• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Saran yang saya berikan berkaitan penulisan ini, seperti:

1. Perlu adanya peningkatan perlindungan dan penanganan bagi para pengungsi, serta perlunya kerjasama yang lebih baik antara organisasi Internasional dengan Pemerintah, baik di Negara Penerima maupun Negara Pihak Ketiga untuk memberikan kenyamanan bagi Pengungsi Anak.

2. Perlu adanya sosialisasi lembaga atau organisasi Internasional secara menyeluruh sehingga prinsip dan asas serta bentuk-bentuk perlindungan terhadap hak-hak dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya, guna adanya perlakuan yang sama terhadap perlindungan anak.

3. Para Pengungsi Anak perlu mendapatkan perlakuan yang sama seperti anak-anak pada umumnya.

16

Tinjauan Umum Pengungsi dalam Hukum Internasional

A. Pengertian Pengungsi

Terdapat 3(tiga) istilah yang perlu dijelaskan lebih dahulu untuk menempatkan istilah pengungsi tepat pada tempatnya. Istilah-Istilah tersebut antara lain ; suaka, pencari suaka, dan pengungsi. Suaka adalah penganugrahan perlindungan dalam wilayah suatu negara kepada orang-orang dari negara lain yang datang ke negara bersangkutan karena menghindari pengejaran atau bahaya besar. Pada draft yang dibuat oleh UNHCR suaka diartikan sebagai pengakuan secara resmi oleh negara bahwa seseorang adalah pengungsi dan memiliki hak dan kewajiban tertentu. Pada perlindungan suaka terdapat aspek penting yakni terdapatnya Prinsip non-refoulement. Prinsip tersebut merupakan aspek penting dan menjadi dasar hukum fundamental dari hukum pengungsi. Konsep dari prinsip tersebut intinya melarang negara-negara untuk memulangkan/ mengembalikan/ mengusir seseorang/ sekelompok orang diwilayahnya dimana nyawa ataupun kebebasan mereka terancam. 25

Dasar hukum permohonan suaka berdalih adanya rasa takut atau ancaman terhadap keselamatan diri dari penganiayaan/ penyiksaan. Alasan tambahan dari permohonan suaka adalah adanya cukup alasan/bukti bahwa yang bersangkutan terancam keselamatannya karena suatu alasan yang telah ditentukan hukum

25

Internasional, seperti hal-hal bersifat rasial, agama, kebangsaan, keanggotaanya dalam suatu kelompok sosial atau kelompok politik.

Seringkali pengungsi sekaligus merupakan pencari suaka, akan tetapi pencari suaka ada juga yang tidak mendapatkan status pengungsi. Hal tersebut terjadi karena mereka tidak mempunyai pilihan hidup lain selain keluar dari negaranya. Setiap manusia, memiliki hak inherent untuk hidup yang harus dilindungi oleh hukum. Tidak seorang pun dapat dengan sewenang-wenang dirampas haknya untuk hidup sehubungan dengan hal itu, orang-orang yang meninggalkan negaranya akibat tekanan yang mereka terima dari negaranya.

1. Pengertian Secara Umum

Refugee merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang dalam Bahasa

Indonesia disebut pengungsi. Pengungsi adalah satu status yang diakui oleh Hukum Internasional dan/atau nasional. Seseorang yang telah diakui statusnya sebagai pengungsi akan menerima kewajiban-kewajiban yang ditetapkan serta hak-hak dan perlindungan atas hak-haknya itu yang diakui oleh Hukum Internsional dan/atau nasional. 26

