Penelitian... 8

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Strategi ... 17

1. Pengertian Strategi ... 17

2. Tahapan – Tahapan Strategi ... 19

B. Komunikasi ... 21

1. Pengertian Komunikasi... 21

2. Komponen Dasar Komunikasi ... 23

C. Strategi Komunikasi ... 25

3. Pengertian Strategi Komunikasi ... 25

4. Fungsi Strategi Komunikasi ... 27

5. Langkah- Langkah Strategi Komunikasi ... 27

D. Sosialisasi ... 32

1. Pengertian Sosialisasi ... 32

2. Agensi Sosialisasi ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM A. Pengertian Jilbab dan Sejarah Tradisi Cadar ... 35

1. Pengertian Jilbab ... 35

(10)

B. Latar Belakang Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) ... 41

1. Sejarah Terbentuknya ... 41

2. Visi-Misi ... 43

3. Logo ... 44

4. Fungsi ... 45

C. Organisasi Wanita Indonesia Bercadar (WIB) ... 45

1. Kepengurusan... 45

2. Program Kegiatan ... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Perumusan Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar ... 49

B. Implementasi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar ... 58

C. Evaluasi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar ... 75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(11)
(12)

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban hidup manusia telah berubah seiring perkembangan zaman yang semakin pesat, salah satunya adalah mengenai gaya hidup berpakaian. Berbagai alternatif gaya atau mode pakaian ditampilkan setiap harinya. Islam merupakan agama yang memuliakan seorang muslimah dengan cara berpakaian yang menutupi auratnya. Allah SWT. berfirman dalam surat An-Nur ayat 31:













































































































































































































































(13)

yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” 1

Ayat di atas diperuntukkan kepada seluruh kaum perempuan muslim di manapun mereka berada. Meskipun aturan berpakaian tersebut nampak jelas, namun ada beberapa pengecualian dan keringanan bagi perempuan dengan kondisi tertentu. Beberapa alasan logis seorang perempuan muslim diwajibkan menjaga cara berpakaiannya, antara lain untuk mencegah timbulnya fitnah dan menarik perhatian laki-laki yang bukan mahramnya, menjauhkan wanita dari gangguan laki-laki, menjadi keluhuran akhlak perempuan dan memelihara kesucian agama bagi perempuan yang bersangkutan.

Perempuan muslim diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat. Pakaian yang dimaksud bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim adalah pakaian yang dilengkapi dengan penggunaan jilbab. Makna jilbab dalam bahasa Arab adalah pakaian yang lapang atau luas yang menutup aurat wanita.2

Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 59 berikut:



































































“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”3

Dari perkembangan budaya, sampai saat ini jilbab sudah diterima oleh masyarakat. Namun, lain halnya dengan cadar. Cadar merupakan penambah untuk

1

Mushaf Al-Qur’an Terjemah, surat An-Nur: 24:31, (Jakarta: Al-Huda, 2002).

2

Mulhandy Ibn.Haj., Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab (Yogyakarta: Espe Press, 1992), h. 5.

3

(14)

penutup wajah sehingga hanya terlihat mata saja. Sebagian besar pengguna cadar beranggapan bahwa seorang wanita harus menutup sebagian wajah mereka dan hanya menyisakan kedua matanya saja.4 Dasar dari penggunaan cadar adalah untuk menjaga perempuan sehingga tidak menjadi fitnah dan menarik perhatian laki-laki yang bukan mahramnya.5

Ada perbedaan pendapat mengenai wajib atau tidaknya penggunaan cadar. Pendapat pertama mengatakan bahwa niqab (cadar) tidak termasuk syariat agama Islam, dan justru hanya adat istiadat Timur Tengah saja, bahkan secara tegas pendapat ini mengatakan niqab adalah bukan ibadah. Sementara jika merujuk pada jumhur salafi-wahhabi, mempunyai dua pendapat, pertama menyatakan jika wajah adalah aurat. Sementara dalam pendapat terakhir, Ibn Hanbal tidak menyatakan wajah sebagai aurat.6 Dalam hal ini, dari sisi wanita bercadar itu

sendiri menyikapi dengan bijak adanya perbedaan tentang hukum cadar seperti sunnah ataupun wajib.7

Masyarakat pun sebaiknya demikian, dapat menerima dengan baik sunnah yang dilakukan oleh wanita yang menggunakan cadar.

Akan tetapi, fungsi cadar mengalami pergeseran makna akhir-akhir ini. Apalagi paska aksi terorisme di Indonesia.8

Wanita bercadar serta merta memiliki keterbatasan baru, tidak hanya harus menerima ‘kodrat’ sebagai perempuan, bentuk diskriminasi baru, baik secara eksplisit maupun implisit menjadi hal yang tak terelakkan artinya wanita bercadar mengalami diskriminasi berganda.

4

Mulhandy Ibn.Haj., Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab, h. 6.

5

Indra Tanra, “Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar,” Jurnal Equilibrum, FKIP Unismuh Makassar, Volume II No. 1, Januari 2015, h.117.

6

Mutiah, “Dinamika Komunikasi Wanita Arab Bercadar,” Jurnal Penelitian Komunikasi, FISIP Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Vol. 16 No. 1, Juli 2013, h.58.

