• Tidak ada hasil yang ditemukan

NENDEN MEITASARI E1407

METODE PENELITIAN

3.3 Sasaran Penelitian

Sasaran atau objek dari penelitian ini adalah masyarakat desa sekitar hutan yang terlibat secara langsung dalam pemeliharaan pohon asuh/adopsi dan telah tercatat secara sah di dalam kontrak sebagai pengasuh pohon dalam Program Pohon Asuh serta tanaman (pohon asuh) yang dipelihara oleh pengasuh pohon yang menjadi responden dalam penelitian ini.

  3.4Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, meliputi : 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari pengasuh pohon yang menjadi responden, data-data tersebut meliputi :

a. Data umum (karakteristik) responden : nama, umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, status dalam keluarga, mata pencaharian utama dan sampingan serta tingkat pendidikan

b. Data tentang kegiatan yang dilakukan pengasuh pohon dalam pemeliharaan pohon asuh baik tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan : kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pembuatan tree tag, keaktifan dalam LMDH, berdiskusi dengan Perhutani dan KAHMI, penanaman, penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pembabatan jalur antar tanaman, pengairan atau penyiraman serta kondisi fisik tanaman

c. Informasi lahan : luas pemilikan lahan, status kepemilikan lahan, jarak tempuh, asal usul lahan dan luas penguasaan hutan

d. Data potensi ekonomi rumah tangga : usaha di bidang kehutanan, bidang pertanian, dan non pertanian

e. Data pengeluaran rumah tangga : biaya pemeliharaan, konsumsi makanan dan minuman, pakaian, pendidikan dan sebagainya.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan penelitian ini, data-data tersebut meliputi :

a. Data tentang kondisi umum lokasi penelitian yang terdiri atas : letak dan luas lokasi, topografi, iklim, suhu, curah hujan per tahun, keadaan tanah serta keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat

b. Data tentang keadaan lahan hutan : jenis tanah, topografi, kelerengan lahan, letak dan luas lahan hutan serta sejarah lahan

  c. Data keadaan penduduk : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

mata pencaharian, dan jumlah penduduk secara keseluruhan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu : 1. Teknik observasi

Data dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung terhadap berbagai kegiatan di lapangan, keadaan daerah penelitian dan pengamatan kondisi fisik tanaman

2. Teknik wawancara

Data yang dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap responden yang terlibat dalam pemeliharaan pohon asuh serta berbagai pihak yang terkait untuk melengkapi data dan informasi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (kuisioner) maupun bebas 3. Studi pustaka

Data dikumpulkan melalui proses mencari, mencatat dan mempelajari study literatur serta pengumpulan data-data dari instansi terkait.

3.6 Metode Pengambilan Contoh Responden

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode dalam pengambilan sampel dengan atas dasar pertimbangan pribadi peneliti (Danim 2004). Pertimbangan dalam penentuan responden dilakukan dengan mempertimbangkan biaya, tenaga, waktu dan keadaan di lapangan yaitu blok pengasuhan pohon. Unit sampel penelitian adalah pengasuh pohon. Jumlah sampel yang diambil berdasarkan metode Slovin (Wulandari 1999 dalam Kaskoyo 2009), dengan rumus sebagai berikut :

n = N N ²

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

  Berdasarkan perhitungan rumus di atas, dengan diketahui jumlah populasi pengasuh pohon yang tercatat secara kontrak sebanyak 33 orang maka jumlah unit sampel dalam penelitian ini adalah 19 orang pengasuh pohon serta jumlah tanaman atau pohon asuh yang diamati kesehatannya sebanyak 1334 pohon asuh. Selain itu pihak Perhutani dan pihak pengelola yaitu KAHMI juga menjadi responden, dimana data-data yang diperoleh akan bersifat melengkapi dan memperkuat data di lapangan.

