• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fluidity Geometry Of Water In Motion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fluidity Geometry Of Water In Motion"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

ANALISA NON FISIK ANALISA PROGRAM RUANG

Program Ruang pada perancangan proyek kondominium dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Fungsi Hunian

No. Identitas Ruang Aktivitas Perabot Pemakai Ruang

Luas Minimum 1. R. Tidur

(Master bedroom) (dengan double bed)

Tidur Merias diri Berganti pakaian

- Double bed - Side table - Lemari pakaian - Meja rias

Penghuni (suami-istri)

11.5 m2

2. R. Tidur 2

(dengan twin beds)

Tidur

Berganti pakaian Belajar dan membaca buku

- Single bed - Side table - Lemari pakaian - Meja kerja

Penghuni (anak)

11.15 m2

3. R. Tidur 3

(dengan single bed)

Tidur

Berganti pakaina Belajar

Membaca buku

- Single bed - Side table - Lemari pakaian - Meja kerja

Penghuni (anak)

11.15 m2

4. Master Bath Buang air besar/ Buang air kecil Mandi

- Bath tub - Closet - Wastafel

Penghuni (suami-istri)

2.592 m2

5. Bath Buang air besar/ Buang air kecil Mandi

- Bath tub - Closet - Wastafel

Penghuni (suami-istri)

2.592 m2

6. Dapur/ Pantry Menyiapkan makanan - Kompor - Wastafel - Kulkas Penghuni (ibu)

8 m2

7. Ruang Makan Makan - Meja makan - Kursi

Penghuni (keluarga)

7.2 m2

8. R. Keluarga Interaksi dengan keluarga Bercengkerama Menonton TV

- Sofa Meja - Meja - Meja TV - TV

Penghuni (keluarga)

9-20 m2

9. R. Tamu Menerima tamu - Sofa - Meja

Penghuni (tamu)

9 m2

10. Ruang Kerja Belajar Bekerja Membaca buku

- Meja - Kursi - Lemari/ rak

buku

Penghuni 12 m2

11. WC Buang air besar/ kecil

- Kloset - Bak mandi

Pembantu 2.6 m2

12. Storage Penyimpan barang

Lemari Penghuni

(keluarga)

(2)

13. Balkon/ serambi Melihat pemandangan Duduk-duduk Bercengkerama - Kursi - Meja Penghuni (keluarga)

2.25 m2

LUAS MINIMUM FUNGSI HUNIAN 1 BEDROOM

Kebutuhan ruang Luas Minimum R. Tidur (Double bed) 11.5 m2

R. Tamu 9 m2

R. keluarga 12 m2

Bath/ KM 2.6 m2

Dapur 8 m2

R. Makan 7.2 m2

Balkon 2.25 m2

TOTAL 52.55 m2

Perhitungan Luasan fungsi bangunan berdasarkan data tapak:

1. Luas tapak :

±2.5 Ha

2. KDB : 60 %

= 60% x 25.000 = 15000 m2

3. KLB : 5

= 5 x 25.000 = 125.000 m2

4. Ketinggian bangunan maksimal : 4 – 32 lantai 5. Ketinggian Podium maksimal : 6 lantai

3 BEDROOMS

Kebutuhan ruang Luas Minimum R. Tidur (Double bed) 11.5m2 R. Tidur (Twin beds) 11.15 m2 R. Tidur (Single Bed) 11.15 m2

R. Tamu 9 m2

R. keluarga 16 m2

Master Bath 2.6 m2

Bath 2 2.6 m2

WC 2 m2

Dapur 8 m2

R. Makan 7.2 m2

Balkon 2.25 m2

TOTAL 83.45 m2 3 BEDROOMS + Study room Kebutuhan ruang Luas Minimum R. Tidur (Double bed) 11.5 m2 R. Tidur (Twin beds) 11.15 m2 R. Tidur (Single Bed) 11.15 m2

R. Tamu 9 m2

R. keluarga 18 m2

R. Kerja 12 m2

Master Bath 2.6 m2

Bath 2 2.6 m2

WC 2 m2

Dapur 8 m2

R. Makan 7.2 m2

Balkon 2.25 m2

TOTAL 97,45 m2 2 BEDROOMS

Kebutuhan ruang Luas Minimum R. Tidur (Double bed) 11.5 m2 R. Tidur (Twin beds) 11.15 m2

R. Tamu 9 m2

R. keluarga 14 m2

Master Bath 2.6 m2

Bath 2 2.6 m2

Dapur 8 m2

R. Makan 7.2 m2

Balkon 2.25 m2

(3)

Dari data- data tapak tersebut dapat diketahui :

Luasan Podium (mall) yang direncanakan akan dibangun 3 lantai : KDB x 3 =3 x 15.000 =45.000 m2

Daya tampung mall = (10% x 45.000) / 1.98 = ±2250 orang

Luasan apartemen yang mungkin dibangun adalah = 125.000 – 45.000 = 80.000 m2 (untuk 22 lantai)

Kebutuhan Ruang Kondominium

AREA PUBLIK

Lobby Entrance hall PB 160 0,6 /org 1 96 NAD

Resepsionis PB 6 1,2 /org 1 7,2 NAD

R. informasi PB 2 10 1 20 ASU

Area duduk PB 80 2 /org 1 160 N

Area lift PB 30 0,6 /org 1 9 NAD

Bellm an count

PB 8 0,6 /org 1 4,8 ASU

Toilet umum PB 1 0,96 4 3,84 NAD

Drug Store Retail PB 20 1,2 /org 1 24 ASU

Gudang SP - 20

% reta

1 4,8 NAD

Agency PB 4 1,2 /org 5 24 ASU

ATM PB 1 2 /org 10 20 ASU

Money Changer PB 3 1,2

/org

1 3,6 ASU

SIRKULASI 30% 113

TOTAL 490

FOOD AND BEVERAGES OUTLETS

Restoran R. makan PB 300 1,5 /org 1 450 NAD Dapur SP - 20% r.

makan

1 90 NAD

Gudang SP - 20%

dapur

1 18 NAD

Kasir PB 2 7,5 /org 1 15 ASU

KONDOMINIUM FUNGSI

DESKRIPSI ZONA

STANDARD (m2)

JUMLAH (unit)

LUAS

(m2) SUMBER FRONT OF THE HOUSE

AREA PRIVATE 1 – 2 orang 1

BEDROOM

PR 52.55 50 7882 NAD

2 - 4 orang 2

BEDROOMS

PR 68.3 32 5122.5 NAD

2 – 5 orang 3

BEDROOMS

PR 83.45 75 6258.75 NAD

SIRKULASI 20% 24135.75 + 4827.15

(4)

Toilet Pria PB 1 0,96 /org 4 3,84 NAD Toilet Wanita PB 1 0,96 /org 4 3,84 NAD

Urinoir PB 1 0,6 /org 4 2,4 NAD

wastafel PB 1 0,6 /org 8 6,4 NAD

r. karyawan PR 10 3 1 30 ASU

Bar and Lounge Bar counter PB 20 1,5 /org 1 30 ASU

R. duduk PB 40 2 /org 1 80 NAD

R. dansa PB 20 2 /org 1 40 ASU

Dapur SR - 20% r. duduk

1 16 NAD

Gudang SR 1 50%

dapur

1 8 NAD

Toilet pria SP 1 0,96 /org 2 1.92 NAD Toilet wanita SP 1 0,96 /org 3 2.88 NAD

Urinoir SP 1 0,6 /org 4 2.4 NAD

Wastafel SP 1 0,6 /org 4 2.4 NAD

Kasir SP 1 7,5

/org

2 15 ASU

SIRKULASI 30% 245

TOTAL 1063

FASILITAS PENUNJANG

Kolam Renang PB

80

80 4 /org 1 320 NAD

R. Ganti PR 1 1,5 /org 20 30 NAD

Shower SP 1 1 /org 20 20 NAD

Bar PB 10 3 /org 1 30 ASU

Area duduk PB - 30% L. Kola

1 96 ASU

Fitness Center Gym SP 30 2 /org 1 60 NAD

Spa dan Sauna R.Ganti SP 20 1 /org 1 20 NAD

R.Sauna SP 5 35 /rng 2 70 NAD

Resepsionis PB 2 7,5 /org 1 15 ASU Karaoke Resepsionis PB 3 7,5 /org 1 22,5 ASU

Area Tunggu

PB 10 2 /org 1 20 ASU

Karaoke Room SP

PB 24 /rng 6 144 ASU

SIRKULASI 30% 211

TOTAL 915

BACK OF THE HOUSE Kantor Eksekutif General

SP

SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

Ass. General

SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

R. Staff SP 15 5 /org 1 75 NAD

R. Rapat SP 16 2,4 /org 1 38,4 NAD

(5)

