• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa hal yang dapat peneliti sarankan antara lain:

1. Penelitian ini diharapkan dikembangkan dengan menambah jumlah subjek dengan pembatasan kriteria yang lebih khusus agar pengalaman serta alasannya dapat lebih variatif dan memberikan gambaran yang lebih luas. 2. Penelitian ini akan menggambarkan pengalaman serta alasan-alasan wanita

karir tetap melajang maka dibutuhkan waktu dan jumlah wawancara yang lebih dari satu kali guna memperoleh data yang mendalam.

3. Perlu persiapan matang sebelum melakukan penelitian kualitatif studi diskriptif, terutama dalam membuat pedoman wawancara guna mendapatkan data yang luas dan lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, AAMA. (2001). Ketika menikah menjadi pilihan. Jakarta: Penerbit Almahira

Badan Statistik Nasional. (2010). Rata-rata umur perkawinan perempuan menurut daerah dan provinsi

Banister, P., Burman, E., & Parker, I. (1994). Qualitative methods in psychology. A research guide. Buckingham: Open University Press.

Bell, P.A., Fisher, J.A. dan Loomis, R.J. (1978). Enviromental psychology.

Philadelphia: WB Sanders Co.

Bernard, J. (1972). The future of marriage. New York: Bantam

Craford, M. dan Rhoda, U. (1992). Women and Gender, A feminist psychology.

New York: McGraw Hill, Inc.

Dagun, S.M. (1990). Filsafat eksistensilisme. Jakarta: PT. Melton Putra.

Deaux, K. (1981). Social psychology in the 80’s, (3rd ed.). Pasific Grove: Brooks Cole Publishing Company.

Doris. (2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita untuk tidak menikah (studi kasus pada 3 wanita melajang) (Skripsi tidak diterbitkan).

Fakulatas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta.

Ferguson, G.A. (1981). Statistical analysis in psychology and education. (5th ed.). New York: McGraw-Hill International Book Company.

Gordon, P.A. (2003). The decision of remain single: Implication for women across culture. Journal of Mental Helth Counseling, 25 (1), 33-34.

Havighurst, R.J. (1972). Development tasks and education (ed. Ke-3). New York: McKay.

Hurlock, E.B. (1980). Developmental psychology: A life span approach. (5th ed.). New York: Tata Mcgraw Hill, Co.

Jones, G.W. (2005). The “flight from marriage” in South East and East Asia.

Journal of Comparative Family Studies, 36, 93.

Kartono, K. (1989). Psikologi wanita I. Mengenal gadis remaja dan wanita dewasa. Bandung: Penerbit Maju.

Laswell, M. & Laswell, T. (1987). Marriage and the family. (2nd ed.). Belmont: Wadworth, Inc.

Levine, R.A., Solomon, M.A., HellStern, G.M, et al. (1981). Evaluation research and practice: Comparative and international prespectives. Beverly Hills: Sage Publications.

Lewis, R. (1997). Scales and checklist: Evaluating behavior, personality, and attitudes. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Mappiare, A. (1983). Psikologi orang dewasa. Jakarta: Penerbit Usaha Nasional. Meiyuntariningsih, T., Sarwendah, D., & Astutiek, D.P. (2001). Hubungan antara

persepsi terhadap perkawinan dengan kecenderungan menjadi wanita lajang. Fenomena. Jurnal Psikologi. Volume VI. Nomer 01. Agustus. Hal 26-34.

Murniati, A.P. (1992). Perempuan Indonesia dan Pola Ketergantungan dalam Budi Susanto (et. El. Ed.) Citra wanita dan kekuasaan (Jawa).

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Orthner, D.K. (1981). Intimate relationship: An introduction to marriage and the family. Boston: Addison – Wesley Publishing Co.

Patton, M. (1990). Qualitative evaluation and Research method. Thousand Oaks: Sage Publication.

Poerwandari, K. (2001). Pendidikan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.

Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Risnawati, W. (2003). Menikah-Melajang sebagai Keputusan. Jurnal Psikologi Alternatif Antitesis. Vol.1, hal 76-119.

Saleh, K.W. (1980). Hukum perkawinan Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Stein, P.J. (1981). Single life: Unmarried adult in social context. New York: St.