3.7 Metode Pengolahan Data

Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan studi literatur diolah menjadi data kuantitatif dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diolah dengan cara sebagai berikut :

1. Partisipasi pengasuh pohon dalam Program Pohon Asuh a) Partisispasi tahap perencanaan Program Pohon Asuh

Tingkat partisipasi atau keikutsertaan pengasuh pohon dalam tahap kegiatan perencanaan pohon asuh dapat dilihat dari keterlibatan mereka di dalam : (1) Penandatanganan kontrak kerja sebagai pengasuh pohon dengan pihak Perhutani dan KAHMI; (2) Penentuan jenis tanaman; (3) Pembuatan papan nama pohon (tree tag); (4) Mengikuti kegiatan LMDH; (5) Melakukan diskusi dengan Perhutani dan KAHMI.

Keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat sebagai pengasuh pohon dalam tahap perencanaan ini dapat dijadikan dasar dalam kriteria pemberian nilai (score), dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pemberian skor partisipasi pengasuh pohon dalam pemeliharaan pohon asuh tahap perencanaan

No ( 1 ) Intensitas Keikutsertaan ( 2 ) Skor ( 3) 1 Tidak terlibat 0 2 Terlibat 1 kegiatan 1 3 Terlibat 2 kegiatan 2 4 Terlibat 3 kegiatan 3 5 Terlibat 4 kegiatan 4 6 Terlibat 5 kegiatan 5

  Indeks skor dari kegiatan-kegiatan tahap perencanaan di atas memiliki nilai 1 sehingga dapat dicapai oleh responden besaran nilai yang berkisar antara 0 sampai dengan 5. Pemberian kategori tingkat partisipasi pengasuh pohon dalam pemeliharaan pohon asuh dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori tingkat partisipasi pengasuh pohon dalam pemeliharaan pohon asuh tahap perencanaan

No (1) Tingkat Partisipasi (2) Skor (3) 1 Sangat tinggi 4,01 – 5,00 2 Tinggi 3,01 – 4,00 3 Sedang 2,01 – 3,00 4 Rendah 1,01 – 2,00 5 Sangat rendah 0,00 – 1,00

b) Partisipasi tahap pelaksanaan Program Pohon Asuh

Tingkat partisipasi atau keikutsertaan pengasuh pohon dalam tahap pelaksanaan dapat dilihat pada proses pemeliharaan pohon. Pemeliharaan pohon asuh dapat dilihat dari aspek keterlibatan mereka di dalam : (1) penanaman; 2) penyulaman; (3) penyiangan; (4) pendangiran; (5) pemupukan; (6) pemberantasan hama dan penyakit; (7) babat bersih jalur antar tanaman dan (8) pengairan atau penyiraman.

Kategori pemberian nilai (score) berdasarkan jumlah keterlibatan dan keikutsertaan pengasuh pohon dalam pelaksanaan pengelolaan hutan melalui program pohon asuh ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pemberian skor partisipasi pengasuh pohon dalam pemeliharaan pohon asuh tahap pelaksanaan

No (1) Intensitas Keikutsertaan (2) Skor (3) 1 Tidak terlibat 0 2 Terlibat 1 kegiatan 1 3 Terlibat 2 kegiatan 2 4 Terlibat 3 kegiatan 3 5 Terlibat 4 kegiatan 4 6 Terlibat 5 kegiatan 5 7 Terlibat 6 kegiatan 6 8 Terlibat 7 kegiatan 7 9 Terlibat 8 kegiatan 8

  Indeks skor yang dapat diraih responden dari kegiatan-kegiatan pemeliharaan pohon asuh memiliki nilai 1 sehingga dapat dicapai oleh responden besaran nilai yang berkisar antara 0 sampai dengan 8. Pemberian kategori tingkat partisipasi pengasuh pohon dalam pemeliharaan pohon asuh dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kategori tingkat partisipasi pengasuh pohon dalam pemeliharaan pohon asuh tahap pelaksanaan