26

Sulaiman Hamid. 2002. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 39

Pengertian pengungsi (refugee) yaitu : “The word refugee is frequently used by the media, politicians and the general public to

describe anyone who has been obliged to abandon his or her usual place of

residence. Normally, when the word is used in this general manner little effort is

made to distinguish between people who have had to leave their own country and

those who have been displaced whitin their homeland Nor is much attention paid

violence, communal conflict, ecological disaster or proverty, they are all assumed

to qualify for the title of refugee.” 27

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengungsi diartikan sebagai orang yang mencari tempat yang aman keteika daerahnya ada bahaya yang mengancam. Dalam terminologi bahasa Indonesia pengungsi tidak mencakup baik geografisnya maupun prasyarat penyebabnya. Dalam Black’s Law Dictionary pengungsi diartikan sebagai “A person who arrives in a country to settle there permanently; a person who immigrates.” Dalam The Concise Oxpord Dictonary,

pengungsi diartikan sebagai “A person taking refuge, esp. In a foreign country from war or persecution or natural disaster.” Sedangkan dalam Longman

Dictionary of Contemporary English mendefinisikan pengungsi dalam arti “A

person who has been driven from his country for political reason or during war.”

Sementara itu, pada Wedbster Ninth New Collegate Dictionary, pengungsi diartikan dengan “ One who flees to a foreign country or power to escape danger or persecution.” Jika merujuk pada Kamus Bahasa Indonesia diatas, istilah

pengungsi berbeda.

28

Dari pengertian diatas, dapat kita ketahui bahwa pengungsi secara umum dapat diartikan pengungsi merupakan orang-orang yang keluar/melarikan diri dari tempat asal/negaranya karena beberapa alasan seperti ; penganiayaan, kekerasan politik, konflik komunal, bencana alam. Pada umumnya, pengungsi ini banyak akibat negara asalnya terjadi konflik. Orang-orang yang disebut pengungsi ini melarikan diri dari negara asalnya untuk mendapatkan keamanan dari negara lain

27 Ibid. Hal 40

28

yang tidak didapat di negaranya serta agar tidak terlibat dalam konflik yang sedang terjadi di negara asal. Lain hal dengan bencana alam, pengungsi yang diakibatkan bencana alam mengungsi karena mereka membutuhkan bantuan dari orang-orang ataupun negara-negara lain untuk membantu mereka. Pengungsi akibat bencana alam, misalnya tsunami sangat membutuhkan bantuan, hal tersebut karena banyak harta, pekerjaan, keluarga mereka yang bisa saja habis dihancurkan oleh ombak tersebut.

2. Pendapat Para Ahli a. Malcom Proudfoot

Malcom memberikan pengertian pengungsi dengan melihat keadaan para pengungsi akibat perang Dunia II. Dari komentar Malcom, dapat ditarik suatu gambaran tenteng pengertian pengungsi sebagai berikut :

“ These forced movements, ...Were the result of the persecution, forcible deportation, or flight of Jews and the political opponent of the

authoritarians governments; the transference of ethnic population back to

their homeland or to the newly created provinces acquired by war or treaty;

the arbitrary rearrangement of prewar boundaries of sovereign state; the

mass flight of civilians under the terror of bombardment from the air and

under the threat or pressure of the advance or retreat of armies over

immense area of Europe; the forced removal of populations from coastal or

defense area under military dictation; and the deportations for forced

“ Gerakan-gerakan paksa , ... Apakah hasil penganiayaan , deportasi paksa , atau penerbangan dari Yahudi dan lawan politik pemerintah otoriter ; pemindahan penduduk etnis kembali ke tanah air mereka atau ke provinsi baru yang timbul akibat perang atau perjanjian ; penataan ulang sewenang-wenang batas sebelum perang dari negara yang berdaulat ; perpindahan penduduk secara besar-besaran akibat adanya serangan udara dan adanya tekanan atau ancaman dari para militer dibeberapa wilayah Eropa ; pemindahan paksa penduduk dari daerah pesisir atau pertahanan di bawah perintah militer ; dan deportasi tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang Jerman "29

b. Pietro Verri

Dari terjemahan pendapat yang dikemukakan oleh Malcom, pengungsi adalah orang-orang yang terpaksa pindah dari tempat asalnya ke tempat lain. Orang-orang yang terpaksa pindah ini, seperti yang sebelumnya sudah dikemukakan mempunyai alasan untuk pindah agar mendapatkan keamanan dari tempat yang baru.

