• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Penyakit

Dalam dokumen KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR (Halaman 55-0)

III.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

III.2.4 Sasaran Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Penyakit

Tabel III.2.4 Target dan Realisasi Kinerja

NO INDIKATOR CAPAIAN 2015

2016 TARGET

AKHIR RENSTRA

(2018)

CAPAIAN S/D 2016 TERHADAP

2018 (%) TARGET REALISASI %

REALISASI

1 Angka Kematian Penyakit Menular

0,28 % < 1 % 0,13 % 186,86 % < 1 % 186,86 %

Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk Provinsi Bali, dimana beberapa penyakit menular ini dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit menular yang perlu diwaspadai adalah timbulnya berbagai penyakit menular baru (new emerging diseases) yang berskala internasional seperti AIDS, SARS dan penyakit Flu Burung, adanya penyakit menular yang muncul kembali (re-emerging diseases) seperti : leptospirosis, antrax, TBC, DBD, cikungunya, dll. Di Bali penyakit menular yang perlu diwaspadai antara lain : TB, AIDS, DBD, dan Rabies.

Indikator angka kematian penyakit menular tertentu diukur dari jumlah kematian penyakit DBD dan jumlah kematian penyakit Rabies dijumlahkan lalu dibagi dengan penjumlahan keseluruhan kasus penyakit menular tersebut dan hasilnya dikalikan seratus persen. Capaian indikator angka kematian ini apabila makin kecil maka dikatakan semakin baik sehingga pada tahun 2016 capaiannya lebih baik 0,15 % dari tahun 2015 yaitu sebesar 0,28 %.

Untuk Kasus DBD di Provinsi Bali di Tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 10964 Kasus dari Tahun 2015 sebesar 10704 Kasus seperti terlihat pada Grafik III.2.4.1. Kasus kematian akibat penyakit DBD di Provinsi Bali Tahun 2016 juga mengalami kenaikan sebesar 34 kasus kematian dari Tahun 2015 sebesar 29 kasus kematian seperti terlihat pada Grafik III.2.4.2. Peningkatan kasus DBD tersebut disebapkan oleh banyak faktor antara lain pertumbuhan dan mobilisasi penduduk tinggi yang secara tidak langsung berdampak pada

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 52

pertumbuhan sarang nyamuk dan juga peran serta dan perilaku masyarakat kurang dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Grafik III.2.4.1 Jumlah Kasus DBD di Provinsi Bali dari Tahun 2010-2016

Grafik III.2.4.2 Jumlah Kematian DBD di Provinsi Bali dari Tahun 2010-2016

Untuk kasus rabies di Provinsi Bali terjadi penurunan kasus di Tahun 2016 sebesar 10770 kasus dari Tahun 2015 sebesar 42829 kasus, sedangkan untuk kasus kematian akibat rabies di Tahun 2016 juga mengalami penurunan sebesar 10 kasus kematian dari Tahun 2015 sebesar 15 kasus kematian. Penurunan jumlah kasus dan kematian disebapkan oleh kesadaran masyarakat yang mulai mengikat anjing peliharaannya dirumah sehingga penyebaran rabies bisa ditekan. Selain itu koordinasi yang baik antar lintas sektor terkait juga menjadi salah satu faktor

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 53

penurunan kasus rabies ini. Untuk jumlah kasus dan kematian akibat rabies secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik III.2.4.3 dan Grafik III.2.4.4.