No (1) Tingkat Partisipasi (2) Skor (3) 1 Sangat tinggi 6,41 - 8,00 2 Tinggi 4,81 - 6,40 3 Sedang 3,21 - 4,80 4 Rendah 1,61 - 3,20 5 Sangat rendah 0,00 - 1,60

c) Partisipasi dalam Program Pohon Asuh

Tingkat partisipasi pengasuh pohon dalam Program Pohon Asuh ini dapat dilihat dari keterlibatan dan keikutsertaannya baik itu pada tahap perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan Program Pohon Asuh. Oleh karena itu indeks skor partisipasi masyarakat sekitar hutan sebagai pengasuh pohon dalam Program Pohon Asuh ini diperoleh dengan cara mengakumulasikan indeks skor pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Indeks skor pada tahap perencanaan berkisar antara 0 – 5, sedangkan Indeks skor pada tahap pelaksanaan berkisar antara 0 – 8. Sehingga besar skor tingkat partisipasi pengasuh pohon dalam program Pohon Asuh berkisar antara 0 – 13. Kategori tingkat partisipasi pengasuh pohon dalam program Pohon Asuh dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori tingkat partisipasi pengasuh pohon dalam program pohon asuh

No (1) Tingkat Partisipasi (2) Skor (3) 1 Sangat tinggi 10,41 - 13,00 2 Tinggi 7,81 - 10,40 3 Sedang 5,21 - 7,80 4 Rendah 2,61 - 5,20 5 Sangat rendah 0,00 - 2,60

  2. Keberhasilan tanaman dalam Program pohon asuh

Penilaian tingkat keberhasilan fisik tanamanan pohon asuh dilakukan pada persentase tumbuh/jadi tanaman dan kesehatan tanaman.

a) Persentase tumbuh/jadi tanaman.

Pengukuran persentase tanaman tumbuh/jadi dapat dilakukan dengan cara mengamati semua pohon asuh secara langsung di lapangan. Dimana pohon asuh yang diamati adalah pohon yang dipelihara dan dirawat oleh pengasuh pohon yang menjadi responden. Persentase jadi tanaman dihitung dengan cara:

Persentase tanaman jadi/tumbuh = / x 100%

Tabel 7 Kelas persentase tumbuh/jadi tanaman dalam program pohon asuh

No (1) Kelas Tumbuh/Jadi (2) Skor (%) (3) 1 Sangat tinggi 81,00 - 100,00 2 Tinggi 61,00 - 80,00 3 Sedang 41,00 - 60,00 4 Rendah 21,00 - 40,00 5 Sangat rendah 0,00 - 20,00 b) Kesehatan tanaman.

Tanaman pohon asuh yang diteliti terutama yang mengalami kerusakan, kemudian dicatat kondisi fisiknya ke dalam tabel pengamatan. Pohon yang sehat juga dihitung jumlahnya dan dimasukan ke dalam tabel pengamatan. Sedangkan untuk membedakan antara pohon yang sehat dan sakit adalah dengan cara melihat adanya tipe kerusakan yang terdapat pada pohon. Persentase tanaman sehat dapat dihitung dengan cara :

Persentase tanaman sehat = x 100%

Tabel 8 Kelas persentase tanaman sehat dalam program pohon asuh

No (1)

Kelas Kesehatan Tanaman (2) Skor (%) (3) 1 Sehat sekali 81,00 - 100,00 2 Sehat 61,00 - 80,00 3 Sedang 41,00 - 60,00 4 Cukup sehat 21,00 - 40,00 5 Tidak sehat 0,00 - 20,00

  3.8Metode Analisis Data

Tahap ini dilakukan setelah pengumpulan data di lapangan. Kuisioner yang telah terjawab dikelompokan berdasarkan karakteristik dari responden.

