• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil temuan dan analisis strategi pengembangan sektor pariwisata pasca erupsi gunung Sinabung di kabupaten Karo adalah sebagai berikut :

1. Agar Pemerintah Karo ikut mengambil bagian dalam peningkatan kegiatan volcano tourism (wisata gunung api) dengan cara membantu dalam penyediaan dana untuk mendukung kegiatan tersebut.

2. Agar Pemerintah Karo ikut mengambil bagian dalam peningkatan kegiatan volcano tourism (wisata gunung api) dengan cara menyediakan sumber daya manusia yang dapat dijadikan sebagai tenaga pengaman

maupun sebagai guide untuk mendukung kegiatan tersebut.

3. Mempromosikan kegiatan volcano tourism (wisata gunung api) baik melalui media cetak maupun media elektronik.

4. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang tinggal di Siosar tentang pariwisata.

5. Mempercepat pembangunan infrastruktur yang sedang berlangsung di Siosar.

6. Menciptakan angkutan umum yang memiliki rute kearah lokasi Siosar. 7. Membangun WC umum di Desa Tiga Pancur, Kecamatan Simpang

Empat, Kabupaten Karo tepatnya di lokasi pondok penatapan untuk menyaksikan erupsi gunung Sinabung.

8. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi obyek wisata mengenai sadar wisata, menjaga dan melestarikan lingkungan, menjaga kebersihan serta ketertiban dan keamanan.

9. Membagikan booklet pariwisata Karo kepada setiap wisatawan yang mengunjungi obyek wisata di kabupaten Karo.

10. Mengikuti setiap event wisata yang diadakan di luar daerah untuk mempromosikan pariwisata dan budaya Karo.

11. Memperbaiki wahana permainan anak-anak yang ada di lokasi obyek wisata Taman Mejuah-juah Berastagi.

12. Memperbaiki sarana Sapo Ganjang yang ada di Puncak Gundaling Berastagi.

wisata Taman Mejuah-juah Berastagi dan Puncak Gundaling.

14. Memperbaharui bunga-bungan taman yang ada di lokasi obyek wisata Taman Mejuah-juah Berastagi dan Puncak Gundaling.

15. Memperbaiki toilet umum yang ada di lokasi obyek wisata Taman Mejuah-juah, Puncak Gundaling, dan Pasar Buah Berastagi.

16. Memperluas area parkir untuk obyek wisata Taman Mejuah-juah dan Pasar Buah Berastagi.

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Bentuk penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang berifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki dan diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

II.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo di jalan Gundaling nomor 1 Berastagi Kabupaten Karo,Sumatera Utara, telepon (0628)-91558.

II.3 Informan Penelitian

Penelitian kulitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang dibahas maka penulis mempergunakan teknik informan. Subjek penelitian yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Menurut Meleong (2002: 90), informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian secara faktual.

Menurut Suyanto (2005: 171), informan penelitian meliputi:

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat secata langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka informan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Yang menjadi informan kunci (key informan) yaitu Kepala Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.

2) Yang menjadi informan utama adalah pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.

3) Yang menjadi informan tambahan adalah masyarakat di sekitar daerah obyek wisata dan wisatawan.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi serta bahan-bahan lain untuk mendukung dalam menyelesaikan penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara dan observasi. Wawancara adalah cara pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan informan yang dianggap mengetahui permasalahan penelitian secara mendalam, sedangkan observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung oleh peneliti ke lokasi obyek penelitian.

2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal dan laporan penelitian dan sebagainya yang mendukung data.

II.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisa data dengan menggunakan matrik SWOT. Analisis SWOT merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan dan mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Analisis ini merupakan suatu metode untuk menggabungkan aspek-aspek kondisi yang terdapat dalam suatu wilayah yang direncanakan maupun untuk menguraikan berbagai potensi dan tantangan yang akan dihadapi dalam perkembangan wilayah tersebut. Tahapan analisis SWOT yaitu, (1) tahap pengumpulan data baik data internal maupun data eksternal, (2) tahap analisis data dengan memanfaatkan data yang telah dikumpulkan, (3) tahap pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 kilometer persegi dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan. Wilayah kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut, kabupaten Karo memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 derajat celcius.

