• Tidak ada hasil yang ditemukan

SCHEMATIC DESIGN PHASE

Dalam dokumen Fluidity Geometry Of Water In Motion (Halaman 53-58)

SCHEMATIC DESIGN PHASE

Pada tahap rancangan skematik atau pra-rancangan ini berdasarkan konsep rancangan yang paling tepat dan memenuhi program perancangan, arsitek menyusun bentuk gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Pada bab-bab sebelumnya telah dibahas mengenai tema yang diambil serta gaya arsitektural yang

berhubungan dengan tema “Fluidity Geometry of Water in Motion”. Penerapan tema organik pada bangunan ini terdiri dari beberapa ide utama yaitu bentuk bangunan dan kulit bangunan serta perancangan tapak yang terintergrasi, serta prinsip keberlanjutan. Bentuk adalah suatu media komunikasi untuk menyampaikan arti yang dikandung oleh bentuk itu sendiri atau untuk menyampaikan pesan tertentu dari arsitek kepada masyarakat sebagai penerima. Salah satu ciri dari bangunan organik dengan bentuk metafora yaitu bangunan yang didesain mengikuti bentuk-bentuk alam dengan karakteristik utamanya yakni bentuk melengkung atau meliuk-liuk. Pada perancangan tapak ini, penulis menerapkan bentuk metafora dari alam berupa tetesan air dan aliran sungai yang kemudian ditransformasikan ke dalam dua massa podium yang memiliki fungsi sebagai ruang publik serta tower yang terletak pada podium .

Gambar 6.1 Konsep Utama Rancangan

Drops of water River flow Fludity Geometry of

Gambar 6.2 Transformasi Konsep Rancangan

Bangunan dan tapak perancangan ini terhubung dengan harmonis seolah-olah adanya pergerakan air sungai yang mengalir dari bangunan ke tapak perancangan dan menuju ke sungai. Unsur-unsur organik metafora dapat dilihat pada perubahan, pergerakan fisik dari komponen bangunan, struktur dan kulit bangunan, ruang yang terbuka dan beragam, denah dengan grid yang tidak seragam.

TOWER

PODIUM

TOWER

Menurut Edward (2001), salah satu konsep yang muncul pada arsitektur organik kontemporer yaitu keyakinan bahwa bentuk-bentuk organik adalah bentuk yang paling ideal untuk sebuah bangunan hijau. Bangunan dengan bentuk kurva dapat menyesuaikan dengan hukum fisika, sebab hukum alam yang menentukan kedinamisan dari cairan, panas, cahaya, suara dan gaya (tekanan) kebanyakan bekerja secara non-linear. Bentuk kurva linier juga memberikan wujud atau bentuk optimum yang lebih efisien, ekonomis, dan sesuai untuk iklim tropis dan kondisi lingkungan.

Dalam analisa aliran angin misalnya, bentuk aerodinamis yang melengkung merespon lebih baik daripada bentuk yang linear atau kotak. Sedangkan dalam analisa sinar matahari, hubungan antara luas permukaaan bangunan dan volume ruang menentukan seberapa besar panas yang dapat tembus ke dalam bangunan. Bentuk bangunan tentu memiliki kaitan dengan penerimaan panas. Penulis menerapkan bentuk aerodinamis ini pada massa tower yang berfungsi untuk mengurangi turbulensi angin yang seringkali terjadi di sekitar bangunan tinggi pada daerah perkotaan khususnya pada daerah komersial pusat kota. Bentuk bangunan tower dengan bagian bawah bangunan lebih besar dan semakin ke atas semakin melancip ini dapat mengurangi beberapa efek negatif dari bangunan-bangunan tinggi dengan menghamburkan cahaya matahari dan membelokkan hembusan angin yang keras. Namun dengan perletakan tapak yang memiliki bentuk persegi memanjang ke arah utara-selatan, maka posisi bangunan ini memiliki orientasi timur-barat. Dalam menanggapi panas matahari ini, penulis berusaha untuk mempertahankan konsep terbuka dengan alam ini dengan menerapkan konsep

shading dan penghijauan pada perancangan bangunan maupun tapak.

Bentuk dan gaya arsitektur selalu berkaitan erat dengan sistem konstruksi dan material yang berlaku pada masa tertentu. Pada zaman sekarang, seiring dengan perkembangan teknologi, struktur mulai diperhitungkan sebagai salah satu faktor penentu

estetika bangunan. Bentuk-bentuk struktur dengan wujud alami dapat disebut sebagai struktur metafora. Dengan menggunakan struktur atap yang menunjukkan karakteristik organik metafora ini, penulis menggambarkan pergerakan aliran air seperti ombak, sehingga bangunan ini seolah-olah merupakan elemen sungai itu sendiri. Bentuk atap ini mengalir dari massa podium depan yang mengalir ke massa podium belakang.

Selain struktur, arsitektur organik dapat diekspresikan melalui material yang digunakan. Material yang dipilih antara lain adalah material yang dapat memproduksi bentuk bebas atau bentuk plastis. Material yang penulis aplikasikan dalam perancangan kulit bangunan ini adalah material GRC (Glass Reinforced Cement).8 Material ini mudah

diaplikasikan serta mampu membentuk detail yang rumit, sehingga sangat memudahkan untuk membentuk kulit bangunan dengan bentuk metafora yang diterapkan dalam perancangan ini. GRC memiliki bentuk tipis serta pemasangan yang mudah sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan pemasangan. GRC merupakan material yang tahan cuaca, tahan api, tahan korosi, tidak berjamur dan anti rayap. Kemudahan pemasangan adalah hal penting dari GRC, Sistem pemasangan GRC ini umumnya menggunakan rangka Stud Frame, yaitu rangka besi penahan beban yang dapat dipasanga terlebih dahulu, kemudian panel-panel GRC yang telah dilengkapi fitting-fitting dipasangkan pada rangka besi tersebut.

Dengan karakter bentuk bangunan yang kurvalinear, arsitektur organik dapat membawa manfaat dari segi efisien energi. Perancangan dengan konsep organik ini didesain dengan kesadaran ekologi untuk menciptakan arsitektur yang ramah lingkungan. Namun, pentingnya untuk memperhatikan fungsi juga selain dilihat dari nilai estetika, sebab manusia merupakan faktor penting dalam melahirkan bentuk ruang dalam konsep perancangan. Jadi perancangan ini tidak hanya merepresentasikan dari segi bentuk saja

8 GRC atau Glassfiber Reinforced Cement adalah bahan komposit yang terdiri dari campuran semen dengan pasir (agregat halus), dipompakan untuk kemudian disemprotkan dan diberi penulangan.

namun juga merepresentasikan proses keberlanjutan seperti alam. Manusia hidup dalam ruang, manusia menciptakan ruang untuk hidup. Namun, selama ini manusia membangun berdasarkan bidang Cartesian, berdasarkan sistem grid yang diterapkan pada karya-karya arsitektur. Penerapan bentuk metafora pada ruang ini tidak berbentuk grid yang datar, ruang memiliki keberagaman bentuk dan pola, kedinamisan, dapat menekuk, melengkung, dan berkelok-kelok.

Dalam dokumen Fluidity Geometry Of Water In Motion (Halaman 53-58)

Dokumen terkait