3.8.1 Analisis Korelasi Rank Spearman

Metoda Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan menggunakan uji statistik. Data yang diperoleh diolah melalui tahap editing, scoring, coding, dan entri data ke komputer. Uji statistik digunakan untuk menguji hubungan tingkat partisipasi pengasuh pohon dengan karakteristik pengasuh pohon. Untuk melakukan uji statistik tersebut dilakukan dengan analisis Rank Correlation Spearman (rs), yang dapat menguji keeratan hubungan antar variabel yang diukur dengan menggunakan software SPSS 16.0 FOR WINDOWS. Seperti yang dikemukakan oleh Sarwono (2006) bahwa korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal (non- parametrik). Variabel independen (bebas) penelitian ini adalah variabel umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, pendapatan, luas lahan, jarak tempuh dan keberhasilan fisik tanaman. Sedangkan variabel dependen (tergantung) dalam penelitian ini menggunakan variabel tingkat partisipasi pengasuh pohon. Menurut Irianto (2008), Spearman Correlation tidak memperhatikan sifat hubungan linear antara kedua variabel yang akan dicari korelasinya. Adapun persamaan Rank Correlation Spearman (rs) yang digunakan menurut (Irianto 2008) adalah sebagai berikut :

r

s(rho)= 1

∑ ²

Keterangan :

rs (rho)= korelasi Rank Spearman n = banyaknya sampel pengamatan di = beda peringkat variabel X dan Y

  Koefisien Rank Correlation Spearman (rs) ini berlaku untuk data dalam bentuk peringkat. Datanya mungkin telah dikumpulkan dalam bentuk peringkat atau mungkin baru ditentukan peringkatnya kemudian (Steel dan Torrie 1980).

Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai Rank Correlation Spearman (rs) dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (–). Tanda positif (+) menyatakan hubungan peringkat antara kedua variabel bersifat searah. Searah mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya juga besar. Sebaliknya apabila tandanya negatif (–) menyatakan hubungan peringkat antar kedua variabelnya berlawanan atau bertolak belakang (bersifat tidak searah). Tidak searah mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai berikut :

0,00 – 0,25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) 0,26 – 0,50 : korelasi cukup

0,51 – 0,75 : korelasi kuat 0,76 – 1,00 : korelasi sangat kuat

Uji Signifikansi Hasil Korelasi

Menurut Priyatno (2009), signifikansi hubungan antara dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Hipotesis

H0 : Hubungan antara dua variabel tidak signifikan H1 : Hubungan antara dua variabel signifikan 2. Patokan pengambilan keputusan

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima 3. Keputusan

Keputusan diambil berdasarkan angka probabilitas yang diperoleh berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas.

   

  Keputusan Uji Hipotesis

Sarwono (2006) mengemukakan bahwa untuk menentukan keputusan perlu dilakukan uji hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat H1 : Ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat 2. Uji Hipotesis

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak 3. Keputusan

Keputusan diambil berdasarkan angka probabilitas yang diperoleh berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas.

Untuk mengetahui besarnya sumbangan atau peranan variabel bebas terhadap variabel tergantung menurut Sarwono (2006), dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi sebagai berikut :

KD = rs2 x 100%  

Keterangan :

KD = koefisien determinasi rs = korelasi Rank Spearman                              

  BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

 

4.1Kondisi Umum Gunung Hambalang 4.1.1 Sejarah Gunung Hambalang

Gunung Hambalang merupakan salah satu hutan peninggalan Belanda yang berupa plat dan kelompok hutan yang terdiri dari kelompok hutan Hambalang Barat dan kelompok hutan Hambalang Timur. Nama Hambalang ini diberikan karena nama tersebut dinggap mudah untuk diingat banyak orang. Pada awalnya kelompok hutan ini hanya berfungsi untuk mempermudah administratif suatu wilayah karena Gunung Hambalang ini memisahkan dua wilayah yang berbeda. Namun sejak kelompok hutan Hambalang tersebut telah resmi menjadi binaan Perum Perhutani pada tahun 1973, maka fungsi hutan tersebut berubah menjadi kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Kelompok hutan yang menjadi lokasi penanaman program Pohon Asuh dan Pohon Adopsi saat ini adalah kelompok hutan Hambalang Barat (Dephut 2006).