7

http://www.wanitaindonesiabercadar.com, diakses pada 16 Maret 2016, pukul 15.00 WIB.

8

(15)

Keberadaan wanita bercadar masih belum dapat diterima secara penuh oleh masyarakat, terdapat persepsi negatif terhadap wanita bercadar. Masyarakat memiliki pandangan bahwa wanita bercadar merupakan sekelompok orang yang tertutup serta sebagai aliran atau kelompok keras, sehingga penggunaan pakaian bercadar dianggap mengganggu proses hubungan antar pribadi masyarakat.9

Wanita bercadar akhirnya tidak memiliki tempat di masyarakat.

Padahal jilbab yang disertai dengan cadar yang mereka kenakan merupakan simbol ketaatan kepada Allah SWT. Selain itu, cadar dijadikan sebagai pelindung ekstra dalam ruang sosial mereka termasuk di kota yang telah menuju metropolitan dengan mayoritas tidak menggunakan cadar. Maka dari itu, dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat agar penggunaan cadar ini tidak disalah artikan dan diterima oleh masyarakat sebagai hal yang positif.

Hal inilah yang menjadi dasar founder (Pendiri) Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) Ummu Nida beserta para chapter (cabang perhimpunan) yang tersebar di Indonesia. Walaupun ditengah-tengah perdebatan wajib atau tidaknya penggunan cadar. Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) saling bahu membahu mensosialisasikan jilbab bercadar kepada para wanita muslimah, agar penggunaannya tidak disalah artikan seperti halnya menganggap bahwa wanita bercadar pengikut salah satu kelompok keras, serta membuktikan walaupun wanita menggunakan cadar tidak akan menghambat hubungan dengan masyarakat di sekitarnya.

Komunitas wanita Indonesia bercadar merupakan salah satu pelopor komunitas bercadar di Indonesia. Komunitas ini merupakan komunitas muslimah

9

(16)

yang didirikan pada 1 September 2014 dengan tujuan menjadi sarana dakwah untuk mensosialisasikan jilbab berikut cadar, agar masyarakat lebih mengenal dan nyaman dengan sunnah cadar, mencoba meminimalisir stigma negatif yang melekat pada wanita bercadar serta masyarakat dapat memahami bahwa cadar itu dipakai untuk menjaga diri.10 Dalam melakukan kegiatan dakwahnya, Wanita

Indonesia Bercadar (WIB) menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai rujukan utama. Selain itu juga komunitas WIB ini memiliki visi mensosialisasikan jilbab berikut cadar sehingga menjadi pakaian muslimah dan berkurangnya stigma negatif yang beredar di masyarakat.11

Komunitas Wanita Indonesia Bercadar ini mengalami kesulitan karena, masyarakat masih tidak perduli terhadap hal tersebut. Maka dari itu, dalam melakukan kegiatan sosialisasi ini harus memiliki suatu strategi yang efektif. Strategi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (management communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, tergantung kepada situasi dan kondisi. Bisa dikatakan, dalam menentukan sebuah langkah, sangat diperlukan strategi komunikasi sebelumnya. Agar pesan dapat tersampaikan secara efektif hingga tercapainya tujuan secara umum.12

Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa adanya strategi, karena

10

Wawancara Pribadi dengan anggota WIB Depok Ukhty Farah, Depok, 10 Juni 2016.

11

http://www.wanitaindonesiabercadar.com, diakses pada 15 Maret 2016, pukul 16.00 WIB.

12

(17)

pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak lepas dari strategi. Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi, dan tenaga. Maka dari itu, strategi komunikasi sangat dibutuhkan agar kegiatan sosialisasi ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang sudah direncanakan.

Dari beberapa pernyataan di atas, untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan penutup wajah bagi wanita muslimah sehingga hanya terlihat mata saja. Dengan alasan inilah dapat dibahas masalah yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah, maka penulis memfokuskan pada kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan strategi komunikasi yang digunakan oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar.

2. Rumusan Masalah

(18)

a. Bagaimana perumusan strategi komunikasi yang digunakan komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?

b. Bagaimana implementasi strategi komunikasi yang digunakan komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?

c. Bagaimana evaluasi strategi komunikasi yang digunakan komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian, sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah yang penulis paparkan diatas, maka ada beberapa tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini, antara lain:

a. Untuk mengetahui perumusan strategi komunikasi yang digunakan oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar.

b. Untuk menganalisis implementasi strategi komunikasi yang digunakan oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar .

(19)

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam bidang studi dakwah dan komunikasi, khususnya dalam kajian yang berkaitan dengan strategi komunikasi.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, masukan dan pendapat bagi penulis dan khususnya untuk komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) agar lebih baik dalam mensosialisasikan jilbab bercadar dari sebelumnya, sehingga muslimah Indonesia tergugah hatinya lebih menutup diri sesuai syari’at Islam. Serta menambah ilmu bagi mahasiswa dakwah dan komunikasi yang berminat dalam kajian komunikasi pada umumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah. Maka langkah awal yang penulis lakukan adalah mengkaji lebih dahulu terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Adapun setelah penulis mengadakan suatu tinjauan kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa judul yang penelitiannya memiliki kemiripan dengan apa yang penulis teliti. Judul-judul tersebut antara lain:

(20)

Lasswell yang menyatakan bahwa proses komunikasi yang unggul adalah dengan menjawab pertanyaan :”who says what in which channel to whom with what effect?” komunikasi ini akan berjalan lancar dan sesuai sasaran bila setiap komponen yang dikatakan Lasswell dipadukan. Strategi yang digunakan adalah dengan media atau komunikasi secara langsung.13

Popy Oktarini menyimpulkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan oleh Majelis Dhuha dalam mensosialisasikan program adalah menggunakan teori Harold D. Laswell bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek, dalam hal ini Majelis Dhuha menggunakan beberapa media diantaranya adalah brosur, koran, televisi, dvd dan buku.14

Nany Suuryaningsih menyimpulkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan Layanan Kesehatan Umat dalam mensosialisasikan program wakaf tunai ambulance plus adalah menggunakan model perencanaan strategi komunikasi lima langkah dimana dalam model ini terdiri atas lima tahap yakni: penelitian (research), perencanaan (plan), pelaksanaan (execute), pengukuran/evaluasi (measure) dan pelaporan (report).15

13

Dian Putra, “Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan Busana Islami,” (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta,2011), hal i.

14

Popy Oktarini, “Strategi Komunikasi Majelis Dhuha Nasional dalam Mensosialisasikan Program Majelis Dhuha,” (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta, 2013), hal i.

15

(21)

E. Metodologi Penelitian

1. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu metode penelitian dengan pengamatan langsung yang bersifat interaktif dan memaparkan sesuai data yang didapat. Menurut Bogdan dan Taylor metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.16

Metodologi penelitian kualitatif mempunyai kelebihan yaitu penulis dengan narasumber dapat berperan aktif dalam penelitian ini. Responden dalam metode kualitatif berkembang terus untuk bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan dan sumber data berada dalam situasi yang wajar, tidak dimanipulasi oleh angket atau hasil tidak dibuat-buat.

Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat non kuantitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara dan pengamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.17

16

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4.

17

(22)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) sedangkan objek pada penelitian ini adalah strategi komunikasi komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam sosialisasikan jilbab bercadar.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari pertengahan Maret sampai dengan awal September 2016. Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan di jl. RTM Raya, Gg. H. Salim rt 03/01, Kelapa Dua Kel. Tugu Kec. Cimanggis, Kota Depok – 16451.

4. Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan data primer dan sekunder. Berikut penjelasannya:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek peneliti perorangan, kelompok dan organisasi.18 Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara. Penggunaan teknik wawancara yaitu memperoleh keterangan secara mendetail untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai. Disini peneliti mendapatkan informasi dari pihak komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) yaitu founder-nya bernama Ummu Nida, suami Ummu Nida bernama Dian Hendriyana selaku IT WIB, ketua chapter Depok bernama Ukhty Maryam, ketua chapter Jakarta bernama Ukhty Fitriyani dan seorang member Wanita Indonesia

18

(23)

Bercadar (WIB) yaitu Ukhty Farah. Serta mendapat informasi dari Likers Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar bernama Novitakiers dan Muslimah yang hadir saat kopi darat bernama Iyah.

b. Data Sekunder

Memperoleh data dalam bentuk yang sudah tersedia melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan oleh komunitas atau instansi-instansi. Dalam hal ini sekunder yang diperoleh adalah catatan-catatan, dokumen-dokumen, brosur dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara penelitian lapangan atau survey, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:

a. Observasi

Observasi ini dilakukan langsung dengan mengadakan pengamatan langsung dengan mendatangi tempat berkumpul komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) yang berada di jl. RTM Raya, Gg. H. Salim rt 03/01, Kelapa Dua Kel. Tugu Kec. Cimanggis, Kota Depok pada tanggal 30 Mei 2016. Sebelumnya penulis mengadakan pengamatan dalam acara “Kopdar Muslimah Se-Jabodetabek” pada hari Minggu, 20 Maret 2016 di Masjid Kubah Emas

Depok. Selanjutnya melakukan pengamatan tambahan dalam acara Tabligh Akbar

(24)

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam metode survey melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden (subjek). Hal ini bertujuan untuk memberikan keleluasan pada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan agar tetap terarah pada masalah yang akan dibahas. Melakukan wawancara dengan pihak komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) yaitu founder-nya bernama Ummu Nida, suami Ummu Nida bernama Dian Hendriyana selaku IT WIB, ketua chapter Depok bernama Ukhty Maryam, ketua chapter Jakarta bernama Ukhty Fitriyani dan seorang member Wanita Indonesia Bercadar (WIB) yaitu Ukhty Farah. Serta mendapat informasi dari Likers Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar bernama Novitakiers dan Muslimah yang hadir saat kopi darat bernama Iyah. Dengan menggunakan metode ini, peneliti memperoleh data yang sebenarnya dari narasumber secara utuh dan laporannya secara deskriptif dalam bentuk kata yang diperoleh dari hasil wawancara yang sudah dilakukan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses pengumpulan dan pengambilan data berbentuk gambar seperti foto kegiatan yang telah dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar atau sebagainya yang berkaitan dengan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan upaya mencari data dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.19 Analisis data kualitatif

19

(25)

dimulai dari melakukan analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan.

