• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

D. Jenis Kontrasepsi

2. Secara farmakologis

Pada metode kontrasepsi ini digunakan obat-obatan sebagai sarana pencegah kehamilan. Termasuk dalam metode ini adalah penggunaan hormon dan spermatisida (DiPiro, 2005).

a. Kontrasepsi dengan metode hormon

Penghambatan ovulasi merupakan mekanisme primer kontrasepsi dalam mengontrol kehamilan. Ovulasi dicegah melalui penekanan produksi FSH dan LH. Estrogen sangat aktif dalam menghambat pelepasan FSH, tetapi pada dosis yang cukup tinggi dapat juga menghambat LH. Jenis kontrasepsi hormonal yaitu: 1)Pil KB

Pil KB dapat mengandung 2 komponen aktif yaitu estrogen dan progesteron yang disebut pil kombinasi atau hanya progesteron sintetik yang dikenal sebagai pil mini. Estrogen yang dipakai dalam pil KB adalah ethinyl

estradiol (EE) dan mestranol. Dosis yang umum dipakai dalam pil KB kombinasi saat ini adalah 20-100 mcg EE dan yang paling banyak dipakai 30-35 mcg EE. Progestin (progesteron) yang dipakai dalam pil KB saat ini adalah: (1) kelompok norethindrone yaitu norethindrone, norethindrone asetat, ethynodiol diasetat, linestrenol, norethynodrel, (2) kelompok norgestrel yaitu norgestrel, levonogestrel, desogestrel, gestoden (Hartanto, 2004).

Pil kombinasi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu pil dosis tinggi dan pil dosis rendah (Anonim, 2001). Pil dosis tinggi adalah pil yang mengandung 50-150 mcg estrogendan 1-10 mg progesteron. Contohnya adalah lyndiol yang berisi etinilestradiol 50 mcg dan linestrenol 2,5 mg. Pil dosis rendah adalah pil yang mengandung 30-50 mcg estrogen dan kurang dari 1 mg progesteron. Contohnya adalah Microgynon 30 yang berisi 1-Norgestrel 150 mcg dan etinil estradiol 0,03 mg (Rukanda, dkk,1993). Kombinasi pil kontrasepsi dikelompokkan menjadi monophasic, biphasic, atau triphasic tergantung pada kadar hormon yang sama sepanjang 3 minggu pertama siklus menstruasi. Tujuannya adalah untuk mencapai pengaturan siklus menstruasi dengan menggunakan dosis estrogen dan progestin yang lebih rendah, sebingga dapat mengurangi resiko adverse effects (DiPiro, 2005).

Pil mini dapat diberikan terus-menerus dalam siklus haid. Kelebihan pil mini adalah dapat diberikan pada ibu menyusui (Anonim, 2001). Contoh pil jenis ini adalah exluton yang berisi linestrenol 0,5 mg (Sujudi, Sampurno, Slamet, Sitanggang, Darmansjah, Santoso, 2000).

a) Cara kerja

Pil KB harus diminum tiap hari agar efektif karena zat yang terkandung di dalam pil KB dimetabolisir dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1 kali, maka segera minum pil yang terlupa saat teringat, dan minumlah pil untuk hari itu seperti biasanya (Hartanto, 2004).

Cara kerja pil KB adalah menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sel sperma tidak dapat masuk, menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk implanasi (Anonim, 2001).

b) Efektivitas dan kontraindikasi

Secara teoritis efektivitas pil KB dapat mencapai 99,99%, akan tetapi hal tersebut tergantung pada sikap disiplin pemakai. Keuntungan pil KB antara lain reversibilitas tinggi, dapat mengurangi rasa nyeri pada waktu menstruasi, mencegah anemia, mengurangi kemungkinan resiko pelvic infection (infeksi panggul), dan untuk pil mini tidak mempengaruhi Air Susu Ibu (Rukanda, dkk,1993).

Pemakaian pil KB dikontraindikasikan antara lain untuk wanita yang sedang menyusui kecuali pil mini karena estrogen menghambat aksi prolaktin pada reseptor jaringan payudara, menyebabkan penurunan produksi susu dan kandungan protein (DiPiro, 2005), untuk yang pernah sakit jantung, yang menderita tumor, kelainan jantung, hipertensi, migrain hebat, sedang memakai obat rifampisin atau obat epilepsi dikarenakan mempunyai efek menurunkan kadar plasma hormon kontrasepsi (Hartanto, 2004).

c) Efek samping pil KB

Efek samping yang ditimbulkan karena pemakaian pil KB ada dua kelompok yaitu munculnya gejala pseudo-pregnancy yang disebabkan oleh estrogen yang berlebihan seperti muntah, pusing, payudara membesar, udema, berat badan bertambah, selain itu juga kerena progestin yang berlebihan seperti nafsu makan yang bertambah besar, rasa lelah, depresi. Gejala lain yaitu berhubungan dengan siklus haid seperti siklus lebih teratur, lamanya haid menjadi lebih singkat, jumlah darah haid berkurang dan berkurangnya gejala sakit perut saat menstruasi (Hartanto, 2004).

