• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Setelah mengemukakan beberapa kesimpulan dari hasill penelitian di atas, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1) Perlunya diadakan sosialisasi dan kajian-kajian yang membahas mengenai prinsip-prinsip bertani dalam perspektif Islam untuk menambah wawasan dan pengetahuan petani di Desa Tonasa

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa mengenai ekonomi Islam.

2) Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani sayur di Desa Tonasa, sangat perlu adanya perhatian pemerintah Desa Tonasa untuk memberikan bantuan modal dan sumber air kepada petani yang ingin melakukan usaha pertanian khususnya pada pengelolaan lahan pertanian di masa pandemi ini.

3) Seharusnya akad muzara’ah yang dilakukan hendaknya

disesuaikan dengan perkembangan zaman, yang dimana perjanjian yang dilakukan itu hendaknya dituangkan dalam bentuk tertulis agar tidak dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari (seperti, kesalahpahaman).

74

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim

Agus Santoso.2017.Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Telur Bebek dengan Penundaan Pembayaran Di Desa Baosan Lor Kecamatan Ngrayun, Ponorogo.

Andi Arwini. 2014. Sistem Bagi Hasil (muzara’ah) Pada Petani Penggarap Dan Pemilik Lahan di Desa Tanjonga Kec. Turatea Kab. Jeneponto Menurut Tinjauan Hukum Islam.

Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al-Qur’an dan terjemahan, Semarang: CV. Alwah.

Dewi Rosmalia. 2017. Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Langsung Dalam Tinjauan Ekonomi Islam (Studi Jual Beli Sayur-Mayur Di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai).

Dias Rizqi Wardani, Siti Inayatul Faizah. 2019. Kesejahteraan Petani Penggarap Sawah Pada Penerapan Akad Muzara’ah Dengan Pendekatan Maqashid Syari’ah Di Tulungagung. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan. Vol. 6 No. 7, Juli 2019: 1450-1461

Emalia Anggita, Kemala Karina, Nuri Suriyatni, dan Wahyu Akbar Alfarizi. 2020. Analisis Pandemi Covid-19 Terhadap Harga Sembako. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 1, No. 1 (2020)

Fadholi Hermanto. Ilmu Usaha Tani. (Jakarta: Penebar Swadaya, 1996) Firdaus, Muhammad. Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah, (Jakarta,

Renaisan, 2005)

Ghazaly. Abdul Rahman, et.al, 2010, Fiqh Muamalat, Jakarta : Kencana Hidayat. 2017. Sistem Jual Beli Sayur Secara Borongan Dalam Tinjauan

Ekonomi Islam (Studi Kasus Jual Beli Timun Di Pasar Terong Kota Makassar).

Jannahar Saddam Ash Shidiqie.2017. Bagi Hasil Pertanian Ditinjau dari Undang-Undang dan Hukum Islam.Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia.Volume VII, No. 1: 22-31

Lukman Hakim. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Jakarta: Erlangga Renaldi

M. Armin. 2016. Analisis Promosi Terhadap Penjualan Mobil, Toyota Avanza Pada PT. Hadji Kalla, Makassar.

Merio Susanto. 2017. Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Hasil Pertanian Antara Petani Dan PT Great Giant Pineapple (Di Kecamatan Sekincau Lampung Barat), Bandar Lampung.

Muhammad Natsir Kholis, Fraternesi, La Ode Wahidin. 2020. Prediksi Dampak Covid-19 Terhadap Pendapatan Nelayan Jaring Insang Di Kota Bengkulu. Albacore. Volume 4, No 1, Februari 2020 Hal 001- 011

Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. Bank Syariah dan Teori dan Praktik, Jakarta : Gema Insana Press

Rachmasari Anggraini, Dani Rohmati dan Tika Widiastuti. 2018. Maqasid Al-Shari’ah Sebagai Landasan Ekonomi Islam.Jurnal Ekonomi Islam. Volume 9, Nomor 2 (2018): 295-317

Rahmi Pratiwi, Noprizal. 2017. Formulasi Hybrid Contarct Sebagai Alternatif Pembiayaan pertanian Di Bank Syariah. Journal of Islamic Economics. Vol. 2, No. 2, 2017

Seftian Fansuri. Jurnal Ilmiah. 2018 – eprints.unram.ac.id

Suhendi, Hendi. 2013. Fiqh Muamalah, Jakarta: PTRaja Grafindo Persada Syafe’i. Rahmad.2001.Fiqih Muamalah. Pustaka Setia Bandung

Usman. 2019. Pengaruh Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT PLN (Persero) UPT SULSELBAR, Makassar.

