• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Bidang Pengawasan Keuangan Daerah

Pencapaian sasaran program “Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Bidang Pengawasan Keuangan Daerah” diukur menggunakan satu indikator kinerja, yaitu “Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah”.

0 1 2 2 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Realisasi Th 2015

Target Th 2016Target Th 2017Target Th 2018Target Th 2019

S k a la I n d e k s

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 20 Indikator tersebut mencerminkan perbaikan pada kualitas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern pada program/kegiatan prioritas pembangunan nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah. Semakin tinggi nilai persentase perbaikan menunjukkan kualitas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern yang semakin baik. Target nilai perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern pada program/kegiatan prioritas pembangunan nasional tahun 2015 adalah 40%.

Pada tahun 2015 realisasi indikator kinerja “Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program strategis dan pengelolaan keuangan negara/daerah” sebesar 39,39%, mencapai 98,48% dari target yang ditetapkan pada tahun 2015. Realisasi tersebut diperoleh berdasarkan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah. Dalam tahun 2015, rekomendasi hasil pengawasan program strategis/program prioritas nasional sebanyak 66 rekomendasi, dan yang telah ditindaklanjuti sebanyak 26 rekomendasi, atau mencapai 39,39%.

Dalam periode 2015-2019, BPKP mengarahkan kegiatan pengawasan pada empat fokus pengawasan yaitu 1) Pengawasan pembangunan nasional, 2) Kontribusi untuk peningkatan ruang fiskal, 3) Pengamanan aset negara/ daerah, dan 4) Mendorong perbaikan governance system. Mempertimbangkan hal tersebut, uraian kinerja sasaran program 1.1 akan dikaitkan fokus pengawasan yang pertama, kedua, dan keempat. Dalam melaksanakan fokus pengawasan yang pertama “Pengawasan pembangunan nasional”, deputi III telah melaksanakan kegiatan pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah antara lain:

1. Pengawasan PLSD atas Pengelolaan dan Penyelenggaraan atas Kerja Sama Daerah.

Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan berupa kelemahan dalam perumusan kebijakan, kelembagaan, proses manajemen perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pengawasan.

Terdapat permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 21 1) Menginstruksikan pembentukan TKKSD bagi Pemda yang

belum membentuk dan mendorong optimalisasi peran TKKSD. 2) mengopti-malkan peran pembinaan pemanfaatan mekanisme

KSD

3) melakukan revisi atas Permendagri No 23 tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan

4) melakukan revisi Permendagri No 22 tahun 2009 tentang Juknis Tata Cara KSD

5) Membangun system informasi KSD

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

2. Pengawasan Intern Lintas Sektoral atas Pengelolaan Pinjaman daerah Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan berupa kelemahan dalam pengelolaan pinjaman daerah.

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 4 (empat) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar:

1) Menyempurnakan regulasi pinjaman

2) Mendorong pemerintah daerah untuk mengelola risiko pinjaman daerah

3) Mengkaji kesesuaian manfaat atau dampak pinjaman yang diperoleh dengan tujuan awal.

4) Menegaskan pelaporan dan publikasi pinjaman kepada Stakeholders.

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

3. Pemberantasan penyakit menular

Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan belum tersedianya strategi penyelenggaraan PPM oleh pemerintah daerah. Terhadap permasalahan tersebut kami telah menyampaikan 4 (empat) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan agar mendorong para kepala daerah:

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 22 2) Menyusun kebijakan agar Pemda menyusun dokumen strategi

PPM untuk dijadikan pedoman dalam PPM

3) Menyiapkan perangkat aturan daerah berkaitan dengan tindakan mitigasi bagi masyarakat penderita penyakit menular.

4) Menyediakan data penyakit menular sebagai dasar perencanaan penanggulangan penyakit menular di daerah.

