• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1-13

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya,

15Nadilla Ambarfauziah Rulian, Dkk., “Analysis Of Factors Influencing Muzaki In Selecting Zakat Management Organization (ZMO): Case Study In BAZNAS Kota Bogor”, Jurnal Al-Muzara’ah, Vol. 3, No. 1, (2018): h. 32.

16Nenden Mirawati, Dkk., “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Muzakki Untuk Berzakat di BAZNAS Kota Bogor”, Dinamika Penelitian, Vol. 19, No. 01, (Juli 2019): h.

143

12

maka adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut

a Untuk mengetahui strategi BAZNAS Kabupaten Pinrang dalam meningkatkan jumlah muzakki.

b Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat BAZNAS Kabupaten Pinrang dalam meningkatkan jumlah muzakki.

2. Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada orang banyak baik secara teoritis maupun secara praktis Bagi Subjek penelitian a Kegunaan Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan ekonomi Islam khususnya terkait peran BAZNAS dalam peningkatan jumlah muzakki di Kabupaten Pinrang.

b. Kegunaan Secara Praktis 1. BAZNAS

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada pihak BAZNAS Kabupaten Pinrang dalam meningkatkan jumlah muzakki.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat dan penulis mengenai peran BAZNAS dalam peningkatan jumlah muzakki di Kabupaten Pinrang

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsi untuk pengembangan dan pemahaman untuk peneliti selanjutnya pada proses penelitian studi Mahasiswa di JurusanEkonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

14 BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Zakat

1. Tinjauan Umum Tentang Zakat

Zakat berasal dari kata zaka mempunyai beberapa arti, yaitu berkembang, tumbuh dan bertambah.17Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakan dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dengan yang lainya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.18

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan istilah sangat jelas bahwa zakat adalah suatu perintah Allah SWT yang wajib dijalankan bagi orang-orang yang telah mencapai nisab guna memberikan suatu pertolongan kepada orang-orang miskin yang tingkat kesejahteraanya sangat kurang, mengeluarkan zakat sudah berarti menjalankan perintah Allah SWT, maka pantaslah bagi orang-orang yang mengeluarkan zakat-nya akan Allah sucikan, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang sehingga harta yang dikeluarkan tidak hanya bermanfaat bagi orang lain tetapi bermanfaat juga bagi dirinya sendiri baik di dunia maupun

17Ahmad Warsomunawar, Al Munawir Kams Arab-Indonesia (Surabaya:Pustaka Progresif 1997), H. 557

18Didin Hafidhudin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2002), H. 68.

di akhirat kelak.19

Islam datang mewajibkan kepada orang-orang yang telah memenuhi syarat untuk menunaikan zakat sebagai salah satu rukun Islam, serta mengancam dengan siksaan yang berat bagi orang yang tidak menunaikanya. Dikarenakan orang yang menahan zakat telah menzalimi pihak kaum dhuafa yang tidak berani mengambil rezki mereka yang berada di genggaman orang-orang kaya.20

Rezki sebagian manusia ada berada di tangan orang-orang yang wajib zakat. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah QS. Al Maarij/70: 24-25

( ٌموُلْعَّم ٌّقَح ْمِهِلاَوْمَأ يِف َنيِذَّلاَو ( ِموُرْحَمْلاَو ِلِئاَّسلِّل ) ٤٢

٤٣ )

Terjemahanya:

Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin)yang meminta dan orang yan tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau mrmintanya).21

Sesungguhnya manusia diciptakan bertabiat suka berkeluh kesah, bersedih.

Bila mendapatkan kebaikan kebaikan dan kemudahan dan banyak menolak memberi, kecuali orang-orang yang mendirikan sholat yang menjaganya pada setiap waktu, tidak disibukkan oleh sesuatu, orang yang pada harta mereka terdapat bagian tertentu yang allah wajibkan atas mereka yaitu zakat bagi siapa yang meminta bantuan kepada mereka dan bagi siapa yang menahan diri dari

197Nur Hasanudin, “Persepsi, Penyajian Dan Pengungkapan Dana Non Halal Pada Baznas”, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol 01 No, 1, (November 2016): h. 3.

20Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Cet. 3; Bogor: P.T. Berkat Insani 2012), h. 42.

21Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jawa Barat: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h. 569.

16

meminta minta, orang-orang yang beriman kepada kepada hari perhitungan amal dan pembalasan, lalu mereka menyiapkan diri dengan iman dan amal shalih, orang-orang yang takut kepada azab Allah, sesungguhnya azab Tuhan merekatidak patut bagi seorang pun merasa aman darinya, orang-orang yang menjaga kehormatan mereka dari segala apa yang Allah haramkan atas mereka, kecuali pada istri-istri mereka dan hamba sahaya mereka maka sesungguhnya mereka tidak akan dihukum.(Tafsir Muzayyar)

Manusia diciptakan dengan tabiat suka berkeluh kesah simana mereka selalu menganggap apa yang mereka miliki selalu kurang di matanya sehingga mereka enngan mengeluarkan zkatanya sehingga fakir maupun miskin kebanyakan meminta-minta karena hak mereka tidak di tunaikan oleh orang yang mampu padahal Allah telah menjaga kehormatanya dengan tidak meminta-minta.

Ayat di atas menjelaskan bahwa zakat merupakan rezki para kaum lemah telah ditentukan Allah presentasenya pada harta orang kaya maka tidak cukup jika dikeluarkan sekehendak pemilik harta.22

Berdasarkan ayat di atas dapat di ketahui bahwa pada abad 14 seluruh umat islam sepakat mewajibkan zakat bagi setiap muslim yang memenuhi syarat dan hartanya memenuhi ketentuan. Para sahabat Nabi SAW sepakat untuk memerangi orang yang menolak membayar zakat. Barangsiapa yang mengingkari kewajiban zakat maka dia telah kafir dan murtad meskipun dia muslim dan tinggal di negeri

22Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Cet. 3; Bogor: P.T. Berkat Insani 2012), h. 43

muslim. Sebagaimana dialog antara Abu Baqar r.a dan umar bin Khattab r.a yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a:

“setelah Rasulullah SAW wafat dan Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, ada orang-orang arab yang kafir (murtad) maka Umar berkata, „Bagaimana engkau akan memerangi orang-orang itu, semenatara Rasulullah SAW telah bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah.

Barangsiapa yang mengucapkanya, maka ia akan mendapatkan perlindungan dariku darah dan hartanya, kecuali dengan haknya, dan perhitunganya kelak merupakan perkara Allah‟. Demi Allah seandainya mereka enggan (menyerahkan zakat) kepadaku tali kekang (unta), padahal dulu mereka menunaikanya kepada Rasulullah SAW, pasti aku memerangi mereka karena enggan menunaikanya. Umar r.a berkata,‟ Demi Allah, ini tidak lain karena Allah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi.

Dan aku pun tahu bahwa itu adalah kebenaran. (HR. Jama‟ah kecuali Ibnu Majah)23

Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, zakat didefinisikan sebagai harta yang wajibdikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usahauntuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariatIslam.24

2. Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan kewajiban setiap muslim sebab zakat termasuk rukun Islam. Bahwa zakat tidak hanya bersifat sukarela atau hanya pemberian dari orang kaya kepada orang miskin, tetapi zakat merupakan hak orang-orang fakir dengan ukuran tertentu.25Bahwa zakat seperti yang telah diketahui merupakan suatu kewajiban yang tegas berdasarkan ketetapan Allah SWT. Karena begitu pentingnya masalah ini, sehingga di dalam Al-Qur‟an dijelaskan tentang

23Syaikhul Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Ringkasan Nailul Authar, h. 251.

24UU No.23 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1

25Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim, (Cet. 1; Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 209.

18

kewajiban zakat.