LAMPIRAN I (Pedoman Wawancara)

A. PEDOMAN PERTANYAAN

NO. RUMUSAN MASALAH CODING

1. 1. Apakah ada perjanjian yang dilakukan antara pemilik lahan dengan petani penggarap sebelum melaksanakan kerjasama bagi hasil dan bentuk perjanjian seperti apa yang dilakukan ?

N, S, SB, MS, Muh., NB, M, J, Sy,

MT, UB 3. Apakah modal dalam pelaksanaan bagi hasil ditanggung

oleh pemilik lahan atau ditanggung bersama dan berapa persentase dalam pembagian hasil tersebut ?

N, S, SB, MS

4. Jika terjadi resiko kerugian ditanggung oleh siapa ?

MS, Muh., NB, M, J, Sy,

MT, UB 5. Apakah ada pihak yang dirugikan dalam kerjasama bagi

hasil tersebut ?

S, SB, MS, Muh., NB, J,

Sy, UB 5. Berapa jangka waktu yang ditentukan dalam pengelolaan

lahan ?

Muh., NB, M, J, Sy, MT,

UB 2.

1. Apa yang mendorong pemilik lahan dan petani penggarap melakukan perjanjian bagi hasil ?

N, S, SB, MS, Muh., NB, M, J, Sy,

MT, UB 2. Apakah kesejahteraan masyarakat Desa Tonasa

khususnya petani dapat terbantu dengan adanya perjanjian bagi hasil ?

N, S, SB, MS, Muh., NB, M, J, Sy 3. Bagaimana harga komoditas hasil pertanian sebelum dan

di masa pandemi?

Muh., NB, M, J, Sy, MT,

UB 4. Bagaimana kondisi petani di masa pandemi, apakah

pendapatannya menetap/menurun ?

N, S, SB, MS, Muh., NB, M, J, Sy,

MT, UB

5. Langkah apa yang dilakukan petani dalam menjaga ketahanan pangan di masa pandemi ?

Muh., NB, M, J, Sy, MT,

UB

B. TRANSKIP

NO. CODING TRANSKIP

1.1 N

Iya ada. Bentuk perjanjian yang saya lakukan adalah sistem bagi dua, ketika masa panen tiba, maka hasil panen tersebut lansung dibagi dua.

S

Rieng, punna maing mi panen taua na nguppai sibilangngang injomi ribage rua.

(Artinya: ada, kalau mereka sudah panen kemudian dapat seratus itumi dibagi dua).

SB

Iye’ rieng. Lansung ri bage rua ja.

(Artinya : Iya ada. Langsung dibagi dua saja)

MS

Kalau secara umum tidak ada perjanjian secara tertulis, tetapi diungkapkan secara lisan saja. Hanya karena sudah menjadi kebiasaan, itu dikenal di kampung kita ini adalah bagi hasil atau tesang, Kalau bagaimana bentuknya itu, pemilik lahan atau pemodal merangkum semua biaya produksi, kemudian hasil produksinya ini dibagi dua langsung dengan pekerja atau yang tesang itu.

Muh. Iye’ ada, tapi tidak pakaijiki lisan. NB

Rieng. Tena ja ta’tulisi, ripauji mange.

(Artinya : ada. Tidak ada yang tertulis, hanya di ucapkan saja)

M

Iye’ rieng, langsungjiki pau iyya ri kuang jama’anga maing pi sallang na ribage hassele’ na.

(Artinya : Iya ada, langsung bilang saja bilang kerjakanka nantipi dibagi hasilnya)

J

Perjanjian bagi hasil yang dilakukan pemilik lahan dan petani penggarap khususnya di Desa Tonasa ini adalah bentuknya itu sifatnya tidak tertulis artinya dari hasil kesepakatan saja antara

pemilik lahan dengan petani penggarap bagaimana sistem bagi hasil yang akan dilaksanakan karena bermacam-macam sistem bagi hasil yang ada disini, contoh kecil ada perjanjiannya dibagi dua langsung dan ada juga bagi dua dengan potongan persen. Sy. Anu, seperdua na (1/2}, bagi dua toh.

MT Perjanjian bagi hasil di Desa Tonasa itu rata-rata dilakukan secara lisan dan menggunakan sistem bagi dua.