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

4. Verfikasi DAK Reimbursement (Output/AP)

Berdasarkan hasil kegiatan verifikasi DAK Reimbursement (Output/AP) diidentifikasi adanya selisih antara jumlah alokasi DAK yang ditetapkan dalam PMK No. 180/PMK.07/2013 dengan jumlah alokasi DAK yang dianggarkan dalam DPA sebesar Rp305.866.182,00 dan adanya sisa DAK Bidang Infrastruktur di Kas Umum Daerah sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 pada 78 Pemda sebesar Rp82.973.696.097,22 (7,91%).

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5 rekomendasi kepada Bank Dunia dan Menteri Keuangan agar:

1) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas VFR ( Value Of Final Reimbursment) sebesar Rp. 496.175.968.805,95 2) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia aas insetif

senilai Rp. 58.310.841.780,59

3) Memberikan dana insentif kepada Pemda yang diverifikasi sebesar Rp 58.310.841.780,59

4) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas Advance payment DAK Infrastruktur Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp 696.648.000,00

5) Lebih mengintensifkan sosialisasi kegiatan P2D2 kepada Pemda peserta P2D2, khususnya dalam pemenuhan persyaratan pencairan DAK Tahap I sebagaimana yang ditetapkan dalam PMK No 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke daerah dan dana desa

Dari 5 rekomendasi strategis tersebut, seluruhnya atau 100% telah ditindaklanjuti melalui 11 termin pembayaran oleh Bank Dunia.

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 23 5. Reviu atas DAK TUD

Berdasarkan hasil kegiatan verifikasi DAK Reimbursement (Output/AP) diidentifikasi adanya

Permasalahan :

1) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya eligible untuk mendapatkan transfer seluruhnya sebanyak 193 pemda dengan total nilai yang memenuhi persyaratan/kriteria transfer sebesar Rp 13.157.029.231.100,00 atau 77,40% dari Rp 16.998.000.000.000,00 2) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya eligible untuk

mendapatkan transfer sebagian sebanyak 32 pemda dengan total nilai yang memenuhi persyaratan/kriteria transfer sebesar Rp 2.048.247.428.816,00 atau 12,05% dari Rp 16.998.000.000.000,00. Satu pemda yaitu Kab Gunung Sitoli khusus untuk bidang irigasi sampai dengan 15 juli 2014 masih menunggu klarifikasi

3) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya tidak eligible untuk mendapatkan transfer seluruhnya sebanyak 20 pemda dengan total nilai alokasi sebesar Rp 941.609.474.900,00 atau 5,54% dari Rp 16.998.000.000.000,00

4) Satu pemda yaitu Kab Tolikara telah mengajukan permintaan reviu namun sampai dengan 15 juli 2015 belum menyerahkan dokumen untuk direviu.

Terhadap permasalahan tersebut di atas, kami telah menyampaikan 2 (dua) rekomendasi strategis yaitu:

1) Memroses penyaluran dana DAK Tambahan Usulan Daerah Tahap I TA 2015 kepada Pemda yang telah memenuhi persyaratan 2) Lebih mengintensifkan sosialisasi kegiatan DAK Tambahan,

khususnya dalam pelaksanaan/penggunaan DAK Tambahan Usulan Daerah TA 2015 sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal 20 Peraturan Menteri KeuanganNo 92/PMK.07/2015 tentang Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Tambahan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.

Terhadap rekomendasi tersebut, seluruhnya telah ditindaklanjuti dalam bentuk penyaluran dana DAK TUD Tahap I TA 2015 kepada Pemda yang memenuhi syarat dan penyelenggaraan sosialisasi.

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 24 6. Monitoring dan Evaluasi DAK Tahun 2014

Berdasarkan hasil kegiatan monev DAK Tahun 2014, diidentifikasi beberapa permasalahan :

1) Terdapat rencana kegiatan bidang Kesehatan dan Pendidikan yang tidak dapat direalisasikan karena jenis pengadaan barang ditetapkan dalam juknis tidak dibutuhkan sekolah.

2) Terdapat hasil kegiatan yang belum dapat dimanfaatkan terkait kurikulum 2013 yang disebabkan realisasi kegiatan pengadaan dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Menteri Pendidikan tentang penghentian kurikulum 2013.

