• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar Daftar Isi.. Ringkasan Eksekutif..

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar Daftar Isi.. Ringkasan Eksekutif.."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah ii

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar……… i

Daftar Isi……….. ii

Ringkasan Eksekutif……….. iii

Bab 1 Pendahuluan

A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi 1

B. Aspek Strategis 2

C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 3

D. Struktur Organisasi 3

E. Sistematika Penyajian 6

Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 7

A. Rencana Strategis 2015-2019 7

B. Perjanjian Kinerja 2015 13

Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 15

A. Kerangka Pengukuran Kinerja 15

B. Akuntabilitas Kinerja 16 1. Ringkasan Kinerja 16 2. Evaluasi Kinerja 18 C. Realisasi Keuangan 62 Bab 4 Penutup 64 Lampiran 1-3

(4)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah iii engukuran capaian kinerja tahun 2015 merupakan bagian dari penyelenggaraan akuntabilitas kinerja tahunan Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (Deputi III). Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, akuntabilitas kinerja menitikberatkan pada pengukuran pencapaian tujuan/sasaran strategis.

Pengukuran capaian kinerja sasaran strategis meliputi identifikasi atas realisasi IKU dan membandingkan dengan targetnya. Analisis lebih mendalam dilakukan terutama terhadap capaian yang di bawah target untuk mengenali faktor penyebab sebagai bahan evaluasi strategi peningkatan kinerja di tahun 2015 untuk penetapan strategi di tahun-tahun berikutnya atau tahun-tahun selanjutnya (performance improvement).

Pengukuran pencapaian sasaran strategis, dihitung berdasarkan jumlah IKU yang tercapai dibagi dengan jumlah IKU. Hal ini dilakukan untuk menghindari distorsi perhitungan capaian kinerja sasaran strategis Deputi III.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis dan sasaran program tahun 2015 Deputi III secara ringkas disajikan pada tabel RE 1 dan RE 2.

Capaian indikator sasaran strategis dan capaian indikator sasaran program Deputi III pada tahun 2015 masing-masing adalah sebesar 133,90% dan 133,61%. Capaian indikator outcome tersebut merupakan capaian rata-rata atas semua IKU yang secara ringkas disajikan menurut tujuan dan sasaran strategis sebagaimana terlihat pada Tabel RE 1dan RE2 berikut ini:

Tabel RE 1

Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Utama % Capaian Tujuan 1 : Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan dan

pembangunan daerah yang bersih dan efektif Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya kualitas akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional

IKU 1.1. Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan

pembangunan program prioritas dalam nawacita

- Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya maturitas SPIP IKU 2.2. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) 400

P

P

P

(5)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah iv Indikator Kinerja Utama % Capaian IKU 2.3. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) 135,59 Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Inter

Pemerintah K/L/Pemda

IKU 3.1. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) 0 IKU 3.2. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) 0

Rata-rata 133,90

Tabel RE 2

Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Sasaran Program

Indikator Kinerja Utama % Capaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya kualitas akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional Sasaran Program 1.1 : Perbaikan pengelolaan Program Prioritas

Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah

IKP 1.1.1 Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian intern Pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah

98,48

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya maturitas SPIP Sasaran Program 2.1 : Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP Pemda IKP 2.1.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 400 IKP 2.1.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 135,59 Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Inter

Pemerintah K/L/Pemda

Sasaran Program 3.1 : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda

IKP 3.1.1. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah

Provinsi (Level 3)

0 IKP 3.1.2. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/Kota(Level 3)

0 IKP 3.1.3. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah

Provinsi (Level 2)

187,59 IKP 3.1.4. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/Kota(Level 2)

156,13 IKP 3.1.5. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah

Provinsi (Level 1)

116,98 IKP 3.1.6. Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/Kota(Level 1)

107,73

Rata-rata 133,61

Dari tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa 2 (dua) indikator kinerja sasaran strategis dan 6 (enam) indikator kinerja sasaran program yang digunakan untuk mengukur kinerja Deputi III tahun 2015 yang telah mencapai target dengan uraian sebagai berikut:

(6)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah v

1.

Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan

pembangunan nasional

Sasaran strategis “Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional” diindikasikan oleh satu IKU yaitu indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam nawacita. Nilai indeks adalah skala 1 - 5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam Nawa Cita yang semakin baik. Target nilai indeks pada tahun 2015 adalah 1 dari skala 5.

Pada tahun 2015 indikator kinerja “Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita” belum dapat diukur.

2.

Meningkatnya maturitas SPIP

Sasaran strategis “Meningkatnya maturitas SPIP” diindikasikan oleh dua IKU penyelenggaraan SPIP pada seluruh K/L/Pemda. Semakin banyak K/L/Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi. Capaian IKU yang mendukung sasaran strategis ini adalah:

1) Level SPIP pemerintah provinsi (level 3) diukur dengan menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.

Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi yang dibina dan tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP-nya menuju level 3 adalah sebanyak 1 (satu) pemda atau 20% dari pemda yang dibina. Bila dibandingkan dengan targetnya sebesar 5%, maka capaian IKU ini tersebut adalah sebesar 400%.

2) Level SPIP pemerintah kabupaten/kota (level 3) yang diukur dengan menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.

Dalam tahun 2015, telah dilakukan penilaian maturitas SPIP pada 59 pemerintah kabupaten/kota. Dari hasil assessment, Pemerintah kabupaten/kota yang telah mencapai level maturitas di atas 3 adalah sebanyak 4 kabupaten/kota. Oleh karena itu, realisasi maturitas SPIP

(7)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah vi Kabupaten/Kota (Level 3) sebesar 6,78% dari jumlah Pemkab/Kota sebanyak 59 pemda yang dibina. Bila dibandingkan dengan targetnya sebesar 5%, maka capaian IKU ini tersebut adalah sebesar 135,59%.

3.

Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah

K/L/Pemda

Sasaran strategis “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda” diindikasikan oleh dua IKU peningkatan kapabilitas APIP pada seluruh Pemda. Semakin banyak Pemda yang meningkat kapabilitasnya, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi. Capaian IKU yang mendukung sasaran strategis ini adalah:

1) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) yang diukur dengan menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik.

Dalam tahun 2015, belum ada Pemerintah Provinsi yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3. Sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) adalah sebesar 0% dari target sebesar 5%.

2) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) yang diukur dengan menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik.

Dalam tahun 2015, belum ada Pemerintah Kabupaten/Kota yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 3 sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level 3) adalah sebesar 0% dari target sebesar 5%.

(8)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 1

A.