HRD/Manpower/ Personnel Department

R. manager SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

R.staff SP 5 4,5 /org 1 22,5 NAD

Ro om Di visi

R. manager SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

R.staff SP 5 4,5 /org 1 22,5 NAD

Front office R. manager SP

SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

R.staff SP

SP 5 4,5 /org 1 22,5 NAD

Housek eeping dan laundry Laund ry

SR 8 5 /org 1 40 SBT

Laundry Dryer

SR 8 5 /org 1 40 SBT

Housekeeping SR 2 8 1 16 ASU

Gudang linen SR 2 0,32 /kmr 1 0,64 NAD Uniform service Gudang

penyimpanan

SR 2 30 1 60 ASU

Engineering and R. manager SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD maintenance

department

R.staff SP 5 4,5 /org 1 22,5 NAD

Sales and marketing department

R. manager SP

SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

R.staff SP 5 4,5 /org 1 22,5 NAD

Accounting department

R. manager SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

R.staff SP 5 4,5 /org 1 22,5 NAD

Food and Beverage Department

R. manager SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

R.staff SP 5 4,5 /org 1 22,5

Purchasing and store

Loading dock SR 10 50 1 50 ASU

Gudang umum

SR 5 0,186 /kmr 1 53.38 TSS Gudang bahan SR 5 0,4 /kmr 1 114.8 TSS

Gudang alat SR

5 0,23 /kmr 1 66,01 TSS R. sampah

SR

2 40 1 40 ASU

F & B preparation and

Dapur SR 5 1,023 /kmr 1 293,601 TSS

service R.saji SR 3 1/3

dapu r

1 97,86 NAD

R.ser vice

SR 3 20 1 60 ASU

Security Department

R. chief security

SP 3 4,5 /org 1 13,5 NAD

R.staff SP 5 4,5 /org 1 22,5 NAD

Pos satpam SP 2 6 3 18 ASU

R. ME R. Genset 1 20 2 40 SBT

R. Chiller 1 40 1 40 SBT

R. Pompa 1 20 2 40 SBT

R. AHU 1 20 2 40 SBT

R. Trafo, panel&shaft

1 40

40 1 40 SBT

R. PABX 1 40

1

1 40 SBT

CCTV 1 30 1 30 SBT

SIRKULASI 30% 494

TOTAL 2140

(6)

TSS : De Chiara.Joseph,and John Calender.1973.Time Saver Standard for Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.

ASU : Asumsi & Pengamatan Studi

AHB : Architect’s Handbook

SBT : Sistem Bangunan Tinggi

• NAD : Neufret, Ernest.1992.Data Arsitek,jilid 1 dan 2.Erlangga.Jakarta

Kebutuhan Ruang Mall No. Identitas

Ruang

Aktivitas Perabot Pemakai Ruang

Luas Minimum 1

.

Retail Transaksi jual- beli Rak display Counter pembayaran Pengunjung mal Karyawan

7,5 m2

2 .

Restoran Makan Menyiap kan makanan Menyaji kan makanan Meja makan Kursi Kompor Lemari penyimpanan bahan makanan Wastafel Pengunjung mal Karyawan

99,5 m2 (100 pengunjung)

3 .

Supermarket Berbelanja Rak display barang Counter pembayaran Counter penitipan barang Lemari penyimpanan barang Pengunjung mal Karyawan

900 m2

4 .

Bioskop Menonton Kursi Layar R. proyektor Ticket counter Pengujung Mal Karyawan

1550 m2

5 .

Foodcourt Maka n Meny ajikan makan an Meja makan Kursi Kompor Wastafel Lemari penyimpanan makanan Pengunjung mal Karyawan

99,5 m2 (100 pengunjun

g)

6 .

Cafe Interaksi sosial Bercengkr ama Makan Sofa Meja Counter pembayaran Rak penyimpanan bahan makanan Pengunjung mal Karyawan

46,2 m2 (100 orang)

7 .

Eskalator Sirkulasi vertikal

- Pengunjung

mal 16,4 m

2 8

.

WC Umum Buan g air kecil /besa r Kloset Wastafel Pengunjung

mal 8 m

2 (asumsi 5

bilik)

9 .

Mushola Beribadah Karpet Pengunjung

mal 9 m

(7)

LAMPIRAN 2

POSTER PRESENTASI AKHIR

Drops of water

River flow Fludity Geometry of Water in Motion

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

DAFTAR PUSTAKA

Edwards, Brian. (2001). Architectural Design : Green architecture. West Sussex: Wiley

Academy.

Ernest E. Burden (1996). Building Facade: Facades, Figures and Ornamental Detail.” McGraw-Hill Professional Publishing.

Evolo Architecture .From www.evolo.us, 26 Maret 2014

Fleming, John, Hugh Honour and Nikolaus Pevsner (1999). The Penguin Dictionary of

Architecture and Landscape Architecture. Inggris: Penguin Group

Freed, Eric Corey (2007). WHAT IS ORGANIC ARCHITECTURE?. From

http://www.organicarchitect.com/organic/#axzz36ytaw8vr, 9 April 2014

Ganguly, Mondira (2008).What is Organic Architecture. From

http://www.coa.gov.in/mag/Oct08_Lowres%20pdf/22-27Organic%20in20Architecture.pdf, 9 April 2014

Juwana, Jimmy S. (2005).Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi.

Jakarta: Erlangga

Pearson, David. (2001). The Breaking Wave: New Organic Architecture (Stroud: Gaia).

(14)

BAB III

THROUGH THE CONCEPT

Dalam menganalisa lokasi lingkungan tapak, penulis menanggapi bahwa tapak

dalam kasus proyek revitalisasi kawasan muka Sungan Deli ini memiliki potensi yang

tinggi sebagai ruang komersial, ruang hijau atau oasis publik serta ruang baru yang

menjadi karakteristik lokal kota Medan. Dengan melihat kembali hubungan manusia

dengan lingkungan, maka daerah muka sungai merupakan salah satu keindahan alam

yang akan menjadi ruang baru bagi masyarakat, dimana masyarakat akan lebih

menghargai dan lebih dekat dengan lingkungan alam. Jika ditinjau dari data tata guna

lahan, lokasi tapak ini berada di daerah pusat kota yang didominasi oleh permukiman,

perkantoran dan komersial yang merupakan generator aktivitas utama kawasan ini.

Dengan mengusulkan perancangan fungsi pusat perbelanjaan dan fungsi hunian

vertikal yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau pada lokasi tapak akan menjadi

ruang baru bagi masyarakat yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi rekreatif,

edukatif, kesehatan, komunikatif, ekologis dan komersial, serta menjadi karakteristik

rancangan tepi sungai kota Medan. Penulis menerapkan konsep dengan perwujudan ruang

yang memiliki keselarasan hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan alam

maupun buatan, serta manusia dengan makhluk sosial lainnya. Sebab perancangan

arsitektur pada zaman sekarang ini, terutama di kota Medan yang telah kehilangan

karakteristik murni dari kota itu sendiri. Ditambah lagi, pembangunan ruko-ruko

komersial yang semakin luas dan memiliki skala yang cukup besar bukan menjadi

pemecahan masalah bagi masyarakat ini. Bukan hanya itu saja, pembangunan

gedung-gedung tinggi seperti pusat perbelanjaan dan apartemen yang megah mulai menjamur dan

(15)

3.1 Konsep Perancangan Tapak dan Ruang Terbuka Hijau

Gambar 3.1 Konsep Perancangan Tapak (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)

Manusia sebagai pelaku utama arsitektur adalah individu yang tidak lepas dari

kaidah-kaidah sosial. Oleh karena itu, dalam menganalisa faktor manusia, kita perlu

mempertimbangkan perilaku dan interaksi manusia, keselamatan, kesehatan serta privasi.

Kebutuhan manusia akan wadah ruang untuk melakukan kegiatan seperti, berinteraksi

antar satu sama lain, serta kebutuhan akan rasa nyaman dan aman ketika berada dalam

lingkungan tersebut harus dipertimbangkan dan direncanakan dengan benar. Rasa aman

tidak berarti bahwa manusia tersebut terisolasi dalam sebuah ruang atau bangunan,

namun rasa aman itu juga harus dipenuhi dengan kenyamanan, manusia akan merasa

lebih aman apabila mereka bisa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Dengan

kata lain, manusia akan merasa nyaman dengan adanya ruang untuk berkomunikasi dan

(16)

terbuka hijau yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Ruang terbuka hijau yang

akan diterapkan memiliki beberapa fasilitas yang akan memenuhi kebutuhan manusia

tidak hanya dari fungsi rekreatif, namun juga berfungsi sebagai ruang edukatif,

komunikatif, komersial dan menunjang kesehatan masyarakat.

Ruang terbuka hijau yang disediakan dalam kawasan pusat kota ini hampir tidak

ada dan selalu berakhir di luar kota. Padahal ruang-ruang publik seperti ini sangat

dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan kota. Dari permasalahan tersebut, maka di

sinilah Ruang Terbuka Hijau dibutuhkan dan menjadi sebuah syarat yang harus ada di

setiap kota. Fungsi bangunan campuran yang direncanakan dalam tapak ini akan

dilengkapi dengan ruang terbuka hijau, seiring dengan kondisi bumi yang terus

memburuk akibat dari pemanasan global. Penulis menerapkan beberapa alternatif sketsa

dalam konsep perancangan ruang terbuka hijau ke dalam tapak. Dimulai dari fungsi

rekreatif sekaligus edukatif seperti green campus2 yang ditujukan kepada anak-anak

untuk memberikan pendidikan tentang ilmu pengetahuan alam. Fungsi selanjutnya yang

akan penulis terapkan dalam ruang terbuka hijau adalah fungsi komunikatif, yaitu

menjadi wadah ruang terjadinya suatu komunikasi antara manusia, interaksi sosial antar

masyarakat dimana masyarakat dapat bersantai bersama sanak keluarga atau teman,

menjadi tempat untuk beristirahat (refreshing) setelah beraktivitas atau bekerja seharian.