Mortin Press.

Transkrip Wawancara

Subjek I

P : Halo, selamat malam… Ehm…yak, seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya… Saya…kedatangan saya disini…ee..untuk mengadakan ..ee…saya ingin mewawancari anda…sehubungan dengan penelitian saya mengenai ee…wanita lajang. Dan kebetulan ee…anda sebagai wanita lajang dan anda bersedia untuk menjadi subjek saya. Mungkin ada beberapa hal yang akan saya tanyakan berhubungan dengan ee.. anda saat ini masih melajang. Mungkin bisa diceritakan dulu ee…mengapa sampai saat ini anda masih melajang? Mungkin bias diceritakan…

S : ee…kalo sebenarnya sich karena keadaan ya…keadaan…mungkin karena …pertama karena saya sudah bekerja. Dengan kondisi pekerjaan yang full jadi yah aku jadi g sempat mikir ..gini karena apalagi mikir pernikahan gitu yah…mikir bagaimana cari pasangannya juga bingung. Hahaha..yah gitu…

P : Hmmm…jadi lebih pada keadaan yang memaksa anda sebenarnya hingga saat ini anda masih melajang…karena pekerjaan di kantor

S : Ya benar…

P : Sehingga anda mungkin merasa menjadi tidak punya waktu..tidak sempat mencari pasangan gitu…

S : Iya…beberapa kali sich sudah mencoba…tapi masih susah sepertinya ya…karena sepertinya kalo melihat temen-temen…melihat orang yang

sudah berpasangan tetap butuh waktu ya…untuk membina..butuh untuk membina sebuah hubungan itu..jadi bukan seperti…memiliki sebuah barang…sudah punya trus disimpen…kalau hubungan itu khan harus countinue…entah itu countinue berkomunikasi…countinue untuk bertemu…ya..tapi yah sampai saat ini ya mungkin karena…masalah…ya lebih sering masalah kerjaan ya…saya juga mengalami kesusahan sich…siapa sich sebenarnya yang tidak ingin nikah..gitu khan…apalagi wanita…

P : Trus..ee…selama ini…dari status anda yang masih melajang ini….apakah anda pernah mengalami..desakan atau apa ya…mungkin..ee..tuntutan… entah dari orang-tua untuk…entah dari orang-tua, keluarga mungkin…atau teman-teman itu yang…ayo cepatlah…cepatlah menikah…begitu mungkin…apakah anda pernah mengalami desakan atau tuntutan-tuntutan seperti itu?

S : Hehehe…jelas dong saya juga sempat stress…hehe.. P : Ohh…lalu…

S : Terutama dari ya…mungkin aku lebih stress kalo itu dari orang-orang terdekat kali ya…yang terdekat aja sering ibu saya, dari kakak saya….kakak saya sudah menikah, sudah punya dua anak. Trus mungkin karena saya anak terakhir…anag terakhir wanita…sudah umur 35, belum menikah tapi sudah bekerja…mungkin jadi…jadi…jadi tuntutan. Kalo dari ibu saya sich…eee…seringnya khan apa…umur semene, durung menikah gek ndhang mentas…karena ee….istilahnya khan…kalo budaya

jawa sich…pikirannya orang-tua merasa…merasa…merasa anaknya sudah mentas…mentas itu ternyata tidak dalam artian sudah bekerja…sudah mandiri tapi ternyata…setelah menikah…yaitu jadi masalah saya ya…mau bagaimana lagi…kalo memang saya belum bias menemukan pasangan…masa saya disuruh sembarangan nikah sama orang…yah susah juga sich…awal-awalnya ya….judhek dengar kayak gitu terus…gimana sich kayak gini disebut terus, yang nikah khan saya bukan ibu saya…bukan kakak saya…masa mau dipaksa-paksa…kalo emang belum dapat gimana….kalau dari saudara-saudara sich…ada beberapa tapi….tidak begitu saya ambil pusing…karena ya….mungkin…apa yang mereka utarakan tidak….tidak…yang nampaknya tidak sedalam…kalo ibu saya sama kakak saya…yah mungkin hanya sekedar…apa namanya….perhatianlah…perhatian dari saudara…apalagi kalau dari teman-teman…ah…kalo dari teman-teman sudah saya anggap guyonan saja….tapi yang dari orang-tua sama kakak saya itu khan…bener…kadang-kadang kalau…yah mungkin kalau sekarang jadi…jadi luweh kali saya ya…sudahlah…sudah keseringan ditanyain seperti itu…tapi awalnya ya…stress-stress juga tiap hari dengar kayak gitu…rasanya kupingnya pengen saya copot aja….kalo ibu saya sich nggak tiap hari karena satu rumah khan…kalo tiap hari…kayak g ada pembicaraan lain aja…tapi sering termasuk seringlah…apalagi kalau ada undangan pernikahan tetangga gitu….apa dari kenalan bapak…wah…udah langsung…ditanyain gitu….kapan kamu?…kapan