T

ugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi

eputi III sebagai salah satu unit dari BPKP, dibentuk sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah;

2. penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pengawasan intern terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah;

3. pengawasan intern terhadap akuntabilitas penerimaan dan akuntabilitas pengeluaran keuangan daerah dan pembangunan daerah dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran pemerintah daerah dan/atau subsidi pada pemerintah daerah;

4. pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset daerah;

5. pengawasan intern terhadap Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah;

6. perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada pemerintah daerah;

7. pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah;

8. pemberian asistensi atas reviu laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah daerah;

9. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan pemerintah di bidang pemerintahan daerah sesuai peraturan perundang-undangan; dan 10. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan

penyelenggaraan akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah

Bab

(9)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 2

B.

Aspek Strategis Organisasi

Dalam periode tahun-tahun sebelumnya Deputi III telah menunjukkan kinerja yang baik khususnya dalam rangka meningkatkan tata kelola pemerintahan dan menciptakan iklim pencegahan KKN sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Sejumlah langkah pembenahan telah dilakukan oleh Deputi III dan beberapa hasil signifikan juga telah diperoleh.

Aspek strategis yang dimiliki Deputi III digunakan untuk memberikan pelayanan manajemen kepada pemerintah daerah dan Kementerian Dalam Negeri. Keberhasilan dalam meningkatkan tata kelola pemerintah daerah di tahun periode renstra yang lalu dan mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam manajemen pemerintahan serta meningkatnya kepercayaan Pemda, mendorong Deputi III untuk dapat lebih berperan dalam mengatasi permasalahan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan memberikan pelayanan pada pemda dalam rangka meningkatkan tata kelola pemerintahan daerah, antara lain terkait dengan hal sebagai berikut :

1) Masih banyaknya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau bahkan disclaimer dari BPK-RI.

2) Belum semua Pemerintah Daerah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

3) Kelemahan dalam pengelolaan dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK).

4) Masih cukup banyak terdapat penyimpangan dalam pengelolaan keuangan daerah.

Dengan kondisi seperti tersebut diatas juga dengan mempertimbangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki Deputi III antara lain berupa :

• Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian, pelatihan teknis, dan pengalaman yang cukup.

• adanya kantor Perwakilan BPKP yang dapat menjangkau seluruh Pemerintah Daerah

• adanya kemampuan merespon kebutuhan manajemen Pemerintah Daerah dan kemampuan menanggapi kebutuhan manajemen Pemerintah Daerah sehingga menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah yang bersangkutan, Deputi III optimis dapat berperan dalam membantu pemda untuk meningkatkan tata kelola pemerintah daerah.

(10)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 3

C.

Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi

Kegiatan layanan yang diberikan oleh Deputi III dalam bidang penyelenggaraan keuangan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah dalam penerapkan Standar Pelayanan Minimal terhadap 2 urusan yaitu Urusan Pendidikan, dan Kesehatan.

2. Probity Audit atas pengadaan barang dan jasa.

3. Clearance Asset rencana pembangunan sarana prasarana aparatur.

4. Monitoring atas realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK).

5. Pengawasan atas permintaan stakeholder bidang keuangan daerah meliputi monitoring Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD).

6. Sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis di bidang pengelolaan keuangan daerah.

7. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) dalam rangka mempercepat pemerintah daerah menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah.

8. Sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis di bidang pengelolaan keuangan desa 9. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Desa

(SIMDA Desa) dalam rangka mempercepat pemerintah desa menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan desa

10. Evaluasi SAKIP

11. Evaluasi penyerapan anggaran

12. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)

13. Koordinasi dan Supervisi Pelayanan Publik Instansi pemerintah di daerah. 14. Layanan sosialisasi dan bimbingan konsultasi diklat SPIP untuk membantu

pemda dalam menyelengarakan SPIP di lingkungan pemda. 15. Kajian Current Issue.

D.

Struktur Organisasi

Untuk dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan, Deputi III membawahi tiga direktorat sebagai berikut:

1. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I 2. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II 3. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III

Wilayah I meliputi wilayah Sumatera dan Kalimantan, wilayah II meliputi wilayah Jawa dan Bali, serta wilayah III meliputi wilayah Sulawesi, Nusa

(11)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 4

Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Papua. Untuk menunjang tugas pokok dan fungsinya, Deputi III dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan III yang merupakan perbantuan dari Biro Umum dengan tugas mengelola kegiatan Tata Usaha Deputi III.

Disamping itu, dalam memperlancar tugas-tugas kedeputian, Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah telah menetapkan penanggung jawab kegiatan yang membidangi bagian keuangan, bagian kepegawaian, dan bagian umum dengan uraian sebagai berikut:

No Uraian Penanggung Jawab

1 Urusan Kepegawaian Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I 2 Urusan Keuangan Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II 3 Urusan Umum Direktorat Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III

Struktur organisasi di atas dapat digambarkan dalam bagan berikut; STRUKTUR ORGANISASI

DEPUTI III

DITWAS PKD WIL. I

DEPUTI PENGAWASAN BIDANG PENYELENGGARAAN KEUANGAN

DAERAH

KELOMPOK PFA

KELOMPOK PFA DITWAS PKD WIL. II DITWAS PKD WIL. III

KASUBDIT WIL.I.2 KASUBDIT WIL.II.1 KASUBDIT WIL.II.2 KELOMPOK PFA KASUBDIT WIL.III.1 KASUBDIT WIL.III.2 KASUBDIT WIL.I.1

(12)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 5

Deputi III didukung dengan tenaga SDM yang cukup andal. Posisi pegawai per 31 Desember 2015 berjumlah 107orang, dengan rincian sebagai berikut:

1. Komposisi Pegawai Menurut Kelompok Jabatan Tabel 1.1.

Komposisi Pegawai Menurut Kelompok Jabatan per 31 Desember 2015

Jabatan Jumlah

(orang)

Deputi 1

Direktur 3

Kepala Sub Direktorat 6

Subag Umum Perbantuan 1

Pejabat Fungsional Auditor 77

Pejabat Fungsional Arsiparis 2 Pejabat Fungsional Kepegawaian 1

Pranata Komputer 3

Fungsional Umum 13

Jumlah 107

2. Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan Tabel 1.3

Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang) S-3 1 S-2 19 S-1/D-IV 55 Sarmud/D.III 23 SLTA 9 SLTP 0 Jumlah 107

3. Komposisi Pegawai Menurut Pangkat/Golongan Tabel 1.2

Komposisi Pegawai Menurut Pangkat/Golongan

Golongan Jumlah (orang) Golongan IV 27 Golongan III 66 Golongan II 14 Golongan I 0 Jumlah 107

(13)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 6

E.

Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja Deputi III Tahun 2015 melaporkan pencapaian kinerja Deputi III selama tahun 2015. Capaian kinerja 2015 diukur dan dinilai berdasarkan Penetapan Kinerja (Tapkin) 2015 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Tapkin sendiri merupakan penjabaran Renstra Deputi III Tahun 2015-2019.

Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja Tahun 2015 memungkinkan dilakukannya identifikasi atas sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai masukan bagi perbaikan kinerja di masa datang. Dengan pola pikir seperti ini, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi III Tahun 2015 dapat diilustrasikan dalam Gambar 1.2 berikut ini.

Gambar 1.2

Sistematika Penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi III tahun 2015

Renstra 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja 2015 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Capaian Kinerja 2015 Bab Referensi Analisis Capaian Kinerja 2015

Penutup

Bab IV Bab II Bab III Pendahuluan Bab I

(14)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 7

erencanaan dan perjanjian kinerja dimulai dari penetapan rencana strategis (renstra) Deputi III yang merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian rencana dan program mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak agar dapat di implementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program pada Renstra Deputi III mencakup satu program teknis yaitu Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dan satu program generik yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP. Renstra Deputi III Tahun 2015 – 2019 ditetapkan dengan Keputusan Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Nomor: KEP-3/D4/02/2015 tanggal 5 Januari 2015.

A.

RENCANA STRATEGIS 2015-2019

Penyusunan Renstra Deputi III merupakan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra Deputi III merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan Deputi III dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra Deputi III merupakan bagian dari perencanaan nasional, sehingga harus sinkron dan mengacu kepada Renstra BPKP dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) serta mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah.

1.

Pernyataan Visi

Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP No. 60 Tahun 2008 dan Perpres No. 192 Tahun 2014, BPKP cq Deputi III menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Internal Pemerintah berkelas dunia. Konsekuensinya, BPKP cq Deputi III dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dan stakeholder dari hasil pengawasan dan pembinaan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan

Bab

(15)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 8

yang dihadapi pemerintah. Kontribusi BPKP cq Deputi III tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan akuntabel. Akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan daerah yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai Deputi III yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan Deputi III kepada

stakeholdersnya. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan Visi

Deputi III sebagai berikut:

Terwujudnya visi merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi Deputi III baik di tingkat pusat maupun tingkat perwakilan. Sebagai penjabaran dari visi tersebut, ditetapkanlah misi Deputi III.

2.

Pernyataan Misi

Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, ditetapkanlah 3 (tiga) misi Deputi III yang menggambarkan hal-hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal-hal yang masih abstrak pada visi akan lebih nyata terlihat pada misi.

Ketiga misi Deputi III yang pencapaiannya diagendakan dalam tahun 2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

Misi pertama berkaitan dengan aktualisasi peran Deputi III yang melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan daerah,

MISI

1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah guna mendukung tata kepemerintahan yang bersih dan efektif.

2. Membina penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dilingkungan pemerintahan daerah.

3. Mengembangkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten

VISI

Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Daerah

(16)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 9

TUJUAN

1. Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah yang bersih dan efektif.

2. Peningkatan efektifitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan pemerintah daerah.

3. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah yang profesional dan kompeten

dan dilakukan untuk membantu kepala daerah selaku stakeholder dalam mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan utama (core business) Deputi III, baik dalam aktivitas assurance yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, pengembangan sistem.

Misi kedua berkaitan dengan BPKP sebagai pembina Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagaimana diamanatkan dalam pasal 59 PP 60 tahun 2008 yaitu melakukan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Misi ini bertujuan untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah sehingga perlu juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah daerah.

Misi ketiga berkaitan dengan BPKP sebagai pembina aparat pengawasan intern pemerintah. Misi ini bertujuan untuk memastikan terwujudnya peran APIP sebagai aparat pengawasan intern yang efektif dan kompeten.

3.

Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Dalam penetapan tujuan-tujuan strategis, Deputi III mengadopsi konsep

Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan

karakteristik organisasi publik, yaitu memodifikasi perspektif keuangan menjadi perspektif manfaat bagi stakeholder dan perspektif pelanggan menjadi perspektif manfaat bagi auditan/pengguna jasa.

Tujuan utama Deputi III tercermin dalam tujuan-tujuan strategis yang terdapat pada perspektif manfaat bagi stakeholder, sebagai berikut:

(17)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 10

4.

Sasaran Strategis

Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang dirumuskan secara spesifik dan terukur untuk dapat dicapai dalam kurun waktu lebih pendek dari tujuan. Sebagaimana tujuan, sasaran strategis merupakan kondisi yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu; sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan. Dengan pengertian ini, dan dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis Deputi III untuk tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1) Meningkatnya Kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah;

2) Meningkatnya maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah 3) Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah pada pemerintah

daerah

Dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis Deputi III untuk tahun 2015-2019 adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1.

TABEL 2.1

SASARAN STRATEGIS DEPUTI III

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA

SASARAN STRATEGIS SATUAN

TARGET 2015 2019 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan

Pembangunan Dalam

Nawacita

Skala 1-5 0 3

2 Meningkatnya maturitas SPIP

Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 5 85

Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % 5 70 3.1 Meningkatnya Kapabilitas Intern Pemerintah K/L/Pemda

Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 6 82

Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 2 85

5.

Indikator Kinerja Utama

Indikator kinerja utama Deputi III merupakan indikator kinerja yang berada pada perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama Deputi III dalam pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP.

(18)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 11

Indikator kinerja utama Deputi III merupakan ukuran keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Deputi III. IKU terbagi menjadi dua perspektif, yang pertama bersifat outward looking yaitu perspektif manfaat langsung bagi stakeholders eksternal yang menunjukkan peran utama Deputi III dalam pengawasan akuntabilitas keuangan daerah dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Pemda.

Perspektif kedua bersifat inward looking yang menunjukkan manfaat bagi

stakeholders internal BPKP. Penetapan indikator dilakukan dengan

mempertimbangkan tujuan dan sasaran strategis dan kegiatan-kegiatan yang mendukung tujuan strategis. Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis, sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output).

Indikator-indikator kinerja utama Deputi III dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Indikator Kinerja Utama Deputi III

No Indikator Kinerja Utama

1. Sasaran Strategis : Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah

1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita

2. Sasaran Startegis : Meningkatnya Maturitas SPIP Pemda 2.1 Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

2.2 Persentase maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

3. Sasaran Strategis : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda

3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

6.

Program dan Kegiatan

Untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, Deputi III menyesuaikan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit organisasi Deputi III dengan program yang ditetapkan oleh BPKP.

Deputi III hanya melaksanakan satu program teknis yaitu “Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)”.