Tujuan analisis data ialah mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang harus diperbaiki.

Analisis data ini dilakukan dengan metode deskriptif dimana metode ini menggambarkan apa adanya dengan sesuai situasi dan kejadian. Analisis data ialah kegiatan analisis mengkategorikan data untuk mendapatkan pada hubungan, tema, serta menyampaikan atau melaporkan apa yang bermakna kepada orang lain.20

Selain menggunakan metode deskriptif, analisis data ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data dari hasil wawancara disertai dengan observasi. Penulis merasa terbantu dengan hal ini, agar menunjang dan memperkuat data yang sudah ada dengan apa yang narasumber katakan.

7. Pedoman Penulisan

Pedoman dalam teknik penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. 21

20

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, h. 120

21

(26)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka penulis membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan pemilihan judul, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum mengenai konsep strategi, tahapan-tahapan strategi, konsep komunikasi, komponen dasar komunikasi, konsep strategi komunikasi, langkah-langkah strategi komunikasi, konsep sosialisasi dan agen sosialisasi.

BAB III : GAMBARAN UMUM

Bab ini berkenaan dengan gambaran umum yang mencakup tentang Komunitas Wanita Indonesia Bercadar yang meliputi: Pengertian Jilbab dan Sejarah Tradisi Cadar, Latar Belakang Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) berupa Sejarah Terbentuknya, Visi-Misi, Logo, Fungsi dan Organisasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) berupa Kepengurusan dan Program Kerja.

BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA

(27)

Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian.

BAB V: PENUTUP

(28)

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini organisasi harus mempunyai sebuah jalan yang mengarahkan pada tujuan. Jalan disini disebut dengan sebuah strategi, harus menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, tergantung kepada situasi dan kondisi. Bisa dikatakan, dalam menentukan sebuah langkah, sangat diperlukan strategi komunikasi sebelumnya. Agar pesan dapat tersampaikan secara efektif hingga tercapainya tujuan secara umum. 1

Stephen Robbins mendefinisikan strategi sebagai penentuan tujuan jangka panjang organisasi dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan.2 Dengan adanya strategi yaitu sebagai cara untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, baik jangka panjang maupun jangka pendek dalam mencapai hasil akhir yang efektif. Dalam menjalankan strategi perlu adanya tindakan-tindakan yang dilakukan serta sumber-sumber yang menjadi faktor pendorong dalam mewujudkan tujuan organisasi.

1

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29.

2

(29)

Quinn menyatakan agar suatu strategi dapat efektif dilaksanakan dalam sebuah program, harus mencakup beberapa hal, antara lain objektif, memelihara inisiatif, konsentrasi, fleksibelitas, kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang memiliki komitmen dan terkoordinasi, kejujuran, dan keamanan. Strategi harus menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukan bereaksi terhadap satu peristiwa. Selain itu, strategi juga mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi penting organisasi.3

Strategi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi suatu masalah yang menghambat komunikasi dapat datang sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa.

“Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.”4

Penetapan sasaran organisasi tidak hanya meningkatkan faktor internal, melainkan faktor eksternal juga harus bisa diperhatikan dan ditingkatkan. Faktor eksternal merupakan faktor pendukung diluar faktor internal. Hal ini dilakukan agar implementasi dapat berjalan lancar sehingga tujuan organisasi akan tercapai sesuai rencana.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi, maka penulis menarik kesimpulan bahwa strategi merupakan suatu proses perencanaan terhadap suatu hal untuk mencapai suatu tujuan yang

3

Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 116.

4

(30)

diharapkan, dengan menggunakan langkah-langkah yang jitu secara sistematis, efektif dan efesien. Strategi menjadi acuan untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan.

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi, tenaga dan juga tujuan yang diinginkan pun tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, strategi juga merupakan rahasia yang harus disembunyikan oleh para perencanaan. Secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:5

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategi, memahami adanya peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari dan melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. Dalam merumuskan strategi dilakukan dengan mengembangkan tujuan-tujuan apa saja yang akan dicapai dan merumuskan strategi lainnya termasuk mengatasi faktor eksternal dan internal. Selanjutnya memilih strategi alternatif dan strategi yang

5

(31)

akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan, serta menentukan sikap untuk mengambil keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi yang tertuang dalam budaya organisasi, jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Dalam implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang akan ditampilkan melalui penetapan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan komunikasi dan mempersiapkan anggaran atau dana untuk berjalannya proses pelaksanaan strategi dan organisasi, serta mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan sumber daya manusia dengan kinerja organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Setelah tahap strategi dilaksanakan, maka yang terakhir di lakukan dari strategi adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang dapat dicapai dan dapat diukur untuk menetapkan tujuan berikutnya, evaluasi menjadi tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.