kamu?...udah anak terakhir….wes gek ndhang cepetan…kalau saya…kakak saya seringnya sich pas….yah karena dia diluar kota…yah pas lagi liburan kesini aja sich….kumpul…ya udah…kena…tapi kadang juga…nggak hanya pas ketemu…pas telpon juga…pas sms juga…awalnya sich ya…judhek juga…kalo sms ya nggak saya bales…kalo pas telpon…ngomong kayak gitu…udah…telpon saya taruh, saya tinggal…

P : ee…gitu…itu anda…jadi merasa sangat tertekan gitu ya…maksudnya…sebenarnya…

S : Iyalah…he’eh. Gimana nggak tertekan tiap hari denger kayak gitu terus khan ya…seakan-akan tiap hari…karena ya sering baget kali yah… P : Jadi sebenarnya tekanan itu malah lebih sering dari keluarga inti

ya…berarti ya…ya orang-tua…terutama ibu ya…sedang tadi ibu…sering sekali ya mempertanyakan hal itu…jadi…yang tadi anda bilang…anda lama-lama juga…judhek ya ditanyain gitu ya…denger itu-itu aja terus…mungkin…bisa nggak ee…anda menceritakan…ee…perasaan anda ketika itu?...mungkin ketika…ee…pertama itu…pertama…pertama kali muncul…atau pertanyaan mungkin dari ibu anda itu? Kapan itu? Bagaimana perasaan anda…bias digambarkan nggak…ee…maksudnya apa yang anda rasakan…mungkin ketika pertama kali…terus…khan anda bilang sering khan…trus selanjutnya…selanjutnya…sampai akhitnya, sampai saat ini gitu…bagaimana perasaan anda…bias tolong diceritakan, digambarkan tentang perasaan anda menghadapi desakan itu?

S : Ya awalnya sich mungkin…bukan mungkin…awalnya biasa ya…biasa mungkin wajarlah orang-tua bertanya…kamu sudah menikah..eh…sudah bekerja…trus kapan menikah…harapan orang-tua. Saya juga….oh ya…. Saya sudah mulai bekerja…yah walaupun dari segi umur untuk jaman sekarang belum terlalu…belum terlalu tua…waktu itu sekitar masih…umur…ya 25 tahunlah…setelah lulus kuliah dan mulai bekerja…ee….sekitar umur segitu biasanya…oh biasa…udah mulai istilahnya saya anggap itu keinginan orang-tua saya. Tapi lama kelamaan jadi sepertinya menuntut…ya mungkin perkiraan saya karena mengingat umur saya yang semakin bertambah…dan bertambah…kok belum ada tanda-tanda saya akan menikah…mungkin jadi sering ditanyakan…yah dari biasa itu…yah jadi sebel…sebel…wah saya merasa…istilahnya…urusan pribadi saya…itu dicampurilah…ya menurut saya ini…ee…termasuk pribadi saya yang…saya sebenarnya tidak ingin dicampuri walau itu oleh orang-tua saya sendiri…karena khan untuk keputusan untuk menikah khan…memang yah kalau memang…kalau ada jodoh…khan pasti akan menikah, tapi khan tidak…saya juga tidak sembarangan mencari pasangan…yah mungkin karena orang-tua…eh ibu saya menunggu terlalu lama…kali ya…saya mencari pasangan…nggak ada yang cocok-cocok…jadinya ya…yah ditanya terus…yah dari saya sudah lama sebel…sebel…yah lama-lama sekarang saya sudah biasa…paling yah sekarang kalau ditanyain…yah

tunggu besok…dapetnya sama siapa…yah besok deh…yah paling saya…biasalah…

P : Jadi…ya awalnya mungkin anda merasa itu wajar ya…berarti…mungkin anda menggambarkan perasaan anda itu…awalnya anda merasa itu wajar tapi lama kelamaan kok sepertinya…seperti yang anda utarakan tadi…itu menjadi tuntutan gitu….