Anggaran untuk kumpulan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran dialokasikan menurut indikator kinerja utama. Kumpulan kegiatan ini identik juga dengan program menurut Peraturan Menteri PAN Nomor PER/09/M.PAN/5/2007

(19)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 12

tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi III dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis Deputi III tahun 2015 secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3.

Program, Sasaran Strategis, dan Kegiatan

No Indikator Kinerja Utama

Program 1 : Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara Dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

1. Sasaran Strategis: Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah

1.1 Indikator Kinerja Utama: Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita

1. Asistensi/Bimtek SIMDA

2. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD 3. Analisis Kinerja Keuangan Pemda

4. Bimtek Penyusunan Rencana Aksi Hasil Temuan BPK 5. Bimtek Reviu LKPD Berbasis Akrual

6. Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda

7. Sosialisasi/Bimtek Pengelolaan Keuangan Desa

5. Kajian Permasalahan PBJ/ Pengadaan Barang dan Jasa

6. Pengendalian pengadaan barang/jasa melalui Pelaksanaan Probity Audit 7. Probity Audit Pengadaan Barang dan Jasa pada K/L

8. Penataan Sisdur PBJ di Tingkat Pemda

9. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) 10. Evaluasi SAKIP

11. Asistensi Perencanaan Pembangunan Daerah

12. Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Kemaritiman

13. Verifikasi Advance Payment DAK Reimbursement TA 2015 14. Monitoring Pengelolaan DAK & Dana Penyesuaian TA 2014

15. Asistensi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD) 16. Koodinasi Suverfisi dan Pencegahan Korupsi

17. Pengawasan atas Kepemilikan, Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset P3 2. Sasaran Startegis: Meningkatnya Maturitas SPIP Pemda

2.1 Indikator Kinerja Utama : Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

2.2 Indikator Kinerja Utama : Persentase maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 3)

1. Penyusunan RTP 2. Penilaian Risiko

(20)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 13

No Indikator Kinerja Utama

4. Penilaian Maturitas SPIP 5. QA Atas Pembinaan SPIP

3. Sasaran Strategis: Tercapainya kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah daerah yang profesional dan kompeten

3.1 Indikator Kinerja Utama : Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

3.2 Indikator Kinerja Utama : Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

1. Validasi/Verifikasi atas penilaian mandiri (self assessment) yang telah dilakukan Inspektorat peningkatan kapabilitas APIP

2. QA Pelaksanaan peningkatan Kapabilitas APIP

3. Bimtek Kapabilitas APIP pada Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan 4. Bimtek Kapabilitas APIP pada Kementerian Dalam Negeri

B.

PERJANJIAN KINERJA 2015

Pengukuran pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Renstra dilakukan melalui pengukuran pencapaian sasaran strategis dalam hal ini pengukuran indikator kinerja utama. Untuk menguatkan pencapaian sasaran strategis ini di tahun 2015 disusun perjanjian kinerja atau penetapan kinerja sebagai dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu, dokumen penetapan kinerja memuat pernyataan dan lampiran formulir yang mencantumkan sasaran strategis, indikator kinerja utama organisasi, beserta target kinerja dan anggaran. Target kinerja menunjukkan komitmen dari pimpinan dan seluruh anggota organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari setiap sasaran strategis sesuai indikator kinerja utama yang bersifat outcome.

Pada tahun 2015, Perjanjian Kinerja memuat 5 indikator kinerja utama yang digunakan untuk mengukur tercapainya tiga sasaran strategis dan 9 indikator kinerja program untuk mengukur tercapainya tiga sasaran program dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4.

Perjanjian Kinerja Deputi III Tahun 2015

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET

I Sasaran Strategis Indikator Kinerja Strategis 1 Meningkatnya Kualitas

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita

1 dari skala 5

(21)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 14

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET

2 Meningkatnya Maturitas SPIP 2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 5

2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 5

3 Meningkatnya Kapabilitas

Pengawasan Intern

Pemerintah K/L/Pemda

3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 6

3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 2

II Sasaran Program Indikator Kinerja Program 1 Perbaikan pengelolaan

Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keuangan Daerah

1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian intern Pengelolaan program strategis nasional dan pengelolaan keuangan daerah

% 40

2 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Pemerintah Daerah

2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 5

2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

% 5

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P

3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

% 6

3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 3)

% 2

3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)

% 21

3.4 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 2)

% 15

3.5 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)

% 73

3.6 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota(Level 1)

% 83

Untuk melaksanakan program dan kegiatan tahun 2015, Deputi III memperoleh anggaran sebesar Rp7.578.262.000,00 yang terdiri atas anggaran Deputi III sebesar Rp6.799.286.000.000,00 dan anggaran Satgas SPIP sebesar Rp778.976.000,00 sesuai dengan DIPA-089.01.1.450491/2015 tanggal 14 November 2014.

(22)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 15

A.

Kerangka Pengukuran Kinerja

alam rangka penyusunan laporan kinerja Deputi III tahun 2015 dilakukan pengumpulan data kinerja melibatkan seluruh direktorat di lingkungan Deputi III. Data kinerja yang dikumpulkan yaitu data-data target dan realisasi kinerja Deputi III beserta uraian rinci kinerja, target dan realisasi keuangan, target dan realisasi penggunaan sumber daya manusia, serta data dan informasi lain yang terkait dengan kinerja Deputi III tahun 2015. Pengumpulan data kinerja diarahkan untuk mendapatkan data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu dan konsisten yang berguna bagi pengambilan keputusan dalam rangka perbaikan kinerja tanpa meninggalkan keseimbangan manfaat dan biaya, efisiensi dan efektivitas. Sebagian data realisasi kinerja dapat diperoleh dari program aplikasi New IPMS yang membantu dalam penyusunan laporan kinerja Deputi III.

Setelah data-data tersebut di atas diperoleh, selanjutnya dilakukan pengukuran kinerja Deputi III tahun 2015. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi dengan target kinerja yang diperjanjikan dalam dokumen perjanjian kinerja Deputi III Tahun 2015. Seluruh indikator kinerja Deputi III dalam Renstra Deputi III mencerminkan kondisi yang semakin baik apabila realisasi kinerja semakin tinggi. Oleh karena itu pengukuran capaian kinerja menggunakan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, selanjutnya dilakukan evaluasi capaian setiap indikator kinerja untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan dan kendala pencapaian kinerja. Evaluasi dilakukan guna mengetahui kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pencapaian kinerja agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.