(32)

dalam tahap ini kita bisa melihat proses strategi yang sudah dijalankan. Mengukur hasil, sesuai atau tidaknya dengan yang diharapkan dengan kenyataan. Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan pelaksanaan dari rencana. Setelah itu harus segera mengambil langkah korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal-usul katanya, yaitu berasal dari bahasa Latin, communication, kata ini bersumber pada kata comminis, yang artinya sama makna, sama makna disini maksudnya sama makna atau sama arti. Berarti komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan.6

Sedangkan secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.7 Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

Carld L. Hoveland mengatakan bahwa Komunikasi adalah proses ketika seorang individu (komunikator) mentransfer stimuli (menggunakan

6

Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 34.

7

(33)

lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang lain.8 Dalam definisi Hoveland ini, komunikasi bukan hanya penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, melainkan juga mengubah sikap sang komunikan. Contohnya seorang ustad yang memberikan tausiyahnya disebuah majelis.

Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid, menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.9Komunikasi merupakan proses sosial dimana komunikasi melibatkan manusia untuk selalu berinteraksi satu sama lain, sehingga mencapai suatu pemahaman yang sama.

Louis Forsdale mengatakan bahwa “Communication is the process by which a system is established, maintained and altered by means of shared signals that operate according to rules.” Komunikasi adalah proses memberikan signal menurut aturan tertentu sehingga suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada definisi ini, komunikasi juga dipandang sebagai proses. Kata signal berupa verbal dan nonverbal yang mempunyai aturan tertentu. Dengan adanya aturan ini, orang yang menerima signal dapat memahami maksud dari signal yang diterimanya. Misalnya, setiap bahasa mempunyai aturan tertentu, baik bahasa lisan, tulisan maupun bahasa isyarat. Apabila orang yang mengirimkan signal menggunakan bahasa yang sama

8

Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 31

9

(34)

dengan orang yang menerima, penerima dapat memahami maksud dari signal tersebut.10

Berdasarkan definisi tersebut, pada hakikatnya komunikasi merupakan proses. Istilah proses, artinya bahwa komunikasi berlangsung melalui tahap tertentu secara terus-menerus. Proses komunikasi merupakan proses yang dilakukan secara timbal balik karena pengirim dan penerima saling memengaruhi satu sama lain. Pengirim pesan dapat berupa seorang individu, kelompok atau organisasi. Demikian pula penerima pesan. Perubahan tingkah laku, artinya perubahan yang terjadi di dalam diri individu, mungkin dalam aspek kognitif, afektif atau psikomotor.

2. Komponen Dasar Komunikasi

Ada empat komponen dalam komunikasi, yaitu orang yang mengirimkan pesan, pesan yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui pesan dari pengirim kepada penerima, dan penerima pesan. Karena komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik, komponen output perlu ada dalam proses komunikasi. Dengan demikian, komponen dasar komunikasi sebagai berikut:11

a. Pengirim Pesan (Komunikator)

Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirimkan pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak pengirim pesan. Oleh sebab itu, sebelum mengirimkan pesan, pengirim harus membuat pesan yang akan dikirimkannya. Membuat pesan adalah menentukan arti yang akan

10

Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 32.

11

(35)

dikirimkan kemudian menyandikan (encode) arti tersebut dalam suatu pesan. Setelah itu, dikirimkan melalui saluran.

b. Pesan

Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada penerima. Pesan dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis, seperti surat, buku, dan pesan secara lisan, seperti percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon dan sebagainya. Adapun pesan yang nonverbal dapat berupa isyarat gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan umpan balik (feed back) dari komunikan.

c. Saluran dan Media Komunikasi

Saluran merupakan jalan berlalunya pesan dari komunikato kepada komunikannya. Ada dua jalan agar pesan komunikator sampai pada komunikannya, yaitu tanpa media yang berlangsung tatap muka dan komunikasi yang menggunakan media. Media yang dimaksud aialah media komunikasi, artinya ini menggunakan teknologi media komunikasi.

d. Penerima Pesan (Komunikan)

Penerima pesan adalah orang yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Umpan balik dari penerima pesan memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang di utarakan oleh pengirim pesan (komunikator).

e. Output

(36)

interpretasi pesan yang dikirimkan dengan hal-hal yang dimaksudkan oleh pengirim. Apabila arti pesan yang dimaksudkan oleh pengirim diinterpretasikan sama oleh penerima, berarti komunikasi tersebut efektif.

C. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan keseluruhan perencanaan, taktik dan cara yang akan dipergunakan oleh kelompok atau organisasi untuk melancarkan komunikasi dengan memerhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.12

“Seorang pakar perencanaan komunikasi, Middleton membuat definisi mengenai strategi komunikasi dengan menyatakan bahwa Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.”13

Strategi komunikasi yang dilakukan dalam suatu kelompok atau organisasi yang terpenting adalah peran antara penerima pesan (komunikan) dan pemberi pesan (komunikator) dan pesan (message), ketiga unsur kecil ini akan membantu jalannya strategi komunikasi dengan didukung unsur-unsur lainnya. Hal ini dibuat untuk mencapai suatu tujuan komunikasi yang efektif.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi komunikasi merupakan perencanaan dan taktik yang dibuat sedemikian rupa yang akan dilaksanakan oleh kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga jika ada perubahan atau faktor penghambat

12

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 65-66.

