• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2.5. Sebaran spasial karang keras berdasarkan variabel fisik-biologi

Berdasarkan hasil Analisa Faktorial Koresponden Stasiun Pengamatan 2 dan 4, dicirikan dengan adanya arus. Apabila dilihat dari letaknya, antara ke-2 stasiun ini saling berjauhan sehingga kecepatan arus rata-rata yang mempengaruhi ke-2 stasiun akan berbeda pula. Stasiun Pengamatan 4 terletak di sebelah barat pulau yang cenderung berombak besar dan mempunyai arus besar (4 cm/dtk). Stasiun ini dicirikan dengan spesies Hydnophora rigida, Podabcia crustacea dan

Montipora venosa. Ke-2 spesies terakhir mempunyai bentuk pertumbuhan awal encrusting (mengerak), sehingga cocok untuk daerah berarus deras. Morton

(1990) menyatakan pertumbuhan Synaraea lichen yang bermula dari bentuk mengerak banyak ditemukan di perairan dangkal yang berarus kuat dan berombak besar. Jenis Montipora venosa adalah jenis karang yang mempunyai bentuk awal mengerak yang kemudian akan berkembang menjadi bentuk foliosa. Karang dengan tipe ini biasanya mempunyai bentuk melebar, sehingga akan lebih efisien dan optimal dalam menangkap sinar matahari sebagai adaptasi pada lingkungan dengan kecerahan rendah. Hydnophora rigida sebenarnya bukan merupakan spesies dominan, karena spesies jenis ini hanya terdapat dijumpai di Stasiun Pengamatan 1.

Berdasarkan Analisa Faktorial Koresponden Stasiun Pengamatan 2 dicirikan P. lobata dan Acropora minuta. Karang jenis A. minuta hanya ditemui di Stasiun Pengamatan 2, terutama di daerah reef crest, karena mempunyai bentuk pertumbuhan mengerak maka jenis karang ini akan tahan terhadap gempuran ombak dan arus (Veron, 2000). Sedangkan P. lobata mempunyai distribusi yang luas, ditemukan dari daerah reef flat hingga reef slope.

Apabila dilihat dari similaritasnya Stasiun Pengamatan 2 dan 4 memiliki kesamaan, sehingga bergabung menjadi 1 kluster. Kesamaan yang paling mencolok apabila dilihat dari topografi dasar perairan, karena kedalaman maksimal karang yang hidup pada ke-2 stasiun hampir sama, yaitu 7,33 m dan 6,33 (Gambar 7 dan 9). Kondisi kedalaman yang hampir sama ini memungkinkan karakteristik atau bentuk pertumbuhan karang memiliki kesamaan.

Stasiun Pengamatan 3 yang terletak diantara Stasiun Pengamatan 2 dan 4 memiliki ciri karakteristik habitat sedimentasi. Dari hasil Analisa Faktorial

Koresponden karang yang mencirikan stasiun ini adalah Porites lutea, Galaxea

fascicularis dan Cyphastrea chalcidicum. Pada Stasiun Pengamatan 3 ini banyak

sekali ditemukan jenis karang massive terutama jenis Porites yang membentuk mikro atol di daerah reef flat. Dasar perairan stasiun ini relatif sangat curam (Gambar 8) dengan kedalaman maksimum karang yang dapat ditemui hinga 10 m. Laju sedimentasi akan relatif bertambah seiring dengan kedalaman suatu perairan, disamping dipengaruhi pula oleh adanya arus dan turbulensi (Roger, 1990 dalam Tomascik et al., 1997). Galaxea fascicularis adalah salah satu karang yang dapat bertahan di daerah sedimentasi tinggi, dengan polip besar dan tentakel yang selalu aktif bergerak, karang ini mempunyai kemampuan menolak masuknya sedimen kedalam polipnya. Porites spp adalah salah satu kelompok karang yang berada dilingkungan berarus dan mempunyai kemampuan menolak sedimen. Menurut penelitian Porites selalu mengeluarkan mukus dari tubuhnya sehingga sedimen tidak dapat masuk kedalam polipnya. Hal ini didukung adanya arus yang membersihkan mukus yang telah kotor oleh sedimen kedalam perairan.

