Kegiatan karakterisasi padi lokal Provinsi Riau bertujuan untuk mengetahui sifat jenis-jenis padi lokal di Provinsi Riau, baik itu dari sifat-sifat vegetatif maupun generatif tanaman padi serta sebagai upaya pelestarian benih padi lokal sebagai sumber daya genetik padi yang ada di Provinsi
Riau. Kegiatan karakterisasi dilakukan secara ek-situ di BPTP Riau dan terbagi menjadi dua bagian
yaitu : 1) padi lokal dari beberapa Kabupaten di Provinsi Riau, dan 2) karakterisasi padi lokal lahan pesisir khusus dari Kabupaten Kepulauan Meranti.
Pada kegiatan 1, jumlah aksesi padi lokal yang diujicobakan sebanyak 51 aksesi yang berasal dari 8 (delapan) kabupaten/kota di Provinsi Riau dengan rincian sebagai berikut :
1. Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 8 aksesi 2. Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 6 aksesi 3. Kabupaten Pelalawan sebanyak 12 aksesi 4. Kabupaten Kuantan Singingi sebanyak 6 aksesi 5. Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 8 aksesi 6. Kotamadya Dumai sebanyak 3 aksesi 7. Kabupaten Bengkalis sebanyak 3 aksesi 8. Kabupaten Bengkalis sebanyak 5 aksesi
Seluruh aksesi padi lokal tersebut merupakan hasil dari survei sumberdaya genetik padi lokal di provinsi Riau oleh tim dari Balai Besar Tanaman Padi dan BPTP Riau pada tahun 2014. Pada kegiatan yang kedua karakterisasi dikhususkan pada jenis-jenis padi lokal lahan pesisir dari Kabupaten Kepulauan Meranti. Jumlah aksesi padi yang akan dikarakterisasi sebanyak 73 aksesi yang seluruhnya merupakan koleksi dari BPTP Riau.
Kegiatan karakterisasi dimulai dengan persiapan media tanam dan penyemaian benih. Media tanam berupa tanah lumpur yang dicampur dengan pupuk kandang dan dimasukkan ke dalam ember dan disusun sesuai dengan jumlah aksesi padi.
Penyemaian benih dilakukan pada ember untuk padi lokal beberapa kabupaten dan gelas plastik untuk padi lokal lahan pesisir. Benih yang disemai satu jenis aksesi untuk setiap ember atau gelas plastik untuk mencegah tercampurnya benih antara aksesi yang satu dengan aksesi yang lainnya.
Gambar 68. Penyemaian benih padi lokal (kiri) dan padi lokal lahan pesisir (kanan)
Kegiatan penanaman dilakukan pada umur bibit ± 19 hari setelah semai (HSS) pada ember sebagai media tanam.
Setelah penanaman dilakukan, tahapan selanjutnya adalah perawatan tanaman yang terdiri dari pemupukan, penyiraman tanaman, pengendalian hama dan penyakit dan pengendalian gulma. Pemupukan dilakukan pada umur 7 Hari Setelah Tanam (HST) menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCl dengan dosis masing-masing sekitar 1 gr; 0,5 gr; dan 0,5 gr. Pengendalian guma dilakukan secara manual dengan cara mencabut rumput-rumput yang tumbuh di sekitar tanaman padi. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara bertahap dan bersifat pencegahan menggunakan insektisida dan fungisida mulai dari umur tanaman sekitar 20 HST.
Pengamatan karakterisasi tanaman dilakukan berdasarkan buku panduan sistem karakterisasi dan evaluasi tanaman padi yang diterbitkan oleh Komisi Nasional Plasma Nutfah tahun 2003. Pengamatan dilakukan pada 4 tanaman untuk setiap jenis varietas tanaman padi yang diujikan.
Gambar 69. Pengamatan karakterisasi tanaman padi
Kegiatan eksplorasi dan karakterisasi pada beberapa jenis sumberdaya lokal di Kebun Koleksi Plasma Nutfah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan. Dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis tanaman lokal yang ada di Kebun Koleksi Plasma Nutfah tersebut serta koordinasi awal dengan pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Plasma Nutfah. Hasil dari koordinasi dan eksplorasi pada Kebun plasma nutfah Pelalawan memiliki 47 jenis tanaman lokal khas Pelalawan dan pada saat ini beberapa jenis tanaman telah dilakukan pembibitan yang nantinya dapat digunakan oleh BPTP Riau sebagai bahan koleksi pada saat pembuatan kebun koleksi milik BPTP Riau di KP Siak.
