• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.2 Keterangan Para Informan Mengenai Strategi Pengembangan

4.2.2 Sarana dan Prasarana

Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo merupakan pengelola objek wisata yang ada di Karo. Oleh karena itu, Dinas harus senantiasa memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung yang datang. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan Pemandian Air Panas Doulu, penulis mengadakan wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata, yaitu Bapak Musa Ginting, SH. Adapun pertanyaan yang diajukan oleh penulis adalah : Apa upaya yang dilakukan untuk mengelola sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan objek wisata Doulu ? Beliau menjawab :

“ Dalam mengelola sarana dan prasarana yang ada di kawasan pemandian air panas ini, kami mengupayakan dua (2) hal pokok, yaitu mengontrol seluruh karyawan pegawai di objek wisata pemandian air panas. Jadi, dalam melaksanakan kewajiban masing-masing, setiap karyawan harus mengupayakan kinerja yang maksimal dan bertanggung jawab. Selain itu, kami mengupayakan penataan seluruh lokasi pemandiaan air panas agar dapat menjadi objek wisata yang berdaya saing. Seluruh sarana maupun prasarana yang telah ada di rawat dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Kebersihan dan kerapian kawasan lingkungan wisata selalu dijaga.”

Informasi tersebut menjelaskan bahwa Dinas melakukan dua (2) hal pokok dalam mengelola sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan objek pemandian air panas, yaitu pertama, mengontrol seluruh karyawan/pegawai yang bekerja di objek wisata tersebut, artinya dilakukan pengawasan terhadap seluruh karyawan di lokasi wisata sehingga mereka bekerja dengan baik, profesional dan bertanggung jawab. Upaya kedua adalah mengupayakan penataan seluruh lokasi wisata agar dapat menjadi objek wisata yang dapat diandalkan dan berdaya saing. Artinya, sarana dan prasarana yang telah ada di kawasan wisata alam ini dipergunakan dengan baik dan dilakukan perawatan. Penataan objek wisata ini juga dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kerapian seluruh kawasan lingkungan sekitar pemandian air panas.

Lebih lanjut, penulis ingin memperoleh informasi tentang sistem kerja dari Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata dalam mengelola objek wisata pemandian air panas ini. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui jumlah pegawai yang bertugas di objek wisata pemandian air panas yang cukup luas. Untuk itu penulis kembali mengajukan pertanyaan kepada beliau, dengan pertanyaan: Bagaimana sistem kerja dari seksi pengembangan objek dan daya tarik wisata secara khusus untuk objek wisata pemandian air panas ini ? Berapa orang tenaga pegawai yang bertugas di objek wisata ini ? Apakah jumlah tersebut telah memadai mengingat kawasan wisata alam ini cukup luas ?

Beliau menjawab :

“ Pegawai di Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata ada 25 orang. Untuk objek wisata pemandian air panas Doulu sendiri, ada 20 orang pegawai yang dibagi menjadi 4 regu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan mengingat mereka bekerja dari pagi hingga malam,dan juga mengingat objek wisata alam ini luasnya 7 Ha. Jelas dari segi kuantitas sangat kurang. Normalnya untuk wilayah seluas ini jumlah itu sangat tidak sesuai, seharusnya pegawai harus ditambah. Namun karena keterbatasan dana, maka jumlah pegawai yang sangat minim itulah yang masih dimaksimalkan dan diberdayakan saat ini.”

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa untuk mempermudah pengelolaan kawasan wisata alam yang luasnya 7 Ha, dilakukan pembagian regu kerja, yaitu empat (4) regu. Adapun total jumlah pegawai yang bertugas di kawasan wisata ini ada 20 orang. Menurut beliau, jumlah tersebut sangat minim dan tidak sesuai dengan luasnya wilayah kerja. Beliau mengatakan bahwa jumlah pegawai yang seharusnya ditugaskan di kawasan wisata ini ditambah. Namun karena keterbatasan dana, maka penambahan jumlah tenaga pegawai tidak dapat dipenuhi.

