• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Pengungsi adalah masalah klasik, karena keberadaannya dan terjadi dalam setiap peradaban manusia. Keberadaan pengungsi juga sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan mengenai pengungsian juga diceritakan dalam ajaran-ajaran agama, selain itu juga dalam sejarah perpindahan penduduk dari Inggris ke Amerika, pengungsian akibat perang, dan lainnya.4 Penanggulangan masalah pengungsi sebetulnya telah lama menjadi perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perserikatan Bangsa-Bangsa-Bangsa-Bangsa adalah suatu organisasi Internasional yang bersifat Global yang terpenting masa kini.5 Salah satu tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tercantum dalam Pasal 1 Piagam PBB adalah mengusahakan mengusahakan kerjasama Internasional dalam memecahkan permasalahan yang bersifat ekonomi, sosial, kebudayaan dan kemanusiaan serta mengajukan dan mendorong penghormatan hak asasi dan kebebasan dasar manusia.6 Pada Tahun 1946 PBB telah mengesahkan pembentukan sebuah badan khusus (speciallized agency) yaitu Internastional Refugee Organization (IRO) yang mengambil alih

peran “ The United Nations Relief an Rehabilitation Agency (UNRRA)”.7

United Nation High Commissioner for Refugees yang merupakan Komisi

Tinggi untuk PBB ini bermarkas di Jenewa, Swiss. Badan ini didirikan pada

4

Achmad Romsan,dkk. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan Prinsip-Prinsip Perlindungan Internasional. Jakarta : UNHCR. Hal 55

5 F. Sugeng Istanto. Hukum Internasional. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. 1998 hal 127

6 Achmad Romsan,dkk. Op.Cit. hal 130

7

tanggal 14 Desember 1950, bertujuan untuk melindungi dan memberikan bantuan kepada pengungsi berdasarkan pemintaan sebuah pemerintah atau PBB, kemudian untuk mendampingi para pengungsi tersebut dalam proses pemindahan tempat menetap mereka ke tempat yang baru.8 United Nation High Commissioner for Refugees, disingkat dengan UNHCR, didirikan sehubungan dengan meningkatnya

jumlah manusia yang meninggalkan negara asalnya karena khawatir akan memperoleh tekanan-tekanan hidup yang diakibatkan perbedaan-perbedaan dengan pihak pemegang kuasa, diantaranya perbedaan ras, agama, dan pendirian politik. 9

Perlindungan pengungsi yang diberikan oleh UNHCR, dimulai dengan memastikan bahwa pengungsi dan pencari suaka terlindung dari refoulement (yakni dari pemulangan kembali secara paksa ke tempat asal mereka dimana hidup atau kebebasan mereka terancam bahaya atau penganiayaan). Perlindungan pengungsi lebih jauh mencakup proses verifikasi identitas pencari suaka atau pengungsi agar mereka dapat terdaftar dan dokumentasi individual dapat dikeluarkan. Bagi mereka yang mendapatkan status pengungsi, UNHCR akan mencarikan satu dari tiga solusi jangka panjang yang memungkinkan: Penempatan Negara Ketiga, Pemulangan Sukarela (apabila konflik di negara asal telah berakhir), atau integrasi lokal.

10

Di Indonesia, penanganan masalah pengungsi masih diberikan mandat kepada UNHCR. Hal tersebut karena Indonesia belum menjadi Negara Pihak dari

8

2016 17:14

9 M. Hutauruk, S.H., 1989. Kenallah PBB. Jakarta : Erlangga. Hal. 23

10

Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol 1967.11 Walaupun Indonesia belum menjadi Negara Pihak dalam Konvensi dan Protokol tersebut, data sampai dengan akhir Februari 2015 sejumlah 4400 pengungsi yang sebagian besar datang dari Afganistan (40%), Myanmar (17%), Palestina (8%), dan Somalia (7%) terdaftar di UNHCR Jakarta. 12

Penanganan dan Perlindungan yang diberikan oleh UNHCR kepada pencari suaka, pengungsi, atau pengungsi dalam negeri itu sendiri serta orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Diantara orang-orang tersebut, UNHCR memberikan perhatian besar kepada para wanita, ibu yang tidak didampingi suaminya, anak-anak di bawah 18 tahun, orang tua atau manula, serta orang cacat.