UB

Perjanjian bagi hasil petani khususnya di Desa Tonasa itu dilakukan secara tidak tertulis dan bentuk pelaksanaanya itu semuanya menggunakan sistem bagi dua secara lansung antara pemilik lahan dengang penggarap.

1.2

N

Yang menanggung modal bagil hasil adalah pemilik lahan itu sendiri, kemudian potongan persennya itu tergantung dari hasil penjualan sayuran, misalnya yang didapat itu Rp 2.000.000,- dan diperjanjian berlaku 20%, maka dari Rp 2.000.000,- tersebut dipotong Rp 200.000,- ke pemilik lahan dan Rp 1.800.000,- dibagi dua.

S Yang punya lahan. Tergantung dari lahannya, kalau banyak lahannya banyak juga persennya.

SB

Modalna, injo toa rie’ injo to’modal mange ri pekerjayya punna berhasil ii ribage rua minne anunna modalna.

(Artinya : modalnya, itu ada yang kasih modal ke para pekerja, kalau berhasil dibagi dua mi modalnya)

MS

Ditanggung sama pemilik lahan sepenuhnya. Persentasenya tergantung dengan hasil produksi. Jadi kalau dari segi persentasenya tidak dipersentasekan karena kita lihat saja berapa hasil penjualan secara total.

1.3

MS

Jika terjadi kerugian sebenarnya ditanggung oleh pemilik lahan, jadi yang rugi itu pemilik lahan, kalau dari pekerja atau penggarap itu dia tidak merasakan rugi karena semua modal-modal yang dibutuhkan di tanaman itu ditanggung 100% oleh pemilik lahan itupun kalau rugi, ruginya itu pada waktu dan tenaga yang dikeluarkan karena tidak sesuai dengan pemasukan yang diterima.

Muh. Bos kia, pemilik lahan. J Pemilik lahan atau pemodal

Sy Kalau turunki harga panen bos kia yang tanggungi itu kerugian, kita ini petani rugi tenagajiki. UB Pemilik lahan

1.4

S

Biasa ada di rugikan biasa juga tidak ada, tergantung dari harga panennya. Namun yang paling dominan adalah pemilik lahan, karena dia yang tanggungki modalnya.

SB

Pemilik lahan atau pemodalkia, pemilik lahan rugi karena doi’, tapi anjo anunna kan doi’ na tappa anu iyya ta’pansulu’.

Artinya : pemilik lahan atau pemodal, pemilik lahan rugi karena uang, karena uangnya yang dikeluarkan)

MS Yang dirugikan disini adalah itu sebenarnya pemilik lahan atau pemodal. Muh Sama-sama rugi

J

Kalau yang merasa dirugikan, jelas pemilik lahan. Kalau misalnya harga anjlok kemudian hasil tidak memuaskan dan tidak kembali modal, jadi kerugian dialami oleh pemilik lahan.

Sy Sama-sama rugi

UB

Jika terjadi resiko kerugian, pemilik lahan dengan penggarap sama-sama rugi kalau sistim bagi hasil, sama-sama bermodal, satu pengelola satu pemilik modal saja, kapan rugi itu sama-sama ditanggung. Beda kalau satu bermodal satu Cuma mengolah, nah… kalau yang satu cuma mengolah yang menanggung resiko kerugian cuma itu yang pemilik modal.

1.5 Muh. Kurang lebih 1 tahun NB 1 sampai 2 tahun

M Hampir 1 tahun J

Jangka waktu yang ditentukan dalam pengelolaan lahan adalah sesuai dengan jangka waktu atau umur dari tanaman tersebut. Sy. Tergantung dari tanaman yang ditanam.

MT

Waktu pengelolaan lahan itu sangat tergantung dari jenis tanamannya. Misalnya, tomat itu kan 4 sampai 5 bulan. Yang jadi kebiasaan juga di kita di petani di Desa Tonasa ini tidak mengadakan perjanjian tapi kerja semampu kita, apakah itu pemiliki lahan mampu untuk bermodal kemudian pekerja itu mampu juga bekerja. Jadi terkadang tidak diadakan perjanjian sampai waktu ke berapa, yang penting kerja saja.

UB Rata-rata tergantung dari jenis tanaman yang ditanam, kada ada 3 bula, 4 bulan dan 5 bulan. 2.1

S

Yang mendorong saya ingin melakukan perjanjian bagi hasil karena ada petani mau kerja na tidak ada lahannya jadi saya yang kasihki lahan na modal untuk na kerjai

SB

Alasangku ka to paccei, nakke rieng modalakkue jari kusareangmi jama’ang na nguppai nguppatonga.