Kabupaten Karo adalah salah satu daerah di wilayah Sumatera Utara yang cukup berpotensi untuk di jadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Terlebih lagi didukung dengan kondisi alamnya yang sejuk yang akan membuat banyak orang menjadi semakin tertarik untuk mengunjungai daerah wisata di Kabupaten Karo. Potensi pariwisata di Kabupaten Karo antara lain memiliki tujuan obyek wisata yang spesifik, seperti obyek wisata alam, obyek wisata budaya, peninggalan sejarah, dan agrowisata. Hal ini tentunya membuat banyak orang yang datang untuk berkunjung ke Kabupaten Karo, sehingga Kabupaten Karo akan semakin dikenal oleh banyak orang baik orang lokal maupun mancanegara. Selain itu, melalui hal tersebut tentunya sektor pariwisata akan dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap peningkatan Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Karo dan juga akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Adapun obyek wisata di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Obyek Wisata di Kabupaten Karo

No Obyek Wisata Jenis Wisata Kecamatan Desa Jarak

(km)

1. Air terjun Sipiso-piso Rekreasi, Panorama dan

Keindahan Alam.

Merek Pengambaten 35

2. Gunung Sipiso-piso Panorama Alam dan

Olahraga Terjun Payung/ Para Layang.

Merek Situnggaling 34

3. Tongging Rekreasi dan Keindahan

Alam

Merek Tongging 40

4. Desa Budaya Dokan Desa Budaya dan Penelitian. Merek Dokan 23

5. Puntungan Meriam Putri

Hijau

Peninggalan Sejarah Barusjahe Sukanalu 23

6. Gua Liang Dahar Keunikan dan Keindahan

Alam, serta Penelitian.

Kuta Buluh Lau Buluh 40

7. Uruk Tuhan Panorama dan Keindahan

Alam.

Simpang Empat Bekerah 25

8. Gunung Sinabung Keindahan Alam, Olahraga

dan penelitian.

Simpang Empat Lau Kawar 27

9. Danau Lau Kawar Rekreasi, Penelitian dan

Keindahan Alam.

Naman Teran Lau Kawar 27

10. Desa Budaya Lingga Desa Budaya dan Penelitian Simpang Empat Lingga 15

11. Deleng Kutu Panorama dan Keindahan

Alam

Berastagi Gurusinga 5

12. Bukit Gundaling Panorama dan keindahan

Alam, dan Kuda Tunggang.

Berastagi Gundaling 0

15. Taman Mejuah-juah

Berastagi

Rekreasi dan Kuda Tunggang.

Berastagi Gundaling 0

16. Pasar Buah Tradisional

Berastagi

Rekreasi dan Wisata Belanja.

Berastagi Berastagi 0

17. Desa Peceren Desa Budaya dan Penelitian Berastagi Peceren 1

18. Taman Hutan Raya Bukit

Barisan

Rekreasi dan Penelitian. Dolat Rakyat Tongkoh 5

19. Gunung Sibayak Olahraga, Keindahan Alam

dan Penelitian.

Berastagi Semangat

Gunung

10

20. Raja Berneh Pemandian Air Panas Alam Merdeka Semangat

Gunung

13

21. Lau Debuk-debuk Pemandian Air Panas Alam Berastagi Doulu 11

22. Air Terjun Sikulikap Keindahan dan panorama

Alam.

Berastagi Doulu 11

23. Panorama Penatapan

Doulu

Panorama dan Keindahan Alam.

Berastagi Doulu 12

Lanjutan…

Tabel 1.1 Obyek Wisata di Kabupaten Karo

No Obyek Wisata Jenis Wisata Kecamatan Desa Jarak

(km)

24. Gunung Sibuaten Keindahan Alam, Olahraga dan

penelitian.

Merek Merek 28

25. Air Panas Payung Pemandian Air Panas Alam. Payung Payung 21

26. Situs Rumah Puteri

Hijau

Peninggalan Sejarah Tigapanah Seberaya 11

Sumber : Booklet Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo

Mengingat begitu banyaknya obyek wisata yang dapat dikunjungi di Kabupaten Karo, maka layaklah sektor pariwisata di Kabupaten karo untuk dijadikan sebagai produk andalan yang dapat dipasarkan secara global. Apabila adanya komitmen dari pemerintah daerah Karo khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk tetap mengembangkan dan melestarikan keberlanjutan semua obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo, maka akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

Sesuai dengan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam memasuki era otonomi dan globalisasi seharusnya berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama, sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam menunjang pembangunan daerah.

Namun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, didapatilah bahwa masih kurangnya kesiapan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo sendiri dalam melaksanankan strategi dan program, baik dari segi SDM, finansial serta komitmen pegawai untuk menjaga kelestarian, mempertunjukkan atraksi wisata dan kebudayaan, dan kebersihan setiap obyek wisata setiap waktu. Selain itu, baik dari kinerja bagian promosi dan publikasi obyek wisata pun dirasakan masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari minimnya media promosi yang dimanfaatkan oleh pengelola obyek wisata terhadap masyarakat. Baik dari tingkat kesadaran masyarakat setempat dalam menjaga, melestarikan dan merawat rumah adat dan peninggalan sejarah lainnya juga dirasakan masih kurang.