Dalam Al-Qur‟an banyak ayat yang mewajibkan zakat, dimana zakat disebutkan bersama-sama dalam kewajiban sholat dan keduanya ini merupakan sendi-sendi dalam Islam, sebagaimna firman Allah SWT. Berfirman QS. At-Taubah/9: 103 berhak diibadahi selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke baitullah dan puasa ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perintah untuk menarik zakat dalam ayat di atas ditunjukkan kepada Nabi Muhammad SAW yang juga pemimpin pemerintahan Islam kala itu. Jika

26Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jawa Barat: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h. 188

orang enggan menunaikan zakat berjumlah banyak dan membentuk sebuah kekuatan, maka darahpun boleh ditumpahkan dengan cara pemerintah memerangi mereka, demi memperjuangkan hak fakir miskin. Sebagaimana dahulu Abu Bakar Ash-Shiddiq memerangi orang-orang yang tidak membayar zakat.

Dari keterangan di atas sangat jelas bahwa zakat yang tidak ditunaikan merupakan harta haram, karena harta zakat itu telah ditentukan Allah sebagai hak fakir miskin. Dan harta haram ini akan mengotori bahkan memusnahkan harta yang bercampur dengan zakat yang tidak ditunaikan. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammmad SAW bersabda : Barang siapa yang telah menunaikan zakatnya, niscaya hilang kotoran dari hartanya. (HR. Thabrani, sanad hasan).27

3. Syarat Zakat a. Syarat wajib zakat

Adapun syarat wajib zakat ada 2 yaitu

1) Muslim, bahwa non Muslim tidak wajib mengeluarkan zakat harta mereka.

Ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa yang wajib dikenakan zakat adalah orang Muslim, sedangkan non muslim tidak dikenai zakat.28

2) Merdeka, bahwa menurut ijma‟ para ahli fiqih, hamba sahaya (budak) tidak dikenai wajib zakat, karena diri mereka sendiri dianggap sebagai harta.

3) Baligh dan berakal, menurut Madzhab Hanafi, bahwa anak kecil/orang gila

27Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Cet. 3; Bogor, P.T. Berkat Insani 2012), h. 42.

28Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Cet. 1; Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 87.

20

yang memiliki harta mencapai satu nishab tidak dikenai kewajiban zakat, karena mereka tidak dituntut untuk beribada seperti shalat dan puasa.29 b. Harta yang wajib zakat harus memenuhi syarat yaitu

1) Milik sempurna

Bahwa harta itu di bawah kontrol dan kekuasaan orang yang wajib zakat atau berada di tangannya, tidak tersangkut di dalamnya hak orang lain, secara penuh dia dapat bertindak hukum dan menikmati manfaat harta itu.

2) Harta yang berkembang

Bahwa harta itu dikembangkan dengan sengaja atau memiliki potensi untuk berkembang dalam rangka mendapatkan keuntungan, seperti pungutan atas hasil bumi dan perkembangbiakan ternak.30

3) Cukup satu nizhab

Kadar minimal jumlah harta yang wajib dizakati berdasarkan ketetapan syara‟, yaitu zakat akan dihitung untuk seluruh harta yang sudah satu nishab, dan bukan nilai harta di atas nishab saja. Nishab yang ditetapkan syara‟ untuk setiap jenis harta berbeda-beda.

4) Satu haul

Bahwa harta yang sampai nishab itu sudah sampai 1 tahun dimilikinya.31

29Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Cet. 1; Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 85.

30Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqih Indonesia Penggagas Dan Gagasannya, (Cet. 1;

Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997), h. 202.

31Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, h. 252

Hal ini terutama untuk harta selain tumbuhan tumbuhan, seperti emas, perak dan harta perniagaan. Sedangkan untuk zakat tumbuh tumbuhan dikeluarkan pada waktu panen tumbuh-tumbuhan tersebut.32

5) Bebas dari hutang

Apabila orang yang akan mengeluarkan zakat itu masih mempunyai beban hutang yang jumlahnya sama dengan nishabnya atau mengurangi jumlah nishabnya, maka dia belum terkena kewajiban untuk mengeluarkan zakat.33

6) Melebihi kebutuhan pokok

Salah satu syarat harta yang wajib dizakati adalah telah melebiha kebutuhan pokok. Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh dirinya dan keluarganya.

c. Adapun syarat sahnya zakat ada 2 (dua) yaitu:

1. Niat

Mayoritas ulama fiqih berpendapat, bahwa niat itu merupakan syarat dalam mengeluarkan zakat. Karena zakat itu merupakan suatu ibadah, sedangkan ibadah itu sendiri tidak sah tanpa adanya niat.34 Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW

32Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta :Gaya Media Pratama, 2001), h. 162.

