• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.2 Keterangan Para Informan Mengenai Strategi Pengembangan

4.2.7 Tabel Perkembangan Pengunjung yang datang ke

BULAN TAHUN 2005 2006 2007 2008 JANUARI - 560 598 489 FEBRUARI - 509 612 601 MARET - 479 588 508 APRIL - 533 670 490 MEI - 618 679 609 JUNI - 642 625 611 JULI 581 534 589 489 AGUSTUS 619 481 490 421 SEPTEMBER 496 419 576 444 OKTOBER 507 556 479 509 NOVEMBER 571 497 517 480 DESEMBER 642 631 713 575 JUMLAH 3416 6459 7136 6226

BAB V ANALISA DATA

Pada bab ini akan diuraikan analisis dari data – data yang diperoleh dari hasil penelitian, yaitu data – data yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah dengan analisa deskriptif kualitatif, dengan mengacu pada induksi data, interpretasi data, dan konseptualisasi data sesuai dengan fokus kegiatan penelitian. Penulis akan melakukan analisis berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan selama penelitian di lapangan.

5.1. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh.

Strategi pengembangan objek wisata merupakan pembangunan yang dilakukan secara bertahap, teratur dan berkelanjutan. Pengembangan objek wisata merupakan bagian dari usaha pembangunan serta kesejahteraan masyarakat. Menurut Marpaung (2002:9), Pengembangan kepariwisataan dilandaskan atas usaha – usaha sebagai berikut :

1. Memelihara dan membina keindahan alam dan kekayaan sertad kebudayaan masyarakat Indonesia sebagai daya tarik kepariwisataan,

2. Menyediakan dan membina fasilitas – fasilitas transportasi, akomodasi, entertainment, dan pelayanan pariwisata lainnya yang diperlukan termasuk pendidikan pegawai.

3. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan secara aktif dan efektif di dalam dan di luar negeri.

4. Mengusahakan kelancaran formalitas perjalanan dan lalu lintas para wisatawan dan dengan demikian menghilangkan unsur – unsur yang menghambatnya, dan

5. Menyerahkan kebijaksanaan dan kegiatan perhubungan sebagai sarana utama guna memperbesar jumlah dan kelancaran arus wisatawan.

Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu merupakan salah satu dari sekian banyak objek wisata yang bisa dikatakan potensial di Kabupaten Karo yang mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah Daerah. Jika dilihat dari usaha – usaha maupun strategi pengembangan yang dilakukan, Pemerintah Daerah dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, telah mengupayakan langkah – langkah yang bagus.

Menurut hasil wawancara dengan informan, pengembangan yang dilakukan oleh Dinas meliputi dua (2) hal pokok, yaitu melengkapi seluruh sarana dan prasarana di kawasan Pemandian Air Panas Raja Berneh sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku, dan membuat pogram – program yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata seperti yang tertuang dalam Renstra 2010 – 2014, yaitu program pengembangan pemasaran pariwisata, program pengembangan destinasi pariwisata dan program pengembangan kemitraan. Upaya pengembangan tersebut mencerminkan niat serius dari pihak Pemda sendiri untuk memanfaatkan objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh secara maksimal. Dengan adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata alam ini, disimpulkan bahwa Pemda memperhatikan kesinambungan objek wisata ini ke depan. Selain itu, program kerja berjangka seperti yang tertuang dalam Renstra SKPD menjelaskan bahwa Pemda telah membuat perencanaan tentang program - program yang akan dilaksanakan dalam mengembangkan objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh ini.