13

Anak-anak sebagai golongan yang rentan, perlindungannya diatur dalam Hukum Internasional, yaitu Konvensi Hak Anak. Konvensi dalam praktek pembuatan perjanjian Internasional biasanya digunakan untuk perjanjian-perjanjian yang para pihaknya mencakup sebgaian besar negara-negara di dunia atau bisa disebut perjanjian multilateral. Konvensi umumnya memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat Internasional untuk partisipasi secara luas dan pada umumnya konvensi berisikan ketentua, kaedah, dan prinsip hukum umum yang berlaku ke seluruh masyarakat Internasional. 14

11

Konvensi Hak Anak adalah perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis diantara berbagai

12

13

14 Kholis Roisah. Hukum Perjanjian Internasional Teori dan Praktek. Setara Press. Malang. 2015 hal. 6

negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan anak-anak. 15 Dalam Konvensi Hak Anak, memberikan definisi anak secara umum sebagai manusia yang umurnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan nasional. 16

a. Non Diskriminasi

Ada 4(empat) Prinsip yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yaitu :

Prinsip non-diskriminasi artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini tercermin dari prinsip universalitas HAM. Dalam Pasal 2 ayat (1) Konvensi Hak Anak, menyatakan bahwa negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang dinyatakan dalam konvensi tanpa diskriminasi.

b. Yang terbaik bagi anak (best interests of the child)

Maksudnya adalah, dalam setiap tindakan yang menyangkut anak, maka apa yang terbaik bagi anak haruslah menjadi pertimbangan yang utama. Prinsip ini berada dalam Pasal 3 ayat (1) Konvensi Hak Anak, dimana semua tindakan yang menyangkut anak-anak, kepentingan terbaik anak haruslah menjadi pertimbagan utama.

c. Kelangsungan Hidup dan Perkembangan Anak (Survival and Development)

Hal ini bahwa, hak anak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui dan bahwa hak anak atas kelangsungan hidup dan

15 Ima Susilowati, dkk. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF. Hal 2

16

perkembangannya harus dijamin. Prinsip ini mencerminkan prinsip indivisibility HAM. Hal ini juga diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Konvensi Hak Anak, bahwa negara akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Segala potensi yang akan membahayakan anak,harus diminimalisir dari semua lingkungan kehidupan anak, baik di rumah maupun sekolah.

d. Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child) Maksudnya bahwa, pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya , perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan. Prinsip ini mengacu pada Pasal 12 Konvensi Hak Anak. Dalam Pasal 12 ayat (1) Konvensi tersebut menyatakan bahwa negara peserta akan menjamin hak anak yang berkemampuan untuk menyatakan secara bebas pandangannya sendiri dengan mempunyai nilai yang sesuai dengan usia dan kepentingan dari anak yang bersangkutan.17

(1) Negara-negara perserta akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjamin bahwa seorang anak yang sedang mengusahakan status Pengungsi Anak (Child Refugees) merupakan kelompok yang paling rentan yang patut mendapatkan perlakuan serta perhatian khusus. Perlindungan terhadap pengungsi anak telah diatur dalam Konvensi Hak Anak 1989 yaitu dalam Pasal 22 Konvensi Hak Anak.

Pasal 22 Konvensi Hak Anak 1989 menyatakan :

17

pengungsi atau yang dianggap seorang pengungsi sesuai dengan undang-undang dan prosedur-prosedur Internasional dan Nasional yang berlaku apakah akan didampingi atau tidak didampingi oleh orangtuanya atau oleh orang lain, memperoleh perlindungan yang layak dan bantuan kemanusiaan dalam menikmati hak-hak yang berlaku yang ditetapkan dalam Konvensi yang sekarang dan dalam piranti-piranti kemanusiaan atau hak-hak asasi Internasional lainnya dimana negara-negara yang bersangkutan itu merupakan peserta.

