Belum ada instrument evaluasi beserta kunci jawaban dan pedoman penskoran.
Pengemb angan RPP Awal
Pengemb angan RPP Setelah Direvisi
Hasil validasi RPP setelah peneliti melakukan beberapa revisi dan perbaikan disajikan pada Tabel 4.10 berikut.
Tabel 4. 10 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
No Aspek Rata-rata Kategori
1 Tujuan Pembelajaran 3,6 Baik
2 Isi 3,8 Baik
3 Bahasa 4 Baik
4 Waktu 4 Sangat Baik
Rata-rata Keseluruhan Aspek 3,85 Baik
Berdasarkan Tabel 4.10, hasil validasi oleh ahli pada aspek tujuan pembelajaran diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori baik. Aspek ketepatan penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator dan aspek kesesuaian indikator dengan tingkat perkembangan siswa mendapat skor penilaian 3 dengan kategori baik. Sedangkan aspek yang lain mendapat skor 4 dengan kategori sangat baik. Aspek isi diperoleh rata-rata 3,8 dengan kategori baik.
Penilaian skala 3 diperoleh pada aspek kelengkapan instrument evaluasi (soal, kunci jawaban, pedoman pensekoran). Pada aspek bahasa mendapatkan rata-rata skor nilai yang sangat baik yaitu 4. Aspek waktu juga terkategori sangat baik dengan rata-rata skor nilai 4. Secara keseluruhan skor rata-rata nilai adalah 3,85 dan masuk pada kategori baik, sehingga rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dipergunakan dalam penelitian.
c. Lembar observasi keterlaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013, Standar Proses dijabarkan sebagai suatu kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Penyusunan Silabus dan RPP digunakan sebagai sarana pelaksanaan pembelajaran sehingga membutuhkan standar suatu ukuran tertentu yang menjadi dasar penilaian atau penetapan yang kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran.
Standar yang digunakan sebagai penilaian yang dimaksud adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran memuat kegiatan yang membandingkan tugas seorang guru dalam melaksanakan standart proses dalam pelaksanaan pembelajaran di
sekolah dengan RPP dan Silabus yang telah disusun. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL ditinjau dari kegiatan guru dan peserta didik. Keterlaksanaan pembelajaran ini disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan CTL dalam RPP. Instrumen penilaian keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban YA dan TIDAK.
Jawaban YA memiliki skor 1 apabila pernyataan sesuai dengan yang dilakukan guru atau peserta didik pada proses pembelajaran, sedangkan jawaban TIDAK memiliki skor 0, apabila pernyataan tidak sesuai dengan yang dilakukan guru atau peserta didik pada proses pembelajaran. Instrumen divalidasi terlebih dahulu agar menghasilkan data yang valid. Hasil validasi instrumen keterlaksanaan pembelajaran disajikan pada Tabel 4.11 berikut.
Tabel 4. 11 Hasil Validasi Lembar Keterlaksaan Pembelajaran Aspek Rata-rata
Konsep 4
Konstruksi 3,75
Bahasa 4
Rata-rata 3,92
Berdasarkan Tabel 4.11, hasil validasi ahli pada lembar keterlaksanaan pembelajaran diperoleh rata-rata 3,92 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lembar keterlaksanaan pembelajaran dapat dipergunakan dalam penelitian. Selanjutnya kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran kontekstual disajikan dalam Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4. 12 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran No Komponen
Pembelajaran Indikator Nomor Indikator apersepsi, materi dan tujuan pembelajaran.
2 Konstruktivisme Menyajikan
permasalahan yang
7a, 7b 2
No Komponen
Pembelajaran Indikator Nomor Indikator 4 Questioning Memunculkan
pertanyaan 6 Modelling Menampilkan bentuk
tiruan
11a 1
7 Reflection Melakukan evaluasi 12a, 12b, 12c
3 8 Autentic
Assessment
Melakukan penilaian 13a 1
9 Kegiatan Penutup
Melakukan refleksi dan menerima pekerjaan rumah
14, 15 2
Total 22
Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dianalisis secara kuantitatif dengan langkah-langkah 1) mentabulasi data skor hasil observasi dengan memberikan skor 1 untuk “Ya” dan skor 0 untuk “Tidak”, 2) menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran, dan 3) mengkonversikan hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran menjadi nilai kualitatif berdasarkan kriteria lima skala yang disajikan pada Tabel 4.13 (Sudjana dalam Fedistia, 2020) berikut.