Dalam Ruang Terbuka Hijau ini, penulis juga merencanakan ruang bagi

masyarakat untuk berolahraga seperti senam pagi, jogging trackserta cycle-pathbaik bagi

anak-anak, remaja, dewasa maupun manula dapat menikmati fasilitas-fasilitas yang

disediakan dalam Ruang Terbuka Hijau ini. Seperti yang kita ketahui, pembangunan fisik

berupa gedung-gedung tinggi dan mewah di kota-kota memang sangat menarik perhatian

(17)

dan membanggakan, namun di sisi lain, pembangunan tersebut kerap menggeser atau

menghilangkan ruang-ruang hijau yang ada.

Gambar 3.2 Konsep Waterfront Tepian Sungai (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)

3.2 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian

Pengolahan aksesbilitas kendaraan dan manusia menuju tapak perancangan

maupun sirkulasi yang terjadi dalam bangunan merupakan bagian yang penting dalam

perancangan. Pengolahan sirkulasi di dalam maupun luar bangunan perlu direncanakan

dengan baik, sebab perilaku manusia (psikologi) memiliki dampak yang besar dalam

keberhasilan sebuah bangunan tersebut berfungsi. Secara tidak langsung, apabila

pengunjung mall dan penghuni kondominium tersebut merasakan pengalaman yang tidak

menyenangkan ketika menuju ke dalam bangunan maupun pada saat berada dalam

(18)

memutuskan untuk berkunjung atau tidak di kemudian hari. Merencanakan letak gerbang

utama sebagai pintu masuk utama yang akan mudah dikenali oleh masyarakat adalah

bagian dari ide yang akan penulis terapkan dalam perancangan ini.

(19)

Pengolahan lahan untuk parkir merupakan tempat utama bagi pengunjung dan

penghuni yang pulang dari beraktivitas menuju tempat tinggal mereka. Masalah

kebutuhan parkir yang cukup dalam suatu bangunan menjadi isu yang sering terjadi

dalam suatu bangunan perancangan, karena parkir berhubungan erat dengan sirkulasi

kendaraan dan manusia ke dalam bangunan. Apabila tidak memikirkan dengan

sungguh-sungguh perancangan sebuah tempat parkir dan hasilnya adalah tempat parkir yang

buruk, sudah pasti akan membawa dampak negatif bagi suatu karya arsitektur. Namun,

tempat parkir yang baik, belum tentu akan membawa dampak positif bagi suatu

bangunan. Seringkali jumlah kebutuhan parkir yang disediakan kurang, bahkan yang

paling ironis adalah kebutuhan parkir bagi pengendara kendaraan bermotor tidak

direncanakan dalam ruang yang layak dan memenuhi standarisasi. Dalam pemograman,

proses analisa merupakan bagian penting untuk menghasilkan persyaratan keberhasilan

proyek, pembuatan tujuan, penegasan terhadap kondisi yang ingin dicapai di kemudian

hari, serta persyaratan tampilan dan konsep.

Area servis serta sirkulasi servis perlu direncanakan dengan baik, bagaimana

karyawan atau pekerja, kendaraan guna servis (seperti truk sampah, truk bahan makanan

dan sebagainya) masuk ke dalam tapak menuju area servis, bagaimana pola sirkulasi

servis yang baik pada zona publik atau mall. Dalam mengorganisasikan kegiatan

pengunjung, penghuni dan servis, penulis perlu membuat diagram yang berisi pembagian

sirkulasi di dalam tapak terlebih dahulu. Zoning di dalam tapak tersebut akan

menghasilkan perencanaan sirkulasi dalam tapak yang terdiri dari sirkulasi pejalan kaki,

kendaraan dan service. Sirkulasi pejalan kaki melalui area tapak dari halte bus atau dari

konteks sekitar, sedangkan sirkulasi kendaraan yang terdiri dari sirkulasi pengunjung

(20)

3.3 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan

Gambar 3.4 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)

Perencanaan awal pada rancangan tampak bangunan ini menggunakan secondary

skin.3 Bentuk dari aliran air yang mengalir akan diterapkan pada keseluruhan kulit

bangunan. Dengan konsep kulit bangunan ini, rancangan yang dihasilkan akan

memaksimalkan bukaan pada bangunan dan memanfaatkan pencahayaan alami yang

masuk ke dalam bangunan. Kulit bangunan ini tidak hanya mengedepankan fungsinya,

melainkan juga menyatu dengan desain aristektur yang menerapkan konsep organik.

Bentuk rancangan bangunan dan tapak harus dapat mencerminkan karakteristik kesatuan

atau integrasi dengan alam.

3secondary skin merupakan lapisan kedua pada bangunan dan memiliki fungsi utama

sebagai penahan sinar matahari langsung.

(21)

3.4 Konsep Zoning

Gambar 3.5 Konsep Zoning (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)

Perencanaan selanjutnya adalah pembagian zona ruang dalam bangunan. Area

servis serta sirkulasi servis perlu direncanakan dengan baik, bagaimana karyawan atau

pekerja, kendaraan guna servis (seperti truk sampah, truk bahan makanan dan sebagainya)

masuk ke dalam tapak menuju area servis, bagaimana pola sirkulasi servis yang baik pada

zona publik atau mall. Dalam mengorganisasikan kegiatan pengunjung, penghuni dan

servis, penulis perlu membuat diagram zoning yang berisi pembagian zoning di dalam

tapak terlebih dahulu. Pembagian zoning di dalam tapak tersebut akan menghasilkan

perencanaan sirkulasi dalam tapak yang terdiri dari sirkulasi pejalan kaki, kendaraan dan

service. Sirkulasi pejalan kaki melalui area tapak dari halte bus atau dari konteks sekitar,

sedangkan sirkulasi kendaraan yang terdiri dari sirkulasi pengunjung mall, sirkulasi

penghuni kondominium dan sirkulasi service. Setelah membuat sketsa konsep aspek

arsitektural, penulis membuat sketsa konsep perancangan selanjutnya yaitu konsep sistem Privat

(22)

bangunan tinggi. Pada konsep ini, penulis menggunakan sumber buku Panduan Bangunan

Tinggi dan sumber lain sebagai acuan dan standar dalam merencanakan konsep sistem

bnagunan tinggi yang terdiri dari sistem struktur, sistem ME, dan sistem pengendalian

kebakaran.

Setiap sudut pandang bagaimana seorang arsitek dalam memecahkan suatu

permasalahan memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda, tetapi tetap memiliki tujuan

yang sama. Arsitek tidak hanya cukup mempelajari teori-teori dan standar dalam

merancang. Namun pembelajaran seorang arsitek juga mencakup perkembangan dan

kehidupan yang terjadi di sekitarnya. "Kita harus belajar untuk memersepsikan kehidupan

yang terjadi di sekitar kita"[4]. Seluruh bagian dari perkembangan yang terjadi merupakan

bagian dari kehidupan seorang arsitek. Penulis menyadari bahwa peran seorang arsitek ini

sangatlah menarik dan menantang serta memiliki tanggung jawab yang besar. Peran yang

paling utama bagi arsitek adalah bahwa dia bertanggung jawab atas setiap garis yang

digambarnya, menunjukkan respon dan hubungan yang terjadi antara manusia,

lingkungan dan bangunan yang dirancang. Hasil dari analisis yang berupa sketsa ide

rancangan penyelesaian masalah ini kemudian diasistensikan kepada dosen pembimbing,

dimana dari analisa-analisa tersebut penulis akan melanjutkan kembali analisis dengan

pembahasan yang lebih mendalam dengan konsep yang akan diterapkan.

Mengamati dan memahami masalah ke dalam bentuk sketsa atau gambar

merupakan rangkaian kegiatan dari seorang arsitek untuk menghasilkan konsep

perancangan yang memenuhi aspek-aspek yang terintegrasi dalam perancangan, baik dari

aspek arsitektural, aspek struktural maupun aspek ME. Karya arsitektur tidak cukup

(23)

sekedar kuat dan indah, namun juga harus mewadahi kebutuhan manusia. Fungsi,

teknologi dan keindahan merupakan suatu kesatuan yang menjadi faktor penyeimbang

dalam merancang bangunan. Hasil dari perancangan tapak dan bangunan ini merupakan

kombinasi antara ilmu, kreativitas dan selera dari manusia dalam menciptakan dan

membangun arsitektur ini.