Grafik III.2.4.3 Jumlah Kasus Rabies di Provinsi Bali dari Tahun 2010-2016

Gambar III.2.4.4 Jumlah Kematian Rabies di Provinsi Bali dari Tahun 2010-2016

Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian penyakit menular tidak hanya fokus pada penyakit DBD dan Rabies, penyakit menular lainnya juga mendapatkan perhatian seperti melaksanakan pengobatan terhadap penderita Tuberculosis(TB) baik di puskesmas maupun RSUD, melaksanakan pemeriksaan dan pengobatan penderita HIV-AIDS dengan melakukan konseling terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pengobatan pada klinik CST (Conselling Suport and Treatment) yang sudah disiapkan oleh pemerintah , melaksanakan

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 54

pengendalian terhadap penyakit DBD dengan PSN (Pemerantasan Sarang Nyamuk), mebunuh jentiknya dengan larvasida(abatisasi) dan membunuh nyamuk dewasa dengan fogging, melaksanakan monitoring dan evaluasi kasus rabies dengan memberikan VAR dan SAR apabila terindikasi rabies dan lain sebagainya.

Kendala dalam mendukung kegiatan ini seperti pada pengobatan HIV, kurangnya kesadaran pasien penderita HIV-AIDS (ODHA) yang mau minum obat dikarenakan masih adanya stigma dan diskriminasi masyarakat, sedangkan pada pengobatan TB penemuan kasus tidak berjalan secara maksimal, disebabkan karena kemampuan petugas untuk menjangkau seluruh masyarakat sangat terbatas sehingga ada kasus TB di masyarakat yang tidak termonitor.

III.2.5 Sasaran Meningkatkan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tabel III.2.5 Target dan Realisasi Kinerja

NO INDIKATOR CAPAIAN 2015

2016 TARGET

AKHIR RENSTRA

(2018)

CAPAIAN S/D 2016 TERHADAP

2018 (%) TARGET REALISASI %

REALISASI

1 Persentase puskesmas yang melaksanakan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular

84,17% 88 % 88 % 100 % 100 % 88 %

Sasaran meningkatkan pengendalian penyakit tidak menular dengan indikator persentase puskesmas yang melaksanakan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular diukur melalui jumlah puskesmas yang mampu melaksanakan deteksi dini minimal 4 jenis penyakit tidak menular di Provinsi Bali. Adapun 4 jenis penyakit tidak menular tersebut antara lain pemeriksaan IVA (kanker rahim), hipertensi, jantung, diabetes dan obesitas. Jumlah Puskesmas yang mampu melaksanakan deteksi dini minimal 4 penyakit tidak menular pada Tahun 2016 berjumlah 106 Puskesmas (88 %) dari total keseluruhan Puskesmas di Provinsi Bali yang berjumlah 120 Puskesmas. Capaian indikator persentase puskesmas yang melaksanakan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 3,83 % dari capaian pada tahun

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 55

2015 sebesar 84,17 %. Kenaikan ini didukung oleh kesadaran masyarakat dalam melakukan pemeriksaan untuk penyakit tidak menular seperti pemeriksaan IVA (kanker rahim), hipertensi, jantung, diabetes dan obesitas di puskesmas. Selain itu, kerjasama yang baik antar lintas program dan lintas sektor dalam mempromosikan program seperti pemeriksaan IVA dan penyakit tidak menular lainnya juga mempengaruhi tercapainya indikator ini. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, belum semua puskesmas dapat melaksanakan pemeriksaan untuk penyakit tidak menular. Hal ini dikarenakan belum tersedianya peralatan untuk pemeriksaan IVA dan terapi Cryo di seluruh puskesmas serta mobilitas tenaga yang tinggi terutama dokter di tingkat puskesmas dan kabupaten. Sehingga belum semua puskesmas mampu melaksanakan pemeriksaan tersebut. Selain itu upaya pengendalian penyakit tidak menular dilaksanakan dengan berbasis masyarakat dengan mengembangkan posbindu PTM pada tingkat desa sebagai kegiatan dalam mendeteksi secara dini faktor risiko terhadap penyakit menular. Dalam kegiatan Posbindu tersebut, dilakukan pemeriksaan faktor resiko PTM seperti pengukuran anthropometri, gula darah, kolesterol dan bahkan inspeksi visual asam asetat.