4.1.2 Letak dan Luas Gunung Hambalang

Lokasi program Pohon Asuh dan Pohon Adopsi ini terletak di Petak 1, Kelompok Hutan Hambalang Barat, Bagian Hutan Mega Mendung, RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor dengan wilayah administratif termasuk Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kawasan ini merupakan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. Luas Gunung Hambalang sekitar 200 ha sedangkan luas lokasi program Pohon Asuh adalah 9, 80 ha (Dephut 2006).

Adapun batas-batas Gunung Hambalang yang menjadi lokasi program Pohon Asuh dan Pohon Adopsi adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Ex Perkebunan PT. Hambalang

Sebelah Timur : Petak 2 Kawasan Hutan RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor

Sebelah Selatan : Kampung Lewi Goong dan Sukamantri,Desa Karang Tengah Sebelah Barat : Kampung Karang Tengah, Desa Karang Tengah

  4.1.3 Kondisi Fisik Gunung Hambalang

Sebelum dijadikan lokasi program Pohon Asuh dan Pohon Adopsi, Gunung Hambalang ini merupakan tegakan hutan yang bergerombol dengan jenis- jenis pohon yang ada adalah mahoni, pinus, kaya, antoteka, picung, nangka, durian dan lain sebagainya. Sebagian areal ditanami jenis tanaman palawija oleh masyarakat sekitar yang umumnya berupa singkong, pisang, pandan wangi dan sereh wangi. Penggarapan lahan hutan oleh masyarakat sekitar selama ini dalam pembinaan KPH Bogor, karena mayoritas masyarakat adalah petani dengan tingkat pendapatan yang rendah.

Topografi Gunung Hambalang bervariasi mulai dari datar sampai agak curam, terletak pada ketinggian sekitar 520 sampai 590 mdpl. Iklim di wilayah ini termasuk type A (Schmidt and Fergusson) dengan curah hujan rata-rata mencapai 1.200 mm/tahun, dimana curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Februari dan terendah pada bulan Agustus. Suhu rata-rata daerah ini yaitu 20ºC- 32ºC. Jenis tanah di kawasan ini adalah asosiasi latosol coklat dengan batuan induk adalah batuan endapan dan vulkan. Struktur tanah sarang dan sedikit berbatu. Struktur tanah sarang merupakan tanah yang gembur dan memiliki agregat yang cukup besar, memiliki mikropori dan makropori yang seimbang. Kedalaman humus agak dalam dengan fisiografi tanah vulkan dan batu lipatan (Dephut 2006).

4.1.4 Aksesibilitas

Akses untuk menuju lokasi penanaman pohon asuh melewati jalan aspal kecamatan dan desa serta perlu menyebrangi Sungai Ciherang dengan lebar ± 40 meter melalui jembatan gantung yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki, namun kondisi jembatan tersebut kini sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi sehingga akses satu-satunya adalah harus menyebrangi sungai. Dari Jakarta menuju lokasi dapat ditempuh melalui jalan tol Jagorawi keluar dari pintu tol Sentul Selatan dengan jarak kurang lebih 10 km dan waktu tempuh sekitar 30 – 45 menit (Dephut 2006).

  4.1.5 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa yang berbatasan langsung dan masyarakatnya banyak berinteraksi dengan lokasi program pohon asuh adalah Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor terutama masyarakat Dusun Sukamantri RT 1 sampai RT 3 RW 13. Masyarakat Desa Karang Tengah telah cukup lama menggarap kawasan hutan ini yaitu sejak sekitar tahun 1975. Penggarapan kawasan hutan oleh masyarakat sekitar semakin meningkat dengan terjadinya penjualan besar-besaran tanah milik kepada pengembang (developer), sehingga kepemilikan tanah di desa tersebut rata-rata ± 0,03 ha/KK. Penggarapan lahan kawasan hutan ini menyebabkan degradasi lahan. Keterbatasan petani akan pengetahuan dan modal dalam budidaya jenis tanaman semusim menyebabkan petani menanami lahan hutan hanya dengan jenis tanaman singkong dan pisang, sehingga menyebabkan tanah di kawasan hutan tersebut semakin miskin akan unsur hara. Menurut data dan informasi dari Perhutani KPH Bogor, para penggarap di petak 1 tersebut berasal dari kampung Sukamantri, Babakan, Lewigoong dan Gelewer (Dephut 2006).

