• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebuah tato lain.

Dalam dokumen Dan Brown THE LOST SYMBOL (Halaman 152-157)

SMI THSONI AN MUSEUM SUPPORT CENTER ( SMSE)

BAB 23 Sebuah tato lain.

Langdon berjongkok cemas di samping telapak tangan Peter yang terbuka, dan meneliti tujuh simbol mungil yang tadinya tersembunyi di balik jari-jari tak bernyawa yang mengepal.

Tampaknya seperti beberapa angka," ujar Langdon terkejut. “Walaupun aku tidak mengenali angka-angka itu."

"Yang pertama adalah angka Romawi," kata Anderson.

"Sesungguhnya bukan, menurutku," ujar Langdon membetulkan. "Angka Romawi I -I -I -X tidak ada. Seharusnya ditulis sebagai V-I -I ."

"Bagaimana dengan yang lainnya?" tanya Sato.

"Aku tidak yakin. Tampaknya seperti delapan-delapan-lima dalam angka Arab."

"Arab?" tanya Anderson. "Kelihatannya seperti angka-angka normal."

"Angka-angka normal kita adalah angka Arab." Langdon sudah begitu terbiasa menjelaskan hal ini kepada para mahasiswanya, sehingga dia benar-benar menyiapkan kuliah mengenai semua kemajuan ilmiah yang dibuat oleh kebudayaan kebudayaan Timur Tengah awal - salah satunya adalah sistem angka modern, yang kelebihannya dibandingkan dengan angka Romawi termasuk "notasi posisi" dan penemuan angka nol. Tentu saja Langdon selalu mengakhiri kuliahnya dengan mengingatkan bahwa kebudayaan Arab juga telah mempersembahkan kepada umat manusia kata al-kuhl -

minuman favorit para mahasiswa baru Harvard - yang dikenal sebagai alkohol.

Langdon meneliti tato itu, kebingungan. "Dan aku bahkan tidak yakin mengenai delapan-delapan-lima. Tulisan lurus itu tampak tidak biasa. Mungkin itu bukan angka-angka."

"Kalau begitu, apa?" tanya Sato.

"Aku tidak yakin. Seluruh tato itu tampaknya mirip... runic."' "Artinya?" tanya Sato.

"Alfabet runic hanya terdiri atas garis-garis lurus. Hurufnya disebut rune dan sering digunakan untuk pahatan pada batu - karena garis-garis lengkung terlalu sulit untuk dipahatkan."

"Jika ini rune," ujar Sato, "apa artinya?"

Langdon menggeleng. Keahliannya hanya sampai alfabet runic paling dasar – Futhark -sistem Teutonik abad ke-3, dan ini bukan Futhark. "Sejujurnya, aku bahkan tidak yakin ini rune. Kau harus bertanya kepada seorang spesialis. Ada lusinan bentuk yang berbeda -Halsinge, Manx, Stungnar 'titik- titik' -"

"Peter Solomon anggota Mason, bukan?" tanya Sato.

Langdon terpana. "Ya, tapi apa hubungannya dengan ini?" Dia kini berdiri, menjulang di samping perempuan mungil itu.

"Kau yang tahu. Kau baru saja bilang alfabet runic

digunakan untuk dipahat di batu dan, menurut pemahamanku, Freemason asalnya adalah para tukang batu. Aku hanya menyebut soal ini karena ketika aku meminta kantorku untuk mencari hubungan antara Tangan Misteri dan Peter Solomon, pencarian mereka membuahkan satu kaitan khusus." Sato terdiam, seakan menegaskan pentingnya temuannya. "Freemason."

Langdon mengembuskan napas, memerangi dorongan untuk mengatakan kepada Sato hal yang sama yang terus- menerus dikatakannya kepada para mahasiswanya: "Google " bukanlah sinonim dari "riset". Pada masa-masa pencarian kata-kunci besar-besaran di seluruh dunia ini, tampaknya segalanya bertautan dengan segalanya. Dunia menjadi satu jaringan informasi besar yang saling berkaitan dan menjadi semakin padat setiap hari.

Langdon mempertahankan nada sabar. "Aku tidak terkejut Freemason muncul dalam pencarian stafmu. Mason adalah kaitan yang jelas antara Peter Solomon dan sejumlah topik esoteris mana pun.”