Tabel I. Kontrasepsi hormonal yang sering dipakai di Indonesia (Anonim, 2007)

Nama Kandungan Konsentrasi Tipe Microgynon ® Norgestrel Etinil estradiol 0,15 mg 0,03 mg kombinasi Cyclogynon® Levonorgestrel Etinilestradiol 0.15 mg 0.03 mg kombinasi Exluton® Linestrenol 0.5 mg Pil Mini

(progestin saja) Diane® Siproteron Etinilestradiol 2 mg 0.035 mg Kombinasi Cerazette® Desogestrel 1 mg Pil mini

Pil KB Schering® Etinil estradiol Levonorgestrel 30 mcg 0,15 mg kombinasi 2)Suntik KB

Kontrasepsi suntik telah banyak digunakan sejak tahun 1960, terdapat dua jenis kontrasepsi suntik berdaya kerja lama yaitu:

a) depo provera: mengandung depot medroxyprogesteron asetat (DMPA) dosis 150 mg yang diberikan tiap 3 bulan sekali.

b)noristerat: mengandung norethindron enanthate (NET-EN) dosis 200 mg tiap 8 minggu sekali (Hartanto, 2004).

(1)Cara kerja suntik KB

Cara kerja kontrasepsi suntik adalah mencegah pematangan dan pelepasan sel telur dengan menekan produksi hormon FSH, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim, dan menipiskan endometrium sehingga tidak terjadi nidasi (Anonim, 2001).

(2)Keuntungan dan kerugian kontrasepsi suntikan

Keuntungan pemakaian kontrasepsi suntik antara lain praktis, aman, tidak mempengaruhi ASI, dapat menurunkan kemungkinan anemia (Mardiya, 1999). Keuntungan lainnya yaitu mengurangi resiko lupa karena pemakaiannya jangka panjang (Suririnah, 2005). Kerugian kontrasepsi suntik antara lain kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan, jika mengalami efek samping suntikan tidak dapat ditarik kembali, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut (Anonim, 2001).

Penggunaan kontrasepsi suntik dikontraindikasikan untuk wanita yang diduga hamil, menderita perdarahan ginekologi yang tidak diketahui sebabnya, menderita tumor, menderita penyakit jantung, hati, hipertensi, kencing manis (penyakit metabolisme). Menderita penyakit paru-paru berat juga dikontraindikasikan pada penggunaan kontrasepsi suntikan (Rukanda dkk, 1993).

(3)Efek samping kontrasepsi suntik

Efek samping yang ditimbulkan pemakaian kontrasepsi suntikan berupa pusing, sakit payudara, gangguan haid, penambahan berat badan, dan jerawat. Peringatan dan interaksi obat seperti pada penggunaan estrogen dan progestin (DiPiro, 2005).

3) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)

Intra Uterine Devices (IUD) adalah alat kontrasepsi yang pemakaiannya dimasukkan ke dalam rahim, mempunyai bentuk yang bermacam-macam dan terbuat dari plastik (polyethylene). Dalam pemasarannya tersedia 3 tipe IUD yaitu IUD inert (dibuat dari plastik), IUD yang mengandung tembaga, dan IUD yang mengandung hormon steroid (Anonim, 2001).

Jenis IUD yang beredar adalah IUD generasi pertama yang dibuat dari plastik (Lippes Loop) dapat dipakai selama yang diinginkan kecuali apabila ada keluhan, IUD generasi kedua terbagi menjadi dua yaitu, mengandung logam dan mengandung hormon. Untuk yang mengandung logam batangnya dililiti tembaga (Cu T 200 B), atau dililiti campuran tembaga dan perak (Nova T) dipakai selama 3-5 tahun. IUD yang mengandung hormon (progestasert) dipakai selama 1 tahun (Hartanto, 2004).

a) Mekanisme kerja

Ada beberapa mekanisme kerja IUD yaitu:

(1)timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga implanasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

(2)produksi lokal prostaglandin yang meninggi, menyebabkan terhambatnya implanasi.