(Artinya : alasan saya karena mereka orang tidak punya, saya ada modal jadi saya kasih pekerjaan, kalau dapat, saya juga pasti dapat)

MS Yang mendorong sebenarnya tidak ada yang mendasar, dan kita hanya berdasarkan kekeluargaan saja.

Muh.

Alasangku ero’ a’ tesang ka nakke ka tena anungku, tena lokasiku ia minjo anunna bos kia ri jama.

(Artinya : alasan saya ingin bagi hasil karena saya kan tidak ada anuku, tidak ada lokasiku, itulah punya bos yang dikerja)

M Alasangku tesang ka nakke tena modalakku.

(Artinya : alasan saya bagi hasil karena saya tidak punya modal)

J

Yang mendorong pemilik lahan dan petani penggarap melakukan perjanjian bagi hasil di Desa Tonasa ini adalah itulah dengan faktor yang banyak terjadi disini karena banyak juga petani penggarap tidak punya modal, tidak punya lahan sehingga terjadilah perjanjian tersebut.

Sy. Karena tidak ada modal dan lahan MT Untuk meningkatkan pendapatan 2.2 N Ya, membantu.

SB Terbantu, karena dengan adanya bagi hasil kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi. Muh. Iya terbantu.

J Terbantu sekali utamanya petani penggarap. Sy. Iya terbantu.

2. 3

Muh.

Ka wattunna sebelum corona tenaja samburukki tanang-tanangia, sanggenna antama’ corona naung kabusu’mi, kama tomatkia ntumae sampulo lima mami sikantong na injo sebelumna korona ta’ limammpulo sa’bu (50.000) mange sibilangngang sa’bu (100.000)

(Artinya : Pada saat sebelum Corona harga tanaman tidak mengalami penurunan, Sampainya masuk Corona semua harga tanaman sangat menurun, seperti tomat hanya lima belas ribu (15.000) per kantong padahal waktu sebelum corona ada lima puluh ribu (50.000) ada juga seratus ribu (100.000)).

NB

Tidak terlalu turunji waktunya sebelum corona, pas na corona tambah turun lagi harga-harga tanamanga, seperti tomat mange, ubi na lombok.

(Artinya : harga-harga tidak terlalu turun di waktu sebelum corona, setelah masuk di masa corona harga tanaman (komoditas) tambah menurun, seperti tomat, ubi dan

lombok)

M

Sebelum na corona baji’-baji’ ji harga komoditaskia, pas na antama’ corona naung kabusu’ ki.

(Artinya : Sebelum corona harga komoditas baik-baik saja, setelah memasuki masa corona harga jual komoditas turun semua)

J

Harga komoditas sebelum dan di masa pandemi agak terganggu sekali, sekarang kita rasakan betul harga tomat anjlok, harga-harga berbagai macam sayuran yang lain anjlok semua. Jadi itulah sangat berpengaruh dengan adanya pandemi.

Sy.

Sangat turun, seperti wortel biasa kalau musim kemarau begini sebelum pandemi harganya Rp 7.000,- sekarang masuk pandemi turun Rp 1000,- paling mahal.

MT

Sebelum pandemi ada, harga komoditas baik-baik saja. Namun setelah masuk masa pandemi, semua harga komoditas sangat menurun.

2.4

N

Pendapatan petani sangat menurun di masa pandemi ketimbang sebelum memasuki masa pandemi. Hal ini terjadi karena anjloknya harga komoditas sehingga berpengaruh pada pendapatan.

S

Kalau masa sekarang menurungi pendapatanga, kalau masalah berapa yang didapat tergantung dari harga tanaman.

SB

Wattunna sebelum corona rie’ ja mae sampulo juta (10.000.000), tallumppulo juta (30.000.000). Mingka hatunna coronamo, gassing sampulo juta (10 Juta) modala’ na ri tarima sampulo juta (10 Juta) ja.

(Artinya : Waktu sebelum corona ada 10 juta, 30 juta di dapat. Tapi pada saat memasuki corana, sering 10 juta modalnya yang diterima hanya 10 juta)

MS

Kalau dari sudut pendapatan sangat jauh beda dengan yang paling dirasakan oleh petani khususnya pemilik lahan bahwa sebelum pandemi itu terjadi ekonomi itu sangat bagus, sekarang dengan adanya pandemi harga anjlok sehingga mereka merasakan bahwa ekonominya itu dianggap lumpuh.