5.2. Sarana dan Prasarana

Dalam pengembangannya, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo telah melakukan banyak upaya untuk memperlengkapi sarana dan prasarana di Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan dari di lingkungan Bidang Pariwisata. Adapun pembenahan sarana dan prasarana yang telah dilakukan di kawasan wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh adalah dengan pengadaan fasilitas – fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung seperti tempat makan, penginapasan, fasilitas hiburan untuk keluarga, akses jalan/transportasi, pondok – pondok kecil untuk bersantai dan beristirahat, dan penataan lingkungan di sekitar kawasan wisata dengan menjaga kebersihan dan keamanannya serta merawat segala sesuatu yang telah ada. Pembenahan tersebut disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pangunjung, namun tidak terlepas dari tema kecintaan terhadap alam. Pengadaan berbagai fasilitas di kawasan wisata dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi setiap pengunjung. Di samping itu, Dinas juga melaksanakan penataan terhadap kolam pemandian dan lingkungan sekitar kolam. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan petugas kebersihan/penataan kolam yang senantiasa bertugas menjaga kebersihan kolam. Penataan lain juga terlihat dalam pengaturan kios – kios tersebut diatur disetiap lokasi pemandian air panas karena setiap tempat pemandian terdapat kios yang menjual makanan. Demikian halnya dengan terjaganya keamanan di lokasi pemandian. Penjagaan yang dilakukan di setiap lokasi pemandian air panas membuat pengunjung merasa bebas dan aman selama berada di kawasan wisata alam ini.

5.3. Promosi

Pengembangan terhadap objek wisata alam Pemandian Air Panas tidak terlepas dari peran promosi. Menurut Hadinoto (1996:32-33), promosi merupakan salah satu dari lima (5) komponen besar sistem pariwisata. Menurut pengertian beliau, promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi yang ditawarkan dan dengan dengan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Pengertian tersebut berarti bahwa kegiatan promosi dilakukan untuk memberikan informasi kepada umum tentang objek wisata dengan segala sumber daya yang dimilikinya, serta menjelaskan cara mendapatkan objek wisata tersebut.

Adapun bentuk promosi yang telah dilakukan oleh pihak Dinas untuk memperkenalkan objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh kepada umum adalah dengan pencetakan buklet, brosur, pencetakan foto-foto, pelaksanaan even-even / kegiatan seni dan budaya, media massa dan elektronik, dan melalui surat edaran ke berbagai organisasi masyarakat. Upaya promosi seperti melalui pencetakan foto – foto dan brosur, serta memberikan surat edaran ke berbagai organisasi masyarakat merupakan langkah yang lebih intens dilakukan. Hal ini dihubungkan dengan ketersediaan dana yang terbatas. Menurut penjelasan Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata di Kantor Dinas Pariwisata, dana yang tersedia hanya cukup untuk kegiatan pencetakan tersebut. Demikian halnya dengan promosi melalui mendia. Dengan adanya situs resmi tentang kepariwisataan di Kabupaten Karo, kegiatan promosi menjadi lebih cepat dan mudah. Sementara untuk kegiatan promosi yang lain, dilakukan sewaktu – waktu jika dana memungkinkan. Dana untuk melaksanakan even – even dan studi banding misalnya tentunya akan jauh lebih besar. Namun demikian, pencapaian kinerja dari kegiatan promosi dengan dana terbatas tersebut telah mampu

mendongkrak keberhasilan objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh. Hal ini terlihat dari data jumlah pengunjung domestik yang datang maupun dari manca negara.

5.4 Pendidikan dan Pelatihan

Pengembangan objek wisata dapat berhasil jika didukung dengan pelaksanaan program peningkatan sumber daya manusia yang mengelolanya. Adanya pendidikan dan pelatihan yang berkualitas menjadikan manusia memiliki pengetahuan dan keterampilan yang semakin baik.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan seorang staff khusus di bidang pariwisata yang berada di kawasan wisata alam ini mengatakan bahwa, pegawai yang ditugaskan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun jumlah mereka tidak terlalu banyak. Dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti studi banding ke berbagai daerah pariwisata, pegawai diharapkan memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang kepariwisataan. Dengan demikian, pegawai mampu memberikan pelayanan prima kepada pengunjung. Namun karena keterbatasan dana juga, pelaksanaan studi banding tersebut belum dapat dilakukan secara berkesinambungan. Oleh karena itu, bentuk pendidikan / pelatihan yang dapat diberikan adalah berupa penyuluhan tentang kepariwisataan dan pendekatan kepada setiap pegawai agar selalu membina kerjasama dalam melaksanakan kewajibannya masing-masing. Upaya ini menunjukkan bahwa staff khusus di kawasan wisata alam ini sangat memperhatikan kinerja setiap anggota mereka upaya pendekatan yang dilakukan secara tidak langsung telah menanamkan nilai – nilai moral yang positif kepada anggotanya.