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5 (lima) rekomendasi dengan uraian sebagai berikut:

Menteri Kesehatan agar:

1) Menyusun Juknis bidang Kesehatan yang memuat ketentuan yang memperbolehkan unit layanan kesehatan melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan riil. 2) Menyusun SOP yang memuat perencanaan kegiatan secara bottom

up, dengan batasan-batasan jenis kegiatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan untuk menunjang perencanaan DAK berdasarkan proposal /proposed based)

3) Menyusun SOP yang memuat validasi kebenaran kebutuhan barang/jasa pada unit layanan kesehatan secara berjenjang mulai dari validasi Kab/Kota oleh Provinsi, sampai dengan tingkat Kementerian Kesehatan pada saat penyusunan perencanaan kegiatan DAK.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar:

1) Menyusun Juknis bidang Pendidikan yang memuat ketentuan yang memperbolehkan sekolah melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan riil.

2) Membuat perencanaan perlu memperhatikan dan memperhitungkan kondisi masing-masing sekolah (SDM, dukungan infrastruktur sekolah) sehingga hasil kegiatan dapat dimanfaatkan. Untuk itu, Kemendikbud agar menyusun SOP yang memuat validasi ketepatan kebutuhan barang/jasa pada Sekolah secara berjenjang mulai dari validasi oleh Kab/Kota kemudian oleh Provinsi, sampai dengan tingkat Kementerian Kesehatan pada saat penyusunan perencanaan kegiatan DAK.

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 25 3) Menetapkan kebijakan tatacara pemanfaatan hasil kegiatan DAK Pendidikan terkait Kurikulum 2013 yang belum dapat dimanfaatkan oleh sekolah yang disebabkan realisasi kegiatan pengadaan dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Menteri Pendidikan tentang penghentian kurikulum 2013

Terhadap rekomendasi tersebut seluruhnya belum ditindaklanjuti karena masih dalam tahap finalisasi laporan.

Sesuai dengan fokus pengawasan BPKP yang kedua, Deputi III berupaya memberikan kontribusi atas peningkatan ruang fiskal dengan melakukan optimalisasi penerimaan daerah (OPAD). Hasil pengawasan optimalisasi penerimaan daerah (OPAD) telah mengidentifikasi 5 permasalahan yaitu:

1) Penetapan target PAD belum menggunakan potensi PAD.

2) Peraturan Perundang-undangan membatasi penetapan retribusi dan pajak daerah untuk beberapa bidang,

3) Penerapan SPIP yang masih lemah

4) Terdapat kurang bayar pajak atas pada 23 wajib pajak hotel, hiburan dan restoran sebesar Rp. 797,104,218

5) Terdapat pelaporan omzet penjualan tidak berdasarkan kondisi sebenarnya pada dua Wajib Pajak Restoran sebesar Rp. 533,225,453 6) Terdapat kurang bayar pajak hotel, restoran dan hiburan pada 6 WP

Sebesar Rp. 737,098,019

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 2 (dua) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar:

1) menetapkan pedoman penyusunan potensi PAD

2) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait pajak dan retribusi daerah.

Namun, atas 2 rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti dan diharapkan dapat ditindaklanjuti pada tahun 2016.

Sesuai dengan fokus pengawasan BPKP yang keempat yaitu perbaikan

governance system, Deputi III BPKP melaksanakan kegiatan-kegiatan

pendampingan pengelolaan keuangan keuangan daerah pada pemda. Hasil dari kegiatan pengawasan dalam rangka perbaikan governance system adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 26 1. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD Tahun 2015

Terdapat 80 dari 542 pemda atau 14,76% yang mengalami keterlambatan dalam menyusun dan menetapkan APBD tahun anggaran 2015. Berdasarkan Hasil Evaluasi atas Proses Penyusunan dan Penetapan APBD atas 61 pemda, ditemui penyebab utama keterlambatan tersebut yaitu:

1) Kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan KUA dan PPAS kepada panitia anggaran DPRD karena menunggu penetapan keanggotaan DPRD beserta kelengkapannya.

