• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Sebaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota

Pematangsiantar

Pendidikan adalah suatu peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia itu sendiri dalam konsep pengembangan wilayah merupakan salah satu pilar selain sumberdaya alam dan teknologi. Keterbatasan sumberdaya alam bagi eksploitasi pembangunan sudah merupakan pilihan yang dikaji secara hati-hati karena sudah semakin menipisnya cadangan sumberdaya alam dan resiko perusakan lingkungan. Penggunaan teknologi sebagai alat pembangunan juga membutuhkan sumberdaya manusia yang dapat mengembangkan dan menggunakan teknologi untuk pembangunan. Oleh karenanya suatu wilayah atau

negara yang mempunyai keinginan untuk maju harus mengutamakan pendidikan bagi negaranya.

Demikian juga dengan kota Pematangsiantar sebagai salah kota yang semakin berkembang menjadi pusat perdagangan, jasa, dan pengangkutan perlu dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas. Pendidikan perlu mendapat prioritas dalam upaya pembangunan kota Medan. Pendidikan yang menggali potensi wilayah kota Pematangsiantar perlu dikembangkan. Pendidikan yang menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di dunia usaha dan dunia industri.

Salah jenis pendidikan yang sesuai adalah pendidikan kejuruan (vokasi). Pendidikan kejuruan dalam arti luas sebenarnya adalah pendidikan yang membekali para lulusannya dengan materi keterampilan dan keahlian. Pendidikan kejuruan memberikan materi pelatihan kepada pesertanya yang berhubungan langsung dengan jenis pekerjaan yang ada dan dibekali dengan kompetensi akademik, penalaran dan keterampilan khusus sehingga memberikan kontribusi bagi pembentukan masyarakat yang produktif dan peningkatan taraf ekonomi.

Secara umum gambaran pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pematangsiantar tidak menyebar secara rata. Jumlah unit SMK di Kota Pematangsiantar sebanyak 36 unit SMK yang terdiri dari 3 SMK Negeri dan 33 SMK Swasta, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13. Jumlah Unit SMK Negeri dan SMK Swasta di Kota Pematangsiantar pada Tahun 2010

No Kecamatan Negeri (unit) Swasta (Unit) Jumlah (Unit) 1 Siantar Marihat 0 4 4 2 Siantar Marimbun 0 4 4 3 Siantar Selatan 0 7 7 4 Siantar Barat 0 7 7 5 Siantar Utara 1 4 5 6 Siantar Timur 1 6 7 7 Siantar Martoba 1 0 1 8 Siantar Sitalasari 0 1 1 Jumlah 3 33 36

Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2011

Pemerintah Kota Pematangsiantar hanya mendirikan SMK sebanyak 3 unit yang masing-masing 1 unit terdapat di Kecamatan Siantar Utara, Kecamatan Siantar Timur dan Kecamatan Siantar Martoba, sedangkan pihak swasta mendirikan SMK sebanyak 33 unit yaitu 4 unit SMK di Kecamatan Marihat, 4 unit SMK di Keamatan Marimbun, 7 unit SMK di Kecamatan Siantar Barat, 4 unit SMK di Kecamatan Siantar Utara, 6 unit SMK di Kecamatan Siantar Timur, dan 1 unit SMK di Kecamatan Siantar Sitalasari.

Uraian di atas menunjukkan bahwa sebaran SMK di Kota Pematangsiantar cenderung berada pada pusat Kota Pematangsiantar yakni Kecamatan Siantar Selatan, Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Timur dan Kecamatan Siantar Utara. Sedangkan Kecamatan Siantar Martoba hanya memiliki 1 unit SMK Negeri dan Kecamatan Siantar Sitalasari memiliki I unit SMK Swasta.

Berdasarkan jumlah usia anak Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu usia antara 15-19 tahun di Kota Pematangsiantar dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan SMA/SMK di Kota Pematangsiantar, sedangkan ketersediaan SMA/SMK dapat diperoleh dari

Kantor Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar. Hasil analisis kebutuhan dan ketersediaan SMA/SMK di Kota Pematangsiantar dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14. Ketersediaan dan Kebutuhan SMA/SMK Berdasarkan Jumlah

Anak Usia 15-19 tahun

Kecamatan Jumlah anak

usia 15—19 tahun (jiwa) Ketersediaan SMA/SMK (jumlah) Kebutuhan SMA/SMK (jumlah) Keterangan Siantar Marihat 2839 7 5 +2 Siantar Marimbun 1930 8 3 +5 Siantar Selatan 2665 12 4 +8 Siantar Barat 6136 13 10 +3 Siantar Utara 6650 8 11 -3 Siantar Timur 6786 14 11 +3 Siantar Martoba 3546 3 6 -3 Siantar Sitalasari 2917 2 5 -3 Jumlah 33469 67 55

Ket: Nilai terbesar – nilai terkecil jumlah anak usia 15-19 tahun menghasilkan range 4856 selanjutnya nilai range 4856 dibagi dalam 8 (kecamatan) sehingga diperoleh selisih 607 jiwa untuk masing-masing per SMA/SMK per kecamatan. Sehingga dapat diperoleh kebutuhan SMA/SMK masing-masing kecamatan