Untuk memperoleh keterangan yang lebih lengkap, penulis juga mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya kepada Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu yaitu Bapak Edison Barus. Pertanyaan yang diajukan penulis adalah : Bagaimana Bapak mengupayakan kinerja yang lebih baik dalam mengelola objek wisata ini ? Apakah ada strategi tertentu yang Bapak lakukan ?

Beliau menjawab :

“ Sistem kerja kita adalah dengan memberlakukan jam kerja kantor. Seluruh pegawai mulai bekerja pada pukul 08.00 wib sampai pukul 12.00 wib. Istirahat sampai pukul 13.0, kemudian masuk lagi pukul 13.00 sampai pukul 16.00. Karena objek wisata ini dibuka sampai malam, oleh sebab itu tenaga pegawai disini ada 20 orang yang dibagi menjadi empat (4) regu, semua honorer kecuali tiga (3) orang staff khusus pengelola kawasan wisata air panas sebagai pimpinan regu, kami PNS. Pembagian itu untuk mempersempit ruang kerja pegawai mengingat kawasan wisata alam ini cukup luas, ada 7 Ha. Ada 4 orang petugas keamanan yang menjaga keamanan sekaligus merangkap

objek wisata inikan buka dari pagi hingga malam. Tapi apa boleh buat, dana tidak cukup untuk memperkerjakan lebih banyak tenaga. Selain memberlakukan jam kantor, strategi lain adalah dengan memperbolehkan para pegawai honorer untuk mencari mata pencaharian sampingan di objek wisata ini, namun hanya dihari libur (hari merah kalender). Mereka ada yang menjadi pemandu wisata bagi wisatawan yang ingin mendaki gunung Sibayak atau bekerjasama dengan membantu penduduk setempat dalam mengelola angkutan umum untuk mengangkut penumpang dari simpang ke kawasan wisata ini maupun sebaliknya. Dengan demikian para pegawai lebih bersemangat untuk bekerja karena adanya penghasilan tambahan.”

Dari jawaban tersebut diketahui bahwa untuk mengupayakan kinerja yang baik dalam mengelola objek wisata pemandian air panas, para pegawai bekerja sesuai dengan jam kantor, yaitu mulai bekerja pada pukul 08.00 – 12.00, jam istirahat pada pukul 12.00 – 13.00, dan kembali bekerja pada pukul 13.00 – 16.00 wib. Adapun strategi yang dilakukan ada 2 yaitu pertama, dengan pembagian regu/wilayah tugas kawasan wisata menjadi 4 regu, dimana masing-masing regu dikoordinir oleh satu orang Pegawai Negeri Sipil, mengingat jam kerja tidak hanya sampai sore, tetapi sampai malam hari dan wilayahnya yang cukup luas. Strategi kedua, memperbolehkan pegawai honorer untuk menambah penghasilan mereka sebagai pemandu wisata dan mencari penumpang di hari libur (hari merah kalender). Strategi ini dinilai dapat memberikan semangat kerja bagi para pegawai karena mereka bisa memperoleh penghasilan tambahan.

Selanjutnya, penulis ingin mengetahui tentang sarana dan prasarana yang akan dilengkapi dalam rangka pengembangan objek wisata pemandian air panas. Penulis kembali bertanya kepada Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata, yaitu Bapak Musa Ginting, SH, dengan pertanyaan : Apa saja fasilitas yang akan di perlengkapi dalam rangka pengembangan objek wisata pemandian air panas ?

Beliau menjawab :

“ Sebenarnya ada banyak fasilitas yang perlu ditambah dan dibangun dikawasan ini karena seperti yang kita ketahui bahwa objek wisata air panas ini sejak dibangun awalnya, tidak banyak mengalami perubahan sampai sekarang. Pihak dinas sendiri sudah merencanakan pembangunan mini open stage dan fasilitas karaoke sebagai media hiburan, namun sampai saat ini program tersebut belum sepenuhnya berjalan. Tetapi

pada saaat ini, sedang dibangun beberapa kolam pemandian air panas yang sepenuhnya dikelola oleh Pemda.”

Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa ada banyak fasilitas yang perlu ditambah untuk memperlengkapi objek wisata air panas, diantaranya adalah sarana hiburan seperti mini open stage dan fasilitas karaoke. Tentu saja ini dibangun untuk mengantisipasi kejenuhan pengunjung, namun sampai saat ini belum direalisasikan.Yang sedang dilakukan adalah penambahan kolam pemandian yang nantinya sepenuhnya akan dikelola oleh Pemda.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan oleh penulis tentang sistem pemeliharaan segala sarana dan prasarana yang tersedia dan keamanan lokasi wisata. Penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan : Upaya-upaya apa yang dilakukan agar lokasi objek wisata ini dengan segala sarana dan prasarana yang telah tersedia dapat terpelihara dengan baik ? Bagaimana dengan sistem keamanan di sepanjang kawasan objek wisata ini ?

Beliau menjawab :

“ Pemeliharaan objek wisata ini tidak terlepas dari peran masyarakat. Kami melakukan pengawasan terhadap semua sarana dan prasarana yang telah ada di sini. Petugas keamanan hanya empat orang sebenarnya tidak sanggup mengamankan kawasan yang cukup luas ini. Oleh karena itulah kami juga melakukan kerjasama dan sosialisasi kepasa masyarakat agar selalu menjaga kebersihan dan keamanan lokasi wisata. Jadi, masyarakat yang tinggal di desa Doulu pada khususnya harus ikut berpartisipasi untuk menjaga kebersihan dan keamanan objek wisata ini. Kalau pengamanan terhadap pengunjung, kami juga mengadakan sosialisasi kepada para pengelola kafe atau rumah makan. Jadi kalau ada pengunjung yang melanggar atau berbuat yang dianggap tidak baik di lokasi wisata, para pengelola kafe maupun rumah makan juga bertugas untuk mengingatkan.”

Keterangan tersebut menggambarkan tentang pengawasan yang dilakukan oleh pegawai dalam menjaga dan memelihara sarana dan prasarana dan keamanan di kawasan wisata. Pemeliharaan sarana maupun prasrana dan keamanan lokasi wisata

masyarakat setempat. Mereka bekerjasama untuk memelihara dan menjaga objek wisata pemandian air panas Doulu ini. Dalam hal ini, Dinas memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan pegawai yang ada disana, sehingga objek wisata ini terpelihara dan terjaga keamanannya.

Kemudian penulis bertanya kepada beliau tentang masalah maupun hambatan yang dihadapi dalam mengelola sarana dan prasana di objek wisata air panas, dengan pertanyaan : Apa permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan wisata pemandian air panas ini ? Apa solusi yang ditempuh ?

Beliau menjawab :

“ Minimnya dana yang dianggarkan untuk pengelolaan sarana/prasarana di lokasi wisata merupakan masalah serius. Jumlah tenaga kerja kurang, honor juga kurang. Kitakan kerja untuk dapat uang. Penggajian juga sering tidak tepat wa. Hal ini membuat para pekerja enggan untuk bekerja sepenuh hati. Sama halnya dengan kami juga. PNS yang ditugaskan di lokasi wisata ini sangat lelah karena harus bekerja sepanjang hari. Bagi kami tidak ada hari libur. Namanya juga pariwisataan, tidak menentu. Pengunjung bisa saja datang kapan saja ke objek wisata pemandian air panas ini, yang menjadi masalah adalah tidak adanya “fee” bagi kami, setidaknya dari hasil restribusi yang dipungut setiap harinya. Kami yang ditugaskan di lokasi wisata inikan tidak pernah libur, apalagi di akhir pekan, jumlah pengunjung biasanya meningkat. Seharusnya Pemda memperhatikan hal itu.”

Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan wisata air panas adalah masalah dana. Keterbatasan dana yang diberikan untuk mengelola sarana dan prasarana di kawasan wisata mempengaruhi kinerja pegawai yang ada. Tenaga kerja yang sedikit mengakibatkan luasnya lahan kerja pegawai. Apalagi mereka bekerja sampai malam hari. Banyaknya tanggung jawab yang diemban oleh pegawai tidak sesuai dengan honor yang mereka terima. Apalagi sering terjadi keterlambatan penggajian. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya kinerja pegawai. Demikian halnya

dengan Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas. Pekerjaan mereka yang sangat melelahkan karena tidak memiliki hari libur, tidak diikuti pemberian insentif.

Dokumen terkait