Konsep utama yang diambil dari elemen sungai serta pergerakan aliran sungai,

maka penulis mengusulkan tema yang akan diterapkan dalam perancangan yaitu

Fluidity Geometry of Water in Motion” yang menerapkan keseluruhan elemen yang

terdapat dalam tapak menyatu menjadi satu. Dari analisis yang telah dilakukan, penulis

melihat kembali ke belakang, yaitu dimulai lagi dari analisa dengan faktor manusia

hingga menyesuaikan analisa tersebut dengan penerapan tema proyek ke dalam ide

konseptual perancangan. Dalam proses menuju hasil akhir dalam arsitektur, akan selalu

terjadi pengulangan secara terus menerus hingga menuju suatu detail yang diinginkan.

Itulah sebabnya mengapa pemrograman berperan penting dalam proses desain, dimana

program perancangan akan memberikan aturan-aturan untuk mengontrol informasi dalam

setiap tahap detail. Berkaitan dengan pengambilan tema yang diterapkan dalam

perancangan tapak dan bangunan ini, penulis mengambil gaya arsitektur organik

kontemporer. Mengapa Organik Kontemporer? Pembahasan alasan dalam pengambilan

(24)

BAB IV

INNOVATION INSPIRED BY NATURE

Merancang dengan tema berarti mengusulkan salah satu kemungkinan

perwujudan dari gagasan. Tema melandaskan seluruh ide-ide yang diterapkan dalam

perancangan. Dengan kehadiran tema dalam arsitektur, maka rancangan akan lebih

bermakna secara visual dan fungsional. Kegiatan penerapan tema dan konsep merupakan

kelanjutan dari tahap analisa dan pengumpulan data dan fakta, setelah menganalisa data

dan fakta maka proses dalam merancang akan dilanjutkan pada sesi menetapkan tema.

Dalam tema utama proyek perancangan arsitektur ini yaitu Riverfront yang menggunakan

Daerah Tepi Sungai Deli sebagai muka bangunan atau bagian dari perancangan tapak,

dan tema kedua yaitu Urban Lifestyle, yang kemudian dari tema utama dan kedua

tersebut akan menghasilkan sebuah tema individual yang akan diterapkan dalam

bangunan dan tapak perancangan.

Tema Riverfront dalam arsitektur ini menjelaskan bahwa daerah tepi Sungai Deli

ini akan dijadikan sebagai muka depan bangunan dari kasus proyek yang akan dirancang,

tema ini juga menceritakan bagaimana konteks sungai terhubung dengan site atau tapak

perancangan sehingga membentuk satu sinergi antara bangunan, lingkungan tapak dan

sungai. Kawasan muka sungai (Riverfront) merupakan bagian besar dari ruang publik

yang mencerminkan karakter lokal dari kota Medan. Pada kawasan muka sungai Deli ini

akan merencanakan sebuah ruang terbuka hijau publik yang akan ditujukan kepada

masyarakat kota Medan. Kurangnya wadah ruang untuk melakukan kegiatan seperti

berinteraksi satu sama lain, serta kebutuhan akan rasa nyaman dan aman ketika berada

dalam lingkungan tersebut. Dengan begitu, kebutuhan manusia akan terhubung dengan

alam dan memiliki keharmonisasian antara ruang luar dan dalam, dengan tapak dan

(25)

Pada kasus proyek perancangan dalam kajian kelompok yaitu “urban lifestyle”,

penulisditugaskan untuk merencanakan bangunan komersial campuran (mixed use) ke

dalam tapak perancangan. Tema urban lifestyle sebagai tema kedua ini memiliki

hubungan yang erat dengan tapak sebagai ruang komersial karena berkaitan dengan gaya

hidup masa kini. Dari beberapa usulan fungsi-fungsi komersial, penulis mengusulkan

Kondominium dan Mall sebagai bangunan yang akan dibangun di dalam tapak. Bermula

dari hasil analisa terhadap potensi dari lokasi tapak, kebutuhan bangunan pada daerah di

sekitar tapak yang dapat terlihat pada analisa tata guna lahan dimana masih kurangnya

bangunan hunian vertikal serta kebutuhan mall yang merupakan fasilitas pendukung

fungsi hunian ini juga diperuntukkan bagi publik. Kondominium merupakan bangunan

bertingkat hunian yang eksklusif dalam arah vertikal atau horizontal dengan kepemilikan

pribadi atas unit hunian dan kepemilikan kolektif area dan fasilitas penunjang yang

disediakan seperti kolam renang, spa dan sauna, gimnasium, bar and lounge, dan

restoran. Target pasar dari kondominium ini adalah kalangan menengah ke atas.

Sedangkan Mall merupakan sebuah pusat perbelanjaan dan rekreasi yang diperuntukkan

untuk publik dan hunian kondominium.

PROYEK

Bagan 3.1 Kasus Proyek yang Diambil

Seiring dengan perkembangan zaman yang telah membawa gaya baru dalam kota

Medan, kota ini menjadi salah satu kota di luar Pulau Jawa yang menjadi sasaran KONDOMINIUM

& MALL

(26)

pengembang ekspansi bisnis pengembang property di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan

semakin terbatasnya ketersediaan lahan di Pulau Jawa. Kota Medan ini memberi peluang

besar untuk mengembangkan hunian vertikal, sebab kebutuhan rumah tinggal ini tengah

menjadi trend masyarakat perkotaan.

Setelah mempertimbangkan bangunan fungsi campuran yang akan diusulkan,

maka tahap selanjutnya penulis menentukan tema individual yang tepat, pada pemilihan

tema individual ini, tema riverfront sebagai tema utama dijadikan sebagai sumber ide,

sebagaimana sungai dijadikan sebagai inspirasi dalam memberikan ide perancangan.

Diturunkan dari tema besar Riverfront, penetapan tema individual ini mengambil elemen

air sebagai sumber utama perancangan bangunan dan tapak ini. Tema yang penulis pilih

yaitu“Fluidity Geometry of Water in Motion”. Dasar penentuan tema ini bermula dari

inspirasi penulis terhadap bentuk-bentuk alam berupa tetesan air (drop of water) yang

diambil dari elemen sungai diterapkan dalam bangunan dan tapak lingkungan serta

gambaran aliran sungai dari Sungai Deli. Penggambaran yang diterapkan pada bangunan

dan tapak perancangan ini adalah dari bentuk tetesan air yang ditransformasikan

mengikuti aliran sungai, sehingga bangunan dan tapak merupakan suatu kesatuan bagian

dari alam dan terkesan seolah-olah muncul dari alam atau tapak dimana bangunan

(27)

GIVEN

Bagan 3.2 Penurunan Tema Utama menjadi Tema Individu

Pengenalan fluidity dalam dunia arsitektur bukanlah sesuatu yang baru dalam

dunia arsitektur, namun belum terdapat definisi yang spesifik. Fluidity memiliki arti

ketidakstabilan, kemudahan mengalir dan keadaan cair . Dari ketiga arti tersebut, fluidity

dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang tidak stabil (tidak lurus) namun

memiliki bentuk yang mengalir.“The Fluid Geometry” mengartikan sebuah bentuk

geometri cairan yang diambil dari bentuk tipikal air yang mengalir. Sedangkan “Water in

Motion” memiliki arti sebuah pergerakan air yang dinamis, tidak lurus. Secara

keseluruhan tema ini menunjukkan sebuah penerapak pergerakan air yang mengalir tidak

lurus (dinamis) ke dalam bentuk dan tapak perancangan. Dengan pendefinisian yang

memiliki bentuk yang tidak lurus, bersamaan dengan bentuk alam yang terinpirasi dari

aliran sungai “river flows”, maka penerapan tema ke dalam perancangan ini penulis

menggunakan gaya arsitektur organik kontemporer. FLUIDITY GEOMETRY OF

WATER IN MOTION RIVERFRONT

(28)

CHOSEN

Bagan 3.2 Hubungan Tema dengan Gaya Ars. Organik Kontemporer

Mengapa Organik Kontemporer? Dimulai dari pembahasan dari definisi

arsitektur organik itu sendiri, arsitektur organik merupakan salah satu pendekatan dalam

perancangan yang memiliki sejarah panjang dengan beragam pemaknaan konsep alam

dari arsitek-arsitek yang menerapkannya. Fleming, Honour & Pevsner (1999) dalam

Penguin Dictionary of Architecture, mendeskripsikan bahwa ada dua pengertian

arsitektur organik. Pertama, arsitektur organik menurut mereka adalah sebuah istilah yang

diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari bangunan yang terorganisir berdasarkan

analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk natural. Misalnya arsitektur

yang menggunakan bentuk-bentuk biomorfik. Pengertian kedua, arsitektur organik

menurutnya adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Frank Lloyd Wright, Hugo

Haring, dan arsitek lainnya untuk arsitektur yang secara visual dan lingkungan saling

harmonis, terintegrasi dengan tapak, dan merefleksikan kepedulian arsitek terhadap

proses dan bentuk alam yang diproduksinya.