Dalam evaluasi kinerja diupayakan pembandingan-pembandingan antara realisasi kinerja dengan target tahun berjalan, realisasi kinerja tahun berjalan dengan

Capaian Kinerja = Realisasi X 100% Rencana

Bab

(23)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 16

realisasi tahun lalu, realisasi kinerja Deputi III dengan realisasi kinerja instansi lain yang serupa/terkait, dan pembandingan-pembandingan lain yang diperlukan. Selain itu dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara membandingkan proporsi capaian kinerja dengan proporsi penggunaan dana

B.

Akuntabilitas Kinerja

ebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi III, keputusan-keputusan yang diambil dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, serta penggunaan dana, berikut disajikan akuntabilitas kinerja Deputi III tahun 2015.

1. Ringkasan kinerja

Laporan kinerja tahun 2015 Deputi III ini merupakan laporan kinerja tahun pertama dalam periode Renstra 2015-2019 Deputi III. Dalam renstra periode 2015-2019, Deputi III menetapkan 3 tujuan, yang kemudian dijabarkan dalam 3 sasaran strategis Deputi III dan 4 sasaran program.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis dan sasaran program tahun 2015 Deputi III secara ringkas disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

1) Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2015 Deputi III

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) 1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional 1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita

0 dari skala 5 0.dari skala 5 - 2 Meningkatnya Maturitas SPIP 2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 5% 20% 400 2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 5% 6,78% 135,59 3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda 3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 6% 0% 0 X

(24)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 17

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) 3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 2% 0% 0 X Rata-rata capaian 133,90

2) Pencapaian Sasaran Program Tahun 2015 BPKP

No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) 1 Perbaikan pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah

1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program strategis dan Pengelolaan Keuangan Negara/ Daerah

40% 39,39% 98,48 X

2 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Pemda

2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 5% 20% 400 2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 5% 6,78 135,59 3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda 3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 6% 0% 0 X 3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3) 2% 0% 0 X 3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) 21% 39,39% 187,59 3.4 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2) 15% 23,42% 156,13 3.5 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) 73% 60,61% 116,98 3.6 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1) 83% 76,58% 107,73 Rata-rata Capaian 133,61

(25)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 18

Dari tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa 2 (dua) indikator kinerja sasaran strategis dan 6 (enam) indikator kinerja sasaran program yang digunakan untuk mengukur kinerja Deputi III tahun 2015 yang telah mencapai target.

2. Evaluasi kinerja

a. Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis

Realisasi dan capaian indikator kinerja sasaran strategis berdasarkan tujuan dan sasaran strategis Deputi III dapat diuraikan sebagai berikut:

Tujuan 1: Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif

Sasaran

Strategis 1

Meningkatnya Kualitas Akuntabiltas

Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” diukur menggunakan satu indikator kinerja, yaitu “Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita”.

Indeks tersebut mencerminkan kualitas akuntabilitas pengelolaan dan pembangunan program prioritas dalam Nawa Cita. Nilai indeks adalah skala 1 - 5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam Nawa Cita yang semakin baik. Target nilai indeks pada tahun 2015 adalah 0 dari skala 5.

Pada tahun 2015 indikator kinerja “Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita” belum dapat diukur.

Perbandingan realisasi indikator kinerja dengan tahun sebelumnya tidak dapat dilakukan karena tahun 2015 merupakan tahun pertama periode Renstra Deputi III 2015-2019, dan indikator kinerja Deputi III tahun 2015 berbeda dengan tahun sebelumnya.

Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir Renstra Deputi III periode 2015-2019 digambarkan dalam gambar 3.1 sebagai berikut:

(26)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 19

Gambar 3.1

Perbandingan realisasi IKS 1 dengan target akhir periode Renstra

Realisasi indikator kinerja sasaran strategis ini didukung dengan dana sebesar Rp3.187.523.000,00, mencapai 89,24% dari anggaran sebesar Rp3.571.961.000,00, dan dengan SDM sebanyak 4.045 OH, mencapai 78,09% dari rencana sebanyak 5.180 OH.

Dari sisi penggunaan dana, indikator kinerja sasaran strategis belum efisien. Hal ini terlihat dari capaian indikator sasaran strategis yang belum dapat diukur sementara capaian penggunaan dana sebesar 89,24%.

Pencapaian sasaran strategis 1, didukung oleh pencapaian sasaran program 1.1 yang diuraikan dibawah ini.

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

Sasaran Program

1.1

Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Bidang Pengawasan Keuangan Daerah

Pencapaian sasaran program “Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional/Daerah dan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Bidang Pengawasan Keuangan Daerah” diukur menggunakan satu indikator kinerja, yaitu “Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah”.

0 1 2 2 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Realisasi Th 2015

Target Th 2016Target Th 2017Target Th 2018Target Th 2019

S k a la I n d e k s

(27)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 20

Indikator tersebut mencerminkan perbaikan pada kualitas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern pada program/kegiatan prioritas pembangunan nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah. Semakin tinggi nilai persentase perbaikan menunjukkan kualitas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern yang semakin baik. Target nilai perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern pada program/kegiatan prioritas pembangunan nasional tahun 2015 adalah 40%.

Pada tahun 2015 realisasi indikator kinerja “Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program strategis dan pengelolaan keuangan negara/daerah” sebesar 39,39%, mencapai 98,48% dari target yang ditetapkan pada tahun 2015. Realisasi tersebut diperoleh berdasarkan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah. Dalam tahun 2015, rekomendasi hasil pengawasan program strategis/program prioritas nasional sebanyak 66 rekomendasi, dan yang telah ditindaklanjuti sebanyak 26 rekomendasi, atau mencapai 39,39%.

Dalam periode 2015-2019, BPKP mengarahkan kegiatan pengawasan pada empat fokus pengawasan yaitu 1) Pengawasan pembangunan nasional, 2) Kontribusi untuk peningkatan ruang fiskal, 3) Pengamanan aset negara/ daerah, dan 4) Mendorong perbaikan governance system. Mempertimbangkan hal tersebut, uraian kinerja sasaran program 1.1 akan dikaitkan fokus pengawasan yang pertama, kedua, dan keempat. Dalam melaksanakan fokus pengawasan yang pertama “Pengawasan pembangunan nasional”, deputi III telah melaksanakan kegiatan pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara/daerah antara lain:

1. Pengawasan PLSD atas Pengelolaan dan Penyelenggaraan atas Kerja Sama Daerah.

Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan berupa kelemahan dalam perumusan kebijakan, kelembagaan, proses manajemen perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pengawasan.

Terdapat permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar

(28)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 21

1) Menginstruksikan pembentukan TKKSD bagi Pemda yang belum membentuk dan mendorong optimalisasi peran TKKSD. 2) mengopti-malkan peran pembinaan pemanfaatan mekanisme

KSD

3) melakukan revisi atas Permendagri No 23 tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan

4) melakukan revisi Permendagri No 22 tahun 2009 tentang Juknis Tata Cara KSD

5) Membangun system informasi KSD

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

2. Pengawasan Intern Lintas Sektoral atas Pengelolaan Pinjaman daerah Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan berupa kelemahan dalam pengelolaan pinjaman daerah.