Gambar 70. Karakterisasi Tanaman di Kebun Koleksi Plasma Nutfah Pelalawan
Uji daya hasil padi lokal pesisir potensial dari Kabupaten Kepulauan Meranti dilaksanakan di Desa Segomeng, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti. Jenis-jenis padi lokal yang diujicobakan sebanyak 70 aksesi padi lokal lahan pesisir yang juga berasal dari Kabupaten Kepulauan Meranti. Jenis-jenis padi lokal yang diujicobakan sebanyak 70 aksesi padi lokal lahan
pesisir pada lahan seluas ± 1.000 m2 .
Persiapan lahan meliputi beberapa tahap kegiatan, yaitu : pembersihan lahan, pengolahan tanah dan aplikasi dolomit. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara menyemprot gulma/rumput yang ada di lahan dengan menggunakan herbisida, setelah gulma dan rumput yang ada dipertanaman mati kering, selanjutnya dilakukan penebasan menggunakan parang untuk mempermudah proses pengolahan tanah.
Proses pengolahan tanah dilakukan menggunakan cangkul, lahan dicangkul tidak terlalu dalam, hanya untuk membenamkan/membalikkan gulma yang sudah ditebas, selain itu juga untuk mence gah tercangkulnya lapisan pirit yang dapat meracuni tanaman. Setelah pengolahan tanah selesai, dilanjutkan dengan aplikasi dolomit/pengapuran dengan dosis 2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah.
Gambar 72. Proses pengolahan tanah dan aplikasi dolomit
Penyemaian dilakukan pada lahan yang akan ditanami, dengan cara membuat bedengan sebagai tempat semainya, hal ini dilakukan untuk mencegah benih yang baru di semai hilang ataupun tercampur antara aksesi yang satu dengan aksesi yang lainnya karena laha tergenang pada saat hujan. Tingginya bedengan dibandingkan lahan disekitarnya dapat meminimalisir hal yang tersebut di atas. Setelah bedengan selesai dibuat, kemudian benih disebar berdasarkan jenis aksesinya dan antara satu aksesi dengan aksesi yang lainnnya diberi jarak dan batas kayu untuk mencegah tercampurnya dengan aksesi yang lain dan diberikan kode penomoran sesuai dengan kode aksesi yang telah ditentukan. Persemaian diberi pagar keliling untuk mencegah serangan hama tikus dan pada permukaan persemaian diberikan jerami untuk mencegah curahan air hujan sampai bibit mulai tumbuh dan perakarannya sudah mulai kuat (umur 7 HSS). Pengecekan dan perawatan bibit dilakukan untuk mencegah serangan dari hama penyakit pada bibit dan dilakukan sampai bibit siap untuk ditanam sekitar umur 4 minggu.
Gambar 73. Persemaian benih padi lokal lahan pesisir
Penanaman padi lokal lahan pesisir dilakukan pada awal bulan November 2017 pada saat umur bibit sekitar 30 hari setelah semai (HSS). Penanaman padi dilakukan menggunakan tugal untuk membantu membuat lubang tanam, mengingat tanah dilokasi kegiatan cukup keras. Sebelum penanaman dilakukan, terlebih dahulu dilakukan persiapan plot-plot perlakuan untuk mencegah tercampurnya jenis-jenis aksesi tanaman padi yang berbeda pada satu plot perlakuan dimana setiap plot perlakuan berukuran 1 m x 5 m, jarak antar plot sekitar 40 cm dan jarak antar ulangan sekitar 60 cm. Jumlah plot perlakuan yang dibuat sebanyak 50 plot perlakuan dengan tiga ulangan.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyisipan tanaman yang mati, pemupukan tanaman, pengendalian gulma dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pengamatan karakterisasi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST). Pengamatan pada umur 30 HST dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan fase vegetatif setiap jenis aksesi tanaman yang diuji cobakan yang meliputi parameter tinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur tanaman 30 HST.