Ditambah lagi sejak meletusnya salah satu gunung berapi yang ada di Kabupaten Karo yaitu gunung Sinabung yang sudah erupsi sejak tahun 2013 yang lalu memberikan dampak yang negatif bagi kondisi yang ada di Kabupaten karo, yang khususnya juga berdampak terhadap sektor pariwisata. Meletusnya gunung Sinabung tersebut menyebabkan banyak orang yang berada di luar Kabupaten Karo merasa takut untuk mengunjungi daerah-daerah wisata yang ada di Kabupaten Karo. Tentunya hal ini akan berdampak buruk pada perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Karo, dan secara tidak langsung juga akan berdampak buruk terhadap Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari sektor pariwisata dan juga akan menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan masyarakat setempat yang khususnya tinggal di sekitar daerah wisata di Kabupaten Karo. Adapun penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke kabupaten Karo dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 1.2

Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Karo Selama 3 Tahun Terakhir

Tahun GUNDALING SIPISO-

PISO LAU DEBUK- DEBUK DANAU LAU KAWAR TAMAN MEJUAH- JUAH JUMLAH 2012 131.205 103.381 179.871 15.383 9.228 439.068 2013 98.318 92.280 165.536 15.794 11.269 383.197 2014 37.640 38.893 76.126 0 7.170 159.829

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo Catatan :

1. Jumlah kunjungan dihitung dari jumlah orang yang memasuki obyek wisata melalui tiket/ karcis yang terjual.

2. Diperkirakan wisatawan yang tidak masuk ke obyek wisata sekitar 30% dari data yang ada ( tamu Pasar Buah Berastagi, Fun Land Mikie Holiday dan Villa).

Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa setelah meletusnya Gunung Sinabung, terjadilah penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo dengan sangat drastis. Hal ini tentunya akan menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan sektor pariwisata itu sendiri. Selain itu juga pastinya akan berdampak negatif terhadap pendapatan daerah. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo yang dikutip dari Karo News, pada tanggal 24 Oktober 2014,pukul 11:30 am :

Sektor pariwisata di Kabupaten Karo mengalami kerugian sekitar Rp 10 miliar, akibat terjadinya erupsi Gunung Sinabung selama dua pekan terakhir. Pelaku dunia wisata yang ada di Kabupaten Karo sangat merasakan penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang datang dari berbagai daerah. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo, Dinasti Sitepu Selasa (21/10),

menyebutkan kerugian sektor pariwisata sangat dirasakan. Beliau menyebutkan, kunjungan turis menurun drastis.1

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana strategi pengembangan pariwisata pasca erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

Berdasarkan pada hal tersebut didapatilah bahwa ada berbagai hal yang membuat kurang maksimalnya program pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten karo. Oleh karena itu, Pemerintah daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo tentunya harus memikirkan strategi untuk dapat mengatasi dan mencari solusi untuk masalah tersebut, agar sektor pariwisata Kabupaten Karo dapat tetap dipertahankan dan terus berkembang. Dengan adanya berbagai upaya yang akan dilakukan, sangat diharapkan untuk dapat tetap mempertahankan bahkan dapat lebih memajukan pariwisata Kabupaten Karo.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Strategi Pengembangan Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut maka penulis mengangkat rumusan masalah yaitu : “Bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo?”

I.3 Tujuan Penelitian

1

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian- kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan bahan masukan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dalam mengelola sektor pariwisata.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara.

I.5 Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Kumpulan teori dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian karena melalui teori tersebutlah peneliti dapat memberikan gambaran mengenai fenomena sosial yang terjadi. Menurut Kerlinger dalam Effendi (2012: 35) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi hubungan antar konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu.2

2

Menurut Erlina kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka teori akan menghubungkan secara teoretis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat. Begitu juga jika ada variabel lain yang menyertainya, maka peran variabel tersebut harus dijelaskan.3

Secara umum, pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus untuk menciptakan suatu kondisi yang lebih baik. Menurut Suroto, pembangunan adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejaheraan seluruh rakyat. Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan tujuan tiap program yang hendak dicapai pada tiap tahap pembangunan, cara yang diperlukan dilakukan untuk mengatasi semua atau berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan yang ada atau yang diperkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber yang optimal, serta cara melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif.

Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan tentang strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan sektor pariwisata pasca erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo, maka penulis menggunakan kerangka teori sebagai berikut :

I.5.1 Pembangunan

4

Menurut Todaro dalam Arifin, pembangunan merupakan suatu proses multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap

3

Erlina. Metodologi Penelitian.(Medan: USU Press, 2011), hal. 33

4

Suroto. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja. (Yogyakarta : Gadjah Mada

masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan.5

1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga pemerataan.