Perkembangan arsitektur organik dengan bentuk teknologi tinggi, atau organitech

di Asia dapat dilihat pada bangunan-bangunan pendukung pergelaran Olimpiade Beijing FLUIDITY GEOMETRY

OF WATER IN MOTION

RIVERFRONT URBAN KOMERSIAL

WATER

ORGANIC KONTEMPORER

(29)

2008. Stadion Olimpiade Beijing merepresentasikan generasi baru dari arena olahraga.

Dirancang oleh Herzog dan De Meuron, stadion ini terinspirasi dari bentuk mangkuk

tradisional khas China, namun ada yang berpendapat bahwa inspirasinya berasal dari

bentuk sarang burung. Fasad dan strukturnya menjadi satu; bangunan ini

mengintegrasikan fasad, tangga, struktur mangkok dan atap. Fasad yang tidak sepenuhnya

tertutup memberikan ventilasi alami, yang menjadi aspek penting dalam perancangan

stadion yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, hubungan antara penerapan tema dengan kasus proyek

perancangan yang diberikan dapat digambarkan sebagai berikut

Bagan 3.4 Hubungan Tema, Gaya Arsitektur dan Kasus Proyek

Dengan letak tapak perancangan yang berbatasan dengan kawasan tepi sungai

Deli dan daerah bangunan komersial, maka penerapan arsitektur organik dan riverfront

dalam bangunan kondominium dan mall ini akan dirasakan dari perpaduan perancangan

bangunan yang berpadu dengan tapak dan sungai Deli. Dengan melihat belum adanya

proyek bangunan komersial yang menggunakan sungai sebagai muka depan bangunan

dan pengembangan terhadap kawasan tepian sungai ini, maka penulis akan menerapkan

ruang terbuka hijau pada kawasan tepi sungai Deli dan pada kawasan perbatasan tapak

dengan Jalan Guru Patimpus. Dengan pengolahan kawasan tepi sungai Deli menjadi

sebuah ruang aktivitas manusia berinteraksi, bermain dan bersantai dengan teman ataupun LIFFESTYLE & REKREASI

ORGANIC KONTEMPORER

(30)

keluarga. Pada ruang terbuka hijau ini, penulis menerapkan fasilitas dengan fungsi

rekreasi, edukasi dan being-well, fasilitas tersebut dapat dinikmati oleh kalangan dan

semua usia. Serta untuk memberikan suasana lingkungan yang dekat dengan alam, maka

penulis merencanakn perairan buatan seperti kanal pada ruang terbuka hijau. Dengan

adanya ruang terbuka hijau pada bangunan komersial di pusat kota ini akan menjadi

ruang baru bagi masyarakat dan berperan sebagai paru-paru kota serta diharapkan dapat

menjadi inspirasi bagi kasus proyek bangunan komersial yang berkembang di kota Medan

ini untuk menerapkan konsep ruang terbuka hijau yang menyatu dengan bangunan dan

alam lingkungan sekitarnya.

Arsitektur organik memiliki kecenderungan untuk terus berkembang, mengarah

kepada arsitektur organik dengan bentuk biomorfik yang lebih berani dan didasari oleh

pentingnya mendesain berbasis ekologi. Pernyataan ini didasari dari berbagai sumber, dan

penulis mempercayai salah satu sumber sebagai sebuah kecenderungan bentuk biomorfik

di masa depan yakni dari sebuah kompetisi perancangan bangunan tinggi yang diadakan

oleh eVolo Architecture (www.ecolo-arch.com)5. Aplikasi ide-ide organik dari masa ke

masa mengalami perubahan, walaupun perubahannya lebih dikarenakan perkembangan

teknologi.

Contoh bangunan tinggi yang menggunakan tema arsitektur organik dengan

bentuk metafora adalah sebagai berikut:

(31)

Gambar 4.1 Shan-Shui City

Gambar 4.2 Urban Forest (Sumber : eVolo Skyvrapper Competition)

Jika ditinjau kembali dari pengertian arsitektur kontemporer serta hasil referensi

dari jurnal eVolo Architecture, istilah kontemporer sering digunakan untuk menandai

sebuah desain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun

tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai. Desain

yang kontemporer menapilkan gaya yang lebih baru. Gaya lama yang diberi label

kontemporer akan menghasilkan bentuk desain yang lebih segar dan berbeda dari

kebiasaan. Gaya arsitektur kontemporer dengan mengusung tema organik seringkali

menggunakan metafora sebagai perwujudan dari urbanisme kota yang lebih maju.

Dengan mengandalkan pendekatan arsitektur organik kontemporer yang menjadi karakter

(32)

BAB V

DEALING WITH CONCEPT

Ketika masuk ke dalam transformasi konsep ke dalam perancangan, terdapat

kesalahan yang tidak disadari dalam perancangan kasus proyek bangunan komersial,

yaitu perletakan main entrance bangunan. Ketika asistensi dengan dosen pembimbing,

perletakan bangunan pada bagian belakang akan menyebabkan pengunjung malas untuk

berjalan kaki dari jalan besar menuju pintu utama, ditambah lagi dengan kondisi cuaca

yang panas dan pada saat hujan. Serta ruang terbuka hijau yang terletak luas pada area

depan tanpa ada generator aktivitas mendampinginya, tidak akan dimanfaatkan oleh

masyarakat. Dari beberapa contoh proyek bangunan komersial yang berhasil, misalnya

Sun Plaza, dengan perletakan pintu utama pada bagian depan area yang berbatasan

dengan jalan besar akan menjadi generator aktivitas utama. Revisi perancangan dimulai

dari perletakan bangunan dan integrasi bangunan dengan ruang terbuka hijau yang

diusulkan pada konsep awal.

Pada awal skenario konsep pada perancangan tapak ini, penulis membagi

beberapa jenis sistem sirkulasi, yaitu sistem sirkulasi pejalan kaki, sistem sepeda,

kendaraan dan sirkulasi barang/ servis. Sirkulasi adalah prasarana penghubung vital yang

menghubungkan berbagai kegiatan dan penggunaan dalam sebuah tapak. Pada

perancangan tapak ini. Sistem sirkulasi menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan

kendaraan, barang, dan pejalan kaki di dalam dan keluar-masuk tapak. Selain itu, sistem

sirkulasi tapak juga menghubungkan tapak tersebut dengan jaringan sistem sirkulasi di

luar tapak. Dimulai dari perencanaan sistem sirkulasi pejalan kaki yang dicirikan oleh

fleksibilitas dari gerakan, berkecepatan rendah, menggunakan skala manusia. Pada

(33)

yang aman dengan memisahkan sistem pejalan kaki dengan kendaraan. Lingkungan

pejalan kaki ini terhubung dengan ruang terbuka hijau dan sungai. Sirkulasi pejalan kaki

ini dapat diakses dari jalan Guru Patimpus dan juga tersedia akses pejalan kaki yang

berasal dari Podomoro Deli city sehingga pejalan kaki tidak harus menggunakan

kendaraan untuk mencapai ke dalam bangunan. Dengan menyediakan akses dari

Podomoro City ke dalam tapak perancangan juga akan menguntungkan bagi kedua pihak

[image:33.595.114.519.259.566.2]

pemilik bangunan komersial. (Gambar 5.1)

Gambar 5.1 Skenario Awal Perancangan Tapak

Pada batas tapak sebelah barat, penulis juga diarahkan oleh dosen pembimbing

untuk menyediakan akses berupa jembatan yang menghubungkan pejalan kaki dari

daerah Sei Deli menuju tapak. Sehingga perancangan mengalami perubahan namun tetap

menerapkan konsep sebelumnya.

Akses pejalan kaki dari Podomoro City Akses pejalan kaki

(34)
[image:34.595.172.512.81.312.2]

.

Gambar 5.2 Revisi Rancangan Tapak

Pada gambar (Gambar 5.2) di atas merupakan revisi yang menunjukkan integrasi

antara bangunan dan lingkungan tapak. Dengan perletakkan bangunan komersial pada

area depan berbatasan dengan jalan besar sebagai generator aktivitas akan memberikan

kemudahan pencapaian pejalan kaki menuju bangunan, serta sebagai magnet penting

untuk memaksimalkan keuntungan operasional proyek. Namun, konsep sirkulasi pada

awal perancangan memiliki kelemahan, dimana akses keluar masuk hanya melalui jalan

besar, hal ini akan menambah kemacetan pada jalan besar. Maka dari itu, penulis

merngusulkan pembukaan jalan Tembakau Deli sebagai akses keluar masuk penghuni

kondominium dan servis. Sehingga sirkulasi antara permukiman yang berbatasan sebelah

selatan tapak perancangan dengan sirkulasi penghuni atau pengunjung kondominium

(35)
[image:35.595.222.443.85.381.2]

Gambar 5.3 Konsep Sirkulasi

Keterangan:

A. Akses masuk pengunjung mall.

B. Akses keluar pengunjung mall.

C. Jalur pejalan kaki pada ruang terbuka.

D. Jalur kendaraan menuju basemen.

E. Area penjemputan dan penurunan penumpang.

F. Akses pejalan kaki dari Podomoro City.

G. Jalur keluar kendaraan dari basemen.

H. Akses keluar masuk servis.

I. Akses pejalan kaki dari jalan Sei Deli

J. Jalur kendaraan penghuni atau pengunjung kondominium

Dalam merancang dengan konsep organik, ketiga elemen yaitu manusia,

lingkungan dan bangunan merupakan satu kesatuan yang harmonis, dimulai dari konsep

perancangan tapak, konsep ruang terbuka hijau, konsep sirkulasi manusia dan kendaraan, H

J

A

E G

D

B C

I

(36)

konsep faktor keamanan dan keselamatan, konsep kulit bangunan, konsep rencana ruang

dalam bangunan, konsep struktur, konsep ME dan konsep pasokan energi, konsep aspek

keberlanjutan dan lain-lain. Penulis membuat sketsa konsep rancangan tapak yang

memperlihatkan konsep penggunaan lahan secara fisik dan fungsional, perletakan

bangunan, akses manusia dan kendaraan, ruang terbuka dan hijau. Perancangan tapak

merupakan seni menata lingkungan buatan manusia dan lingkungan alam guna

menunjang kegiatan-kegiatan manusia.

