• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.5 Sarana dan Prasarana

Penduduk di Jakarta Utara pada semua wilayah kecamatan dan kelurahan, menempati kawasan perumahan dan pemukiman berdasarkan kemampuan secara ekonomi masing-masing, yang terdiri dari bangunan perumahan permanen, semi permanen, non-permanen, rumah susun (rusun), bahkan pada perumahan real estate serta kondominium. Jenis dan jumlah bangunan perumahan penduduk yang ada saat ini di Jakarta Utara disajikan pada Tabel 17, dan bangunan bukan perumahan pada Tabel 18.

Tabel 17. Jenis dan Jumlah Bangunan Perumahan di Jakarta Utara.

URAIAN 2001 2002 2003 2004 2005

Permanen 137.892 137.892 146.881 146.881 151.668 Semi Permanen 58.751 58.751 66.834 66.834 71.431 Non Permanen/

Sementara 34.465 34.465 33.841 33.841 33.228 Rumah Susun (buah) 2.916 2.916 2.916 2.916 2.916 Real Estate (buah) 31.953 31.953 31.953 31.953 31.953

Kondominium 26 26 26 26 26

Sumber: Sudin Perumahan Jakarta Utara (2006)

Tabel 18. Jumlah Bangunan Bukan Perumahan di Jakarta Utara.

URAIAN 2001 2002 2003 2004 2005

Pabrik 1.436 1.436 1.436 1.436 1.436

Pertokoan 3.682 3.682 3.682 3.682 3.682

Gudang 2.807 2.807 2.807 2.807 2.807

Sumber: Sudin Perumahan Jakarta Utara (2006)

Kondisi objektif saat ini masih banyak terdapat permukiman kumuh dan liar, baik yang berada di bantaran sungai, kolong Jalan Tol, maupun kawasan lain. Kewenangan pengadaan rumah susun berada di tingkat propinsi, sedangkan Kotamadya pada pelaksanaan program pengembangan lingkungan permukiman seperti peningkatan jalan orang, peningkatan jalan lingkungan, dan pemeliharaan jalan orang. Jumlah titik lokasi permukiman kumuh yang terdapat di kawasan Jakarta Utara dipaparkan dalam Tabel 19.

Tabel 19. Penyebaran kawasan permukiman kumuh di Kotamadya Jakarta Utara

Kecamatan Luas (km2) Jumlah Lokasi

Penjaringan 80.499 39 Pademangan 87.293 34 Tanjung Priok 350.581 72 Koja 156.836 82 Kelapa Gading 172.433 55 Cilincing 201.601 74 Jumlah 1.049.243 356

Pembangunan untuk pengembangan perumahan di DKI Jakarta, khususnya di Jakarta Utara dilaksanakan dengan mengacu pada rencana induk yang diterbitkan oleh Dinas Perumahan Provinsi DKI Jakarta, yakni RP4D (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah), sebagai pedoman dalam mempersiapkan program pengembangan infrastruktur perumahan dan permukiman. Pengadaan Rusun saat ini sebagai solusi pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan selain dilaksanakan oleh Pemerintah, juga diadakan oleh swasta sebagai kompensasi kewajiban fasilitas sosial/fasilitas umum. Saat ini jumlah rusun yang telah dibangun di Jakarta Utara berjumlah 3.492 unit yang terdiri atas: Rusun Semper Barat 360 unit, Rusun Penjaringan 1.692 unit, Rusun Sukapura 100 unit, Rusun Sindang 290 unit, Rusun Cilincing 378 unit, Rusun Muara Angke 192 unit, dan Rusun Pluit 480 unit (Subdin Perumahan Jakarta Utara, 2006).

Dalam Penataan Bantaran Kali Angke, Pemda DKI Jakarta bekerjasama dengan Yayasan Budha Tzu Chi, berhasil merelokasi 631 KK yang merupakan warga bantaran yang ber-KTP DKI, untuk pindah ke Rusun Cinta Kasih Cengkareng. Kerjasama ini merupakan prestasi Pemda DKI Jakarta dalam menggali potensi pendanaan Non Pemerintah, untuk berperanserta dalam membangun Kota Jakarta.

2. Sarana Perekonomian

Pasar tradisional berupa pasar inpres maupun pasar lingkungan, jumlahnya di Jakarta adalah 417 pasar, yang dikelola oleh PD Pasar Jaya sebanyak 20 pasar. Jumlah pedagang kaki lima mencapai 5.928 pedagang dan jumlah pasar swalayan sebanyak 1.517 unit, mini market buah dan Waserba sebanyak 22 unit (BPS Jakarta Utara, 2007). Sarana perdagangan ini mempunyai kontribusi dalam pengembangan perekonomian di Jakarta Utara.

Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat menunjang kegiatan perekonomian suatu daerah. Sebagai sarana transportasi, angkutan laut memiliki peranan yang sangat dominan di Jakarta Utara, mengingat pelabuhan laut hanya ada di Jakarta Utara. Terdapat empat pelabuhan laut yaitu pelabuhan Tanjung Priok, Sunda Kelapa, Muara Baru, dan Kalibaru. Dari empat pelabuhan tersebut yang paling berpotensi adalah pelabuhan Tanjung Priok sebagai sentra angkutan penumpang dan barang (ekspor dan impor) termasuk perdagangan dalam negeri. Sejak krisis ekonomi tahun 1997, angkutan laut

semakin memiliki peranan penting. Tingginya tarif angkutan udara mendorong masyarakat yang tadinya menggunakan angkutan udara sebagai sarana transportasi, beralih menggunakan angkutan laut yang dirasakan jauh lebih murah. Selain angkutan laut, angkutan darat juga memegang peranan penting bagi arus transportasi di Jakarta Utara seperti bis kota, bis antar daerah, dan angkutan kereta api. Berbeda dengan lalu lintas penumpang melalui Tanjung Priok, volume bongkar muat pada tahun 2000 sebesar 18.596.889 ton. Volume ini apabila dibandingkan dengan tahun 1999, mengalami penurunan sebesar 13,90%. Volume muat tahun 2000 tercatat sebanyak 4.192.884 ton dan jika dibandingkan dengan tahun 1999, mengalami penurunan sebesar 48,09% (BPS Jakarta Utara, 2007).

Selama lima tahun terakhir telah dapat dibebaskan 134.732 m2 lahan untuk peningkatan jalan dan jembatan, telah diselesaikan 9 buah underpass dan 13 buah fly over, dilakukan peningkatan jalan arteri sepanjang 233.590 m, kolektor 1.045.641 m, lokal 3,148.215 m, dan trotoar sepanjang 50.940 m. Disamping itu juga telah dilakukan pemeliharaan jalan sepanjang 2.045.719 m. Masalahnya adalah berkaitan dengan tidak seimbangnya peningkatan jalan dengan peningkatan pengguna jalan (kendaraan dan orang), sehingga perlu dikembangkan jaringan jalan secara vertikal.

Jumlah perusahaan di Jakarta Utara menurut subsektor mengalami peningkatan sebanyak 877 buah, tahun 1995 meningkat menjadi 953 buah kemudian pada tahun 1996 menjadi 1.029 buah. Namun pada tahun 1998 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 991 buah, dan jumlah tersebut turun terus menjadi 890 dan mulai meningkat menjadi 950 buah. Perusahaan yang mendominasi adalah berupa industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit sebanyak 147 buah pada tahun 1999. Kemudian yang menempati urutan kedua adalah industri barang dan logam, mesin dan peralatannya sebanyak 132 pada tahun 1999. Di urutan ketiga adalah industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia sebanyak 115 buah pada tahun 2000.

Di samping itu, sentra industri kecil yang paling banyak mendominasi adalah sentra pangan yang meliputi: pengolahan ikan asin muara angke, ikan asin Kalibaru, dan ikan asin Kamal Muara. Sentra pangan untuk tahu tempe meliputi lokasi Semper, sungai Bambu, Sunter Barat, Sunter Timur, Kelapa Gading, dan Penjagalan. Nilai investasi sentra pangan berjumlah Rp827.650.000 dengan jumlah unit usaha sebanyak 1.184 buah dan jumlah

tenaga kerja yang terserap sebanyak 3.029 orang. Sentra sandang kulit berjumlah 123 buah yang terdiri dan sentra konveksi yang berlokasi di Koja dan Pademangan. Nilai investasi sentra ini berjumlah Rp4.080.000.000 dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak 1.392 orang. Sentra kerajinan dan umum berjumlah 147 buah dengan 5 sentra. Investasi sentra kerajinan dan umum ini bernilai Rp126.750.000 dengan menyerap tenga kerja sebanyak 450 orang. Sedang sentra logam berjumlah 55 buah yang meliputi mebel di sungai bambu serta las ketok dan duco. Investasi sentra ini berjumlah Rp97.500.000 dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 110 orang (BPS Jakarta Utara, 2007).

3. Sarana Kebersihan

Sebagai kota metropolitan masalah sanitasi saat ini masih menjadi prioritas dikalangan pemerintah daerah untuk dicarikan solusi yang paling efektif dan efesien. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui sistem sanitasi yang baik. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan kebersihan, belum optimalnya pengelolaan sampah di pantai Teluk Jakarta dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan.