S : Ya…hal itu membebankan…tuntutan yang menurut saya tidak segampang membalik tangan untuk memenuhi tuntutan itu. Beda seperti kalau tuntutan…ayo cepet selesai sekolah…itu bias…ayo cepet menikah…nah itu saya susah.

P : Hmmm

S : Buat saya…mungkin untuk beberapa orang itu gampang…untuk mencari pasangan hidup….tapi saya merasa susah…terkadang malah..ee…ibu saya mengusulkan…bagaimana kalau saya jodohkan…di…ibu jodohkan sama teman bapak…anaknya teman bapak…waduh…udah deh…saya udah…kalau ada temannya bapak dating…wah saya mendingan…saya pergi…hahaha…

P : Hmmm…oke, jadi…mungkin saya ingin bertanya lagi…tanya lagi…tentang itu ya…ya dari perasan anda …anda merasa tertekan…gitu khan…pada akhirnya…pada akhirnya anda merasa tertekan…yang awalnya mungkin anda…mengangap itu bukan tekanan…bukan tuntutan…kemudian anda menjadi…mungkin merasa tertekan karena…ee…terlalu sering…dan anda mengalami itu sering sekali

gitu…terutama dari ibu…terutama dari ibu…kemudian…ee…dari perasaan anda itu…dimana anda merasa…mungkin…sampai jenuh ya…sampai jenuh…sampai bosan…dank ok masalahnya itu-itu aja… S : Yah pada saat puncak-puncaknya stress…karena ditanyain seperti

itu…biasanya saya sering…sering keluar…sering saya mencari hiburan…yang terutama habis…setelah ditanyain, ditanyain tentang hal itu…pasti bias…ee…1 hari, 2 hari atau 3 hari…saya pulang kerja langsung mampir kemana…cari hiburan sama teman-teman…ntar pulang malem…langsung tidur…besok pagi, berangkat pagi…jadi…ee…saya menghindari untuk…untuk berbicara langsung dengan ibu saya…itu…mungkin yah…saya…bayangan saya …kalau …kalau nanti…ada kesempatan berbicara…mesti ibu saya tanya itu lagi. Untuk menghindar paling…beberapa hari…saya…menyibukkan diri…

P : Hmmm...begitu…itu…untuk…ee…ini anda kemudian mencoba menyibukkan diri ya…untuk…ee…menghindari orang-tua anda itu. Mungkin ada hal lain mungkin…dari pengalaman anda khan mungkin…diawal anda merasa itu…dan…itu khan juga …merupakan juga suatu ini ya…ya…makin lama makin seperti…apa ya…grafik begitu khan. Jadi pertama nol trus kemudian satu, dua, tiga begitu…ee…tapi khan mungkin anda merasa nggak apa…apakah itu…ee…apa ya…ee…sikap anda, reaksi anda terhadap…terhadap tekanan itu…apakah hanya itu…atau ada selang-selang tertentu yang mungkin beda gitu…perilakunya mungkin.