Pada skenario pertama, ppenulis merencanakan jalur sikulasi untuk menurunkan

maupun untuk menjemput penumpang pada area inner court, sehingga dapat

menyebabkan sirkulasi crossed ketika kendaraan hendak menurunkan penumpang,

menjemput penumpang atau keluar. Setelah asistensi dengan dosen pembimbing, maka

[image:36.595.189.437.262.587.2]

yang perlu diperhatikan dalam perancangan sirkulasi kendaraan ini adalah perletakan Gambar 5.4 Revisi Konsep Sirkulasi

Area

Drop off

(37)

pintu masuk dan area antar-jemput yang nyaman dan aman. Perletakan area untuk

menurunkan penumpang dan menjemput ini dipisahkan dalam jarak yang cukup jauh

untuk menghindari terjadinya crossing pada sirkulasi kendaraan ini. (Gambar 5.4)

Sedangkan sirkulasi kendaraan penghuni ini lebih bersifat privat dikarenakan

fungsi unit hunian harus memenuhi tingkat keamanan dan kenyamanan yang maksimal.

Akses keluar-masuk kendaraan penghuni menuju tapak menggunakan jalan Tembakau

Deli untuk menghindari kemacetan yang sering terjadi pada jalan Guru Patimpus, serta

perwujudan kenyamanan dan kelancaran sirkulasi kendaraan penghuni menuju tapak.

Sedangkan sirkulasi servis ini diakses dari jalan Tembakau Deli menumpang sirkulasi

kendaraan penghuni, namun akses sirkulasi servis menuju bangunan ini disatukan dengan

sirkulasi kendaraan pengunjung ketika menuju ke lantai basemen bangunan. Dengan

akses menuju tapak yang disatukan dengan sirkulasi servis, namun perletakan tujuan

servis ini berbeda dengan sirkulasi penghuni, sehingga sirkulasi penghuni menuju pintu

masuk bangunan fungsi kondominium tetap memiliki nilai privasi.

Perencanaan sistem sirkulasi kendaraan pada perancangan tapak merupakan

sistem yang paling rumit dibanding dengan sistem sirkulasi lainnya, sehingga seringkali

perancangan sistem kendaraan ini menentukan penyusunan elemen tapak lainnya.

Sirkulasi kendaraan ini dibagi lagi menjadi sirkulasi pengunjung mall dan penghuni

kondominium. Akses keluar dan masuk pengunjung dari luar tapak menuju tapak ini

melalui jalan Guru Patimpus. Pintu masuk bangunan atau area menurunkan penumpang

ini memiliki jalur yang cukup panjang dari luar tapak menuju tapak, hal ini bertujuan

(38)
[image:38.595.151.517.84.353.2]

Gambar 5.5 Konsep Awal Perancangan Tapak

Perencanaan sirkulasi pejalan kaki dan ruang terbuka hijau ini mengambil ide

dari bentuk organik yaitu tetesan air dengan berbagai bentuk pergerakan yang tercipta

dari aliran sungai. Sirkulasi pejalan kaki dan ruang terbuka hijau ini dirancang pada

tepian sungai Deli, sehingga menunjukkan bahwa bentuk organik dari perancangan tapak

ini seolah-olah mengalir dari sungai menuju tapak. Sirkulasi pejalan kaki dari luar tapak

menuju tapak hingga masuk ke dalam bangunan dapat merasakan pemandangan dari

ruang terbuka hijau yang dirancang sebagai ruang aktif dan pasif. Pada ruang terbuka

aktif ini, setelah asistensi dengan dosen pembimbing penulis menambah perencanaan

fungsi lapangan olahraga seperti basket, skateboard sebagai aktivitas anak muda saat ini.

Dan kegiatan olahraga ini direncanakan pada area perencanaan tapak awal yang

menerapkan green-campus. Kegiatan green-campus pada bangunan komersial dinilai

kurang efektif, disebabkan faktor pengguna bangunan yang sebagian besar berasal dari

daerah komersial sekitar tapak. Pada rancangan tapak ini, aktivitas yang dapat dilakukan

Jogging dan Cycling Track

Green-campus

Area Tunggu dan Halte Bus

Area Refreshing dan Area Bermain Air

Mancur

Area

(39)

segala kalangan usia berupa jogging dan cycling track, serta merencanakan sebuah area

food court outdoor, Sedangkan pada ruang terbuka yang bersifat pasif ini penulis

merencanakan taman dan penghijauan. (Gambar 5.6)

Dengan berbagai konsep pada ruang terbuka, pejalan kaki atau pengunjung mall

dapat berkumpul, bersantai, bermain dengan teman, keluarga dan merasakan

pemandangan ruang alam disekitarnya. Tujuan dari ruang terbuka selain sebagai area

santai dan ruang hijau, ruang terbuka ini berperan sebagai transisi sebelum mencapai

generator aktivitas yang terdapat pada bangunan fungsi mall.

Gambar 5.6 Revisi Rancangan Ruang Terbuka

Merancang lansekap yang menangani hubungan antara manusia, alam, dan

teknologi bahan, tanaman merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan, sebab

Lapangan Basket

Arena Skateborad, Jogging dan Cycling Track Area Foodcourt Otdoor

Area Tunggu dan Halte Bus

(40)

tanaman selain bernilai estetis juga meningkatkan kualitas lingkungan. Elemen lansekap

terdiri dari elemen keras dan elemen lembut. Elemen keras merupakan area perkerasan

bagi sirkulasi pejalan kaki, dengan tema organik ini maka penulis menggunakan material

yang diambil dari alam yaitu batu alam yang memliki permukaan yang lebih rata dan

tidak licin, sehingga jalan ini tetap aman digunakan ketika cuaca hujan dan dapat

digunakan oleh penyandang cacat. Sedangkan elemen lembut pada ruang terbuka hijau ini

perlu penataan dan perancangan yang mencakup habitus tanaman. 6 Elemen lembut ini

terdiri dari tanaman dan air dengan segi botani tanaman yang terdiri dari pohon, perdu,

semak, penutup tanah dan rerumputan yang bertujuan sebagai pelindung manusia dari

panas matahari, ruang hijau yang dapat mengurangi polusi, kebisingan, dan pemanasan

global dalam perkotaan. Pembangunan fisik untuk memenuhi kebutuhan warga kota

sering tidak seimbang dengan usaha-usaha mempertahankan kualitas kehidupan

masyarakat, dimana luas pembangunan fisik tidak sepadan dengan luasan daerah terbuka

hijau yang seharusnya dimiliki oleh suatu daerah perkotaan yang sedang berkembang.

6 Habitus tanaman adalah tanaman yang dilihat dari segi botanis/ morfologi, sesuai dengan ekologis dan efek visual.

(41)

Selanjutnya pada tahapan rancangan konseptual ini adalah membuat zoning serta

sketsa rencana denah lantai bangunan mall dan kondominium. Konsep zoning

perancangan bangunan (Gambar 5.7) dimana perencanaan denah lantai bangunan ini

dibagi berdasarkan zona secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal, pada perencanaan

bangunan komersial ini penulis merencanakan dua massa bangunan pada tapak yang

terdiri dari massa pertama yang berfungsi sebagai generator aktivitas utama dari fungsi

bangunan mall ini. Sedangkan pada massa kedua ini terdiri dari fungsi mall, fungsi

penunjang kondominium, ramp kendaraan dan tempat parkir bagi penghuni

kondominium, serta fungsi hunian vertikal (tower). Perletakkan massa pertama dan kedua

ini dihubungkan oleh perencanaan inner court (dapat dilihat pada Gambar 5.4). Dimulai

dari rencana denah lantai dasar bangunan ini dibagi menjadi beberapa zona yaitu zona

publik dan zona privasi. Zona publik ini terdiri dari food-court indoor pada massa

pertama, pada massa kedua direncanakan supermarket dan retail-retail yang disewakan,

kedua massa ini terhubung dengan ruang terbuka hijau dengan fungsi aktif dan pasif .

Sehingga perencanaan tapak ini sesuai dengan tema organik yang mewujudkan hubungan

yang harmonis dari aktivitas manusia yang terbuka dengan lingkungan alam.