Tabel 4. 13 Kualifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran Persentase Keterlaksanaan Kategori
90 ≤ k ≤ 100 Sangat Baik
80 ≤ k < 90 Baik
70 ≤ k < 80 Cukup
60 ≤ k < 70 Kurang 0 ≤ k < 60 Sangat Kurang
Untuk menganalisanya menggunakan rumus berikut:
skor yang diperoleh
Keterlaksanaan Pembelajaran (KP) 100%
skor maksimal
Hasil pengamatan dari dua observer terhadap keterlaksanan pembelajaran oleh pendidik dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut.
Tabel 4. 14 Persentase Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Uraian
Jumlah Skor Perolehan
Jumlah Skor Maksimal
Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran (%)
Kegiatan Belajar -1 15 22 68
Kegiatan Belajar -2 19 22 86
Kegiatan Belajar -3 20 22 90
Kegiatan Belajar -4 22 22 100
Kegiatan Belajar -5 22 22 100
Jumlah 98 110 89
Berdasarkan hasil pengamatan keterlaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik, pembelajaran melalui modul dengan pendekatan CTL untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada materi fungsi sudah terlaksana sebanyak lima kali kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan belajar pertama, beberapa hal yang tidak terlaksana seperti pendidik tidak melakukan tanya jawab mengenai materi prasyarat yang disajikan pada modul. Pendidik hanya menanyakan apakah peserta didik sudah membaca modul atau belum.
Selanjutnya, pada kegiatan inti siswa belum terlihat menyajikan dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan ke depan kelas karena keterbatasan waktu.
Banyak waktu yang terpakai saat kegiatan konstruktivisme dimana peserta didik menerapkan idenya sendiri dan juga pada kegiatan learning community dimana siswa terlibat dalam komunikasi pembelajaran. Selain itu pada akhir pembelajaran peserta didik tidak sempat merefleksi hasil kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu kegiatan belajar pertama masih termasuk dalam kategori kurang baik dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran 68%.
Sehingga setelah selesai pembelajaran di kelas, pendidik bersama observer berdikusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi agar tidak terulang kembali pada pertemuan selanjutnya.
Pada kegiatan belajar kedua, pendidik sudah melakukan tanya jawab mengenai materi yang dibahas dalam modul, namun masih belum dapat memanajemen waktu agar peserta didik dapat mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya di depan kelas. Hal ini disebabkan karena beberapa
peserta didik belum selesai menyusun hasil ketika waktu yang dijadwalkan berakhir sehingga membutuhkan waktu lebih lama dalam menyelesaikan hasil pekerjaan. Pendidik terus menjelaskan kepada peserta didik mengenai pentingnya membaca modul terlebih dahulu sebelum pembelajaran dilaksanakan. Namun pada akhir kegiatan, pendidik belum memberikan tugas agar pertemuan selajutnya dapat berjalan dengan lebih baik. Pada kegiatan belajar kedua, persentase keterlaksanaan pembelajaran adalah 86% dan termasuk kategori baik.
Pada kegiatan belajar ketiga, hampir setengah dari peserta didik membaca modul terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulia. Peserta didik dapat menampilkan hasil pekerjaannya di depan kelas dan melakukan tanya jawab bersama teman kelompok lain. Hanya saja kegiatan refleksi di bagian penutup belum terlaksana karena keterbatasan waktu sehingga pendidik harus berusaha melakukan menejemen waktu dengan lebih baik. Persentase keterlaksanaan pembelajaran meningkat lebih baik menjadi 90%.
