• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 14-33

5. Sasaran Penerima Zakat

Seperti yang diketahui dalam Al-Qur‟an zakat itu dijelaskan secara ringkas, maka secara khusus pula Al-Qur‟an memberikan perhatian dengan menerangkan kepada siapa saja zakat itu harus diberikan, seperti yang terdapat pada Firman Allah SWT QS. At-Taubah/ 9: 60

ِباَقِّرلا يِفَو ْمُه ُ بوُل ُ ق ِةَفَّلَؤُمْلاَو اَه ْ يَلَع َنيِلِماَعْلاَو ِنيِكاَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل ُتاَقَدَّصلا اَمَّنِإ ِليِبَّسلا ِنْباَو ِوَّللا ِليِبَس يِفَو َنيِمِراَغْلاَو ِوَّللا َنِّم ًةَضيِرَف ۚ

ِلَع ُوَّللاَو ۚ ( ٌميِكَح ٌمي ٤١

)

24

Terjemahanya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, oang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjaanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.37

Ayat tersebut menerangkan bahwa orang yang berhak menerima zakat (mustahik) ada 8 asnaf (golongan), fakir, miskin, amil, (petugas zakat), muallaf (orang yang baru masuk Islam), riqab (budak), gharimin (orang yang berhutang), fisabilillah (orang yang berjuang dijalan Allah), dan ibnu sabil ( yang dalam perjalanan). Adapun pengertian dari masing-masing golongan tersebu, yaitu:

a. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan keadaan hidupnya di bawah standar minimal.38 Menurut pandangan mayoritas jumhur ulama fiqih adalah orang yang tidak memiliki harta dan penghasilan yang halal, atau yang mempunyai harta yang kurang dari nizab zakat dan kondisinya lebih buruk dari pada orang miskin.39

b. Miskin adalah orang yang memiliki mata pencaharian tetap, tetapi penghasilanya belum cukup untuk keperluan minimal bagi diri da keluarganya.40 Sedangkan, menurut mazhab Syafi‟I adalah orang yang mempunyai harta atau mempunyai harta atau mempunyai mata pencaharian

37Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jawa Barat: CV Penerbit Diponegoro, 2010), H. 196.

38Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h.

155.

39Hikmat Kurnia, Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat (Jakarta: Qultum Media, 2008), h.

140.

40Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h.

141.

tapi tidak mencukupi kebutuhanya sehari-hari, baik ia meminta- minta atau tidak meminta-minta.41

c. Amil Zakat adalah orang-orang yang ditugaskan oleh pemerintah atau imam untuk memungut zakat dari pewajib zakat, memelihara dan kemudian mendistribusikanya kepada orang yang berhakk menerimanya. Menurut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam bukunya panduan zakat, amil zakat adal para petugas zakat yang di angkat oleh pengusaha atau lembaga yang berwenang untuk mengurus zakat.42

d. Muallaf adalah orang yang hatinya perlu dilunakkan (dalam arti yang positif) untuk memeluk Islam, atau yang dikukuhkan karena ke islamanya yang lemah atau untuk mencegah tindakan buruknya terhadap kaum muslim atau karena ia membentengi kaum muslimin.43 Muallaf muslim ada 4 kelompok, antara lain:

1) Para orang terhormat kaum muslimin yang memiliki para pengikut atau teman orang kafir.

2) Orang-orang muslim yang ilmunya lemah, tetapi dihormati dan ditaati oleh kaumnya.

3) Kelompok muslim yang ada di perbatasan musuh.

4) Kaum muslimin yang dibutuhkan bantuanya untuk mengambil zakat dari orang-orang yang tidak mau membayarnya, kecuali melalui kekuatan dan

41Imam Syafi‟I Abu Muhammad Bin Idris, Ringkasan Kitab Al-Umm, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), h. 500.

42Badan Amil Zakat Nasional, Panduan Zakat (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional, 2008), h. 19.

43Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta, PT. Pena Pundi Aksara, 2009), h.677.

26

pengaruh kaum muslim tersebut.44

e. Riqab adalah pembebasan budak dan usaha menghilangkan segala bentuk perbudakan.45 Dalam kajian fiqih klasik yang dimaksud dengan para budak, dalam hal ini jumhur ulama, adalah perjanjian seseorang muslim (budak belian) untuk bekerja dan mengabdi kepada majikanya, dimana pengabdian tersebut dapat dibebaskan bila si budak belian tersebut tidak memiliki kecukupan materi untuk membayar tebusan atas dirinya tersebut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan zakat kepada orang itu agar dapat memerdekakan diri mereka sendiri.46

Sedangkan Mazhab syafi‟I berpendapat ar-riqab adalah budak yang ingin memerdekakan dirinya dengan cara membayar tebusan kepada tuanya, yang berada di dekat tempat orang-orang yang mengeluarkan zakat itu cukup untuk mereka, maka dalam hal ini mereka mendapat bagian darai zakat tersebut supaya dapat digunakan untuk memerdekakan dirinya. Tapi apabila petugas zakat langsung memberikan harta zakat tersebut kepada orang yang akan memerdekakan budak-budak, maka hal seperti ini di anggap lebih baik.47

f. Gharimin adalah orang yang mempunyai hutang dan sulit untuk

44Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h.

157.

45Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Nomor 51 Tahun 2006, Pasal 1 Ayat 24.

46M. Arif Mufraini, Akuntansi Dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan (Jakarta: Kencana, 2006), h. 200.

47Imam Syafi‟I Abu Abdullah Muhammd Bin Idris, Ringkasan Kitab Al-Umm, h. 501.

membayarnya.48 Orang yang berrhak menerima bagian zakat golongan ini adalah orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa dihindarkan dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1) Hutang timbul karena kemaksiatan.

2) Hutang itu melilit pelakunya.

3) Sudah tidak sanggup lagi melunasi hutangnya.

4) Hutang itu sudah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat itu diberikan kepada orangyang berhutang.

g. Sabil ialah jalan.49 Sabilillah adalah usaha dan kegiatan perorangan atau badan yang bertujuan untuk menegakkan kepentingan agam atau kemaslahatan umat.50 Jadi yang dimaksud dengan fisabilillah adala orang yang berjuang dijalan Allah, dalam pengertian luas sesuai yang ditetapkan oleh para ulama fiqih.

h. Ibnu Sabil menurut jumhur ulama adalah kiasan untuk musafir yaitu orang-orang yang melintas dari satu daerah ke daerah yang lain.51 Sedangkan menurut golongan syafi’iyah, ibnu sabil ada dua macam. Pertama, orang yang melakukan perjalanan di negeri orang lain. Kedua, orang yang melakukan perjalanan di negeri orang lain. Kedua golongan ini berhak menerim zakat,

48Al- Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h. 159.

49Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang:Pustaka Riski Putra, 1999), h.185.

50Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Nomor 51 Tahun 2006, Pasal 1 Ayat 24.

51Ahmad Muflih Saefuddin dan Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Moder, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 14.

28

meskipun ada orang yang siap mengutanginya untuk mencukupi kebutuhanya dan di negerinya ada dana yang cukup untuk membayar utang tersebut.

Sedangkan menurut Malik dan Ahmad, ibnu sabil yang berhak menerima zakat adalah yang melakukan perjalanan sampai melewati batas negerinya. Jika ada orang yang siap mengutanginya dan di kampung halamanya ada harta yang cukup untuk membayar utang tersebut, maka ia tidak berhak menerima zakat.52

Dengan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa pendayagunaan dana zakat sebenarnya telah tertera di dalam Al-Qur‟an sesuai dengan 8 asnaf, yaitu faqir, miskin, amil, mu’allaf, riqab, gharimin, fisabilillah,dan ibnu sabil.

Dokumen terkait