Pada perencanaan lantai dasar bangunan, perletakkan pintu masuk utama pada

massa pertama ini terdapat pada sisi utara dan selatan bangunan, pada sisi utara dapat

diakses langsung oleh sirkulasi pejalan kaki, sedangkan pada sisi selatan merupakan

akses masuk bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan. Sedangkan pada sisi timur

massa utama ini terdapat akses yang menghubungkan food-court antara ruang dalam

(indoor) dan ruang luar (outdoor). Pada massa kedua ini terbagi menjadi zona publik dan

privasi. Zona publik yang merupakan fungsi mall, penulis merencanakan sebuah atrium,

supermarket dan retail-retail. Sedangkan zona privasi yang merupakan fungsi

(42)

pada lantai kedua massa pertama ini direncanakan bioskop, sedangkan pada lantai

bangunan massa kedua ini direncanakan sebuah department store beserta retail-retail

untuk kebutuhan fashion. Departement store yang direncanakan merupakan merek yang

telah menikmati reputasi merek kuat di pasar yang sudah ada di Asia sebagai sebuah

department store terkemuka. Pada lantai ketiga massa kedua bangunan fungsi mall ini

penulis merencanakan restoran dan cafe sebagai generator aktivitas manusia dalam mall.

Konsep sirkulasi publik/ pengunjung mall pada lantai fungsi mall serta basemen dapat

dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 5.8 Konsep Zona Fungsi Pusat Perbelanjaan dan Parkir

Program ruang yang dihasilkan dari analisa pengguna fungsi mall kemudian akan

direncanakan dalam rancangan skematik. Pada rancangan basemen ini, area servis

diletakkan pada lantai basemen pertama. Perletakkan area servis di atas tapak dinilai

kurang efektif dan efisien untuk perencanaan bangunan komersial di daerah pusat kota,

sebab batas selatan tapak langsung berbatasan dengan permukiman Tembakau Deli.

Penulis ingin memaksimalkan semua view tapak dari luar ke tapak dan sebaliknya dengan Parkir

Basemen

(43)

pendekatan konsep organik yang mengintegrasikan rancangan bangunan, tapak dan

lingkungan alam sekitarnya.

Perencanaan basemen seringkali menjadi daerah parkir dengan suasana yang sepi

dan gelap. Oleh karena itu, perencanaan retail-retail kecil pada area lobby basemen ini

bertujuan untuk meningkatkan keramaian dan aktivitas pengguna bangunan pada lantai

[image:43.595.150.470.280.655.2]

basemen.

Gambar 5.9 Rencana Denah Lantai Basemen 1 & 2 Area servis pada

lantai basemen pertama

Perencanaan retail pada lantai basemen

Perencanaan retail pada lantai basemen

(44)

Perencanaan denah lantai pusat perbelanjaan atau mall ini tidak lepas dari peran

keberadaan Anchor Tenant7 seperti Department Store, Toko Buku, bioskop, dan

Supermarket. Srategi bisnis ini menjadi salah satu hal penting bagi keberhasilan

pengembangan suatu pusat perbelanjaan.

Gambar 5.10 Rencana Ruang Dalam Fungsi Pusat Perbelanjaan

Perencanaan zona tempat parkir bagi penghuni berada pada lantai empat, lima

dan enam. Program ruang untuk kapasitas parkir zona penghuni ini menggunakan

perkiraan dengan setiap unit kamar memiliki satu mobil. Hasil program ruang pada

analisa kebutuhan penghuni fungsi hunian ini direncanakan dengan total 178 unit kamar,

maka dihasilkan perancangan skematik denah parkir bagi penghuni kondominium

(Gambar 5.11). Zona parkir bagi penghuni kondominium ini memiliki tingkat privasi

yang tinggi, sehingga pada akses menuju lobby lift ini penghuni juga harus menggunakan

kartu identitas elektronik.

7Anchor tenant adalah penyewa ruang yang mempunyai potensi besar untuk bisa menarik pengunjung dengan skala yang besar

Anchor Tenant

Anchor Tenant Anchor

Tenant

(45)

Gambar 5.11 Konsep Zona dan Rencana Lantai Parkir Fungsi Hunian

Pada lantai tujuh pada bangunan merupakan atap dari podium dan lantai pertama

dari bangunan menara (tower). Pada lantai tujuh ini terdapat fasilitas penunjang yang

mendukung fungsi hunian vertikal yang terdiri dari lounge and bar, restoran, fitness

centre, kolam renang indoor dan outdoor, serta spa dan sauna. Para penghuni atau

pengunjung kondominium ini dapat bersantai di bar dan lounge sambil menikmati

pemandangan yang berorientasi ke arah Sungai Deli. Dengan bertemakan organik, maka

pada atap podium ini penulis menggunakan taman atap yang dapat diakses oleh penghuni

(46)

ini direncanakan ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai arena bermain dan

berkumpul dan berolahraga. Ketika penghuni atau pengunjung sedang menikmati salah

satu fasilitas penunjang ini, mereka juga akan merasakan keberadaan alam di sekitarnya.

Proses perancangan raung dalam lantai atap podium ini dimulai dari rancangan skematik

yang kemudian disesuaikan dengan program ruang fasilitas penunjang yang telah

direncnakan.

Gambar 5.12 Denah Lantai Atap Podium

Lobby utama fungsi hunian ini terletak pada lantai dasar bangunan bagian

belakang. Area lobby utama ini dapat diakses oleh pengunjung ataupun penghuni. Namun

untuk menjaga keamanan serta kenyamanan penghuni, area lobby lif hanya dapat diakses

menggunakan kartu identitas. Pada rencana denah lantai fungsi hunian pada zona tower

ini direncanakan empat tipe kamar yang terdiri dari unit hunian dengan satu kamar

tidurhunian dengan dua kamar tidur, unit hunian dengan tiga kamar tidur. Berikut ini

adalah sirkulasi penghuni pada zona fungsi hunian

(47)

Gambar 5.13 Konsep Zona Fungsi Hunian

Kembali lagi dengan konsep organik, maka pada unit hunian ini lebih

memaksimalkan bukaan sebagai perwujudan pendekatan manusia dengan alam. Unit

hunian dengan satu kamar ini direncanakan dari lantai 8 (delapan) hingga lantai 12

(duabelas) (Gambar 5.14), pada unit hunian dengan dua kamar direncanakan dari lantai

13 (tigabelas) hingga lantai 17 (tujuh belas) (Gambar 5.15), pada unit hunian dengan tiga

kamar dan tiga kamar dengan tambahan ruang kerja direncanakan dari lantai 18 (enam

belas) hingga 29 (dua puluh sembilan) (Gambar 5.16). Perencanaan penyusunan ruang

(48)

Gambar 5.14 Tipikal Unit Hunian Lt 8-12

Gambar 5.15 Tipikal Unit Hunian Lt 13-17

(49)

Pada rencana denah lantai atap tower ini lebih difungsikan sebagai tempat

perletakkan cooling tower dan pompa. Perencanaan denah ini merupakan bentuk oval

yang diambil dari bentuk metafora dengan core/ inti bangunan yang berbentuk kotak. Inti

bangunan ini terdiri dari tiga lif yang melayani zona kondominium, satu lift service, dua

(50)
[image:50.595.117.509.96.296.2]

Gambar 5.17 Konsep Sistem Struktur

Pada konsep struktur bangunan ini (Gambar 5.17), penulis menggunakan

sistem struktur baja yang diperkuat dengan sistem core untuk menahan gaya

horizontal berupa tekanan angin dan getaran gempa. Sedangkan pada struktur atap

ini menggunakan struktur rangka baja bentang lebar, penerapan struktur atap ini

hanya pada massa pertama fungsi pusat perbelanjaan. Dikarenakan paada massa

pertama ini terdapat fungsi akustik yang bebas dari kolom. Sedangkan pada

struktur lantai ini saya menggunakan struktur plat dua arah dengan kondisi

tumpuan berupa plat di atasbalok yang ditumpu kolom.

Keselamatan dan keamanan bagi seseorang dapat didefinisikan sebagai suatu

keadaan yang bebas dari bahaya serta selamat dari kecelakaan atau bencana, dapat

memberikan perlindungan secara menyeluruh baik secara psikis atau fisik. Safety alias

keamanan mungkin menjadi sebuah faktor yang sering terlupakan seiring dengan

pertumbuhan ekonomi dan kemajuan taraf hidup saat ini. Arsitek sebagai perancang atau

(51)

pentingnya sisi keamanan dalam sebuah bangunan. Desain/ rancangan bangunan yang

aman yaitu desain yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang mungkin

timbul dalam lingkungan bangunan dan mencegah timbulnya bencana dari sistem dan

bahan bangunan.

Bangunan suatu gedung terdiri dari tiga komponen yaitu struktur, arsitektur dan

ME (Mekanikal dan Elektrikal). Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan harus ada

koordinasi untuk menghasilkan suatu bangunan yang kuat, stabil, serta mempunyai nilai

estetika yang baik. Sekuat apapun bangunan dan seindah apapun bangunan, jika tidak

ditunjang dari sistem ME (Mekanikal dan Elektrikal) maka bangunan tersebut tidak ada

fungsinya. Sistem ME yang diterapkan pada bangunan komersial campuran ini

diantaranya terdiri dari sistem plumbing, sistem pemadam kebakaran, sistem lift, sistem

elektrikal, sistem penangkal petir, sistem fire alarm, sistem telepon, dan sistem CCTV.