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 4 (empat) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar:

1) Menyempurnakan regulasi pinjaman

2) Mendorong pemerintah daerah untuk mengelola risiko pinjaman daerah

3) Mengkaji kesesuaian manfaat atau dampak pinjaman yang diperoleh dengan tujuan awal.

4) Menegaskan pelaporan dan publikasi pinjaman kepada Stakeholders.

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

3. Pemberantasan penyakit menular

Berdasarkan hasil pengawasan diidentifikasi permasalahan belum tersedianya strategi penyelenggaraan PPM oleh pemerintah daerah. Terhadap permasalahan tersebut kami telah menyampaikan 4 (empat) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan agar mendorong para kepala daerah:

(29)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 22

2) Menyusun kebijakan agar Pemda menyusun dokumen strategi PPM untuk dijadikan pedoman dalam PPM

3) Menyiapkan perangkat aturan daerah berkaitan dengan tindakan mitigasi bagi masyarakat penderita penyakit menular.

4) Menyediakan data penyakit menular sebagai dasar perencanaan penanggulangan penyakit menular di daerah.

Terhadap lima rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti dan dalam tahap penyampaian rekomendasi.

4. Verfikasi DAK Reimbursement (Output/AP)

Berdasarkan hasil kegiatan verifikasi DAK Reimbursement (Output/AP) diidentifikasi adanya selisih antara jumlah alokasi DAK yang ditetapkan dalam PMK No. 180/PMK.07/2013 dengan jumlah alokasi DAK yang dianggarkan dalam DPA sebesar Rp305.866.182,00 dan adanya sisa DAK Bidang Infrastruktur di Kas Umum Daerah sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 pada 78 Pemda sebesar Rp82.973.696.097,22 (7,91%).

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5 rekomendasi kepada Bank Dunia dan Menteri Keuangan agar:

1) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas VFR ( Value Of Final Reimbursment) sebesar Rp. 496.175.968.805,95 2) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia aas insetif

senilai Rp. 58.310.841.780,59

3) Memberikan dana insentif kepada Pemda yang diverifikasi sebesar Rp 58.310.841.780,59

4) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas Advance payment DAK Infrastruktur Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp 696.648.000,00

5) Lebih mengintensifkan sosialisasi kegiatan P2D2 kepada Pemda peserta P2D2, khususnya dalam pemenuhan persyaratan pencairan DAK Tahap I sebagaimana yang ditetapkan dalam PMK No 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke daerah dan dana desa

Dari 5 rekomendasi strategis tersebut, seluruhnya atau 100% telah ditindaklanjuti melalui 11 termin pembayaran oleh Bank Dunia.

(30)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 23

5. Reviu atas DAK TUD

Berdasarkan hasil kegiatan verifikasi DAK Reimbursement (Output/AP) diidentifikasi adanya

Permasalahan :

1) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya eligible untuk mendapatkan transfer seluruhnya sebanyak 193 pemda dengan total nilai yang memenuhi persyaratan/kriteria transfer sebesar Rp 13.157.029.231.100,00 atau 77,40% dari Rp 16.998.000.000.000,00 2) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya eligible untuk

mendapatkan transfer sebagian sebanyak 32 pemda dengan total nilai yang memenuhi persyaratan/kriteria transfer sebesar Rp 2.048.247.428.816,00 atau 12,05% dari Rp 16.998.000.000.000,00. Satu pemda yaitu Kab Gunung Sitoli khusus untuk bidang irigasi sampai dengan 15 juli 2014 masih menunggu klarifikasi

3) Jumlah pemda yang usulan/proposalnya tidak eligible untuk mendapatkan transfer seluruhnya sebanyak 20 pemda dengan total nilai alokasi sebesar Rp 941.609.474.900,00 atau 5,54% dari Rp 16.998.000.000.000,00

4) Satu pemda yaitu Kab Tolikara telah mengajukan permintaan reviu namun sampai dengan 15 juli 2015 belum menyerahkan dokumen untuk direviu.

Terhadap permasalahan tersebut di atas, kami telah menyampaikan 2 (dua) rekomendasi strategis yaitu:

1) Memroses penyaluran dana DAK Tambahan Usulan Daerah Tahap I TA 2015 kepada Pemda yang telah memenuhi persyaratan 2) Lebih mengintensifkan sosialisasi kegiatan DAK Tambahan,

khususnya dalam pelaksanaan/penggunaan DAK Tambahan Usulan Daerah TA 2015 sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal 20 Peraturan Menteri KeuanganNo 92/PMK.07/2015 tentang Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Tambahan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.

Terhadap rekomendasi tersebut, seluruhnya telah ditindaklanjuti dalam bentuk penyaluran dana DAK TUD Tahap I TA 2015 kepada Pemda yang memenuhi syarat dan penyelenggaraan sosialisasi.

(31)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 24

6. Monitoring dan Evaluasi DAK Tahun 2014

Berdasarkan hasil kegiatan monev DAK Tahun 2014, diidentifikasi beberapa permasalahan :

1) Terdapat rencana kegiatan bidang Kesehatan dan Pendidikan yang tidak dapat direalisasikan karena jenis pengadaan barang ditetapkan dalam juknis tidak dibutuhkan sekolah.

2) Terdapat hasil kegiatan yang belum dapat dimanfaatkan terkait kurikulum 2013 yang disebabkan realisasi kegiatan pengadaan dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Menteri Pendidikan tentang penghentian kurikulum 2013.

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 5 (lima) rekomendasi dengan uraian sebagai berikut:

Menteri Kesehatan agar:

1) Menyusun Juknis bidang Kesehatan yang memuat ketentuan yang memperbolehkan unit layanan kesehatan melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan riil. 2) Menyusun SOP yang memuat perencanaan kegiatan secara bottom

up, dengan batasan-batasan jenis kegiatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan untuk menunjang perencanaan DAK berdasarkan proposal /proposed based)

3) Menyusun SOP yang memuat validasi kebenaran kebutuhan barang/jasa pada unit layanan kesehatan secara berjenjang mulai dari validasi Kab/Kota oleh Provinsi, sampai dengan tingkat Kementerian Kesehatan pada saat penyusunan perencanaan kegiatan DAK.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar:

1) Menyusun Juknis bidang Pendidikan yang memuat ketentuan yang memperbolehkan sekolah melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan riil.