Pada kegiatan belajar keempat, sebagian besar peserta didik telah membaca modul sebelum dimulai pembelajaran, sehingga pendidik dapat mengatur waktu dengan baik. Peserta didik dapat menampilkan hasil pekerjaan di depan kelas dan melakukan tanya jawab bersama teman kelompok lain. Pada kegiatan penutup juga telah terlaksana kegiatan refleksi hasil kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Begitu pula dengan pertemuan kelima, kegiatan pembelajaran sudah semakin terlaksana dengan baik. Berdasarkan perhitungan skor yang diberikan, secara keseluruhan diperoleh persentase keterlaksanaan sebesar 89% yaitu berada pada kategori baik.
d. Lembar Validasi Respon Siswa
Respon merupakan suatu tanggapan atau perasaan setelah mengikuti kegiatan. Pada respon siswa pada penelitian ini adalah tanggapan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Tujuan dilakukan survei respon siswa adalah untuk mengetahui kepraktisan modul matematika yang telah dikembangkan. Data respon siswa diperoleh dengan menggunakan angket. Angket yang dikembangkan terdiri dari tiga aspek yaitu kemudahan, daya tarik dan efisiensi. Melalui tiga aspek tersebut dikembangkan menjadi
20 butir pernyataan dengan dua pilihan jawaban yaitu “YA” atau “TIDAK”.
Hasil pegisian angket tersebut diolah menggunakan skala Guttman sehingga dapat diketahui tingkat kepraktisan modul matematika dalam pembelajaran matematika. Agar angket respon siswa valid sebagai alat ukur kepraktisan perlu divalidasi oleh ahli terlebih dahulu. Validator lembar angket respon siswa adalah dosen yang telah berpengalaman dalam pengembangan modul dan bahan ajar serta yaitu Riski Aspriyani, M. Pd., dosen Universitas Nahdalatul Ulama Al Ghazali. Adapun validasi lembar angket respon siswa dan guru terdiri dari tiga aspek yaitu konsep, konstruksi, dan bahasa. Kisi-kisi lembar validasi angket respon siswa dan guru dijabarkan pada Tabel 4.15 berikut.
Tabel 4. 15 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa
Aspek Indikator Nomor
Soal
Jumlah Soal Konsep Penyajian konsep format
respon siswa
1 1
Konstruksi Penyusunan angket sesuai dengan tujuan dan petunjuk
2, 3 2
Bahasa Kejelasan penggunaan bahasa dan istilah
4, 5 2
Total Butir Soal 5
Hasil validasi perangkat soal oleh ahli, terdapat beberapa koreksi terkait adanya perbaikan terkait kaidah penulisan yang baik dan benar. Setelah instrumen tersebut dinilai dan direvisi kemudian didiskusikan serta divalidasi kembali oleh ahli. Tujuan dari revisi ini adalah untuk menghasilkan butir yang esensial mewakili keseluruhan domain yang akan diukur. Hasil validasi soal secara terperinci disajikan pada Tabel 4.16 berikut.
Tabel 4. 16 Hasil Validasi Angket Respon Siswa
No Aspek Rata-rata Kategori
1 Konsep 3,5 Baik
2 Konstruksi 3,8 Sangat Baik
3 Bahasa 4 Sangat Baik
Rata-rata Keseluruhan Aspek 3,76 Baik
Berdasarkan Tabel 4.16, hasil validasi oleh ahli pada indikator konsep mendapat skor penilaian skala 3 dengan kategori baik. Sedangkan aspek yang lain yaitu aspek konstruksi dan aspek bahasa mendapat skor penilaian skala 4 terkategori sangat baik. Secara keseluruhan skala rata-rata nilai adalah 3,67 dan masuk pada kategori baik, sehingga angket respon siswa dapat dipergunakan dalam penelitian.
e. Soal Tes
Soal tes yang baik seharusnya dapat mengukur kemampuan tertentu.
Dengan demikian agar soal tersebut bisa dikatakan baik harus memenuhi kriteria valid. Terdapat dua cara menentukan kevalidan soal yaitu dengan menentukan validitas logis dan validitas empiris.