Pengertian Pengungsi menurut Pietro Verri dikutip dari Pasal 1 UN Convention on The Status of Refugees tahun 1951 yang berbunyi “[It] applies to any person who has fled the country of his nationality to avoid persecution or the

threat of persecution.” Dari Pasal tersebut, pietro berpendapat bahwa pengungsi

adalah orang-orang yang meninggalkan negaranya karena adanya rasa ketakkutan akan penyiksaan atau ancaman penyiksaan. Jadi terhadap mereka yang mengungsi

29

masih dalam lingkup wilayahnya/ wilayah negaranya belum dapat disebut sebagai pengungsi menurut Konvensi Tahun 1951.30

c. Enny Soeprapto

Pengungsi adalah suatu status yang diakui oleh hukum Internasional dan/atau nasional. Seseorang yang telah diakui statusnya sebagai pengungsi akan menerima kewajiban-kewajiban yang ditetapkan serta hak dan perlindungan atas hak-haknya yang diakui oleh Hukum Internasional dan/atau nasional. Sebelum seorang pengungsi diakui statusnya sebagai pengungsi, pertama-tama ia merupakan pencari suaka. Status sebagai pengungsi merupakan tahap berikut dari protes kepergian atau beradanya seseorang di luar negeri tempat tinggalnya dulu. Ia menjadi pengungsi setelah diakuinya status oleh instrumen internasional dan/atau nasional.31

3. Pengertian Pengungsi Dalam Instrumen Internasional dan Regional32

Berikut ini akan dijelaskan pengertian pengungsi (refugee) menurut instrumen-instrumen Internasional maupun regional.

a. Instumen Internasional 1) Menurut Statuta UNHCR

Instumen ini disahkan oleh Majelis Umum PBB dalam resolusi 428(V), bukn Desember 1959. Secara garis besar Statuta UNHCR ini terdiri dari tiga bab yaitu :

30 Ibid hal. 37

31 Sri Badini Amidjojo. Perlindungan Terhadap Pengungsi Berdasarkan Konvensi Jenewa 1951. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manuisa RI. 2004

32

a) Ketentuan-ketentuan umum b) Fungsi UNHCR

c) Organisasi dan Keuangan

Dalam fungsi UNHCR yang disebutkan dalam Statuta, tercermin di definisi yang diberikan terhadap pengungsi dan juga tugas-tugas yang diemban oleh Badan ini, yaitu ; memberikan bantuan serta perlindungan secara Internasional terhadap orang-orang yang terpaksa pergi meninggalkan negara asalnya, karena adanya rasa ketakutan yang sangat akan persekusi. Ketakutan itu bisa didasarkan kepada ras, agama, kebangsaan, juga mungkin karena keanggotaan pada salah satu kelompok sosial ataupun karena pendapat politik. Juga mereka tidak dapat atau tidak bermaksud untuk melindungi diri dari perlindungan negara tersebut, atau untuk kembali, karena adanya rasa ketakutan akan persekusi.33

2) Menurut Konvensi Tahun 1951 Tentang Status Pengungsi (The 1951 Convention Relating to the Status of Refugees)

Secara umum pengertian pengungsi dapat dilihat dalam ketentuan Pasal I A ayat (2) sebagai berikut :

“ As a result of events occuring before 1 January 1951 and owing to well founded fear of being persecuted for reason of race, religion, nationality,

membership of particular social group or political opinion, is outside the

country of his nationality and is unable or, owing to such fear, is

unwilling to avail himself of protection of thet country; or who, not

having a nationality and being outside the country of his former habitual

33

residence as a result of such events, is unable or, owing to such fear, is

unwilling to return to it”