2) Rancangan Penjabaran APBD Tahun 2015 tidak dapat dilakukan proses evaluasi sampai dilantiknya pejabat bupati yang definitif. 3) TAPD terlambat menyusun rancangan KUA dan PPAS karena

adanya proses penyusunan APBD-P tahun berjalan.

4) Panitia anggaran DPRD tidak mentaati jadwal pembahasan KUA dan PPAS seperti yang telah ditetapkan (misalnya karena tidak memenuhi kuorum, sedang dalam masa reses).

5) Data terkait penyusunan KUA PPAS selain yang ada dalam RKPD tidak disediakan oleh SKPD dengan cepat/tepat.

6) Kurangnya pengawasan dari Sekda selaku koordinator TAPD dalam rangka proses penyusunan KUA-PPAS.

7) Perbaikan hasil evaluasi oleh TAPD yang melibatkan SKPD mengalami kendala karena banyaknya perbaikan

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, Deputi III telah memberikan saran/rekomendasi kepada Direktur Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri dalam rangka mengurangi pemda yang terlambat penetapan APBDnya yaitu:

1) Meningkatkan pembinaan kepada pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah, dalam hal ketepatan waktu penyusunan dan penetapan APBD yang dimulai dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sampai dengan penetapan Perda APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD serta penyusunan dan penetapan DPA SKPD.

2) Agar mengatur lebih lanjut kebijakan tentang proses evaluasi Rancangan Penjabaran APBD, sehingga jika ada pejabat bupati yang belum definitif, evaluasi tetap bisa dilakukan.

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 27 3) Membuat Surat Edaran kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan proses penyusunan dan penetapan APBD secara tepat waktu sesuai dengan Permendagri 59 Tahun 2007 dan SEB Bappenas dan Depdagri No. 0008/M.PPN/01/2007-050/264A/SJ Tahun 2007, serta meningkatkan koordinasinya dengan DPRD terkait.

4) Menyusun pedoman sistem monitoring dan evaluasi atas penyusunan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Pedoman yang akan disusun ini dijadikan panduan bagi pemerintah daerah dalam memonitoring dan evaluasi setiap tahapan dalam penyusunan APBD, sehingga hambatan dan kendala dapat diketahui lebih dini, dan pada akhirnya mutu dan ketepatan waktu penetapan APBD lebih baik.

2. Bimtek/Asistensi Pengelolaan Keuangan Desa

Dengan telah disahkannya UU Desa di Tahun 2014, maka kedudukan desa saat ini menjadi lebih strategis dibandingkan sebelumnya. Dalam APBN-P 2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp 20,776 triliun untuk 74.093 desa yang tersebar di Indonesia. Selain Dana Desa, sesuai UU Desa pasal 72, Desa memiliki Pendapatan Asli Desa dan Pendapatan Transfer lainnya berupa Alokasi Dana Desa (ADD); Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota; dan/atau Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Namun demikian, masih terdapat banyak kendala dalam pengelolaan keuangan desa tersebut yang perlu dibenahi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu bentuk pelaksanaan pengawalan pengelolaan keuangan desa.

BPKP selaku Auditor Presiden berinisiatif mengambil peran pengawalan pengelolaan keuangan tersebut. Hal ini juga sesuai dengan arahan Presiden, permintaan DPR-RI saat RDP, serta rekomendasi KPK-RI berdasarkan kajian atas Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD).Pengawalan Keuangan Desa yang dilakukan oleh BPKP bertujuan untuk memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam mengimplementasikan UU Desa khususnya keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh tingkatan pemerintahan baik tingkat Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 28 sesuai dengan perannya masing-masing. Khusus untuk tingkat desa, pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa dengan baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan. Jika berhasil dilaksanakan dengan baik, maka pengawalan desa akan mencapai tujuan yang diharapkan yaitu Good Village

Governance(GVG) dengan indikator diantaranya sebagai berikut:

- Tata kelola keuangan desa yang baik;

- Perencanaan Desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan daerah dan nasional;

- Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang mengakibatkan permasalahan hukum;

- Mutu pelayanan kepada masyarakat desa meningkat.