NB Intinya pendapatan yang saya dapat itu sangat menurun.

J

Pendapatan petani sangat beda jauh dari sebelum pandemi berlangsung karena faktor pertama mungkin faktor lahan kurang, kedua faktor modal kan kurang jadi berpengaruh sekali dengan adanya pandemi. Kalau sebelum pandemi kan rata-rata modal petani kan banyak sekarang di masa pandemi kurang jadi modal dibatasi sedikit untuk masuk dipertanian, mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan

Sy.

Pendapatanku sebelum pandemi alhamdulillah bagus karena saya masih bisa ke tanah suci, sekarang kurang sekali pemasukan.

2.5 Muh. Tetap bertanam seperti biasa.

J Yang dilakukan adalah tetap bertanam dan modalnya disimpan sebagian. Sy. Tetap bertanam dengan mengikuti protokol kesehatan.

MT

Tentunya tidak ada yang mendasar juga, intinya itu petani tidak bisa berbuat apa-apa di masa pandemi ini, jadi petani tetap berusaha untuk melakukan aktivitas bertani tersebut sekalipun itu harus mematuhi protokol kesehatan.

LAMPIRAN II (Dokumentasi)

 Dokumentasi Informan

Wawancara dengan Bapak Jamaluddin Wawancara dengan Bapak Nangari Baco’ (Petani Penggarap) (Petani Penggarap)

Wawancara dengan Bapak Nasrun Wawancara dengan Bapak Muhammad (Pemilik Lahan) (Petani Penggarap)

Wawancara dengan Bapak Mansur Wawancara dengan Bapak Sudirman (Petani Penggarap) (Petani Penggarap)

Wawancara dengan Bapak Sangkala Baco’ Wawancara dengan Bapak Usman B.

(Pemilik Lahan) (Petani Penggarap)

Wawancara dengan Ibu Syamsia Wawancara dengan Bapak Mustakim (Petani Penggarap) Salimuri (Pemilik Lahan)

LAMPIRAN III (Persuratan)

RIWAYAT HIDUP

Siti Fatimah Nur Aisyah, lahir pada tanggal 06 Juni 1998 di

Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Syamsuddin dan Rahmawati. Riwayat pendidikan penulis, yaitu menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Inpres Todakke pada tahun 2004-2010, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Bontomatene pada tahun 2010-2013, dan Sekolah Menengah Atas di SMAS Babussalam Selayar pada tahun 2013-2016. Sekarang, penulis tengah menempuh jenjang pendidikan Strata 1 (S1), pada Program Studi Ekonomi Islam di Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2016-Sekarang. Kemudian pada tahun 2019 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di KC. Bank BRI Syariah.

Dengan kesabaran dan keikhlasan yang begitu besar untuk belajar dan berusaha, Alhamdulillah penulis bisa menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dalam penulisan tugas skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan, akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang teramat besar atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Analisis Perjanjian Bagi Hasil Pada Akad Muzara’ah Pertanian (Sayuran) Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Penggarap Dalam Tingkat Kesejahteraan Petani Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Desa Tonasa Kec. Tombolo Pao Kabupaten Gowa).”

28

%

SIMILARITY INDEX

27%

INTERNET SOURCES

7%

PUBLICATIONS

10%

STUDENT PAPERS

1 10%

2 3%

3 3%

4 2%

5 1%

6 1%

7 1%

8 1%

9 1%

PRIMARY SOURCES

repositori.uin-alauddin.ac.id

Internet Source

id.wikipedia.org

Internet Source

www.scribd.com

Internet Source

jurnal.instika.ac.id

Internet Source

www.jurnal.umb.ac.id

Internet Source

docobook.com

Internet Source

e-journal.unair.ac.id

Internet Source

e-journal.uajy.ac.id

Internet Source

Submitted to Universitas Muhammadiyah

Makassar

10 1%

11 1%

12 1%

13 1%

14 1%

15 1%

16 1%

17 1%

18 1%

Exclude quotes On Exclude bibliography On Exclude matches < 1% Internet Source

jurnal.radenfatah.ac.id

Internet Source

digilib.unila.ac.id

Internet Source

sendang-wonogiri.desa.id

Internet Source

journal.walisongo.ac.id

Internet Source

ejournal.iainkendari.ac.id

Internet Source

eprints.walisongo.ac.id

Internet Source

lib.um.ac.id

Internet Source

www.researchgate.net

Internet Source

Dokumen terkait