2) Membuat perencanaan perlu memperhatikan dan memperhitungkan kondisi masing-masing sekolah (SDM, dukungan infrastruktur sekolah) sehingga hasil kegiatan dapat dimanfaatkan. Untuk itu, Kemendikbud agar menyusun SOP yang memuat validasi ketepatan kebutuhan barang/jasa pada Sekolah secara berjenjang mulai dari validasi oleh Kab/Kota kemudian oleh Provinsi, sampai dengan tingkat Kementerian Kesehatan pada saat penyusunan perencanaan kegiatan DAK.

(32)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 25

3) Menetapkan kebijakan tatacara pemanfaatan hasil kegiatan DAK Pendidikan terkait Kurikulum 2013 yang belum dapat dimanfaatkan oleh sekolah yang disebabkan realisasi kegiatan pengadaan dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Menteri Pendidikan tentang penghentian kurikulum 2013

Terhadap rekomendasi tersebut seluruhnya belum ditindaklanjuti karena masih dalam tahap finalisasi laporan.

Sesuai dengan fokus pengawasan BPKP yang kedua, Deputi III berupaya memberikan kontribusi atas peningkatan ruang fiskal dengan melakukan optimalisasi penerimaan daerah (OPAD). Hasil pengawasan optimalisasi penerimaan daerah (OPAD) telah mengidentifikasi 5 permasalahan yaitu:

1) Penetapan target PAD belum menggunakan potensi PAD.

2) Peraturan Perundang-undangan membatasi penetapan retribusi dan pajak daerah untuk beberapa bidang,

3) Penerapan SPIP yang masih lemah

4) Terdapat kurang bayar pajak atas pada 23 wajib pajak hotel, hiburan dan restoran sebesar Rp. 797,104,218

5) Terdapat pelaporan omzet penjualan tidak berdasarkan kondisi sebenarnya pada dua Wajib Pajak Restoran sebesar Rp. 533,225,453 6) Terdapat kurang bayar pajak hotel, restoran dan hiburan pada 6 WP

Sebesar Rp. 737,098,019

Terhadap permasalahan tersebut, kami telah menyampaikan 2 (dua) rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri agar:

1) menetapkan pedoman penyusunan potensi PAD

2) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait pajak dan retribusi daerah.

Namun, atas 2 rekomendasi tersebut, seluruhnya belum ditindaklanjuti dan diharapkan dapat ditindaklanjuti pada tahun 2016.

Sesuai dengan fokus pengawasan BPKP yang keempat yaitu perbaikan

governance system, Deputi III BPKP melaksanakan kegiatan-kegiatan

pendampingan pengelolaan keuangan keuangan daerah pada pemda. Hasil dari kegiatan pengawasan dalam rangka perbaikan governance system adalah sebagai berikut:

(33)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 26

1. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD Tahun 2015

Terdapat 80 dari 542 pemda atau 14,76% yang mengalami keterlambatan dalam menyusun dan menetapkan APBD tahun anggaran 2015. Berdasarkan Hasil Evaluasi atas Proses Penyusunan dan Penetapan APBD atas 61 pemda, ditemui penyebab utama keterlambatan tersebut yaitu:

1) Kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan KUA dan PPAS kepada panitia anggaran DPRD karena menunggu penetapan keanggotaan DPRD beserta kelengkapannya.

2) Rancangan Penjabaran APBD Tahun 2015 tidak dapat dilakukan proses evaluasi sampai dilantiknya pejabat bupati yang definitif. 3) TAPD terlambat menyusun rancangan KUA dan PPAS karena

adanya proses penyusunan APBD-P tahun berjalan.

4) Panitia anggaran DPRD tidak mentaati jadwal pembahasan KUA dan PPAS seperti yang telah ditetapkan (misalnya karena tidak memenuhi kuorum, sedang dalam masa reses).

5) Data terkait penyusunan KUA PPAS selain yang ada dalam RKPD tidak disediakan oleh SKPD dengan cepat/tepat.

6) Kurangnya pengawasan dari Sekda selaku koordinator TAPD dalam rangka proses penyusunan KUA-PPAS.

7) Perbaikan hasil evaluasi oleh TAPD yang melibatkan SKPD mengalami kendala karena banyaknya perbaikan

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, Deputi III telah memberikan saran/rekomendasi kepada Direktur Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri dalam rangka mengurangi pemda yang terlambat penetapan APBDnya yaitu:

1) Meningkatkan pembinaan kepada pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah, dalam hal ketepatan waktu penyusunan dan penetapan APBD yang dimulai dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sampai dengan penetapan Perda APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD serta penyusunan dan penetapan DPA SKPD.

2) Agar mengatur lebih lanjut kebijakan tentang proses evaluasi Rancangan Penjabaran APBD, sehingga jika ada pejabat bupati yang belum definitif, evaluasi tetap bisa dilakukan.

(34)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 27

3) Membuat Surat Edaran kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan proses penyusunan dan penetapan APBD secara tepat waktu sesuai dengan Permendagri 59 Tahun 2007 dan SEB Bappenas dan Depdagri No. 0008/M.PPN/01/2007-050/264A/SJ Tahun 2007, serta meningkatkan koordinasinya dengan DPRD terkait.

4) Menyusun pedoman sistem monitoring dan evaluasi atas penyusunan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Pedoman yang akan disusun ini dijadikan panduan bagi pemerintah daerah dalam memonitoring dan evaluasi setiap tahapan dalam penyusunan APBD, sehingga hambatan dan kendala dapat diketahui lebih dini, dan pada akhirnya mutu dan ketepatan waktu penetapan APBD lebih baik.

2. Bimtek/Asistensi Pengelolaan Keuangan Desa

Dengan telah disahkannya UU Desa di Tahun 2014, maka kedudukan desa saat ini menjadi lebih strategis dibandingkan sebelumnya. Dalam APBN-P 2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp 20,776 triliun untuk 74.093 desa yang tersebar di Indonesia. Selain Dana Desa, sesuai UU Desa pasal 72, Desa memiliki Pendapatan Asli Desa dan Pendapatan Transfer lainnya berupa Alokasi Dana Desa (ADD); Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota; dan/atau Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Namun demikian, masih terdapat banyak kendala dalam pengelolaan keuangan desa tersebut yang perlu dibenahi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu bentuk pelaksanaan pengawalan pengelolaan keuangan desa.

