• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3. Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Sedimen

4.5.1. Sebaran Ukuran Siput Gonggong

arus dari Teluk Klabat bagian dalam yang merupakan tempat bermuaranya beberapa Sungai besar yang membawa banyak material sedimen mengandung nutrien bagi pertumbuhan lamun dan serasah dari Mangrove yang hancur dan kandungan lumpur yang tebal juga mempengaruhi keberadaan siput gonggong di wilayah tersebut, karena lumpur yang terlalu tebal dapat mempengaruhi gerak (mobilitas) siput gonggong dalam mencari makanan dan mendapatkan pasangan sehingga pola penyebaran mengelompok siput gonggong di stasiun 8 kurang kuat (tinggi). Stasiun 12 dan stasiun 10 memiliki nilai indeks Morisita tertinggi dibandingkan dengan nilai Indeks pada stasiun lainnya. Tingginya indeks Morisita pada stasiun 12 dan stasiun 10 ini diperkirakan adanya pengaruh substrat pada stasiun 12 yang cenderung berpasir karena terletak di mulut teluk dimana pengaruh laut Natuna sangat besar dalam bentuk arus dan jenis substrat yang cenderung lebih banyak kandungan pasirnya. Kedua faktor tersebut akan dapat mengkondisikan siput gonggong untuk hidup secara berkelompok untuk dapat mempertahankan keberadaannya pada area tersebut. Menurut Sugiarti dkk (2005), siput gonggong hidup sebagai deposit feeder, mempunyai probosis yang besar untuk menyapu dan menyedot endapan di dasar perairan (Patterson J K, Raghunathan C and Ayyakkannu K, 1995).

4.5. Morfometrik

Panjang cangkang merupakan komponen terbesar diantara semua komponen morfometri kerang. Untuk jenis gastropoda dengan bentuk tubuh relatif konstan, pengukuran komponen ukuran tubuh tidak merupakan masalah dan lebih akurat dibandingkan dengan hewan akuatik lainnya yang tubuhnya elastis dan berubah-ubah.

4.5.1. Sebaran Ukuran Siput Gonggong

Siput gonggong yang berhasil dikoleksi dalam penelitian ini, dari seluruh stasiun pengamatan ( 14 Stasiun ) sebanyak 1859 individu dari berbagai ukuran cangkang dan berat total. Ukuran terkecil adalah: panjang 20,39 mm, ukuran terbesar untuk panjang adalah : 79,68 mm ( Gambar 12 ). Berat cangkang yang berhasil didapat dari penelitian ini adalah, terkecil 0,46 gr dan terbesar 55,93 gr ( WMin=0,46gr; WMaks=55,93gr ). Secara keseluruhan sebaran ukuran panjang

42 siput gonggong di Teluk Klabat terbagi dalam empat (4) kelas ukuran yaitu: terkecil berkisar antara 20,39mm–38,53mm sebanyak 267 individu per/ 40m2, ukuran sedang 38,54mm–56,68mm berjumlah 655 individu/per 40m2 dan ukuran besar 56,69mm–74,83mm sebanyak 579 individu/per 40m2, ukuran terbesar antara 74,84mm–92,98mm/per 40m2 sebanyak 358 mm/per 40m2 (Gambar 13).

Gambar 13. Grafik sebaran ukuran siput gonggong (strombus turturella) di

teluk Klabat.

Hasil pengelompokan berdasarkan ukuran panjang dan berat menggambarkan pada saat penelitian ini didominasi oleh siput gonggong berukuran besar. Hal ini dikarenakan pada bulan penelitian dilakukan adalah saat siput memijah (Mei-Juni), dan terjadi pertemuan antara siput jantan dan betina. 4.5.2. Sebaran Populasi Siput Gonggong Berdasarkan Kelas Ukuran

( panjang cangkang).

Selain menganalisis parameter fisika kimia dan sedimen sebagai variabel utama, pada Analisis Komponmen Utama yang disajikan pada Gambar 10, juga menganalisis variabel berdasarkan kelas ukuran siput gonggong, yang nantinya bermanfaat dalam menganalisis karakteristik habitat gonggong yang diketahui adanya keterkaitan dengan kondisi tempat hidupnya.