Grafik III.2.5.1 Jumlah Desa Dengan Posbindu PTM Aktif dari Tahun 2013-2016

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 56

III.2.6 Sasaran Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan

Tabel III.2.6 Target dan Realisasi Kinerja

NO INDIKATOR CAPAIAN 2015

2016 TARGET

AKHIR RENSTRA

(2018)

CAPAIAN S/D 2016 TERHADAP

2018 (%) TARGET REALISASI %

REALISASI

1 Persentase Faskes yang memenuhi standar pelayanan

26,20 % 33 % 37,12 % 112,48 % 41 % 90,55 %

Standar pelayanan merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang harus dimiliki oleh fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan itu antara lain : Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (Rumah Sakit dan Laboratorium Kesehatan) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas). Dalam menentukan standar pelayananan, akreditasi merupakan mekanisme regulasi yang bertujuan untuk mendorong upaya tersebut. Setiap faskes yang ada memiliki sistem standar akreditasi yang berbeda-beda dalam menentukan standar pelayanan.

Capaian sasaran meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 dengan indikator persentase faskes yang memenuhi standar pelayanan melebihi target yang telah ditentukan. Jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2015, Capaian Indikator di Tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 10,92 % dari capaian 2015 sebesar 26,20 %. Hal ini dipengaruhi oleh kesadaran tiap-tiap faskes baik itu FKTL (Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan) dan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dalam melaksanakan akreditasi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Jumlah Puskesmas terakreditasi di tahun 2016 mencapai 33 Puskesmas (27,5 %) dari total 120 Puskesmas yang ada di Provinsi Bali, sedangkan Jumlah Rumah Sakit yang terakreditasi di Bali pada Tahun 2016 mencapai 38 Rumah Sakit (70,37 %) dari Total 54 Rumah Sakit yang ada di Bali.

Untuk Laboratorium Kesehatan perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 57

capaian di Tahun 2016 baru 3 laboratorium yang memenuhi standar ISO dan 1 Laboratorium yang terakreditasi KALK.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan fasilitas kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan antara lain :

- Untuk ikut akreditasi memerlukan sumber daya manusia yang memenuhi standar dan terlatih, alat kesehatan yang rutin terkalibrasi, sumber daya keuangan yang cukup banyak dan hal lainnya. Hal ini menjadi kendala bagi faskes dalam melaksanakan akreditasi

- Dala peraturan yang dikerluarkan permenkes tidak ada sangsi bagi laboratorium kesehatan (labkes) yang tidak ikut akreditasi sehingga keinginan labkes untuk segera terakreditasi tidak ada

- Sosialisasi dan pembinaan dari Kemenkes tentang akreditasi sangat jarang dilaksanakan sehingga pemahaman tentang akreditasi oleh KALK belum banyak diketahui. Saat ini semua labkes utama melaksanakan pengukuran standar pelayanannya menggunakan standar ISO

Sedangkan, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan capaian di Tahun berikutnya antara lain :

- Melaksanakan sosialisasi, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan akreditasi secara rutin baik di Rumah Sakit, Puskesmas dan Labkes

- Memberikan sangsi kepada labkes yang tidak terakreditasi sehingga ada keinginan labkes untuk memperbaiki diri dan menyiapkan proses akreditasi - Melaksanakan pembinaan standar pelayanan kesehatan di Puskesmas

- Membuat sistem akreditasi labkes yang terjangkau dari segi biaya namun terjamin kualitasnya sehingga tidak memberatkan labkes yang tidak memiliki modal besar

- Sosialisasi terkait akreditasi laboratorium kesehatan (labkes) agar rutin dilaksanakan sehingga pemahaman terhadap proses akreditasi diketahui oleh semua labkes.

III.3 Akuntabilitas Anggaran

Penyerapan anggaran belanja langsung setelah perubahan pada Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 sebesar Rp. 325.753.518.771,00 (89,18

%) dari total anggaran belanja langsung yang dialokasikan sebesar Rp.