S : Kebanyakan sich saya memang sering keluar…ya…mungkin karena tekanannya dari orang-tua…saya merasa itu…bener-bener member…membebani…karena dari…ibu saya…yak arena satu rumah ya…saya lebih sering…pokoknya istilahnya berusaha tidak ada dirumah dalam waktu yang lama, jadi ya…paling dirumah ya hanya…Cuma tidur, makan, mandi…wes dah, itu aja…ya kalau dari…pokoknya yang lebih…saya merasa lebih…lebih menekan ya…dari ibu saya ya…kakau kakak saya khan karena jarang ketemu ya…kakau lagi pas ketemu…pas lagi dia berbicara tentang hal itu…ya…saya cumin…kalau tidak saya tinggal…kalau saya nggak bias pergi…ya…paling ya…mainnya ya…perang mulut. Dalam artian saya mempertahankan konsep…konsep keadaan saya…diam…dia juga…ee…mengutarakan alas an dia kenapa saya harus cepat menikah…sehubungan sama kakak saya itu khan masalah…apa namanya…segi medislah…sudah umur 35, nanti kakau tidak punya anak gimana…ya…orang…siapa sich yang tidak pengen nikah…nggak pengen punya anak. Tapi kalau kebentur pasangan mau bagaimana ya…paling…seringnya kalau kakak saya ya…saya tinggal juga…intinya ya…saya sering pergilah jadinya.

P : Hmmm…hmmmm. Mungkin ada hal lain yang ingin anda ceritakan…mungkin…mungkin tadi juga anda…mungkin tidak terlalu ini ya…ee…anda terlalu merasa tertekan oleh…ee…tadi khan anda diawal juga bilang bahwa dari saudara-saudara anda juga mengalami ya…dari saudara-saudara, teman…tapi anda…teman lebih anda anggap itu

guyonan ya…guyonan bagi anda. Kalau dari saudara-saudara anda merasa kurang ini ya…apa namanya…kurang…ee…hanya sekedar basa-basi begitu…ya…dalam pertemuan-pertemuan keluarga.

S : Ya..karena jarang ketemu ya…jarang ketemu dengan keluarga besar…mungkin seperti…kalau basa-basi mungkin…terlalu meremehkan…kayak perhatian merekalah…perhatian…ya…bagi saya itu juga perhatian sich. Dia memperhatikan saya belum menikah…mereka bertanya…kenapa?...tapi ya…tidak lebihlah dari itu. Tidak lebih dari itu…sekedar perhatian mereka. Jadi saya tidak menganggap itu tekanan…berbeda dari…ee…orang-tua saya atau kakak saya…berbedalah…

P : Oke…mungkin masih ada lagi yang…yang bias mungkin anda diceritakan gitu…

S : Apa ya…kelihatannya sudah nggak tuh…apa mau ditanya apa lagi…hahaha….

P : Yah…ya…mungkin masih ada yang tertinggal…ee…mungkin anda lupa atau anda tidak bias mengingat, mungkin punya pengalaman lain…kalau menurut anda itu sudah cukup…ya…karena saya juga merasa itu sudah cukup bagi saya…ee…mungkin saya terima kasih karena anda…sudah…mau menjadi subjek saya, trus kemudian terima kasih atas kerjasamanya…mungkin cukup…terima kasih

Subjek II

P : Eh…baik…langung aja mba maksudnya..saya mau tau alesannya mungkin nih,,kan sampe sekarang mba masih melajang nih..mungkin bs ga diceritain ke saya alesannya kenapa masih melajang sampe sekarang…

S : mmm..apa ya..alesannya satu…memang belum berkeinginan banget gitu untuk berkeluarga..satu ini mungkin itu karena ,,karena…sekarang,,mm ngomongin karir juga ya..di karir sekarang ya ga jelek2 banget ya ga bagus2 amat..ya..dan waktunya waktu dlm hdp sekarang sudah habis di karir juga..jadi ga ada waktu buat mikirin..ya pada dasarnya tidak…belum..bukan tidak berpikir ya..karena itu tadi..belum pengen banget ya..tidak ada waktu…kedua..ya kedua karena..waktunya habis…kedua.. waktunya emang…yah,,,kedua krnya kedua krn …krn memang waktunya itu memang memang jadi waktunya itu,,,berpikir..waktu untuk berpikir,,prosentase berpikir jadi kecil sekali untuk berkeluarga itu memang waktu dalam 24 jam itu brp ya dod..berapa ya 10 jam lebih itu sudah untuk pekerjaan…jadi untuk berpikir ke situ jadi ya ga ada waktu..jadi gitu nangkep ga dod? Nangkep?

P : Ya nangkep..ya selama ini….mbak yang masih melajang sampai sekarang ada ga tekanan tekanan gitu misalnya dari orangtua, dari teman gitu,,tekanan..