Acara Launching SIMDA Desa tanggal 13 Juli 2015

Secara umum, kegiatan pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa yang dilakukan BPKP meliputi:

1.Melakukan survey desa di 4 Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Papua. Dengan survei desa diperoleh gambaran mengenai praktik pengelolaan keuangan desa yang selama ini

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 29 telah berjalan dan kondisi serta kesiapan desa dalam mengimplementasikan UU Desa.

2.Melakukan koordinasi dan sinergi dengan Stakeholder terkait seperti Kemendagri dan Kementerian Keuangan.

3.Mengkaji dan menganalisis peraturan terkait pengelolaan keuangan desa, diantaranya berupa “Titik-Titik Kritis Pengelolaan Keuangan Desa“ yang memetakan kelemahan yang perlu diwaspadai mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban hingga pengawasan keuangan desa.

4.Menyusun panduan/juklak dalam melakukan pengawalan Pengelolaan Keuangan Desa yang dipergunakan oleh Perwakilan BPKP sebagai bahan pendampingan pengelolaan keuangan desa; 5.Pelaksanaan Sosialisasi Pengelolaan Keuangan Desa dalam bentuk

Seminar Nasional ataupun Lokakarya yang melibatkan BPKP Pusat ataupun Perwakilan BPKP di daerah yang melibatkankan aparat pemerintah kabupaten/kota, camat, kepala desa dan perangkat desa;

6.Pembekalan Pengelolaan Keuangan Desa kepada Mahasiswa KKN yang merupakan kerjasama Perwakilan BPKP dengan Universitas/Perguruan Tinggi diantaranya dilakukan di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat;

7.Pelaksanaan pendampingan/bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan desa;

8.Pengembangan Aplikasi Tata Kelola Keuangan Desa (SIMDA Desa)yang telah dilaunching pada tanggal 13 Juli 2015.Selanjutnya dilakukan kesepakatan penggunaan aplikasi SIMDA Desa secara nasional dan pengembangan aplikasi secara bersama antara Kemendagri dan BPKP yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman Nomor 900/6271/SJ dan Nomor MoU-16/K/D4/2015 tanggal 6 November 2015 tentang Peningkatan Pengelolaan Keuangan Desa. Nota Kesepakatan ini selanjutnya dibuatkan surat edaran Nomor 143/8350/BPD tanggal 27 November 2015 kepada Gubernur/Bupati/Walikota di seluruh Indonesia.

9.Pelaksanaan piloting implementasi SIMDA Desa pada 110 kabupaten/kota atau 17.345 desa di seluruh Indonesia.

Dalam kegiatan pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, BPKP masih menemukan kelemahan-kelemahan pengelolaan

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 30 keuangan desa sehingga dapat berdampak kepada akuntabilitas pengelolaan keuangan desa yaitu:

a) Kelemahan dalam regulasi yaitu PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa.

b) Status bendahara desa sebagai wajib pungut pajak perlu penetapan dari Ditjen Pajak Kemenkeu.

Atas kelemahan tersebut, Deputi III memberikan atensi kepada pihak-pihak terkait yaitu:

1) Memberikan atensi kepada Dirjen Bina Pemerintahan Desa Kemendagri agar :

a. Memasukkan unsur “pengawasan” dalam siklus pengelolaan keuangan desa

b. Azas pengelolaan keuangan desa dimasukkan dalam revisi PP43/2014

c. Merevisi pasal 100 PP 43/2014 terkait dengan prosentase penggunaan belanja

d. Istilah “Aset Desa” dan “Kekayaan Desa agar dijelaskan dijelaskan lebih lanjut dalam PP43/2014

e. Peraturan Desa tentang Pengelolaan Kekayaan Milik Desa sebaiknya berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota, bukan Peraturan Menteri

f. Tatacara alokasi ADD (misalnya proporsi atau prosentase komponen pembagi ADD) daitur dalam revisi PP 43/2014 g. Tatacara/mekanisme pemantauan dan evaluasi atas ADD dan

DBH Pajak/Retribusi Daerah diatur dalam Revisi PP34/2014 h. Sanksi bagi kabupaten/kota yang tidak membagi DBH

pajak/retribusi daerah sesuai ketentuan diatur dalam revisi PP43/2014

Atas rekomendasi dalam atensi tersebut, seluruhnya telah ditindaklanjuti dengan terbitnya PP 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP 43 Tahun 2014.