13

(37)

dalam proses komunikasi. Komunikator bisa mengambil langkah atau tindakan yang lain dengan tepat. Sehingga strategi komunikasi yang sudah di rencanakan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut R. Wayne Peace, Brend D. Petterson dan M. Dallas Burnet dalam bukunya Techniques for effective communication, seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, tujuan sentral strategi komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama yaitu:

a. To secure understanding : memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterima, andaikan sudah dapat dimengerti dan menerima maka penerimaannya itu harus dibina.

b. To establish acceptance : setelah komunikan mengerti dan menerima pesan, maka pesan ini harus dilakukan pembinaan.

c. To motivation action : setelah penerimaan itu dibina maka kegiatan ini harus dimotivasikan.14

Tiga tujuan ini sangat berkaitan erat, karena yang pertama To secure understanding: memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikan sudah dapat mengerti dan menerima maka penerimaannya itu harus dibina (To establish acceptance), yang pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (To motivation action).

2. Fungsi Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi sangat dibutuhkan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh

14

(38)

strategi komunikasi. Maka dari itu, strategi komunikasi memiliki fungsi ganda, yaitu:

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi bersifat informatif, persuasif, dan instruktif, secara sistematik kepada sasaran komunikasi untuk memperoleh hasil yang optimal.

b. Menjembatani akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasioanalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.15

3. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi

Dalam realitanya melaksanakan strategi komunikasi diperlukan langkah-langkah strategi yang perlu dijalankan untuk menyusun langkah-langkah-langkah-langkah tersebut dibutuhkan suatu landasan pemikiran dengan memperhitungkan konten-konten dalam komponen komunikasi serta faktor pendukung dan penghambat komunikasi. Berikut langkah-langkah dalam strategi komunikasi:16

a. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak merupakan langkah awal yang harus dilakukan komunikator sebagi pelaku strategi komunikasi serta usaha komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi.

15

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 300.

16

(39)

b. Menyusun Pesan

Langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan. Dalam hal ini yang harus dilakukan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Dalam masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagi berikut:

1) Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang di tuju-tuju.

2) Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.

3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.

4) Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.

c. Menetapkan Metode

(40)

Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian dapat dilihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang pertama, semata-mata melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Sedangkan yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung.

Dalam metode penyampaian atau mempengaruhi pesan menurut cara pelaksanaannya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu:

1) Redundancy (Repetition)

Metode redundancy atau repetition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Dengan metode ini banyak manfaat yang dapat ditarik. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru berkontras dengan pesan yang tidak diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.

Manfaat lainnya, ialah bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan hal yang penting yang disampaikan berulang-ulang itu. Selanjutnya dengan metode repetition ini, komunikator dapat memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dalam penyampaian-penyampaian sebelumnya.

2) Canalizing

(41)

kepadanya. Komunikator terlebih dahulu mengenal khalayaknya dan memulai melontarkan idenya sesuai dengan kepribadian, sikap dan motif khalayak atau memulai komunikasinya sesuai dengan di mana khalayak itu berada (start where the audience) kemudian diubah sedikit demi sedikit ke arah tujuan komunikator. Cara inilah yang disebut dengan metode canalizing. Maksudnya komunikator menyediakan saluran-saluran tertentu untuk menguasai motif-motif yang ada pada dari khalayak. Juga termasuk proses canalizing ini ialah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak.

Daniel Larner menyebut Empati, sebagai kesanggupan seseorang melihat diri sendiri di dalam situasi orang lain, dan merupakan kepribadian yang mobil. Artinya mudah menyesuaikan diri dengan kondisi, situasi dan kepribadian orang lain yang dihadapi.

Sedangkan dalam metode menurut bentuk isinya ada beberapa metode yang dikenal yakni diantaranya:17

(a) Informatif. Bentuk pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode) memberikan penerangan. Penerangan disini adalah berupa pesan yang berisikan informasi berdasarkan fakta dan pendapat yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

(b) Persuasif. Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya. Metode persuasif, dengan demikian merupakan suatu cara

17

(42)

untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis.

(c) Edukatif. Metode edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman. Oleh karena itu suatu pernyataan kepada umum dengan memakai metode edukatif ini, akan memberikan pengaruh yang mendalam kepada khalayak kendatipun hal ini akan memakan waktu yang sedikit lebih lama dibanding dengan memakai metode persuasif.

d. Penggunaan Media

Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. Pemilihan media komunikasi pun harus demikian adanya, karena untuk mencapai sasaran komunikasi harus dapat memilih secara tepat media komunikasi yang digunakan, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan digunakan.

(43)

D. Sosialisasi

1. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian menginternalisasikan menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola perilaku dari kebudayaan mereka. Proses sosialisasi berlangsung interaktif dan resiprokal. Dengan proses tersebut, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat.18

Sosialisasi merupakan dasar bagi setiap subsistem dalam sebuah masyarakat yang berjuang untuk melanjutkan dan mempertahankan sebuah sistem yang stabil.19 Dengan begitu, jelas bahwa sosialisasi adalah proses berbaur, mencari tahu, memberi tahu dan interaksi antara satu orang dengan orang lainnya

Kemudian Peter L. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society” atau proses melalui dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota dalam masyarakat.20 Maksudnya adalah seseorang yang berusaha untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya secara jelas dan detail. Dimana saat itu dia berada di tengah orang-orang yang akan berinteraksi padanya dengan memberikan sejumlah informasi.