5.5. Program Strategi Perancangan Pengembangan

Seperti yang diketahui bahwa kepariwisataan merupakan sektor yang dinamis, dimana perlu dilakukan pembenahan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan dan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata, sudah sepatutnya dibuat program strategi perancangan pengembangan untuk masa mendatang. Dari hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa ada beberapa program yang akan dicanangkan ke depan dalam rangka pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu, yaitu penambahan beberapa kolam pemandian yang dilengkapi dengan fasilitas di setiap kolam, perluasan area parkir, pengembangan seni dan budaya di kawasan wisata pemandian air panas, perbaikan jalan menuju lokasi wisata dengan segenap penerangannya dan menanam pohon di sekitar hutan lindung di kaki gunung Sibayak untuk menjaga kelestarian udara di objek wisata ini nantinya. Analisis yang dapat dibuat berdasarkan keterangan tersebut adalah, bahwa pihak Dinas mengupayakan pengembangan obyek wisata ini secara bertahap dan berkesinambungan. Dinas memiliki kemampuan untuk membaca dan merespon kebutuhan pengunjung dan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Program perancangan yang dibuat pun tetap menjunjung tinggi kelestarian budaya daerah.

5.6 Retribusi Dari Pemandian Air Panas Raja Berneh

Faktor keuangan merupakan faktor utama yang merupakan sumber daya finansial bagi pembiayaan penyelenggaraan roda pemerintahan daerah. Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan yang berarti bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah tersebut adalah Restribusi Daerah. Menurut Yani (2002:55), Restribusi Daerah

merupakan pungutan daerah, sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Beradasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karo No. 11 Tahun 2006, jenis penerimaan yang ditetapkan untuk objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh adalah Restribusi Jasa Usaha. Dari data yang diperoleh, Objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh telah berhasil memberikan kontribusi yangh berarti dalam peningkatan PAD, walaupun jumlahnya tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat berdasarkan angka pemasukan yang terealisasi. Angka yang ditargetkan pada tahuan 2008 yaitu sebesar Rp. 125 juta, ternyata mencapai realisasi sebesar Rp. 130,04 juta. Data tersebut mengindikasikan bahwa kawasan wisata alam ini sangat potensial dan berhasil mendobrak penerimaan daerah tersebut. Pada tahun berikutnya, dengan memperhatikan pendapatan di tahun 2008, pihak Pemda menaikkan target pencapaian menjadi Rp. 150 juta. Namun pada realisasinya Pemandian Air Panas ini hanya mencapai angka Rp. 120,1 juta. Dari hasi pengamatan yang dilakukan, penurunan angka tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa di antaranya adalah kondisi sosial dan perekonomian masyarakat secara umum. Faktor lain adalah masalah kondisi fisik jalan menuju lokasi tersebut. Menurut pengamatan saya, konsisi fisik jalan yang belum diperbaiki dan belum cukupnya penerangan di sepanjang perjalanan (dari Pos Pengamanan Polisi Doulu sampai lokasi wisata ) sangat mempengaruhi jumlah kunjungan. Kerusakan jalan yang parah terkadang menyulitkan perjalanan. Pada hakekatnya, orang melakukan kegiatan wisata adalah untuk memperoleh ketenangan dan kenyamanan. Situasi jalan yang rusak tersebut mempengaruhi daya tarik kawasan wisata alam ini dan tingkat kenyamanan wisatawan yang ingin berkunjung.