2) Memberikan atensi kepada Dirjen Pajak Kemenkeu tarkait penetapan status bendahara desa sebagai wajib pungut. Atas atensi ini, Atas atensi ini telah ditindaklanjuti oleh DJP berupa surat jawaban yang menyatakan bahwa bendahara desa

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 31 merupakan bagian dari bendahara pemerintah yang merupakan Wajib Pungut.

3) Memberikan astensi kepada presiden terkait peran BPKP dalam melakukan pengawalan pengelolaan keuangan desa dengan mengembangkan aplikasi pengelolaan keuangan desa (SIMDA DESA) yang sederhana yang akan diterapkan di seluruh Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri. Selain itu disampaikan juga atensi terkait kondisi penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD serta penyalurannya yang belum disalurkan ke RKU Desa karena beberapa kendala diantaranya perubahan regulasi, belum disampaikannya laporan penggunaan dana desa yang merupakan persyaratan penyaluran serta kesiapan SDM perangkat desa yang belum memadai. Terkait hal ini telah direkomendasikan adanya kebijakan yang perlu diambil serta peningkatan koordinasi antara stakeholders terkait

3. Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah

Kegiatan asistensi pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan Deputi III adalah berupa asistensi kepada pemerintah daerah khususnya dalam penerapan akuntansi berbasis akrual. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, BPKP menemukan permasalahan yang dihadapai pemerintah daerah terkait dengan penerapan/implementasi PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah yaitu:

1) Adanya dua sistem yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu Permendagri 13 tahun 2006 menggunakan basis kas dan Permendagri 64 tahun 2013 menggunakan basis akrual dimana struktur akun/rekening terjadi perbedaan.

2) Data aset tetap yang dihasilkan dari pengelolaan barang milik daerah belum dapat secara otomatis digunakan sebagai dasar penyajian data aset tetap dalam LKPD yang disebabkan adanya perbedaan klasifikasi penyajian dan perlakukan.

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 32 3) Belum ada regulasi yang terinci tentang petunjuk penyusunan penyajian kembali LKPD per 31 Desember 2014 (cash toward accrual) audited ke basis akrual.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Deputi III telah memberikan saran/rekomendasi kepada:

a). Ditjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri yaitu:

1) Harmonisasi peraturan terkait dengan pegelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawaban APBD dengan merevisi PP N0.58 Tahun 2005 dan disesuaikan dengan UU No. 23 Tahun 2014

2) Melakukan perubahan III/menerbitkan regulasi baru atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

3) Memperbaiki/menerbitkan regulasi baru untuk merevisi Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 antara lain tentang Bagan Akun Standar, dan Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah agar sejalan dengan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, dan PMK Nomor 90/PMK.06/2014 serta PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan BMN/D.

4) Menyusun regulasi yang rinci tentang petunjuk penyusunan penyajian kembali LKPD per 31 Desember 2014 audited ke basis akrual

5) Melakukan revisi regulasi pengelolaan barang milik daerah yang disesuaikan dengan regulasi kebijakan akuntansi sebagaimana diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010.

Disamping itu, BPKP turut memberikan atensi/saran kepada presiden dalam pengawalan penerapan SAP berbasis akrual Tahun 2015 yaitu:

1) Dalam jangka pendek

Memperhatikan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 55 ayat (3) Laporan Keuangan disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir,

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 33 Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan gerakan serentak secara nasional dalam bentuk:

a. Perbaikan penatausahaan terhadap aset tetap, aset tak berwujud, piutang dan persediaan berbasis akrual.

b. Penyempurnaan aplikasi sistem akuntansi berbasis akrual. 2) Dalam jangka panjang, meningkatkan kapasitas dan kapabilitas

kelembagaan dalam pengelolaan akuntansi pemerintahan

Dokumen terkait