4.2Kondisi Umum Desa Penelitian 4.2.1Letak dan Luas Desa Penelitian

Berdasatkan Data Monografi Desa Karang Tengah tahun 2011, desa ini terletak di wilayah selatan Kecamatan Citeureup dengan luas wilayah sebesar 2.894 ha. Dilihat dari pembagian wilayah administratifnya Desa Karang Tengah ini terdiri dari 3 dusun, 15 RW dan 56 RT dan terbagi menjadi beberapa kampung yaitu : Wangun I, Wangun II, Wangunlandeuh, Leuwigoong, Sukamantri, Cigobang, Cimandala, Depok, Gelewer dan Babakan. Adapun mengenai batas wilayah Desa Karang Tengah adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup Sebelah Timur : Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur

Sebelah Selatan : Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang Sebelah Barat : Desa Sumur Batu, Kecamatan Babakan Madang

Untuk lebih jelasnya mengenai letak Desa Karang Tengah dapat dilihat pada Gambar 3.

 

Gambar 3 Peta desa lokasi penelitian.

4.2.2Kondisi Fisik Desa Penelitian

Topografi lahan di Desa Karang Tengah bervariasi mulai dataran rendah, berbukit sampai dengan bergunung-gunung. Ketinggian desa ini dari permukaan laut berada pada 529 meter. Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara. Oleh sebab itu ketinggian merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan. Suhu udara rata-rata harian minimum adalah 20ºC dan maksimum mencapai 32ºC. Iklim di wilayah ini termasuk type A (Schmidt and Fergusson) dengan curah hujan rata-rata mencapai 1.200 mm/tahundan jumlah hari dengan curah hujan terbanyak adalah 4 hari. Jenis tanah di kawasan ini adalah asosiasi latosol coklat dengan batuan induk adalah batuan endapan dan vulkan. Struktur tanah sarang dan sedikit berbatu (Desa Karang Tengah 2011).

  4.2.3Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Desa Penelitian

Jalan untuk menuju Desa Karang Tengah pada umumnya sudah dilakukan pengaspalan. Jarak desa lokasi penelitian ini cukup strategis. Jarak dengan ibukota negara RI Jakarta relatif dekat dan mudah untuk dijangkau yaitu sekitar 60 Km, dapat ditempuh melalui jalan tol Jagorawi keluar dari pintu tol Sentul Selatan. Jarak Desa Karang Tengah denga ibukota Propinsi Jawa Barat adalah ± 175 Km, sementara dengan ibukota pemerintah Kabupaten Bogor berjarak ± 25 Km. Sarana transportasi umum yang dapat dipergunakan oleh penduduk Desa Karang Tengah untuk menghubungkan masing-masing desa dengan ibukota kecamatan adalah angkot, ojek dan sepeda, dengan jumlah angkot 60 buah, ojek 505 buah dan sepeda 306 buah. Desa Karang Tengah memiliki satu kantor kepala desa dengan luas bangunan sebesar 350 meter yang telah dibangun sejak tahun 2007 (Desa Karang Tengah 2011). Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang dimiliki Desa Karang Tengah dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sarana dan prasarana yang terdapat di desa lokasi penelitian

No (1) Sarana Prasarana (2) Jumlah (3) Keterangan (4) 1. Sarana Pendidikan : a. TPA 2 b. PAUD 1 c. TK 1 d. SD Negeri 7 e. MI 1 f. SMP Swasta 3 g. MTs 1 h. SMA Swasta 1 i. SMK 1 j. MD Swasta 11 k. Pondok Pesantren 17 2. Sarana Pemerintahan :

a. Kantor kepala desa 1

3. Sarana Keagamaan : a. Mesjid Jami 21 b. Musholla/Langgar 75 c. Majelis Ta’lim 40 d. Pondok Pesantren 17 4. Sarana Angkutan : a. Truk 16 b. Pick up 20 c. Sepeda motor 1600 d. Sedan 30