“Ya," ujar Sato, " dan ini alasan lain mengapa aku terkejut malam ini. Kau belum menyebut tentang Freemason. Bagaimanapun, kau sudah bicara soal kebijakan rahasia yang dilindungi oleh beberapa orang yang tercerahkan. I tu kedengarannya sangat khas Mason, bukan?"

"Memang... dan juga kedengarannya sangat Rosicrucian, Kibbalistis, Alumbradian, dan sejumlah kelompok esoteris lainnya mana pun."

"Tapi, Peter Solomon anggota Mason - seorang Mason yang sangat berkuasa pula. Tampaknya Freemason akan muncul dalam pikiran jika kita bicara soal rahasia. Tuhan tahu, betapa kaum Mason menyukai rahasia-rahasia mereka."

Langdon bisa mendengar nada ketidakpercayaan dalam suara Sato, dan dia tidak ingin terlibat di dalamnya. "Jika ingin mengetahui sesuatu tentang Freemason, akan jauh lebih baik jika kau bertanya kepada anggota Mason."

"Sesungguhnya," kata Sato, "aku lebih suka bertanya kepada seseorang yang bisa kupercayai."

Langdon menganggap komentar itu tolol sekaligus merendahkan. "Sebagai catatan, Maam, seluruh filsafat Mason dibangun berdasarkan kejujuran dan integritas. Kaum Mason termasuk orang-orang paling terpercaya yang bisa kau harapkan untuk kau jumpai."

"Aku sudah melihat bukti persuasif yang menyatakan sebaliknya."

Semakin lama, Langdon semakin tidak menyukai Direktur Sato. Dia menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menulis mengenai tradisi ikonografi dan simbol-simbol metaforis Mason yang kaya, dan tahu bahwa Freemason selalu menjadi salah satu organisasi yang paling banyak difitnah dan disalahpahami secara tidak adil di dunia. Walaupun sering dituduh melakukan segala hal buruk, mulai dari pemujaan setan sampai merencanakan pemerintahan satu-dunia, organisasi Freemason punya kebijakan untuk tidak pernah merespons semua kritik, sehingga mereka gampang dijadikan sasaran.

"Bagaimanapun," ujar Sato dengan nada pedas, "sekali lagi kita menemui jalan buntu, Mr. Langdon. Bagiku, tampaknya entah ada sesuatu yang kau lewatkan... atau ada sesuatu, tidak kau ceritakan kepadaku. Lelaki yang sedang kita hadapi mengatakan bahwa Peter Solomon memilihmu secara khusus.” Dia melemparkan tatapan dingin kepada Langdon. "Kurasa, sudah saatnya kita membawa percakapan ini ke markas CI A. Mungkin kita akan mendapat lebih banyak keberuntungan di sana."

Ancaman Sato hampir tidak dipedulikan oleh Langdon. Perempuan itu baru saja mengucapkan sesuatu yang

menempel di dalam benak Langdon. Peter Solomon

memilihmu. Komentar itu, dikombinasikan dengan penyebutan Freemason, membuka. pikiran Langdon secara aneh. Dia

menunduk, memandangi cincin Mason di jari Peter. Cincin itu salah satu harta milik Peter yang paling berharga - pusaka keluarga Solomon dengan simbol" phoenix berkepala dua - ikon mistis tertinggi kebijakan Mason. Emasnya berkilau dalam cahaya, memicu kenangan yang tak terduga.

Langdon terkesiap, mengingat bisikan mengerikan penculik Peter: Benar-benar belum terpikirkan olehmu, bukan? Mengapa kau terpilih?

Kini, dalam waktu satu detik yang mengerikan, pikiran- pikiran Langdon kembali terfokus dan kabut yang menyelubunginya terangkat.

Mendadak, tujuan keberadaan Langdon di sini sangat jelas. Enam belas kilometer jauhnya, ketika menyetir ke selatan di Suitland Parkway, Mal'akh mendengar getaran samar-samar di kursi di sebelahnya. I tu iPhone Peter Solomon, yang hari ini terbukti sebagai alat hebat. I D penelepon kini menayangkan gambar seorang perempuan setengah-baya cantik dengan rambut hitam panjang.

Dalam dokumen Dan Brown THE LOST SYMBOL (Halaman 152-157)

Dokumen terkait