Keterkaitan hubungan tersebut dijelaskan oleh korelasi antar parameter lingkungan yang bertumpu di sumbu 1 dari hasil analisis komponen utama. Ini menunjukkan bahwa keberadaan siput gonggong sangat di tentukan oleh parameter tersebut. Pencirian dari parameter lingkungan perairan dalam hal ini ditunjukkan dengan kondisi lingkungan, habitat keberadaan siput gonggong pada saat pengamatan dilaksanakan (Gambar 14).

43 Gambar 14. Pengelompokan stasiun berdasarkan sebaran kelas ukuran

individu siput gonggong (Strombus turturella).

Dari hasil analisis CA, terbentuk tiga kelompok individu berdasarkan sebaran kelas ukuran gonggong ( Gambar 19 ). Kelompok pertama A ( ukuran 20,39-38,53 ) yang terdiri dari stasiun 2, stasiun 3 dan stasiun 5 ditandai dengan parameter pH, temperatur dan kandungan DO, serta kedalaman; kelompok B ( ukuran 38,54-56,68 ) dan kelompok C ( ukuran 56,69- 74,83 ) yang terdiri dari stasiun 2, stasiun 7 dan stasiun 9, stasiun 10 serta stasiun 13 dan stasiun 14 yang di tandai dengan parameter pH, temperatur, DO dan salinitas, TOM, lumpur, liat, serta pasir, sedangkan kelompok C ( ukuran 74,84-92,98 ) terdapat pada stasiun 1, stasiun 4, stasiun 6 dan stasiun 8 serta stasiun 11, yang ditandai dengan faktor kedalaman, pH, temperatur dan DO serta salinitas dan liat. Sebaran populasi siput gonggong (Strombus turturella) kelompok A ( 20,39-38,53 ) di stasiun 2, stasiun 3 dan stasiun 5 yang ditandai dengan pH, temperatur dan DO yang tinggi menunjukan bahwa kelompok ukuran ini dipengaruhi oleh perubahan faktor fisik-kimia perairan ( pH, temperatur dan DO ). Menurut Scott (1979), kondisi lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan somatik dan sistem reproduksi siput. Faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi perkembangan gonad adalah pakan dan suhu .

44 4.5.3. Hubungan Panjang - Berat

Hubungan panjang berat dari hewan-hewan akuatik dimaksudkan untuk menduga pola pertumbuhan dari hewan-hewan tersebut. Hubungan antara kedua komponen morfometrik tersebut dapat diestimasi melalui kecendrungan penyebaran data panjang dan berat yang diperoleh dari pengukuran komponen morfometrik. Pendugaan parameter b, koefisien hubungan panjang berat, dianalisis melalui pendekatan hubungan kuasa (power regresion).

Hubungan panjang dan berat total siput gonggong digambarkan berdasarkan persamaan model hubungan W = 0,002 L2,032 ( L=Panjang dan W=Berat ), dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,820, pola pertumbuhan siput secara keseluruhan menunjukkan pola pertumbuhan allometrik negatif ( b < 3 ), yaitu b = 2,032 ( Gambar 15 ).

Gambar 15. Kurva hubungan morfometrik panjang-berat siput gonggong (Strombus turturella) di Tl. Klabat.