5.7 Perkembangan Pengunjung yang datang ke Pemandian Air Panas Raja Berneh.

Menurut Damanik (2006:19-24), wisatawan pengunjung merupakan salah satu dari enam (6) pelaku pariwisata. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan pariwisata. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel,dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata ini bervariasi. Hal ini menjadi salah satu bukti kedinamisan sektor pariwisata. Sejak diberlakukannya pengelolaan yang terkontrol oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya yaitu pada pertengahan tahun 2005 jumlah pengunjung yang datang hingga tahun 2007 cukup signifikan. Namun pada tahun 2008 angka tersebut menurun. Dari beberapa keterangan yang di peroleh, ada banyak faktor yang mempengaruhi penurunan arus pengunjung tersebut. Beberapa diantaranya, adalah siatusi perekonomian masyarakat yang secara umum semakin sulit. Tingkat pendapatan masyarakat yang dirasakan semakin sulit mengakibatkan penurunan terhadap aktivitas kepariwisataan. Selain itu, promosi yang dilakukan selama ini sangat minim. Seperti keterangan Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata, bahwa kegiatan promosi terkendala oleh karena keterbatasan dana, sebenarnya, pihak Pemda dapat juga melakukan promosi melalui pelaksanaan / pergelaran seni dan budaya, misalnya Pesta Bunga dan Buah, mengingat lokasi pergelaran seni dan budaya sangat padat di kunjungi oleh wisatawan. Dengan mengorganisir berbagai kegiatan di pergelaran ini, secara tidak langsung akan memperkenalkan objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh kepada setiap pengunjung yang datang.

5.8. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDRB Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo.

Dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah, pemerintah secara terus – menerus berusaha mengaktifkan dan mendorong semua sektor agar masing-masing sektor dapat memberikan masukan yang optimal. Salah satu sektor yang mendorong secara terus menerus adalah sektor pariwisata. Indonesia mengembangkan sektor ini sejak program pembangunan lima tahun tahap I. Dan dalam rencana pembangunan lima tahun tahap V, pemerintah telah menyelenggarakan program “ sadar wisata” yaitu : aman, tertib, segar, indah, bersih dan memberikan kenangan. Program ini diselenggarakan dalam rangka untuk mendukung faktor lain yang berhubungan dengan sektor industri pariwisata yaitu : investasi sektor pariwisata, jumlah wisatawan, dan lama tinggal wisatawan yang mampu memberi sumbangan untuk meningkatkan PDRB melelui sektor pariwisata.

Pembangunan ekonomi dapat menumbuhkan kegiatan-kegiatan sektor lapangan usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak terkecuali kegiatan lapangan usaha dari sektor pariwisata. Pada prinsipnya, pembangunan ekonomi itu sendiri merupakan rangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarkat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pendapatan masyarakat dan peningkatan hubungan ekonomi regional dalam peningkatan investasi daerah, terutama investasi dalam hal pengembangan pariwisata sehingga dapat menggairahkan lapangan usaha dengan sektor-sektor ekonomi yanglain yang ada di Kabupaten Karo.

Struktur dan perkembangan perekenomian Kabupaten Karo dari tahun 2004-2009 dapat diketahui dari data distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dan harga konstan Kabupaten Karo. Laju pertumbuhan PDRB

Kabupaten Karo merupakan indikator pertumbuhan makro Kabupaten Karo yakni menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasa digunakan sebagai parameter penilaian sampai sejauh mana keberhasilan pembangunan di suatu daerah dalam periode tertentu, sedangkan pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan seluruh sektor ekonomi. Penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Karo pada periode tahun 2004-2009 adalah sektor pertanian yakni berkisar antara 60 %-66,2 %, penyumbang terbesar kedua adalah sektor perdagangan, pariwisata, hotel, dan restoran antara 11 %-13 %. Penyumbang PDRB ketiga dan keempat berturut-turut adalah jasa (8-10%) dan pengangkutan dan komunikasi (7-9 %). Perkembangan PDRB dalam harga berlaku dari tahun 2004-2009 adalah rata-rata 11,84 % pertahun, dimana pada tahun 2004 Rp. 2.104,4 milyar dan meningkat menjadi Rp. 3.683 milyar pada tahun 2009. Sementara itu perkembangan harga konstan tahun 2004 pada periode yang sama terjadi pertumbuhan rata-rata 4,32 %, dimana pada tahun 2004 sebesar Rp. 2.104 milyar dan meningkat menjadi RP. 2.650,56 milyar pada tahun 2009.