333Sholahuddin, Ekonomi Islam, Muhammadiyah University Press, (Cet. 1; Surakarta:

2006), h. 235-236.

34Yusuf Qardhawi, Fiqih Zakat, Edisi Indonesia Hukum Zakat, Diterjemahkan Oleh Salman Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasan Udin, (Cet. 6; Jakarta, PT. Pustaka Litera Antarnusa Dan BAZIS DKI Jakarta, 2002), h. 780.

22

ِتاَّي ِّ نلاب لاَمعلِا

اَمَّنِإ

Artinya:

Sesungguhnya sahnya segala amal itu hendaklah dengan niat. (HR.

Bukhari dan Muslim).35 2. Bersifat pemilikan yang pasti

Bahwa harta yang dikeluarkan sebagai zakat tersebut sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan untuk menikmati hasilnya.

4. Tujuan dan Manfaat Zakat

Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua hubungan yaitu hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan dengan manusia). Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Islam di balik kewajiban zakat adalah sebagai berikut:36

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari keulitan hidup serta penderitaan.

b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahik (penerima zakat).

c. Membentangkan dan membanttu tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.

35Moh. Adib Bisri, Terjemah Al Faraidul Bahiyyah, Rembang, Menara Kudus, 1977, h. 2.

36Yusuf Qardhawi, Fiqih Zakat, Edisi Indonesia Hukum Zakat, Diterjemahkan Oleh Salman Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasan Udin, (Cet. 6; Jakarta, PT. Pustaka Litera Antarnusa Dan BAZIS DKI Jakarta, 2002), h. 780.

d. Menghilangkan sifat kikir dan atau banyak pemilik harta kekayaan.

e. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.

f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan miskin dalam suatu masyarakat.

g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang punya harta.

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

i. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

Dan dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat zakat yaitu menjalin tali persaudaraan antara Muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) dan Mustahik (orang yang berhak menerima zakat).

5. Sasaran Penerima Zakat

Seperti yang diketahui dalam Al-Qur‟an zakat itu dijelaskan secara ringkas, maka secara khusus pula Al-Qur‟an memberikan perhatian dengan menerangkan kepada siapa saja zakat itu harus diberikan, seperti yang terdapat pada Firman Allah SWT QS. At-Taubah/ 9: 60

ِباَقِّرلا يِفَو ْمُه ُ بوُل ُ ق ِةَفَّلَؤُمْلاَو اَه ْ يَلَع َنيِلِماَعْلاَو ِنيِكاَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل ُتاَقَدَّصلا اَمَّنِإ ِليِبَّسلا ِنْباَو ِوَّللا ِليِبَس يِفَو َنيِمِراَغْلاَو ِوَّللا َنِّم ًةَضيِرَف ۚ

ِلَع ُوَّللاَو ۚ ( ٌميِكَح ٌمي ٤١

)

24

Terjemahanya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, oang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjaanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.37

Ayat tersebut menerangkan bahwa orang yang berhak menerima zakat (mustahik) ada 8 asnaf (golongan), fakir, miskin, amil, (petugas zakat), muallaf (orang yang baru masuk Islam), riqab (budak), gharimin (orang yang berhutang), fisabilillah (orang yang berjuang dijalan Allah), dan ibnu sabil ( yang dalam perjalanan). Adapun pengertian dari masing-masing golongan tersebu, yaitu:

a. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan keadaan hidupnya di bawah standar minimal.38 Menurut pandangan mayoritas jumhur ulama fiqih adalah orang yang tidak memiliki harta dan penghasilan yang halal, atau yang mempunyai harta yang kurang dari nizab zakat dan kondisinya lebih buruk dari pada orang miskin.39

b. Miskin adalah orang yang memiliki mata pencaharian tetap, tetapi penghasilanya belum cukup untuk keperluan minimal bagi diri da keluarganya.40 Sedangkan, menurut mazhab Syafi‟I adalah orang yang mempunyai harta atau mempunyai harta atau mempunyai mata pencaharian

37Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jawa Barat: CV Penerbit Diponegoro, 2010), H. 196.

38Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h.

155.

39Hikmat Kurnia, Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat (Jakarta: Qultum Media, 2008), h.

140.

40Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h.

141.

tapi tidak mencukupi kebutuhanya sehari-hari, baik ia meminta- minta atau tidak meminta-minta.41

c. Amil Zakat adalah orang-orang yang ditugaskan oleh pemerintah atau imam untuk memungut zakat dari pewajib zakat, memelihara dan kemudian mendistribusikanya kepada orang yang berhakk menerimanya. Menurut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam bukunya panduan zakat, amil zakat adal para petugas zakat yang di angkat oleh pengusaha atau lembaga yang berwenang untuk mengurus zakat.42

d. Muallaf adalah orang yang hatinya perlu dilunakkan (dalam arti yang positif) untuk memeluk Islam, atau yang dikukuhkan karena ke islamanya yang lemah atau untuk mencegah tindakan buruknya terhadap kaum muslim atau karena ia membentengi kaum muslimin.43 Muallaf muslim ada 4 kelompok, antara lain:

1) Para orang terhormat kaum muslimin yang memiliki para pengikut atau teman orang kafir.

2) Orang-orang muslim yang ilmunya lemah, tetapi dihormati dan ditaati oleh kaumnya.

3) Kelompok muslim yang ada di perbatasan musuh.

4) Kaum muslimin yang dibutuhkan bantuanya untuk mengambil zakat dari orang-orang yang tidak mau membayarnya, kecuali melalui kekuatan dan

41Imam Syafi‟I Abu Muhammad Bin Idris, Ringkasan Kitab Al-Umm, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), h. 500.

42Badan Amil Zakat Nasional, Panduan Zakat (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional, 2008), h. 19.

43Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta, PT. Pena Pundi Aksara, 2009), h.677.

26

pengaruh kaum muslim tersebut.44

e. Riqab adalah pembebasan budak dan usaha menghilangkan segala bentuk perbudakan.45 Dalam kajian fiqih klasik yang dimaksud dengan para budak, dalam hal ini jumhur ulama, adalah perjanjian seseorang muslim (budak belian) untuk bekerja dan mengabdi kepada majikanya, dimana pengabdian tersebut dapat dibebaskan bila si budak belian tersebut tidak memiliki kecukupan materi untuk membayar tebusan atas dirinya tersebut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan zakat kepada orang itu agar dapat memerdekakan diri mereka sendiri.46

Sedangkan Mazhab syafi‟I berpendapat ar-riqab adalah budak yang ingin memerdekakan dirinya dengan cara membayar tebusan kepada tuanya, yang berada di dekat tempat orang-orang yang mengeluarkan zakat itu cukup untuk mereka, maka dalam hal ini mereka mendapat bagian darai zakat tersebut supaya dapat digunakan untuk memerdekakan dirinya. Tapi apabila petugas zakat langsung memberikan harta zakat tersebut kepada orang yang akan memerdekakan budak-budak, maka hal seperti ini di anggap lebih baik.47

f. Gharimin adalah orang yang mempunyai hutang dan sulit untuk

44Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h.

157.

45Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Nomor 51 Tahun 2006, Pasal 1 Ayat 24.

46M. Arif Mufraini, Akuntansi Dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan (Jakarta: Kencana, 2006), h. 200.

47Imam Syafi‟I Abu Abdullah Muhammd Bin Idris, Ringkasan Kitab Al-Umm, h. 501.

membayarnya.48 Orang yang berrhak menerima bagian zakat golongan ini adalah orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa dihindarkan dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1) Hutang timbul karena kemaksiatan.

2) Hutang itu melilit pelakunya.

3) Sudah tidak sanggup lagi melunasi hutangnya.