Uji t (t student) terhadap koefisien b menunjukkan bahwa b lebih kecil dari 3 (allometrik negatif), dengan nilai t = 275,23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa antara laju pertumbuhan berat dan panjang total siput di Teluk Klabat , tidak seimbang (Gambar 15). Nilai b ini menunjukkan proporsi bentuk tubuh yang menggambarkan pertumbuhan panjang dan pertambahan bobot tubuh (Yulianda, 2003). Menurut Effendie (1992), pada ikan, bila nilai koefisien regresi (b) dari suatu hubungan panjang total dengan bobot tubuh terletak pada kisaran 2,5 sampai dengan 3,5, bentuk tubuh dikatakan berada dalam batas normal. Bentuk tubuh normal akan dicapai apabila terjadi keseimbangan pola

45 pertumbuhan somatik antara pertambahan panjang dan pertambahan bobot tubuh yang dikenal dengan pertumbuhan isometrik. Keseimbangan pola pertumbuhan ini dapat dilihat dari nilai b dari hubungan panjang dengan bobot tubuh. Nilai b sangat ditentukan oleh bentuk tubuh. Bentuk tubuh kubus mempunyai pertumbuhan isometrik maka nilai b sama dengan tiga (3). Bentuk tubuh siput gonggong tidak seperti kubus, melainkan seperti krucut. Nilai b pada pertumbuhan isometrik siput gonggong tidak sama dengan 3 ( b = 2,032 ), hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan siput gonggong adalah allometrik negatif.

Hasil analisa data panjang dan berat siput gonggong dapat dipisahkan menurut jenis kelamin, diperoleh hubungan panjang berat siput jantan diekspresikan sebagai W = 0,003L2,124 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,957 dan nilai b = 2,124. Dari hasil uji lanjut dengan uji t (t student) terhadap koefisien b menunjukkan bahwa nilai b kurang dari 3 (allometrik negatif) dimana t = 233,15, yang berarti bahwa antara laju pertumbuhan berat dan panjang siput jantan, tidak seimbang (Gambar 16).

Gambar 16. Kurva hubungan panjang berat siput Strombus turturella jantan

di Tl.Klabat.

Kondisi pola pertumbuhan yang berlaku pada siput jantan, berlaku pula pada siput betina. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola pertumbuhan siput gonggong betina bersifat allometrik negatif, seperti yang ditunjukkan pada persamaan model W = 0,005L 2,034 dengan nilai koefisien determinasi R2 = 0,940. Hasil uji t (t student), terhadap koefisien b, menunjukan bahwa nilai b lebih kecil dari 3 (allometrik negatif) dimana t = 133,35. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa antara laju pertumbuhan berat dengan panjang siput, tidak seimbang (Gambar 17).

46

Gambar 17. Kurva hubungan panjang berat siput gonggong (strombus

turturella) betina di Tel.Klabat

Hubungan antara komponen panjang cangkang dengan berat cangkang mengindikasikan terjadinya pertumbuhan allometrik yaitu laju pertambahan panjang cangkang tidak seiring dengan pertambahan beratnya. Hal ini terjadi selama penelitian yang berlangsung selama tiga (3) bulan pengamatan (Mei-Juni-Juli). Hasil tersebut berarti bahwa pertambahan ukuran cangkang lebih cepat bertambah dibandingkan pertambahan berat (cangkang ditambah dengan berat daging atau viscera weight).

Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan tempat hidup siput gonggong (strombus turturella) kurang mendukung (mengalami degradasi lingkungan), karena pola pertumbuhan bergantung kepada ketersediaan makanan, dimana jika makanan berlimpah maka laju penambahan berat semakin cepat dan menghasilkan pertumbuhan yang allometrik positif. Hal ini, jika dibandingkan dengan penelitian Strombidae lainnya, ada pertumbuhan yang bersifat allometrik positif (nilai b>3), seperti penelitian yang dilakukan oleh Che Cob dkk (2008), terhadap Strombus canarium di Johar, Malaysia, yang mendapatkan pola pertumbuhan allometrik positif (nilai b=3,05).

Hal yang berbeda terjadi pada siput tingkatan anakan (veliger), pola pertumbuhannya allometrik negatif (b = 2,975) dengan nilai determinasi (R2) = 0,973. Nilai koefisien regresi (b) pada tingkat anakan siput gonggong cenderung lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien regresi (b) pada siput gonggong dewasa, hal ini diperkirakan proses pertumbuhan yang hampir seimbang, terjadi pada tingkat anakan (veliger) (Gambar 18).

Dokumen terkait