Sedangkan sasaran pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karo pada periode tahun 2009-2014 ialah sebesar 6,43 % atau meningkat 2,11% dari pertumbuhan ekonomi periode tahun 2004-2009, yakni sebesar 4,32 %. Sasaran ini merupakan acuan proyeksi ekonomi, penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan kemasyarakatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karo periode tahun 2009-2014.

Untuk mencapai target tersebut, maka pemerintah Kabupaten Karo akan mengerakkan seluruh sumber daya yang ada secara maksimal untuk melakukan upaya-upaya kerjasama dengan pihak luar dengan dasar saling menghargai dan saling menjaga Kondisi Estimasi Ekonomi Makro pada tahun 2009-2014. Dalam perencanaan untuk

dipengaruhi oleh kegiatan investasi. Memang, berdasarkan data yang diperoleh, sektor pertanian masih tetap sebagai penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Karo. Begitu juga dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada periode tahun 2009-2014, bisa dipastikan sektor pertanian tetap sebagai penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Karo, hal ini dapat dilihat dari program intensifikasi pertanian melalui progran agropolitan yang dicanangkan Pemkab Karo. Yang diharapkan nantinya adalah bagaimana peningkatan perekonomian dari sektor pertanian ini juga menunjang sektor lainnya, khususnya sektor pariwisata.

Dalam RPJMD itu juga disebutkan, akan dilakukan strategi pengembangan kepariwisataan secara berkesinambungan melalui penataan seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Karo secara maksimal beserta infrastrukturnya sehingga mampu menggerakan perekonomian Kabupaten Karo melalui restoran, hotel, perdagangan, dan jasa. Untuk periode tahun 2009-2014, pemerintah Kabupaten Karo menargetkan sumbangan dari sektor pariwisata, hotel, dan restoran untuk PDRB adalah sekitar 20 %.

Diatas disebutkan bahwa, untuk menumbuhkan perekonomian dari segala sektor, maka dibutuhkan kegiatan investasi, tidak terkecuali sektor pariwisata. Untuk menumbuhkembangkan kegiatan sektor pariwisata, maka dibutuhkan investasi atau dapat dikatakan tambahan modal untuk mendukungnya. Sebagai contoh, salah satu objek wisata di Kabupaten Karo yang terletak di Kecamatan Merek, mendapat investasi yang cukup besar dari investor asing yang berasal dari Singapura. Namun ke depan diharapkan, investasi juga diberikan ke objek wisata yang lain, seperti Objek Wisata Pemandian Air Panas di Desa Doulu,begitu juga dengan objek wisata lainnya. Ini merupakan salah satu langkah konkret atau strategi nyata yang strategis untuk bisa mengembangkan sektor pariwisata sehingga bisa menambah pemasukan ke kas daerah dalam bentuk PAD (Pendapatan Asli Daerah).

Salah satu kunci PDRB adalah pemerataan ekonomi rumah tangga yang ada di desa. Dengan kata lain, strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan harus menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat, khususnya aspek ekonomi. Sehingga diharapkan ke depan nantinya ada dampak langsung yang dirasakan masyarakat, seperti dapat meningkatkan produksi masyarakat setempat dan menciptakan pemerataan ekonomi rumah tangga sehingga dapat meningkatkan ekonomi desa sekaligus meningkatkan PDRB Kabupaten Karo. Pengembangan pariwisata juga diharapkan kedepannya bisa memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Karo pada khususnya, tidak hanya pekerjaan yang berhubungan dengan pariwisata, juga menyentuh ke bidang lainnya, seperti perdagangan ataupun jasa.

Untuk mengetahui apakah strategi pengembangan objek wisata di Kabupaten Karo bisa dikatakan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo bisa juga dapat dilihat melalui perbandingan PDRB Kabupaten Karo dengan PDRB secara nasional.

Sebelumnya dikatakan bahwa PDRB Kabupaten Karo pada periode tahun 2004-2009 mengalami perkembangan pertahunnya yakni sebesar 11,84 % pertahun, sedangkan pada periode yang sama PDRB secara nasional dalam harga berlaku ialah sebesar 10,03 % , yang mencakup seluruh sektor ekonomi, seperti pengangkutan, komunikasi, perdagangan, jasa dan pariwisata. Sementara itu jika dilihat dari harga konstan PDRB Karo pada periode yang sama terjadi pertumbuhan rata-rata 4,32%, sedangkan pada periode yang sama pula PDRB secara nasional 4,24 %. Ini menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten Karo sedikit lebih besar daripada PDRB secara nasional, yang mengindikasikan bahwa PDRB Karo seara umum konsisten mengalami peningkatan sehingga dapat dikatakan PAD Kabupaten Karo dari sektor pariwisata mempengaruhi

sektor perdagangan berada pada posisi kedua sebagai penyumbang PDRB Kabupaten Karo.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo dapat dilihat berdasarkan indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk harga berlaku, dimana pada tahun 2004 sebesar Rp. 1.730,9 milyar atau meningkat 16,66 % pertahun. Pendapatan per kapita Kabupaten Karo berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp. 7.671,41 juta pada tahun 2004 menjadi Rp. 12.615,02 juta pada tahun 2009 atau rata-rata kenaikan 12,35 % pertahun. Pertumbuhan ekonomi sendiri meningkat pada periode ini yakni dari 5,35 % pada tahun 2004 menjadi 5,71 % pada tahun 2009, atau meningkat rata-rata 4,36 % pertahun. Sedangkan bila ditinjau secara nasional, pertumbuhan ekonomi meningkat rata-rata 4,5 % pertahun, yang terjadi pada semua sektor ekonomi. Namun pada periode yang sama ini, PDRB per kapita secara nasional jauh lebih besar dari pada PDRB per kapita Kabupaten Karo. PDRB per kapita nasional atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 21,7 juta atau US$2.269,9 mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu Rp. 25,1 juta atau US$ 2.600,1.

Sebagai catatan struktur perekonomian Indonesia secara konsisten dan kontinu pada periode tahun2004-2009 masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera. Pulau Jawa memberikan konstribusi 57,8 %, diikuti Pulau Sumatera 23,6 %, sedangkan beberapa persen lainnya berasal dari provinsi di pulau yang lain.

Tidak bisa dipungkiri, sektor pariwisata di setiap daerah memberikan konstribusi yang besar bagi pendapatan daerah, sebagai contoh di Pulau Sumatera banyak objek wisata yang menjadi penyumbang kas daerah dan memang pemerintah daerah sendiri dan didukung masyarakat harus memberikan perhatian lebih terhadap sektor pariwisata

karena setiap kegaitan pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki peran strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional.

BAB VI KESIMPULAN

6.1. KESIMPULAN

Objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu merupakan objek wisata yang sangat berpotensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten apabila nantinya ke depan dikelola lebih profesional lagi.

Berdasarkan penelitian dan analisa data yang telah dilakukan oleh penulis, dapat simpulkan bahwa :

1. Pengembangan dan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas Doulu yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya berhasil dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo.

Hal ini terbukt i dari kenaikan jumlah pengunjung dan realisasi penerimaan yang dihasilkan oleh objek wisata Pemandian Air Panas Doulu.

2. Upaya dan strategi pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah sebagai berikut :

a. Melengkapi seluruh sarana dan prasarana di Pemandian Air Panas Doulu sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku. Adapun pembenahan sarana dan prasarana yang telah dilakukan di Objek

Dokumen terkait