4) Hutang itu sudah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat itu diberikan kepada orangyang berhutang.

g. Sabil ialah jalan.49 Sabilillah adalah usaha dan kegiatan perorangan atau badan yang bertujuan untuk menegakkan kepentingan agam atau kemaslahatan umat.50 Jadi yang dimaksud dengan fisabilillah adala orang yang berjuang dijalan Allah, dalam pengertian luas sesuai yang ditetapkan oleh para ulama fiqih.

h. Ibnu Sabil menurut jumhur ulama adalah kiasan untuk musafir yaitu orang-orang yang melintas dari satu daerah ke daerah yang lain.51 Sedangkan menurut golongan syafi’iyah, ibnu sabil ada dua macam. Pertama, orang yang melakukan perjalanan di negeri orang lain. Kedua, orang yang melakukan perjalanan di negeri orang lain. Kedua golongan ini berhak menerim zakat,

48Al- Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h. 159.

49Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang:Pustaka Riski Putra, 1999), h.185.

50Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Nomor 51 Tahun 2006, Pasal 1 Ayat 24.

51Ahmad Muflih Saefuddin dan Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Moder, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 14.

28

meskipun ada orang yang siap mengutanginya untuk mencukupi kebutuhanya dan di negerinya ada dana yang cukup untuk membayar utang tersebut.

Sedangkan menurut Malik dan Ahmad, ibnu sabil yang berhak menerima zakat adalah yang melakukan perjalanan sampai melewati batas negerinya. Jika ada orang yang siap mengutanginya dan di kampung halamanya ada harta yang cukup untuk membayar utang tersebut, maka ia tidak berhak menerima zakat.52

Dengan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa pendayagunaan dana zakat sebenarnya telah tertera di dalam Al-Qur‟an sesuai dengan 8 asnaf, yaitu faqir, miskin, amil, mu’allaf, riqab, gharimin, fisabilillah,dan ibnu sabil.

6. Hikmah Zakat

a. Menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan kewajiban kepada Allah dan terhadap makhluk Allah (masyarakat).

b. Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan membayarkan amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan.

c. Dari sisi pemmbangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumenpemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik.

Dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economi with equility.53

d. Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas nikmat kekayaan yang diberikan

52Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara, 2009), h. 686.

53Ahmad Muflih Saefuddin dan Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Moder, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 14.

kepadanya.

e. Guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah.

f. Guna mendekatkan hubugan kasih sayang dan cinta mencintai antara si miskin dan si kaya. Rapatnya hubngan tersebut akan membuahkan beberapa kebaikan dan kemajuan, serta berfaedah bagi kedua golongan dan masyarakat umum.

g. Kebiasaan memberikan zakat dapat menghantarkan menjadi seorang mukmin yang jauh dari sifat keborosan dan ketamakan.54

Dengan memahami hikmahnya, pihak muzakki akan merasakan suatu keharusan dan kenikmatan tersendiri dalam menunaikan kewajiban mengeluarkan harta benda yang sangat dicintainya. Secara tidak langsung seseorang yang telah mengeluarkan zakatnya, ia telah melakukan tindakan prefentif bagi terjadinya berbagai kerawanan sosial yang umumnya dilatarbelakangi oleh kemiskinan dan ketidakadilan. Hasbi As-Shiddiqy, membagi rahasia dan hikmah zakat atas empat sisi, yaitu hikmah pihak wajib zakat (muzakki) pihak penerima zakat (mustahik),

Dengan memahami hikmahnya, pihak muzakki akan merasakan suatu keharusan dan kenikmatan tersendiri dalam menunaikan kewajiban mengeluarkan harta benda yang sangat dicintainya. Secara tidak langsung seseorang yang telah mengeluarkan zakatnya, ia telah melakukan tindakan prefentif bagi terjadinya berbagai kerawanan sosial yang umumnya dilatarbelakangi oleh kemiskinan dan ketidakadilan. Hasbi As-Shiddiqy, membagi rahasia dan hikmah zakat atas empat sisi, yaitu hikmah pihak wajib zakat (muzakki) pihak penerima zakat (mustahik),

Dokumen terkait