BPKP selaku Auditor Presiden berinisiatif mengambil peran pengawalan pengelolaan keuangan tersebut. Hal ini juga sesuai dengan arahan Presiden, permintaan DPR-RI saat RDP, serta rekomendasi KPK-RI berdasarkan kajian atas Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD).Pengawalan Keuangan Desa yang dilakukan oleh BPKP bertujuan untuk memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam mengimplementasikan UU Desa khususnya keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh tingkatan pemerintahan baik tingkat Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa

(35)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 28

sesuai dengan perannya masing-masing. Khusus untuk tingkat desa, pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa dengan baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan. Jika berhasil dilaksanakan dengan baik, maka pengawalan desa akan mencapai tujuan yang diharapkan yaitu Good Village

Governance(GVG) dengan indikator diantaranya sebagai berikut:

- Tata kelola keuangan desa yang baik;

- Perencanaan Desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan daerah dan nasional;

- Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang mengakibatkan permasalahan hukum;

- Mutu pelayanan kepada masyarakat desa meningkat.

Acara Launching SIMDA Desa tanggal 13 Juli 2015

Secara umum, kegiatan pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa yang dilakukan BPKP meliputi:

1.Melakukan survey desa di 4 Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Papua. Dengan survei desa diperoleh gambaran mengenai praktik pengelolaan keuangan desa yang selama ini

(36)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 29

telah berjalan dan kondisi serta kesiapan desa dalam mengimplementasikan UU Desa.

2.Melakukan koordinasi dan sinergi dengan Stakeholder terkait seperti Kemendagri dan Kementerian Keuangan.

3.Mengkaji dan menganalisis peraturan terkait pengelolaan keuangan desa, diantaranya berupa “Titik-Titik Kritis Pengelolaan Keuangan Desa“ yang memetakan kelemahan yang perlu diwaspadai mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban hingga pengawasan keuangan desa.

4.Menyusun panduan/juklak dalam melakukan pengawalan Pengelolaan Keuangan Desa yang dipergunakan oleh Perwakilan BPKP sebagai bahan pendampingan pengelolaan keuangan desa; 5.Pelaksanaan Sosialisasi Pengelolaan Keuangan Desa dalam bentuk

Seminar Nasional ataupun Lokakarya yang melibatkan BPKP Pusat ataupun Perwakilan BPKP di daerah yang melibatkankan aparat pemerintah kabupaten/kota, camat, kepala desa dan perangkat desa;

6.Pembekalan Pengelolaan Keuangan Desa kepada Mahasiswa KKN yang merupakan kerjasama Perwakilan BPKP dengan Universitas/Perguruan Tinggi diantaranya dilakukan di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat;

7.Pelaksanaan pendampingan/bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan desa;

8.Pengembangan Aplikasi Tata Kelola Keuangan Desa (SIMDA Desa)yang telah dilaunching pada tanggal 13 Juli 2015.Selanjutnya dilakukan kesepakatan penggunaan aplikasi SIMDA Desa secara nasional dan pengembangan aplikasi secara bersama antara Kemendagri dan BPKP yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman Nomor 900/6271/SJ dan Nomor MoU-16/K/D4/2015 tanggal 6 November 2015 tentang Peningkatan Pengelolaan Keuangan Desa. Nota Kesepakatan ini selanjutnya dibuatkan surat edaran Nomor 143/8350/BPD tanggal 27 November 2015 kepada Gubernur/Bupati/Walikota di seluruh Indonesia.

9.Pelaksanaan piloting implementasi SIMDA Desa pada 110 kabupaten/kota atau 17.345 desa di seluruh Indonesia.

Dalam kegiatan pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, BPKP masih menemukan kelemahan-kelemahan pengelolaan

(37)

Laporan Kinerja Tahun 2015

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 30

keuangan desa sehingga dapat berdampak kepada akuntabilitas pengelolaan keuangan desa yaitu:

a) Kelemahan dalam regulasi yaitu PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa.

b) Status bendahara desa sebagai wajib pungut pajak perlu penetapan dari Ditjen Pajak Kemenkeu.

Atas kelemahan tersebut, Deputi III memberikan atensi kepada pihak-pihak terkait yaitu:

1) Memberikan atensi kepada Dirjen Bina Pemerintahan Desa Kemendagri agar :

a. Memasukkan unsur “pengawasan” dalam siklus pengelolaan keuangan desa

b. Azas pengelolaan keuangan desa dimasukkan dalam revisi PP43/2014

c. Merevisi pasal 100 PP 43/2014 terkait dengan prosentase penggunaan belanja

d. Istilah “Aset Desa” dan “Kekayaan Desa agar dijelaskan dijelaskan lebih lanjut dalam PP43/2014

e. Peraturan Desa tentang Pengelolaan Kekayaan Milik Desa sebaiknya berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota, bukan Peraturan Menteri

f. Tatacara alokasi ADD (misalnya proporsi atau prosentase komponen pembagi ADD) daitur dalam revisi PP 43/2014 g. Tatacara/mekanisme pemantauan dan evaluasi atas ADD dan

DBH Pajak/Retribusi Daerah diatur dalam Revisi PP34/2014 h. Sanksi bagi kabupaten/kota yang tidak membagi DBH

pajak/retribusi daerah sesuai ketentuan diatur dalam revisi PP43/2014

Atas rekomendasi dalam atensi tersebut, seluruhnya telah ditindaklanjuti dengan terbitnya PP 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP 43 Tahun 2014.

2) Memberikan atensi kepada Dirjen Pajak Kemenkeu tarkait penetapan status bendahara desa sebagai wajib pungut. Atas atensi ini, Atas atensi ini telah ditindaklanjuti oleh DJP berupa surat jawaban yang menyatakan bahwa bendahara desa

Gambar

Tabel RE 2

Referensi

Dokumen terkait

Arah dan Sasaran Agenda Pembangunan Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Dengan Pengelolaan SDA Secara Bijaksana Untuk Mencapai Kemakmuran ... Arah dan Sasaran Agenda Pembangunan

Sasaran Strategis Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat yaitu meningkatnya ketanggapsiagaan masyarakat terhadap ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dengan

Pencapaian tersebut disajikan berupa informasi mengenai pencapaian sasaran Rencana Strategis (Renstra), realisasi pencapaian indikator sasaran disertai dengan

Tujuan dan sasaran pada hakikatnya merupakan arahan bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta sebagai perangkat daerah dalam

KPU Kabupaten Bangka Tengah telah menetapkan Sasaran Strategis Meningkatnya Kapasitas Lembaga Penyelenggara Pemilu/Pemilihan yang diukur melalui Persentase

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 disusun sebagai tindak lanjut dari TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang

Secara umum pelaksanaan kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah mencapai sasaran strategis yang ditetapkan ditandai dengan tercapainya seluruh

Untuk Pencapaian Indikator Kinerja BLU RSUP Sanglah tahun 2016 dari ketiga indikator yaitu Kinerja Keuangan, Kinerja Operasional Serta Kinerja Mutu Pelayanan Dan