Pengelolaan sistem persampahan yang baik merupakan salah satu donasi bagi perbaikan kualitas lingkungan. Masalah sanitasi yang diakibatkan oleh sampah adalah karena belum terdapat sistem pengolahan sampah yang memadai untuk dapat menampung produksi sampah yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat pula.

Rencana pembangunan TPST Marunda yang terletak di wilayah Kecamatan Cilincing Jakarta Utara telah menjadi alternatif baru bagi pemecahan masalah pengolahan sampah di Jakarta. Di Marunda, pada lahan seluas 45 ha direncanakan akan dibangun di lokasi yang tidak berada di area permukiman sehingga dapat memperkecil resiko terjadinya penolakan masyarakat. Selain itu, pembangunan TPST Marunda akan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan dan berorientasi pada sampah sebagai bahan baku serta menghindari/tidak menetapkan “sistem mono teknologi”, melainkan menggunakan beberapa pilihan teknologi pengolahan yang tepat, seperti penggunakan teknologi E-ATAD IBR (Enhanced Thermopolic Aerobic Digestion) melalui proses pemanfaatan bakteri

untuk melumatkan dan mengubah sampah biogradable menjadi pupuk organik padat dan cair yang berkualitas tinggi.

4. Tempat Pendaratan Ikan (TPI)

TPI Cilincing merupakan tempat pendaratan ikan di pantai Jakarta Utara yang berkembang secara alami dan belum resmi statusnya. Aktivitas pendaratan dan berlabuhnya armada perikanan di lokasi ini dapat berkembang mengingat adanya kemudahan bagi armada perikanan untuk berlabuh, baik untuk armada perahu motor ataupun kapal motor berukuran kurang dari 5 GT hingga lebih dari 30 GT. Secara khusus sarana dan prasarana yang memadai untuk suatu TPI di lokasi ini tidak tersedia, mengingat status TPI yang belum resmi.

TPI Kali Baru letaknya disebelah barat TPI Cilincing dengan kondisi fisik ataupun sosial ekonomi yang relatif sama dengan TPI Cilincing. Kegiatan budi daya kerang hijau dan pengolahan hasil perikanan (ikan asin) lebih banyak dilakukan oleh nelayan Kali Baru. Sebagian areal disekitar permukiman digunakan sebagai tempat menjemur ikan yang diolah. Luas TPI Kali Baru yaitu 2.084 meter2 dengan fasilitas kantor (40 meter2), gedung pelelangan (200 meter2), tempat penjualan ikan (1.400 meter2), dermaga (35 meter2). Jumlah armada sebanyak 158 buah dengan bobot antara 1 hingga 5 GT. Alat tangkap yang digunakan yaitu jaring rampus, paying, bagan, pancing dan oboran. Jumlah lapak pengecer 100 buah.

TPI Muara Baru merupakan tempat pendaratan ikan yang terletak di Kelurahan Penjaringan. TPI ini sebagai tempat pendaratan kapal-kapal Gill Net dan Tuna Longline. Disini terdapat perusahan Coldstorage berskala besar. Kualitas ekspor biasanya langsung masuk ke Coldstorage. TPI Muara Baru luasnya sekitar 3.000 ha dan merupakan yang terbesar di Asia.

TPI Kamal Muara terletak di Kelurahan Kamal Muara. TPI ini sebagai tempat pendaratan kapal-kapal alat tangkap jaring kejer, paying, bagan dan sero. Kegiatan lain yang berkembang adalah budidaya kerang hijau dan pengolahan hasil perikanan (kerang hijau dan ikan asin).

PPI Muara Angke terletak di Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan. Disekitar PPI terdapat sungai/kali yang cukup besar yaitu Kali Adem. Perairan laut Muara Angke dapat dikatakan dangkal dan datar. Pada jarak 300 meter dari kali Angke kedalaman perairan mencapai 1 meter dan pada jarak 450 meter dari muara kedalamannya mencapai 1,5 meter, semakin ke arah timur kedalaman

perairan semakin dalam. Kondisi masyarakat dikawasan PPI Muara Angke tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat pesisir lainnya dimana kebanyakan masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya seperti pedagang ikan dan pengolah hasil perikanan. Sebagian besar nelayan yang ada di Muara Angke merupakan pendatang dari luar wilayah DKI Jakarta seperti dari Indramayu, Cirebon, dan Tegal. Demikian pula para pedagang ikan merupakan pendatang yang umumnya sudah berdagang di Muara Angke lebih dari 5 tahun.

Dokumen terkait