S : Tekanan..tekanan mungkin ada ya tp tidak terlalu yang…kaya eh kok lo ga nikah2 lo ken begini..begini..eh…ga … seperti itu tapi ya Cuma eh inget lo umur lo udah berapa ya gt2 deh.temen2ya dah pada nikah dah pada punya anak kok masih seneng aja seperti inioh iya ya kepingin..iya ya ..tapi ya karena itu ya karena saya menikmati jadi tdk ada tdk ada piye yo maksudnya tidak ada hal yang mendorong untuk aku ini gimana ya…aku ini ga kepengen nikah ga pengen punya anak…ya tekanan2 itu ya ada, normal pasti ada apalagi dr orangtua tapi ya ga terlalu memaksakan untuk apa ya cepet2 gitu…saya ralat ya bukan tekanan tapi apa ya…ya…tekanan ya…tapi tekanan itu pasti ada tapi ya itu bagaimana kita mengolah tekanan itu menjadi tidak menjadi tekanan yang bener2 bikin stress, bikin orang berpikir gimana gitu…ga jadi tekanan yang bikin kita hrs cepet2 gt..

P : Sempet ga tekanan2 itu bikin stress

S : Oh ga, jangan sampe…Amit2…ga sih,,krn itu tadi sy terlalu menikmati hidup.. jadi sampai sekarang bayangan untuk menikah itu sampai sekarang itu mgkn sy jadi bpkir kalo apakah ketika saya menikah nanti saya akan lebih bahagia dibanding dengan saya melajang sekarang. Belum tnt ketika menikah nanti saya akan bahagia..bahagia itu kan luas ya…bahagia…pikiran saya sekarang begitu sekarang dengan saya seperti ini sy sudah senang…dalam arti saya sudah bisa mencukupi kebutuhan saya sekarang, dalam artian saya senang bisa menikmati hidup saya sekarang, intinya saya sudah menikmati..hidup saya tidak penuh

tekanan..jadi sekarang saya berpikirnya apakah dengan saya menikah nanti hidup saya akan lebihbaik, dalam arti bahagia daripada sekarang? Pikiran saya untuk sekarang spt ini. Ya mungkin krn belum ada yang…. kamu ini cepet menikah krn begini krn begitu ya masih ga ada yang seperti itu yang menekan banget…eh…krn tekanan normal aja..eh mampus…tapi bukan tekanan ya tapi lebih ke pertanyaan yang saya rasakan ini hanya pertanyaan.saya merasakan itu bukan tekanan tapi lebih ke pertanyaan.ini saya ralat bukan tekanan tapi tekanan…

P : Mungkin bisa diceritakan lebih lanjut lagi ttg pertanyaan2 tadi..tadi disebutin ada pertanyaan dari orang-tua..dari teman2…

S : Iya dari teman2..misalnya kan pas lagi pada kumpul..temen2 udah pada bawa anak..pasti dong ada pertanyaan..lo kapan..ya kan? Ya paling saya sih Cuma ketawa aja krn bagi saya, saya lebih menikmati kehidupan saya sekarang ini jadi ya saya ga terlalu mikirn pertannyaan2 itu..ya mereka juga tdk tll serius menanyakan pertanyaan itu..

P : Ya…mungkin saya butuh cerita…ada ga alasan kenapa yang pertanyaan itu ditanyakan oleh orangtua…pasti beda dong sikap ketika orangtua yang bertanya dengan teman2..mungkin pengen tau kayak gimana pertanyaan dr orangtua itu seprti apa

S : Ya semua pertanyaan sama dong

P : Ya..ya..maksudnya sikapnya seperti apa..

S : Ya sikap kaya misalnya ngajak duduk berdua, kemudian orangtua tanya kenapa kamu belum mau menikah, apa alasannya, sampai kapan kamu

mau sendiri terus..seperti itu ga pernah…ya itu hanya sekilas aja…misalnya ktk cerita ttg kerjaan, ttg karir, tentang kehidupan saya sekarang, tentang bagaimana saya menikmati hidup sekarang, nah dari situ baru mengalir..kamu ga boleh dong selamanya kamu hnaya

Dokumen terkait