Perancangan pencegahan kebakaran dirancang untuk menghindari terjadinya

kebakaran pada suatu bangunan terkait pada keamanan penghuni bangunan. Sistem

pencegahan tersebut diantaranya dengan sistem hidran dan sprinkle yang direncanakan

dan diperhitungkan pada setiap luas bangunan tertentu.

Sistem pengendalian kebakaran sangat bergantung pada kondisi fisik dari tapak.

Cara penataan tapak disekeliling bangunan tersebut, harus memperhatikan beberapa hal

antara lain; sumber air, jalan lingkungan serta lapisan perkerasan dan jalur masuk.

Sumber air berupa hidran, reservoir air ini diletakkan pada tapak yang dekat dengan jalan

(52)
[image:52.595.191.434.83.444.2]

Gambar 5.18 Perencanaan Sistem Pencegahan Kebakaran

Pada skenario awal perencanaan sistem kebakaran ini, jalur sirkulasi dari jalan

Tembakau Deli yang terbebas dari kemacetan dan direncanakan cukup lebar dengan

perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran dan memudahkan

operasi pemadaman. Perencanaan lapisan perkerasan dan jalur masuk pemadam

kebakaran ditempatkan sedemikian rupa dengan memenuhi standar ketentuan teknis

pengamanan yang telah ditetapkan.

Perkerasan untuk pemadam kebakaran

(53)

BAB VI

SCHEMATIC DESIGN PHASE

Pada tahap rancangan skematik atau pra-rancangan ini berdasarkan konsep

rancangan yang paling tepat dan memenuhi program perancangan, arsitek menyusun

bentuk gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Pada bab-bab

sebelumnya telah dibahas mengenai tema yang diambil serta gaya arsitektural yang

berhubungan dengan tema “Fluidity Geometry of Water in Motion”. Penerapan tema

organik pada bangunan ini terdiri dari beberapa ide utama yaitu bentuk bangunan dan

kulit bangunan serta perancangan tapak yang terintergrasi, serta prinsip keberlanjutan.

Bentuk adalah suatu media komunikasi untuk menyampaikan arti yang dikandung oleh

bentuk itu sendiri atau untuk menyampaikan pesan tertentu dari arsitek kepada

masyarakat sebagai penerima. Salah satu ciri dari bangunan organik dengan bentuk

metafora yaitu bangunan yang didesain mengikuti bentuk-bentuk alam dengan

karakteristik utamanya yakni bentuk melengkung atau meliuk-liuk. Pada perancangan

tapak ini, penulis menerapkan bentuk metafora dari alam berupa tetesan air dan aliran

sungai yang kemudian ditransformasikan ke dalam dua massa podium yang memiliki

fungsi sebagai ruang publik serta tower yang terletak pada podium .

Gambar 6.1 Konsep Utama Rancangan

Drops of water River flow Fludity Geometry of

(54)

Gambar 6.2 Transformasi Konsep Rancangan

Bangunan dan tapak perancangan ini terhubung dengan harmonis seolah-olah

adanya pergerakan air sungai yang mengalir dari bangunan ke tapak perancangan dan

menuju ke sungai. Unsur-unsur organik metafora dapat dilihat pada perubahan,

pergerakan fisik dari komponen bangunan, struktur dan kulit bangunan, ruang yang

terbuka dan beragam, denah dengan grid yang tidak seragam. TOWER

PODIUM

TOWER

[image:54.595.123.507.83.533.2]
(55)

Menurut Edward (2001), salah satu konsep yang muncul pada arsitektur organik

kontemporer yaitu keyakinan bahwa bentuk-bentuk organik adalah bentuk yang paling

ideal untuk sebuah bangunan hijau. Bangunan dengan bentuk kurva dapat menyesuaikan

dengan hukum fisika, sebab hukum alam yang menentukan kedinamisan dari cairan,

panas, cahaya, suara dan gaya (tekanan) kebanyakan bekerja secara non-linear. Bentuk

kurva linier juga memberikan wujud atau bentuk optimum yang lebih efisien, ekonomis,

dan sesuai untuk iklim tropis dan kondisi lingkungan.

Dalam analisa aliran angin misalnya, bentuk aerodinamis yang melengkung

merespon lebih baik daripada bentuk yang linear atau kotak. Sedangkan dalam analisa

sinar matahari, hubungan antara luas permukaaan bangunan dan volume ruang

menentukan seberapa besar panas yang dapat tembus ke dalam bangunan. Bentuk

bangunan tentu memiliki kaitan dengan penerimaan panas. Penulis menerapkan bentuk

aerodinamis ini pada massa tower yang berfungsi untuk mengurangi turbulensi angin

yang seringkali terjadi di sekitar bangunan tinggi pada daerah perkotaan khususnya pada

daerah komersial pusat kota. Bentuk bangunan tower dengan bagian bawah bangunan

lebih besar dan semakin ke atas semakin melancip ini dapat mengurangi beberapa efek

negatif dari bangunan-bangunan tinggi dengan menghamburkan cahaya matahari dan

membelokkan hembusan angin yang keras. Namun dengan perletakan tapak yang

memiliki bentuk persegi memanjang ke arah utara-selatan, maka posisi bangunan ini

memiliki orientasi timur-barat. Dalam menanggapi panas matahari ini, penulis berusaha

untuk mempertahankan konsep terbuka dengan alam ini dengan menerapkan konsep

shading dan penghijauan pada perancangan bangunan maupun tapak.

Bentuk dan gaya arsitektur selalu berkaitan erat dengan sistem konstruksi dan

material yang berlaku pada masa tertentu. Pada zaman sekarang, seiring dengan

(56)

estetika bangunan. Bentuk-bentuk struktur dengan wujud alami dapat disebut sebagai

struktur metafora. Dengan menggunakan struktur atap yang menunjukkan karakteristik

organik metafora ini, penulis menggambarkan pergerakan aliran air seperti ombak,

sehingga bangunan ini seolah-olah merupakan elemen sungai itu sendiri. Bentuk atap ini

mengalir dari massa podium depan yang mengalir ke massa podium belakang.

Selain struktur, arsitektur organik dapat diekspresikan melalui material yang

digunakan. Material yang dipilih antara lain adalah material yang dapat memproduksi

bentuk bebas atau bentuk plastis. Material yang penulis aplikasikan dalam perancangan

kulit bangunan ini adalah material GRC (Glass Reinforced Cement).8 Material ini mudah

diaplikasikan serta mampu membentuk detail yang rumit, sehingga sangat memudahkan

untuk membentuk kulit bangunan dengan bentuk metafora yang diterapkan dalam

perancangan ini. GRC memiliki bentuk tipis serta pemasangan yang mudah sehingga

mengurangi biaya pengangkutan dan pemasangan. GRC merupakan material yang tahan

cuaca, tahan api, tahan korosi, tidak berjamur dan anti rayap. Kemudahan pemasangan

adalah hal penting dari GRC, Sistem pemasangan GRC ini umumnya menggunakan

rangka Stud Frame, yaitu rangka besi penahan beban yang dapat dipasanga terlebih

dahulu, kemudian panel-panel GRC yang telah dilengkapi fitting-fitting dipasangkan

pada rangka besi tersebut.

Dengan karakter bentuk bangunan yang kurvalinear, arsitektur organik dapat

membawa manfaat dari segi efisien energi. Perancangan dengan konsep organik ini

didesain dengan kesadaran ekologi untuk menciptakan arsitektur yang ramah lingkungan.

Namun, pentingnya untuk memperhatikan fungsi juga selain dilih

Gambar

Gambar 5.1 Skenario Awal Perancangan Tapak
Gambar 5.2 Revisi Rancangan Tapak
Gambar 5.3  Konsep Sirkulasi
Gambar 5.4 Revisi Konsep Sirkulasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan pendidikan karakter mengupayakan agar individu-individu memiliki karakter, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan

Resilience Membangun keterkaitan dan manfaat antarkota dan desa-kota Membangun IDENTITAS PERKOTAAN INDONESIA berbasis karakter fisik, keunggulan ekonomi, budaya lokal Kota

Kesepian merupakan pengalaman subjektif dan tergantung pada interpretasi individu terhadap suatu kejadian.Berdasarkan hasil penelitian, lansia yang di tinggal pasangan di

Hatay ANTALYA ﻪﻴﻟﺎﺘﻧﺁ Sancak Mrk.. Ş imdi Arnavutluk’ta Dirin nehri kenar ı nda bir nahiyedir. Arnavutluk fetholundu ğ unda bu aile Müslüman olmu ş tur..

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian faktor tunggal pupuk Organik menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan yaitu pada perlakuan

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pelaksana

emphaty ) mempunyai pengaruh positip signifikan terhadap kepuasan pelanggan. 6) juga menunjukkan temuan bukti bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan