• Tidak ada hasil yang ditemukan

SARANA IKLAN POLITIK

Dalam dokumen Peranan Media Dalam Pemenangan Jokowi-Jk (Halaman 86-92)

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA PERANAN METRO TV DALAM PEMENANGAN JOKOWI- JOKOWI-JK DI PILPRES INDONESIA TAHUN 2014

III.2. SARANA IKLAN POLITIK

Penggunaan media massa, terutama televisi bagia kegiatan politik tetap akan menjadi kajian yang menarik karena semakin banyak aktifitas tersebut dilakukan. Meski sekarang mulai berkembang aktifitas sosial media, namun penggunaan televisi, baik tidak berbayar maupun televisi berbayar, akan tetap menjadi media utama kunci sukses seseorang dalam sebuah pemilihan politik.

Pesan politik melalui media massa, terutama televisi, akan berperan penting dalam pembahasan kajian pencitraan politik, baik di Indonesia maupun di dunia.melalui iklan politik yang ditayangkan di stasiun televisi nasional akan mendorong atau menggiring opini publik seperti apa yang partai diinginkan partai politik yang membuat atau menanyangkan iklan politik tersebut. Bagi

partai politik yang punya modal besar atau punya akses terhadap kepemilikan stasiun televisi, tentu punya kesempatan yang lebih besar untuk menggiring opini atau sikap penonton terhadap citra partai politik mereka. Bukan tidak mungkin, juga secara signifikan akan meningkatkan popularitas atau elektabilitas partai politik tersebut.93

Metro Tv memiliki cara yang efektif dalam melakukan pencitraan selain dengan kerjasama dan kreatifitas, adalah juga dengan mengatur dan melakukan pemberitaan di Metro Tv yang menjadi Salah satu yang kini menjadi sorotan dan diperkirakan akan menjadi masalah dalam demokrasi di Indonesia, adalah masalah penguasaan kepemilikan beberapa stasiun televisi nasional oleh elite partai politik. Televisi masih dianggap sebagai media massa yang paling efektif dalam menyampaikan pesan, tidak terkecuali pesan politik yang selalu disampaikan oleh partai politik. Akan tetapi masalah kepemilikan

Kerjasa sama dengan media terkait Kampanye menjadi pertimbangan yang penting dimana Tentu saja melihat mahalnya pembelian iklan tersebut, maka partai politik kita juga mencoba cara lain, dengan menghadirkan dirinya di tengah televisi, yaitu melalui sebuah berita. Untuk itu, secara kreatif mereka membuat atau mengangkat issu-issu yang strategis, supaya selalu ada dalam pemberitaan.

Pengaruh Media dalam kehidupan politik sangat besar, media mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat, karenanya keberadaan media massa bagi partai politik menjadi sesuatu yang sangat strategis dan teramat penting. Sebagai media yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, televisi punya pengaruh paling besar terhadap masyarakat, termasuk membentuk opini masyarakat terhadap partai politik.

93

beberapa stasiun televisi oleh unsur pimpinan partai politik yang akan bertanding di pemilihan Presiden yang lalu.

Pengaruh Metro Tv sangatlah besar yang mana saat ini memiliki peranannya sebagai organisasi yang mewadahi kepentingan rakyat. Sebagai media yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, maka televisi punya pengaruh paling besar dalam memberikan informasi kepada khalayak atau masyarakatnya. Selain itu, sebagai Metro Tv punya kekuatan dalam menyampaikan pesannya kepada khalayak.

Kondisi yang sama juga terjadi di kalangan partai politik dan lon Presiden/Wakil merasa perlu memperbaiki citranya untuk meningkatkan daya jual partai politik tersebut di kalangan masyarakat. Apalagi pemilu 2014, semua parpol tentu berupaya untuk meraih pemilih sebanyak mungkin. Upaya tersebut tentu juga harus didukung pencitraan partai politik tersebut di benak masyarakat. Namun cara lain yang terbilang lebih superior adalah penguasaan media sendiri oleh politisi atau partai politik tertentu. Kondisi ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam kancah perpolitikan di Indonesia, namun akan lebih terlihat dengan dimilikinya beberapa stasiun televisi nasional oleh beberapa konglomerat yang juga adalah tokoh politik atau ketua umum partai politik tertentu. Dengan penguasaan media yang seperti itu, maka dijamin aktifitas yang dilakukan partai politik akan cukup terekspose di stasiun televisi yang dikuasainya.

Kita melihat di Pilpres 2014 yang lalu bagaimana Jokowi-JK banyak melakukan iklan sebagai bentuk pencitraan tersebut bermacam-macam, bisa melalui iklan dan diskusi sehingga memberikan gambaran kepada masyarakat. Terkait tentang bentuk pencitraan politik melalui Metro Tv. Kita melihat pemberitaan juga merupakan iklan, yang dapat dianggap sebagai iklan non-konvensional, karena tidak dikhususkan tayang dalam kurun waktu tertentu dan tidak langsung menunjukan kepada atribut tertentu,

sedangkan iklan-iklan pada umumnya ditayangkan pada kurun waktu tertentu dan lebih langsung menonjolkan atribut atau simbol. Untuk membuat suatu pemberitaan yang baik maka diperlukan juga komunikasi yang baik.94

Menurut Wawancara saya dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Sumut Ibu Mutia yang mengatakan :

Munculnya Metro TV sebagai media yang memiliki kontribusi memnenangkan Jokowi-JK dalam peningkatan dalam penggunaan dan pengaruh polling opini untuk mengarahkan perencanaan kampanye dan untuk memonitor kesuksesannya, dan sebuah peningkatan dalam keadaan meningkat pada pemilih sebagai sesuatu yang melekat dan proses pemilihan lebih berpengaruh oleh adanya pemikiran dan berita yang ada.

Dalam hal kampanye Metro Tv mampu melahirkan Iklan kampanye yang menjangkau orang-orang banyak orang. Iklan tidak hanya sering tapi juga harus menarik dan mudah diingat oleh masyarakat. Pemberitaan Metro Tv mengenai Jokowi-Jk berpengaruh terhadap persepsi masyarakat.

95

“Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mencatat stasiun televisi milik petinggi partai politik menunjukkan keberpihakan kepada pasangan calon-calon presiden tertentu. Televisi memiliki kekuatan konstruksi sosial yang lebih besar dari media lainnya. Karenanya jurnalistik televisi terkait berita pemilu presiden termasuk didalamnya memasukan regulasi terkait dengan pengawasan kegiatan jurnalistik televisi termasuk didalamnya pengaturan tentang pemberian peringatan dan saksi perlu diatur lebih ketat lagi baik dalam undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan pemilu maupun dalam UU Penyiaran. KPI mencatat stasiun televisi milik petinggi partai politik menunjukkan keberpihakan kepada pasangan calon-calon presiden (capres) tertentu. Data KPI, sebagaimana dilansir Koran Tempo pada berita utamanya Senin, 26 Mei 2014 menyebutkan Metro TV menayangkan berita soal Jokowi sebanyak 62 kali pada 6-15 Mei. Pada periode yang sama iklan kampanye di Metro TV mencapai 96 kali.Bahkan usai deklarasi pemberitaan soal Jokowi di Metro TV bisa mencapai 15 kali tiap hari. Hal tersebu melanggar aturan maksimal 10 kali setiap hari

dengan durasi masing-masing paling lama 30 detik. Sebaliknya,

94

Ali Novel 2013, Peradaban Komunikasi Politik: Potret Manusia indonesia, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, Hal88.

95

pemberitaan soal Prabowo di Metro TV hanya 22 kali dan penayangan iklan kampanye Prabowo di Metro TV nihil

Keberpihakan Metro Tv dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasan berita tentang berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya terkait dengan capres dan cawapres pada pemilu 2014. Dalam dunia penyiaran, jurnalistik televisi merupakan salah satu bagian dari suatu struktur besar manajemen penyiaran yang ada di stasiun televisi tersebut.

Dalam hal pengaturan tentang netralitas isi program siaran jurnalistik, pada pasal 6 ditegaskan bahwa isi siaran jurnalistik dinilai berlaku adil antara lain apabila memberikan kesempatan yang sama secara proporsional kepada semua pihak yang menjadi obyek pemberitaan, memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional. Pada Pasal 47 UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden ditegaskan pemberitaan, penyiaran, dan iklan Kampanye dapat dilakukan melalui media massa cetak dan lembaga penyiaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut dalam pasal 49 ditegaskan bahwa media massa cetak dan lembaga penyiaran yang menyediakan rubrik khusus untuk pemberitaan Kampanye harus berlaku adil dan berimbang kepada seluruh Pasangan Calon. 96

Melihat berbagai regulasi terkait dengan pemberitaan pemilu dapat disimpulkan bahwa di atas kertas, regulasi yang diatur sudah sangat memadai. Namun dalam prakteknya, regulasi yang telah diatur ideal tersebut tidak mampu memberikan efek perlindungan apapun kepada masyarakat dari terpaan pemberitaan yang tidak berkesesuaian dengan kaidah-kaidah yang telah diatur oleh peraturan perundangan. Namun kenyataannya, menjaga objektivitas dan netralitas dalam melakukan pemberitaan bagi televisi tidaklah mudah. Hal

96

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-10-II-P3DI-April-2014-33.pdf

tersebut antara lain disebabkan karena kurang kuatnya posisi tawar yang dimiliki KPI sehingga peringatan dan sanksi yang diberikan KPI seolah hanya sebagai gigitan semut kecil bagi industri televisi yang jauh lebih memiliki kekuatan politis bila dibanding dengan KPI sebagai regulator body. Penyebab lainnya adalah posisi Dewan Pers dalam memberikan peringatan maupun sanksi terhadap kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh stasiun televisi seolah masih diperdebatkan kewenangannya dalam mengawasi kegiatan pemberitaan yang dilakukan dalam dunia penyiaran. 97

Padahal salah satu organisasi yang berhimpun dalam Dewan Pers, yaitu Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), telah mewakili dari keberadaan insan pers dari stasiun televisi. Jika memang terjadi pelanggaran prinsip-prinsip jurnalistik yang dilakukan televisi maka KPI ataukah Dewan Pers yang berwenang untuk memberikan peringatan dan sanksi masih diperdebatkan sejumlah kalangan. 98

Hal tersebut disebabkan karena kurang jelasnya pengaturan terkait dengan pengawasan kegiatan jurnalistik dalam penyiaran termasuk didalamnya regulasi pemberian peringatan dan sanksi dalam UU Penyiaran. Karenanya perlu diatur secara khusus terkait pelaksanaan, pengawasan, pemberian peringatan dan sanksi terkait pelaksanaan kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh industri penyiaran. Padahal sebagai sebuah instrumen, televisi bukanlah sebuah instrumen yang netraldimana berbagai kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama dan seimbang. Televisi justru dapat konstruksikan realitas untuk disebarkan kepada masyarakat. Sementara di sisi lain, dalam proses memproduksi isi, televisi tak pernah terlepas dari tekanan beragam kepentingan mulai dari kepentingan dari jurnalis, kepentingan pengiklan hingga kepentingan pemilik modal. Berita yang keluar dari redaksi

97

Burhan Bungin, Pornomedia, Sosiologi Media, Kontsruksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa , Jakarta : Prenada Media, 2005

98

merupakan ”titik keseimbangan” dari berbagai kepentingan yang terakomodir dalam ruang redaksi. Akibatnya bias dalam pemberitaan dapat terjadi. Bias berita kerap terjadi pada masa kampanye. Mulai dari tataran yang terendah, distorsi informasi hingga dramatisasi fakta Metrp Tv dalam kampanye Iklan Jokowi-JK.

Efektifitas mengenai peranan Iklan Jokowi-JK di metro Tv dalam memperkuat Image Jokowi JK ini diperkuat oleh wawancara saya dengan Bapak Salam Ginting yang merupakan Warga padang bulan pasar 2 yang mengatakan : 99

Salah satu peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK adalah mengenai Distribusi informasi dimana, informasi dan keberadaan Metro tv dalam pemennagan Jokowi-Jk memberikan manfaat nyata bagi pemenangan Jokowi JK. Menurut Timsukses Jokowi-Jk Bapak Sutarto keterkaitan Distribudi Informasi memiliki proses misalnya :

“Saya suka dengan Iklan-Iklan Jokowi di Metro Tv, terutama itu lo, apa namanya yang ada salam dua Jarinya, sebelum pemilihan kan ada itu konser salam dua Jari dan iklan iklannya mantap aja kurasa dek”

Dari pernyataan bapak Salam Ginting semakin menekankan bahwa Iklan-iklan Jokowi-Jk di Pilpres yang lalu sangat efektif mempengaruhi pilihannya dalam memilih Jokowi-JK, Iklan yang mengedepankan tagline “Salam Dua Jari” oleh Metro tv membuat pilihan bapak Ginting semakin mendukung pilihannya tersebut.

Dalam dokumen Peranan Media Dalam Pemenangan Jokowi-Jk (Halaman 86-92)