(2) Untuk tujuan ini, negara-negara peserta akan mengadakan bila dianggap tepat, kerja sama dalam setip usaha yang dilakukan PBB dan lembaga-lembaga antar-pemerintah dan non-pemerintah lainnya yang layak bekerja sama dengan PBB untuk melindungi dan membantu anak seperti itu dan untuk mencari orangtuanya atau anggota-anggota keluarga lainnya dari setiap anak pengungsi, guna mendapat informasi yang diperlukan bagi penyatuan dengan keluarganya. Jika tidak ada orangtua atau anggota-anggota keluarga yang dapat ditemukan, anak yang bersangkutan akan diberikan perlindungan yang sama seperti setiap anak lain yang sementara atau secara tetap kehilangan lingkungan keluarga karena alasan apapun, seperti yang dinyatakan dalam Konvensi yang sekarang. 18

Dari Pasal 22 tersebut, dapat kita ketahui bahwa peran dari negara-negara peserta sangat penting dalam pemenuhan hak-hak pengungsi anak. Pengungsi anak yang berada dalam tanggung jawab negara-negara perserta diberikan bantuan serta perlindungan yang layak. Negara-negara perserta juga dapat

18

mengadakan kerjasama dengan organisasi yang berkaitan untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada pengungsi anak. Walaupun demikian, Pasal 22 tersebut belum menjelaskan secara rinci mengenai hak-hak pengungsi anak serta bentuk-bentuk perlindungan yang akan diberikan yang akan diberikan negara-negara peserta untuk pengungsi anak. Hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan perlakuan antara negara-negara yang menjadi tempat pengungsi anak berada. Banyak hal dan permasalahan yang dilalui oleh pengungsi anak, mulai dari perjalanan hingga sampai ke tempat pengungsian. Bahkan setelah sampai di pengungsian pun masih muncul berbagai masalah mulai dari kekurangan pangan, tempat, serta kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Pengungsi Anak Suriah misalnya, anak-anak tersebut harus tidur di tenda-tenda darurat, kolong jembatan, ataupun di bawah pohon, serta di atas tanah basah.19

Pada dasarnya anak-anak baik pengungsi anak maupun yang tidak, memiliki hak-hak yang mendasar yang melekat pada dirinya, seperti hak untuk menikmati kesehatan

Pengungsi anak juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak yang lain. Pengungsi anak juga berhak menikmati masa anak-anak mereka seperti anak pada umumnya. Hak-hak anak yang terdapat dalam Konvensi Hak Anak juga seharusnya dinikmati oleh anak-anak yang berada di pengungsian.

20

, mendapatkan taraf hidup yang layak21, mendapatkan pendidikan22, hak bermain23, serta hak untuk terbebas dari eksploitasi24

19

. Anak-anak berhak

tanggal 01 Maret 2016 20:49 gambaran anak-anak suriah di beberapa negara akibat konflik yang mencengkram negara mereka

20 Pasal 24 Konvensi Hak anak

21 Pasal 27 Konvensi Hak Anak

22 Pasal 28 Konvensi Hak Anak

23

untuk mendapatkan perlindungan khusus terutama pengungsi anak yang terlantar akibat bencana alam maupun bencana buatan (bencana buatan seperti perang dan konflik antar negara). Anak-anak maupun pengungsi anak juga berhak untuk berkumpul kembali dengan orang tua maupun keluarganya. Berkumpul dengan keluarga, terutama bagi anak-anak pengungsi akan sedikit mengobati kesunyian ataupun kesepiannya apabila selama di tempat pengungsian tidak bersama dengan orang tua ataupun keluarganya. Banyak anak-anak yang datang ke tempat pengungsian tanpa didampingi oleh orang tuanya melainkan orang-orang dewasa yang bersama-sama dengan pengungsi anak membawa mereka ke tempat pengungsian.

Dokumen terkait