Jadi berdasarkan konvensi tersebut, pengungsi merupakan orang-orang yang berada diluar negaranya dan terpaksa meinggalkan negara mereka karena adanya peristiwa yang terjadi sebelum tanggal 1 Januari 1951 dan adanya rasa takutakan penganiayaan, baik karena ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok tertentu maupun pendapat politik yang dianut mereka. Rasa takut akan adanya penganiayaan ini menjadi dasar UNHCR untuk menentukan apakah seseorang itu termasuk dalam kategori pengungsi atau tidak.34

3) Menurut Protocol Tanggal 31 Januari 1967 tentang Status Pengungsi (Protocol Relating to the Status of Refugees of 31 January 1967)

Dalam Pasal 1 ayat (2) Protokol tersebut, pengungsi dapat diartikan sebagai berikut :

“For the purpose of the present Protocol, the term ‘refugee’ shall, except as regards the application of paragraph 3 of this Article, mean any

person within the definition of Article 1 of the Convention as if the words

‘ as a result of events occuring before 1 January 1951 and ...’ and the

words ‘ ... a result of such events: in Article 1A (2) were comitted.”

Jadi, adanya perluasan mengenai definisi pengungsi dalam Konvensi 1951 sebagai akibat dari adanya pengungsi baru disepanjang 1950-1960 an. Karena itu, negara-negara yang ikut dalam protokol ini menerapkan definisi pengungsi menurut Konvensi 1951, namun tanpa adanya batasan waktu.35

34 Ibid hal 40-41

35

4) Menurut Deklarasi Perserikatan Bangs-Bangsa tahun 1967 tentang Asilum Teritorial ( UN Declaration on Territorial Asylum 1967)

Dalam deklarasi Suaka Teritorial tahun 1967 ini, memperluas efektifitas perlindungan Internasional terhadap para pengungsi. Perlindungan itu dimaksudkan untuk mengembangkan instrumen hukum Internasional untuk para pengungsi dan juga untuk memastikan bahwa mereka diperlakukan sesuai dengan instrumen-instrumen khususnya yang berkaitan dengan hak untuk bekerja, jaminan sosial, serta akses terhadap dokumen perjalanan. UN Declaration on Territorial Asylum 1967 ini hanya terdiri dari 4 Pasal. Deklarasi ini, di bagian Pembukaan, merujuk kepada Pasal 14 Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan bahwa :

a) Everyone has the right to seek and to enjoy in other countries asylum

from persecution.

b) This right may not be revoked in the case of prosecutions genuinely arising from non-political crimes or from acts contrary to the purpose

and principles of the United Nations.

Deklarasi tahun 1967 juga merujuk kepada Pasal 13 ayat (2) dari Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan: “Everyone has the right to leave any country, including his own, and to return to his country.”36

b. Instrumen Regional

Ada beberapa instrumen regional yang secara khusus mengatur tentang pengungsi :

36

1) Organization of African Unity (OAU) Convention

Definisi pengungsi menurut OAU masih tetap berpegang kepada definisi yang diberikan oleh Konvensi tahun 1951. Hal ini karena, pengesahan terhadap naskah Konvensi OAU dilakukan dalam tahun 1969 dengan merujuk kepada Konvensi Tahun 1951 tentang status pengungsi. Akan tetapi ada tambahan yang merupakan hal yang sesuai dengan karakteristik di Afrika yaitu orang-orang yang terpaksa meninggalkan negara-negara mereka karena : “owing to external aggression, occupation, foreign domination or events seriously disturbing public order in either part or

the whole of his country of origin or nationality”

Dengan demikian, orang-orang yang pergi meninggalkan negara tempat asal mereka karena adanya bencara perang saudara, kekerasan, dan juga adanya perang, berhak untuk mendapatkan status sebagai pengungsi.37 2) Menurut Negara-Negara Amerika Latin