(3)gangguan atau terlepasnya blastocyst yang telah berimplanasi di dalam endometrium (Hartanto, 2004).

b) Keuntungan dan kerugian

Efektivitas IUD secara teoritis tinggi mencapai 98% (Notodihardjo, 2002). Keuntungan pemakaian IUD antara lain praktis, ekonomis, mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang, dapat dilepaskan setiap saat, kembalinya kesuburan cukup tinggi, dapat dipakai untuk wanita yang sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi (Mardiya, 1999).

Kerugian pemakaian IUD yaitu memerlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genitalia sebelum pemasangan, klien tidak dapat mencabut sendiri IUD, memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya, tidak dapat melindungi pemakai dari penularan PMS (Anonim, 2001).

c) Kontraindikasi

Pemakaian IUD dikontraindikasikan antara lain untuk wanita hamil, wanita yang mengalami gangguan perdarahan, wanita yang mengalami peradangan alat kelamin, kecurigaan tumor ganas di alat kelamin (Rukanda dkk, 1993). Wanita yang mempunyai rahim yang terlalu kecil, alergi terhadap tembaga, menderita anemia berat, dan mengalami kesakitan waktu haid juga termasuk kontraindikasi pemakaian IUD (Sundquist, 1993).

d) Efek samping

Efek samping IUD adalah perdarahan dalam bentuk spotting, keputihan, teraba terasa adanya benang IUD dalam liang senggama yang menyebabkan rasa tak enak yang biasanya terjadi pada waktu haid (Rukanda dkk, 1993), kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan, nyeri, infeksi, translokasi atau keluarnya IUD dari tempat seharusnya ( Suririnah, 2005).

4)AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

Implan adalah kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit (Rukanda dkk,1993). Terdapat dua macam implan yang beredar saat ini yaitu norplant dan implanon:

a) Norplant merupakan implan berjangka waktu 5 tahun yang terdiri atas 6 batang susuk yang mengandung hormon. Setiap batang Norplant mengandung 36 mg levonogestrel.

b)Implanon mengandung 68 mg progestin 3-keto-desogestrel dan 66 mg Simpai Kopolimer Etilen Vinilacetat (kopolimer EVA) berdaya kerja 2-3 tahun (Hartanto, 2004).

(1)Cara kerja

Cara kerja implan dengan mekanisme menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan endometrium tidak siap untuk nidasi, mempertebal lendir

(2)Keuntungan dan kerugian

Keuntungan pemakaian implan antara lain angka kegagalan 1-3% (Anonim, 2001), praktis, efektif, masa pakai panjang (5 tahun), membantu mencegah anemia, dan dapat untuk ibu yang tidak cocok dengan estrogen (Rukanda dkk, 1993). Kerugian pemakaian implan antara lain membutuhkan tindak pembedahan minor untuk inversi dan pencabutan sehingga hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, mahal, mengubah pola haid (Anonim, 2001).

(3)Kontraindikasi

Implan dikontraindikasikan untuk wanita yang mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui sebabnya, wanita yang mempunyai penyakit tromboemboli, penyakit hati akut, mempunyai tumor, penyakit jantung, hipertensi, kencing manis (Hartanto, 2004).

(4)Efek samping

Efek samping pemakaian implan adalah gangguan haid (amenorrhoe, spotting, methrorhagia), depresi, keputihan, jerawat, perubahan libido, perubahan berat badan, nyeri pada daerah pemasangan akibat iritasi saraf setempat, infeksi diakibatkan karena alat-alat yang digunakan tidak steril (Mardiya, 1999).

b. Spermatisida

Spermatisida, sebagian besar berisi nonoxynol-9, adalah surfaktan kimia yang menghancurkan dinding sel sperma dan memberikan perlindungan melawan kanker cervix. Spermatisida tersedia dalam bentuk foam, krim, suppositoria, jeli

dan film. Spermatisida tambahan harus digunakan setiap kali intercourse atau senggama diulangi (DiPiro, 2005).

Keuntungan spermatisida antara lain tidak memerlukan supervisi medik, dapat mencegah penyakit kelamin, dan dapat digunakan sebagai pelicin, efektivitas obat spermatisida cukup tinggi apabila digunakan kondom dan diafragma. Efek samping spermatisida antara lain rasa panas dan nyeri akibat reaksi alergi terhadap bahan kimia. (Rukanda dkk, 1993).

Dokumen terkait