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa sebaran SMA/SMK di Kota Pematangsiantar belum merata berdasarkan jumlah anak usia sekolah SMA/SMK dan menunjukkan Kecamatan Siantar Utara, Kecamatan Siantar Martoba dan Kecamatan Siantar Sitalasari masih kekurangan 3 sekolah SMA/SMK sehingga perlu ada peran Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk mengembangkan SMK di wilayah kecamatan tersebut berdasarkan potensi wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya sebaran SMK di tiap kecamatan Kota Pematangsiantar dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4. 8. Sebaran SMK di Kota Pematangsiantar SMK 1 Unit (Negeri 1 dan Swasta 0 ) SMK 4 Unit (Negeri 0 dan Swasta 4 ) SMK 4 Unit (Negeri 0 dan Swasta 4 ) SMK 1 Unit (Negeri 0 dan Swasta 1 ) SMK 7 Unit (Negeri 0 dan Swasta 7 ) SMK 7 Unit (Negeri 0 dan Swasta 7 ) SMK 5 Unit (Negeri 1 dan Swasta 4 ) SMK 7 Unit (Negeri 1 dan Swasta 6 ) SEBARAN SMK

4.3. Pengembangan SMK berbasis Potensi Wilayah (Sektor Basis)

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi dalam PDRB yang dapat digolongkan ke dalam sektor-sektor basis dan non basis. LQ merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di Kota Pematangsiantar terhadap besarnya peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi Sumatera Utara.

Nilai LQ > 1 berarti bahwa peranan suatu sektor di Kota lebih dominan dibandingkan sektor di tingkat Provinsi dan sebagai petunjuk bahwa Kota surplus akan produk sektor tersebut. Sebaliknya bila nilai LQ < 1 berarti peranan sektor tersebut lebih kecil di kota dibandingkan peranannya di tingkat Provinsi.

Nilai LQ dapat dikatakan sebagai petunjuk untuk dijadikan dasar untuk menentukan sektor yang potensial untuk dikembangkan, karena sektor tersebut tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di dalam daerah, akan tetapi dapat juga memenuhi kebutuhan di daerah lain atau surplus.

Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Pematangsiantar dari kurun waktu tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) Kota Pematangsiantar Tahun 2007-2010 No Sektor 2007 2008 2009 2010 Rata-rata 1 Pertanian 0.1584 0.1494 0.1425 0.1363 0.1467

2 Pertambangan dan Penggalian 0.0196 0.0184 0.0181 0.0170 0.0183

3 Industri Pengolahan 0.5630 0.5725 0.5672 0.5516 0.5636

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.6892 1.6479 1.6162 1.5499 1.6258 5 Bangunan 1.3627 1.2734 1.1603 1.1999 1.2491 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.5856 1.6506 1.7086 1.7507 1.6739 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.9078 1.8478 1.7997 1.7174 1.8182 8 Keuangan dan Jasa Perusahaan 1.8479 1.8014 1.8264 1.7788 1.8136 9 Jasa-jasa 1.4183 1.3495 1.3122 1.2854 1.3413

Berdasarkan Tabel 4.15. dari hasil perhitungan indeks Location Quotient PDRB Kota Pematangsiantar selama periode pengamatan tahun 2007-2010, maka dapat teridentifikasikan sektor-sektor basis dan non basis, dimana menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam) sektor basis di Kota Pematangsiantar, yaitu: sektor listrik, gas dan air bersih denan LQ rata-rata sebesar 1,6258, sektor bangunan dengan LQ rata-rata sebesar 1,2491, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan LQ rata-rata sebesar 1,6739, sektor pengangkutan dan komunikasi dengan LQ rata-rata sebesar 1,8182, sektor keuangan dan jasa perusahaan dengan LQ rata-rata sebesar 1,8136, dan sektor jasa-jasa dengan LQ rata-rata sebesar 1,3413.

Hasil ini menunjukkan sektor listrik, gas dan air, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar dan diprioritaskan dalam pembangunan SMK berbasis potensi wilayah sektor basis. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan prioritas pertama dalam pengembangan SMK berbasis potensi wilayah sektor basis karena memiliki niai rata-rata LQ paling tinggi yaitu 1,8182 kemudian disusul sektor keuangan dan jasa perusahaan dengan nilai rata-rata LQ = 1,8136 dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata LQ = 1,6739. Pembangunan SMK berbasis sektor pengangkutan dan komunikasi dapat dilakukan dengan membangun SMK Tehnologi Informatika.

Basis ekonomi dari sebuah komunitas dari aktivitas-aktivitas yang menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja basis yang menjadi tumpuan perekonomian, sehingga diperlukan SMK yang sesuai dengan potensi wilayah agar dapat bersaing dalam era globalisasi dan kelulusan siswa memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam potensi wilayah tersebut yang konsekuensinya dapat memiliki pekerjaan sesuai dengan potensi wilayah dan menciptakan peluang kerja sesuai dengan potensi wilayah.

Dokumen terkait