Berdasarkan definisi tersebut, Todaro dalam Arifin memberikan beberapa implikasi bahwa :

2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti : a. Life Sustenance : Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. b. Self-Esteem : Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang

memiliki harga diri dan bernilai.

c. Freedom From Servitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain. Pendapat lain mengenai pembangunan adalah pendapat dari Kartasasmita dalam Safi’i yang mengatakan bahwa pembangunan adalah usaha meningkatkan harkat martabat masyarakat dari kondisi yang terperangkap dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Maksudnya adalah bahwa dalam membangun masyarakat berarti memampukan atau memandirikan mereka. Dimulainya proses pembangunan dengan berpijak pada pembangunan masyarakat, diharapkan akan dapat memacu partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri.6

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus yang berdimensi jamak yang menyangkut aspek-aspek sosial budaya, ekonomi, maupun

5

M. Arifin Nasution.Perencanaan Pembangunan Daerah. (Medan: FISIP USU Press, 2008),

hal.40

6

politik dan dilakukan secara sadar melalui proses yang terencana menuju perubahan ke arah yang dianggap lebih baik.

I.5.2 Pembangunan Pariwisata I.5.2.1 Definisi Pariwisata

Secara etimologis, kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali- kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan.

Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009, pariwisata diberikan batasan pengertian sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.7

Munculnya pariwisata tidak terlepas dari adanya dorongan naluri manusia yang selalu ingin mengetahui dan mencari hal-hal yang baru, bagus, menarik, mengagumkan, dan menantang. Orang-orang yang ingin mencari hal-hal tersebut biasanya melakukan perjalanan ke luar daerah atau keluar dari kebiasaannya sehari-hari dalam kurun waktu tertentu. Sering kali perjalanan seperti ini dilakukan pada saat mereka mempunyai waktu luang atau sengaja dilakukan untuk menghabiskan waktu luangnya untuk mengunjungi dan menikmati sesuatu

7

yang menarik seperti; keindahan alam, hiburan, budaya, adat istiadat, dan tempat- tempat suci.

Pariwisata sebagai suatu fenomena sosial, terbentuk oleh berbagai faktor sekaligus berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan manusia. R.E. Soeriaatmaja dalam Wardiyanto, mengatakan bahwa pariwisata melibatkan tiga unsur penting, yakni: unsur dinamik, menyangkut urusan perjalanan atau gerakan menuju suatu daerah tujuan wisata; unsur statik, merupakan tempat terjadinya kegiatan wisata; dan unsur interaksi, yakni yang merupakan akibat dari keberadaan dua unsur penting sebelumnya.8

Pariwisata dapat juga dipandang sebagai suatu fenomena geografis. Kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya, maupun kondisi topografisnya. Setiap wilayah geografis mempunyai ciri khasnya masing-masing, pengembang pariwisata perlu memahami masalah ini supaya mereka dapat memasarkan kekhasan daerah tujuan wisata yang akan dijualnya pada calon wisatawan secara tepat. Misalnya, ada daerah tertentu yang menarik karena: pemandangan alamnya yang sejuk, topografinya yang unik, keadaan lautnya yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat disaksikan dengan Kegiatan pariwisata, merupakan hasil interaksi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar pada saat wisatawan mengunjungi obyek wisata atau daya tarik wisata.

8

Wardiyanto dan M.Baiquni. Perencanaan Pengembangan Pariwisata. (Bandung: Lubuk Agung,

jelas, atraksi budayanya yang unik, dinamika sosial ekonomi masyarakatnya, dan lain-lain.

Pariwisata merupakan kegiatan bersenang-senang yang melibatkan banyak orang, ditandai dengan adanya perpindahan (mobilisasi) dari satu tempat yang merupakan tempat tinggalnya ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya, dimana perpindahan ini tidak bertujuan untuk menetap atau mencari nafkah. Fenomena ini menimbulkan berbagai macam unit usaha (kegiatan bisnis) yang menimbulkan berbagai macam dampak positif maupun dampak negatif.

Dalam kegiatan pariwisata banyak komponen yang terlibat, masing- masing saling berkaitan dan saling mempengaruhi sehingga membentuk sebuah sistem. Komponen yang dimaksud adalah: jasa pelayanan pariwisata, sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan lingkungan. Aktivitas pariwisata secara tidak langsung melibatkan kehidupan sosial, baik itu masyarakat sebagai wisatawan maupun sebagai penyedia obyek pariwisata dan penerima wisatawan. Hubungan sosial masyarakat ini sangat berpengaruh pada perkembangan kepariwisataan. Semakin erat dan harmonis hubungan antara wisatawan dengan masyarakat penerima di daerah tujuan wisatawan, semakin cepat perkembangan pariwisatanya. Dengan kegiatan pariwisata ini masyarakat bisa berinteraksi dan

Dokumen terkait