Dalam Deklarasi Kartagena, memuat definisi sama dengan yang ada dalam Konvensi OAU. Deklarasi Kartagena ini sangat penting, disamping Konvensi 1951 dan Konvensi OAU, karena telah memberikan rekomendasi, bahwa definisi pengungsi yang dipergunakan di kawasan harus memasukkan orang-orang yang pergi meninggalkan negara mereka dengan alasan jiwanya terancam, keamanan, serta kebebasan karena adanya kekerasan, agresi pihak asing, konflik internal, pelanggaran HAM yang berat, ataupun karena adanya hal-hal lain sehingga ketertiban umum

37

terganggu. Secara lengkap rekomendasi itu dituangkan dalam poin berikut :

“To reiterate that, in view of the experience gained from the massive flows of the refugees on the Central American area, it is necessary to

consider enlarging the concept of the refugee, bearing in mind, as far as

appropriate and in the light of the situation prevaling in the religion, the

precedent of the OAU Convention (article 1, paragraph 2) and the

doctrine employed in the reports of the Inter-American Commission on

Human Right. Hence the definition or concept of a refugee to be

recommended for use in the region is one which, in addition to containing

the elements of the 1951 Convention and the 1967 Protocol, includes

among refugees person who have fled their country because their lives,

safety or freedom have been threatened by generalized violence, foreign

aggresion, internal conflicts, massive violation of Human Right or other

circumstances which have seriously disturbed public order”38

B. Syarat Pengungsi

1. Pengaturan tentang Pengungsi

Ada beberapa Insrumen Internasional yang mengatur standar baku terhadap perlakuan untuk para pengungsi. Pengaturan tersebut antara lain:

a. Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol tahun 1967 tentang Status Pengungsi39

38 Ibid hal 46

39

Secara garis besar, Konvensi tahun 1951 dan Protokol tahun 1967 mengandung 3(tiga) ketentuan, yaitu:

1) Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan definisi, siapa saja yang tidak termasuk dalam pengertian pengungsi

2) Ketentuan yang mengatr tentang status hukum pengungsi termasuk hak-hak dan kewajiban-kewajiban pengungsi di Negara mereka menetap

3) Ketentuan lain yang berkaitan dengan penerapan instrumen pengungsi baik dari sudut prosedur administratif maupun diplomatik

b. Konvensi tahun 1954 (Convention Relating to the Status of stateless Person)40

Konvensi ini mengatur tentang orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraaan. Konvensi ini hanya berlaku terhadap orang-orang yang pada saat itu belum menerima bantuan perlindungan dari lembaga-lembaga atau badan-badan dan PBB. Konvensi ini tidak berlaku terhdap orang-orang yang telah diakui sebagai warga negara oleh sebuah badan yang berwenang dalam negara itu, sehingga orang itu memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang sama dengan warga negara di negara itu. c. The Convention on the Reduction of Statelessness41

Konvensi ini secara garis besar mengatur tentang pengurangan terhadap jumlah orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Konvensi ini juga mengatur tentang hilangnya status kewarganegaraan dari

40 Ibid hal 90

41

orang yang tidak memiliki warga negara melalui perkawinan, berakhirnya perkawinan, atau karena mendapatkan status kewarganegaraan lainnya. d. The Fourth Geneva Convention Relative to the Protection of Civilian

Persons in Time of War (1949)42

Konvensi ini merupakan Konvensi keempat dari 3(tiga) Konvensi Jenewa lainnya yang mengatur tentang perlindungan korban perang. Di dalam Konvensi ini yang berkaitan dengan pengungsi diatur dalam Bagian II, berjudul “Aliens in the Territory of a Part to the Conflict”. Dalam Pasal 44 disebutkan bahwa negara yang bertikai tidak boleh memperlakukan para pengungsi yang tidak mendapatkan perlindungan dari suatu negara seperti musuh dari negara mana ia bermusuhan.

e. The United Nations Declaration on Teritorial Asylum (1967)43

Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan di negara lain karena adanya persekusi dan juga merupakan hak setiap orang untuk kembali dan pergi meninggalkan negaranya, maka disahkanlah Deklarasi Suaka Teritorial. Deklarasi Suaka Teritorial ini sangat penting bagi pengungsi mengingat diantara mereka itu mungkin saja terdapat orang-orang yang mencari suaka (Asylum Seekers)

2. Status dan Syarat Pengungsi

Status Pengungsi merupakan Ketetapan/Declarator yang hanya menyatakan apa yang sebenarnya sudah ada. Ini berbeda dengan konstitutp yang menciptakan status yang baru. Dengan kata lain, seseorang tidak menjadi pengungsi sebab

42 Ibid hal 93

43

pengakuan akan tetapi pengakuan ada karena orang tersebut sudah pengungsi. Kriteria untuk dapat disebut sebagai pengungsi adalah :

a. Has a well founded fear of persecution because of his/her : race, religion, nationality, membership in a particular social group or politican opinion

b. Is outside his/her country of origin

c. Is unable or unwilling to avail hilm/herselft of the protection of that or to return there for fear of persecution country

Selain itu juga, terdapat 2(dua) terminologi pengungsi, yaitu:

a. Mandate Refugee (Pengungsi Mandat)

Hal tersebut didasarkan oleh faktor apabila suatu negara belum menjadi peserta pada Konvensi 1951. Status penetapan pengungsi dilakukan oleh wakil-wakil UNHCR yang berada di negara tersebut dan untuk hal yang demikian dinamakan pengungsi mandate karena penetapannya ditentukan oleh UNHCR.

b. Convention Refugee (Pengungsi Konvensi)

Pada pengungsi Konvensi, prosedur penetapan status diserahkan kepada negara yang sudah menjadi peserta Konvensi tersebut dan tetap bekerjasama dengan UNHCR setempat. Biasanya negara tersebut membentuk suatu panitia khusus yang terdiri dari instansi-instansi yang ada hubungannya dengan masalah pengungsi.44

44

Penentuan seseorang menjadi pengungsi sebenarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam 2 tahap, yaitu:

a. Penemuan atau penetapan yang menentukan bahwa dari fakta yang ada memang orang tersebut adalah refugee

b. Fakta dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dalam Konvensi 1951 dan Protokol 1967. Setelah itu dihubungkan apakah yang bersangkutan memang merupakan pengungsi atau tidak.

Pada awalnya, status orang yang mengungsi bukan lah pengungsi tetapi pencari suaka. Pencari suaka merupakan orang yang telah mengajukan permohonan untuk mendapat perlindungan namun permohonannya sedang dalam proses penentuan. Apabila permohonan pencari suaka diterima, maka ia akan disebut sebagai pengungsi, dan status tersebut memberikannya hak serta kewajiban sesuai dengan undang-undang negara yang menerimanya.45

45

Persentase permohonan pencari suaka diterima sangat beragam dari satu negara ke negara lain, bahkan untuk satu negara yang sama. Setelah menunggu proses selama bertahun-tahun, para pencari suaka yang mendapatkan jawaban negatif tidak dapat dipulangkan ke negara asalnya yang membuat mereka terlantar. Para pencari suaka yang tidak meinggalkan negara yang disinggahinya biasanya dianggap sebagai imigran tanpa dokumen. Pencari suaka, terutama mereka yang permohonannya tidak diterima, semakin banyak yang ditampung di rumah tendensi.

Pencari suaka yang telah terdaftar kemudian dapat mengajukan permohonan status pengungsi, melalui prosedur penilaian yang mendalam oleh UNHCR, yang disebut sebagai Penentuan Status Pengungsi atau Refugee Status Determination (RSD), prosedur ini antara lain46

a. Registrasi atau Pendaftaran Para Pencari Suaka :

Sebelum melalui tahap ini, petugas UNHCR memberikan berupa formulir isian dan memberikan briefing/pengarahan mengenai proses yang akan dilakukan oleh para pencari suaka. Formulir isiannya sendiri memiliki banyak

Dokumen terkait