• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN HUKUM BANK DENGAN NASABAH

A. Bank Sebagai Lembaga Pemberi Kredit

1. Pengertian Bank

Menurut kamus istilah hukum Fockema Andrea, yang dimaksud dengan bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubung dnegan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.45

Berdasarkan Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak. Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bank dalam setiap hukum perbankan di Indonesia sebagai intermediary bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana.46

Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan simpanan , sedangkan penyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan kredit . Kesimpulan ini mengandung suatu

45

H. Budi Untung,Op.Cit.,, hal. 13

46

konsep[1 dasar dari sistem perbankan di Indonesia bahwa dana masyarakat yang ditempatkan pada lembaga perbankan disebut simpanan , tetapi dana bank yang ditempatkan pada masyarakat disebut kredit .

Dengan demikian bank merupakan suatu badan usaha yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Pemberian kredit dilakukan dengan modal sendiri atau dengan dana pihak ketiga yang disimpan di bank maupun dengan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

Bank memberikan kredit dengan cara menciptakan alat pembayaran dari yang tidak ada. Maksud pinjaman yang diberikan bank tidak dibebankan kepada saldo nasabah, sehingga walaupun bank memberikan kredit namun jumlah saldo nasabah tidak berkurang.

Umumnya permintaan kredit lebih besar dari saldo uang nasabah yang tidak ditarik, sehingga bank bersedia melepaskan kredit melebihi saldo nasabah dengan cara menciptakan uang giral dengan membentuk rekening koran A. Hahn dalam bukunya membedakan bank atas dua jenis yakni:47

a. Bank Primer, yaitu bank yang bertugas dalam pemindabukuan alat-alat pembayaran yang dipercayakan oleh pihak ketiga, contohnya bank sentral dan bank umum.

b. Bank Sekunder, yaitu bank hanya bertugas sebagai perantara dalam pemberian pinjaman, contohnya bank tabungan dan bank lain yang tidak menciptakan uang giral.

47

2. Jenis-Jenis Bank

a. Dilihat dari bidang usahanya

Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 disebutkan, bank menurut jenisnya dibagi 2 yakni:48

1) Bank Umum

2) Bank Perkreditan Rakyat Ad.1 Bank Umum

Hal ini dijabarkan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 yang mengemukakan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Yang dimaksud dengan usaha perbankan secara konvensional adalah usaha perbankan memberi kredit kepada nasabah baik perorangan maupun perusahaan.49 Makna usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah dijabarkan dalam Pasal 1 angka 13 Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, yakni prinsip Prinsip Sya riah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembayaran berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal

48

Sentosa Sembiring,Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 2008, hal. 3.

49

berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank (ijarah wa iqtina).

Pasal 6 Undang-undang Perbankan menyebutkan Usaha Bank Umum meliputi:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2. Memberikan kredit;

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

c. Kertas perbehandaraan Negara dan surat jaminan pemerintah; d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);

e. Obligasi

f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

6. Memindahkan dana pada, menjamin dana dari, atau meminjamkan dana bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga;

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak laim berdasarkan suatu kontrak;

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan perUndang-undangan yang berlaku

Menurut Pasal 7 Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, selain melakukan kegiatan usaha pokok sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, Bank Umum dapat pula melakukan atau menjalankan usaha tambahan namun dengan izin khusus Menteri Keuangan. Usaha-usaha tambahan yang dapat diijinkan Bank Umum meliputi:

1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank antara perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan

Ad.2 Bank Perkreditan Rakyat

Berdasarkan pasal 1 angka 4 Undang-undang Perbankan, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sedangkan usaha Bank Perkreditan Rakyat Rakyat dijabarkan dalam Pasal 13, yakni meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. Selanjutnya dalam Pasal 14 dikemukakan Bank Perkreditan Rakyat dilarang:

a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;

b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing; c. Melakukan penyertaan modal;

d. Melakukan usaha perasuransian;

e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13.

2) Dilihat dari kepemilikannya

Dilihat dari kepemilikannya bank dapat dibagi dalam 2 golongan yakni:50 1. Bank Milik Pemerintah (Negara) artinya modal bank yang bersangkutan

berasal dari Pemerintah. 2. Bank Milik Swasta:

a. Swasta Nasional, artinya modal bank ini dimiliki oleh orang atau pun badan hukum Indonesia;

b. Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimiliki oleh Warga Negara Asing dan atau Badan Hukum Asing. Dalam hal ini ada kemungkinan bank ini merupakan kantor cabang dari Negara asal bank yang bersangkutan.

c. Di samping kedua jenis bank ini, dalam dunia perbankan pun dikenal pula apa yang disebut dengan Bank Campuran.

50

Bank Campuran adalah adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih banyak yang berkedudukan di luar negeri.

3) Dilihat dari segi operasional

Dilihat dari ruang lingkup operasional bidang usahanya, maka bank dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni :51

a. Bank Devisa, artinya bank yang memperoleh surat penunjukkan dari Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.

b. Bank Nondevisa, artinya Bank yang tidak dapat melakukan usaha di bidang transaksi valuta asing.