Sosialisasi merupakan usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik publik, proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya. Sosialisasi juga merupakan

18

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011), h. 880.

19

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 881.

20

(44)

upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat agar tidak disalah artikan.

Sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat.21

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah sebuah proses dimana seseorang belajar melalui berinteraksi antara satu orang dengan orang lainnya, sesuai dengan peran dan status sosial dalam masyarakat sehingga individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita.

2. Agensi sosialisasi

Agensi sosialisasi adalah individu-individu, seperti orang tua dan guru, yang melakukan sosialisasi kepada orang lain. Agensi sosialisasi adalah sekelompok orang, yang setiap anggotanya terus menerus berinteraksi, yang bisa mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang sepanjang hidupnya. Agensi sosialisasi yang paling kita kenal ada empat yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, lembaga pendidikan (sekolah), masyarakat dan Negara serta agen-agen sama lain.22

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila

21

http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-sosialisasi.html diakses pada 22 Mei 2016 pukul 20.00.

22

(45)

pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentang atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.

Dalam melakukan sosialisasi, maka dibutuhkan media sebagai alat berlangsungnya antara lain yaitu media massa. Media massa memiliki berbagai bentuk yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah, bulletin) maupun media elektronik (radio, televisi, film, internet) itu semua merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah banyak orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayak. Peningkatan frekuensi penerapan masyarakat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai suatu agen sosialisasi yang semakin penting.23

23

(46)

A. Pengertian Jilbab dan Sejarah Tradisi Cadar

1. Pengertian Jilbab

Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya Jalabiib artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita.1 Lebih jelasnya jilbab adalah kain mengulur yang menutupi seluruh tubuh dari atas hingga mata kaki.2

Menggunakan pakaian pada dasarnya ialah untuk menutup yang perlu ditutup dan tidak ingin diperlihatkan. Yang ditutup itu adalah badan yakni tempat bersemayamnya ruh atau jiwa. Karena ruh adalah milik Allah semata dan diberikan kepada manusia untuk dijaga baik-baik dan diberikanNya petunjuk untuk menjaganya.3

Jilbab bukan hanya menutup badan, tetapi jilbab menghilangkan rasa berahi yang menimbulkan syahwat. Agar tidak merangsang syahwat, maka hendaklah ditutup segala yang memalukan. Memakai jilbab atau mengenakan kerudung itu hukumnya wajib bagi para muslimah.4 Jilbab merupakan sesuatu hal yang diperintahkan oleh Allah SWT. dan wajib hukumnya untuk digunakan kaum wanita.

1

Mulhandy Ibn.Haj., Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab, h. 5.

2

Ririn Irya dan FP Wanita Indonesia Bercadar, “Generasi Ghuroba’: orang-orang yang terasing,” h. 52.

3 Fuad Mohd. Fachruddin, Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam (Jakarta: CV.

Pedoman Ilmu Jaya, 1984), h. 33.

4

[image:46.612.126.516.177.633.2]
(47)

2. Karakteristik Jilbab

Ada beberapa karakteristik dalam berjilbab sesuai ajaran agama Islam, antara lain:5

a. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

Allah telah melarang para wanita untuk menampakan perhiasan yang ada pada dirinya dan memerintahkan kepada mereka agar memanjangkan jilbab dan kain kerudungnya untuk menutupi perhiasan tersebut. Dengan demikian, jilbab maupun kain kerudung berfungsi sebagai pelindung terhadap perhiasan yang dipakainya agar tidak terlihat oleh pandangan laki-laki asing.

b. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis

Seorang wanita harus memakai pakaian yang terbuat dari bahan yang tebal. Dengan demikian seluruh tubuhnya akan tertutupi dengan sempurna, tidak akan terlihat dari pandangan orang lain, dan akan mencegah dari munculnya fitnah. Apabila pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan yang tipis dan transparan, maka fungsi pakaian tidak lagi ada padanya.

c. Harus Longgar, Tidak Ketat

Selain kain yang tebal dan tidak tipis, maka pakaian tersebut haruslah longgar, tidak ketat, sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh wanita muslimah.

d. Tidak Diberi Wewangian atau Parfume

Perhatikanlah salah satu sabda Nabi saw. berkaitan tentang wanita-wanita yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina. Maka hendaknya kita lebih

5

(48)

hati lagi dalam menggunakan segala jenis bahan yang dapat menimbulkan wewangian pada pakaian yang kita kenakan keluar.

e. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki

Rasulullah telah melarang dan melaknat seorang wanita yang menyerupai laki-laki, baik dalam hal berbusana maupun yang lainnya. Hikmah dilarangnya seorang wanita menyerupai laki-laki bahwa, kesempurnaan seorang wanita terletak pada keteguhannya dalam mengenakan busana yang sudah menjadi ciri khasnya dan atribut perhiasan yang sesuai baginya, hal itu untuk melindungi dan menutupi mereka. Apabila seorang wanita memaksakan diri keluar dari apa yang menjadi ciri khasnya, baik dalam masalah pakaian ataupun yang lainnya, maka ia telah keluar dari fitrah dan kepribadiannya.

f. Tidak Menyerupai Pakaian Wanita Kafir

Dari ‘Abdullah bin “Umar Radiallahu ‘Anhuma, Rasulullah saw. bersabda:

“…dan barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.”6

g. Bukan Termasuk Pakaian Untuk Mencari Popularitas

Hendaklah pakaian itu bukan untuk mencari popularitas. Baik pakaian tergolong mahal untuk berbangga-bangga dengan dunia dan perhiasannya, atau pakaian yang bernilai rendah dan hina untuk memperlihatkan kefakirannya dengan tujuan riya. Namun bukan berarti ia tidak boleh memakai pakaian yang baik atau bernilai mahal. Karena pengharaman di sini berkaitan dengan keinginan mencari popularitas.

6

(49)

3. Sejarah Tradisi Cadar

Cadar sudah dikenal oleh sebagian bangsa Arab sebelum Islam, dan merupakan salah satu model pakaian dan perhiasan wanita. Cadar dikenal manusia pada zaman Rasulullah saw. dan yang dikenal oleh nenek moyang kita di Turki dan Mesir, dan yang dikenal oleh wanita-wanita Badui di perkampungan-perkampungan Saudi dan Mesir, demikian pula sebagian wanita Negara-negara Teluk.7

Setelah islam datang, islam tidak memerintahkannya dan tidak melarangnya, melainkan membiarkannya menjadi tradisi manusia. Sudah dimaklumi, bahwa model pakaian pada umumnya diserahkan oleh syar’i kepada kaum muslim untuk memilihnya sesuai dengan kondisi kehidupan mereka secara geografis dan sosial. Juga yang terpenting mereka mematuhi adab-adab yang telah ditetapkannya, apa pun model yang dipilihnya.

Memakai cadar ini jarang terjadi di dalam masyarakat muslim di Mekah dan Madinah pada zaman Nabi saw. ini berarti bahwa Ummul Mukminin menutup wajah mereka dalam umumnya keadaan mereka dengan penutup selain cadar seperti ujung jilbab. Tetapi apabila mereka hendak keluar dengan sembunyi-sembunyi, mereka memakai pakaian yang tidak biasa, dan memakai cadar itulah yang menyebabkan mereka sembunyi-sembunyi, karena biasa dipakai oleh sebagian wanita Arab pendatang dari luar Mekah dan Madinah, dan jumlah mereka sedikit.

Ada sejenis pakaian yang biasa dipakai oleh golongan elit, ada yang biasa dikenakan oleh masyarakat umum, dan ada pula yang biasa dipakai oleh

7

(50)

pembantu dan bekas budak. Wanita-wanita merdeka dan terhormat berciri khas dengan memakai kain yang menutupi mukanya dengan tersisa matanya saja yaitu niqab (cadar) bersama pakaian yang lain seperti jilbab. Sedangkan wanita miskin atau budak memakai pakaian minim dan membuka wajahnya. Bahkan kadang-kadang membuka kepalanya, seakan-akan sebagai simbol kepapaan. Sebaliknya, bercadar sebagai simbol kemewahan.

Mengenai jilbab,Al-Qur’an telah memerintahkan wanita-wanita merdeka untuk mengulurkannya, agar dengan begitu mereka berbeda dengan wanita budak yang merupakan salah satu lapisan masyarakat pada waktu itu. Sementara itu penyebutan niqab (cadar) tidak pernah datang dari lisan Rasulullah saw., melainkan hanya satu kali saja dalam konteks pelarangan memakainya bagi wanita yang sedang ihram.

Memang benar bahwa Islam tidak melarang memakai cadar dalam berbagai keadaan umumnya. Seandainya Islam melarangnya, berarti ia telah mempersempit wanita yang membiasa-kannya dan menjadikannya sebagai adat kebiasaan, meskipun jumlah mereka sedikit dan jarang ada di kalangan masyarakat muslim. Islam mengakui cadar dan memperbolehkannya

Gambar

GAMBARAN UMUM
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang berjudul “Promosi Board Game Asli Indonesia, Studi Kasus Strategi Komunikasi Kummara Komunitas Game Developer Dalam Upaya

Komunitas motor memang berbeda dengan genk motor, genk cenderung keperkumpulan yang bebas dan tidak terarah tidak ada aturan yang mengikat seseorang yang ada dalam perkumpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Strategi komunikasi yang dibangun komunitas SIPAS dalam mendukung pelestarian

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Strategi komunikasi yang dibangun komunitas Youthkrew Premier League

Manfaat Teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang strategi komunikasi persuasif model AIDDA komunitas Indonesia Tanpa Pacaran Samarinda

Dalam Penelitian ini, penulis mencoba membuat fokus masalah penelitian yang terletak pada strategi komunikasi pada komunitas Quran Indonesia Project dalam proses

Definisi operational strategi komunikasi public relation Radio komunitas Awang-Awang dalam mempertahankan Loyalitas pendengar dalam penelitian ini adalah perencanaan (planning) dan