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 58

365.265.466.248,65. Realisasi anggaran untuk program/kegiatan utama sebesar Rp. 282.127.175.049,77 (90,82 %), sedangkan realisasi untuk program/kegiatan pendukung sebesar Rp. 43.626.343.721,23 (79,86 %). Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran, penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di sasaran VI sebesar Rp. 273.424.960.960,77 (91,47

%) Sedangkan penyerapan terkecil pada program/kegiatan di sasaran IV dan V sebesar Rp. 5.180.071.039,00 (66,39 %).

Jika dikaitkan antara kinerja pencapaian sasaran dengan penyerapan anggaran, pencapaian sasaran yang relative baik dan diikuti dengan penyerapan anggaran kurang dari 100 % menunjukkan bahwa dana yang terserap untuk membiayai program/kegiatan dalam pencapaian sasaran disajikan pada tabel berikut :

Tabel III.3 Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung

No Sasaran Anggaran Realisasi % Realisasi

1 Meningkatkan Kesehatan Ibu Hamil dan Ibu Melahirkan

956.830.340,00 890.098.950,00 93,03 2 Meningkatkan Kesehatan Bayi

dan Balita

3 Meningkatkan Status Gizi Masyarakat

2.970.516.100,00 2.632.044.100,00 88,61 4 Menurunkan Angka Kesakitan

dan Kematian Penyakit Menular

7.802.456.250,00 5.180.071.039,00 66,39 5 Meningkatkan Pengendalian

Penyakit Tidak Menular 6 Meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan

298.908.197.849,00 273.424.960.960,77 91,47

Jumlah 310.638.000.539,00 282.127.175.049,77 90,82

Belanja Langsung Pendukung 54.627.465.709,65 43.626.343.721,23 79,86 Total Belanja Langsung 365.265.466.248,65 325.753.518.771,00 89,18

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 59

BAB IV PENUTUP

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Kesehatan Provinsi Bali disusun berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2016, serta Penetapan Kinerja Tahun 2016 sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi yang merupakan wujud pertanggungjawaban dalam pencapaian misi dan tujuan instansi.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tingkat pencapaian sasaran maupun tujuan instansi sebagai jabaran dari visi, misi dan strategi instansi yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

Penyelenggaraan kegiatan di Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun anggaran 2016 merupakan tahun ke-3 dari Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014-2018. Keberhasilan yang dicapai berkat kerja sama dan partisipasi semua pihak dan diharapkan dapat dipertahankan serta ditingkatkan.

Sementara itu, untuk target-target yang belum tercapai perlu diantisipasi dan didukung oleh berbagai pihak.

Hasil laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Keberhasilan capaian kinerja sasaran yang dicerminkan dari capaian indikator kinerja sasaran ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain sumber daya manusia, anggaran dan sarana prasarana.

2. Dari sasaran dan indikator kinerja terdapat 8 Indikator Kinerja Utama yang dipilih sebagai tolok ukur kinerja.

3. Dari 8 indikator kinerja utama, semua indikator mencapai kriteria Sangat Baik dengan warna hijau tua.

BAB IV

PENUTUP

LKjIP | Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017 60

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi permasalahan- permasalahan yang dihadapi dan peningkatan kualitas penyusunan LKjIP dirumuskan saran-saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk peningkatan kapasitas SDM tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta kemampuan teknis dalam menyusun dokumen-dokumen kinerja untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yang akuntabel.

2. Perlu adanya kebijakan yang mewadahi penerapan SAKIP di instansi pemerintah agar tercipta kejelasan arah dalam penerapan SAKIP yang baik dan benar di jajaran instansi pemerintah, serta meningkatkan kualitas pelaksanaan monitoring dan evaluasi capaian Penetapan Kinerja (PK)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan, sebagai bahan pertimbangan Bappeda untuk perencaanaan tahun berikutnya, penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, serta penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.

Dalam dokumen KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR (Halaman 55-0)

Dokumen terkait