  Tabel 9 (Lanjutan) No (1) Sarana Prasarana (2) Jumlah (3) Keterangan (4) e. Jeep 9 f. Angkutan umum 60 5. Sarana Pengairan : a. Kincir air 50

b. Air terjun 1 Lebar 2 m, tinggi 10 m

keatas

c. Sungai 7

6. Jembatan :

a. Jembatan beton 13 104 m, kondisi baik

b. Jembatan kayu 1 14 m,kondisi baik

7. Sarana Kesehatan : a. Rumah bersalin/BKIA 1 b. Puskesmas pembantu 2 c. Praktek dokter 2 d. Bidan praktek 1 e. Bidan desa 1 f. Dukun sunat 2 g. Dukun bayi/paraji 20 h. Pos/Klinik KB 1

Sumber : Data Monografi Desa Karang Tengah (2011)

4.2.4Tata Guna Lahan Desa Penelitian

Tata guna lahan di Desa Karang Tengah terdiri dari tanah sawah, tanah kering dan tanah basah. Tata guna lahan secara rinci disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Tata guna lahan di Desa Karang Tengah No.

(1)

Tata Guna Lahan (2)

Luasan (Ha) (3)

1. Tanah Sawah

a. Irigasi Teknis

b. Irigasi Setengah Teknis c. Irigasi Sederhana

d. Tadah Hujan/Sawah Rendengan

240 87 15 19 19 2. Tanah Kering a. Pekarangan/Bangunan b. Tegalan/Kebun c. Ladang/Tanah Huma 10,5 11,5 12,6 3. Tanah Basah a. Balong/Empang/Kolam 2,5

  4.2.5Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian

Kependudukan/Demografi

Jumlah penduduk yang berada di Desa Karang Tengah dapat dilihat pada Tabel 11 yang dapat menggambarkan sumberdaya manusia yang tersedia dan perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Sedangkan sumberdaya yang produktif dapat digambarkan dari struktur umur penduduk yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 11 Data kependudukan berdasarkan jenis kelamin

No (1) Jenis Kelamin (2) Jumlah Penduduk (orang) (3) Persentase (%) (4) Jumlah KK (orang) (4) 1. Laki-laki 7.839 51,50 3.405 2. Perempuan 7.381 48,50 Total 15.220 100

Sumber : Data Monografi Desa Karang Tengah (2011)

Struktur umur penduduk berkaitan dengan angkatan kerja yang sebagian besar berasal dari golongan produktif, yaitu usia 15 – 60 tahun. Dengan demikian, potensi angkatan kerja dapat dideteksi melalui jumlah pendududuk usia produktif. Secara umum seluruh lokasi penelitian memiliki sumberdaya/angkatan kerja yang potensial, hal ini dapat dilihat dari cukup besarnya jumlah kelompok umur 19 – 55 tahun yang termasuk ke dalam usia produktif.

Tabel 12 Struktur umur penduduk di Desa Karang Tengah

No (1)

Struktur Umur (tahun) (2)

Jumlah Penduduk (jiwa) (3) 1. 0 - 6 2.823 2. 7 - 18 3.856 3. 19 - 55 7.390 4. 56 - 79 912 5. > 79 50 Total 15.031 Sumber : Data Monografi Desa Karang Tengah (2011)

 

Gambar 4 Persentase struktur umur penduduk Desa Karang Tengah.

Penduduk Desa Karang Tengah pada umumnya beragama Islam dimana pengaruh tokoh agama (ajengan) terhadap masyarakat cukup tinggi. Selain agama Islam terdapat pula penganut agama Kristen Protestan dan

Dokumen terkait