Berdasarkan hasil Analisa Faktorial Koresponden, Stasiun Pengamatan 1 dan 7 memiliki kontur dasar perairan yang landai, sehingga spesies karang yang ditemukan di stasiun ini tumbuh dengan cara memperluas koloni secara horisontal. Karena kedua stasiun ini berhadapan dengan pulau maka pengaruh ombak dan angin dapat diredakan, membuat pergerakan air relatif lambat dengan kecepatan arus sedang (3,33 cm/dtk). Berdasarkan hasil Analisa Faktorial Koresponden lifeform karang yang mempunyai preferensi lingkungan seperti ini adalah Acropora bercabang dan karang yang bersifat massive. Walaupun kedua

stasiun ini menghadap pulau akan tetapi pada Stasiun Pengamatan 7 akan langsung berhadapan dengan angin yang bertiup dari arah timur laut ketika musim barat tiba. Perairan di Stasiun Pengamatan 7 akan keruh sekali, apalagi substrat yang mendominasi stasiun ini adalah pasir berlumpur. Karang penciri untuk stasiun ini adalah Goniopora stokesi dan Pectinia paeonia.

Goniopora stokesi adalah jenis karang yang hidup bebas dengan tentakel

berwarna (Suharsono, 1996), tentakel ini secara efektif membersihkan sedimen dari polip, sedangkan Pectinia paeonia mempunyai bentuk petumbuhan foliosa, sehingga mampu mengurangi penumpukan sedimen dari tubuhnya. Pectinia spp,

Turbinaria spp dan Echinopora spp, merupakan kelompok karang yang

mempunyai kapabilitas menolak sedimentasi yang terjadi di dalam laguna yang mempunyai laju sedimentasi tinggi akibat pengaruh arus dan turbulesi (Tomascik

et al., 1997). Sebaliknya ketika musim sudah tidak berangin lagi, maka Stasiun

Pengamatan 7 ini akan mempunyai kecerahan tinggi, yakni sebesar 67,5%.

Walaupun Stasiun Pengamatan 1 merupakan tempat terlindung, namun sirkulasi air akan tetap berjalan dengan baik, karena ada aliran air dari arah timur laut. Tipe Acropora aspera, maupun jenis karang bercabang lainnya sangat cocok untuk daerah ini, sebagaimana diungkapkan oleh Rosen (1971) dalam penelitiannya di Mahe, Acropora berlimpah di daerah yang masa airnya senantiasa bergerak, akan tetapi bukan di daerah pecahan ombak (surf zone), ditambahkan pula Acropora tidak dapat tumbuh secara optimal di daerah dengan kekuatan ombak maksimum. Acropora bercabang mempunyai struktur yang lebih sesuai untuk mengalirkan air dan menghadapi tekanan arus dibandingkan bentuk lain

yang terdapat di stasiun ini.

Stasiun Pengamatan 5 dan 6 terletak di sebelah utara pulau, merupakan daerah yang relatif terbuka, sehingga ombak maupun angin yang bergerak ke arah pulau tidak terhalang. Pada Stasiun Pengamatan 5, Symphyllia recta dan Acropora

nobilis adalah karang penciri di stasiun ini. Keruhnya perairan akibat tekanan arus

dan gelombang yang terus menerus membuat karang penciri mempunyai polip yang besar. Spesies dari suku Faviidae seperti Favites abdita dan Platygira

verweyi yang merupakan karang penciri di Stasiun Pengamatan 6.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, ada beberapa jenis karang yang bersifat kosmopolit, artinya karang yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan perairan. Contoh karang yang bersifat kosmopolit seperti : dari suku Faviidae : Cyphastrea chalcidicum, Favites abdita dan Platygira

BAB V

Dokumen terkait