• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hodge II : Sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis 3) Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.

Dalam dokumen HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA (Halaman 33-91)

TIJAUAN PUSTAKA A Konsep kehamilan

2) Hodge II : Sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis 3) Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.

4) Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis (Marmi, 2012: 48-

49)

Bagian lunak jalan lahir :

Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah pangul. (Marmi, 2015: 50)

a. Passenger 1) Janin

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala janin lebih lebar daripada bagian bahu, kurang lebih seperempat dari panjang ibu. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Passanger terdiri dari janin, plasenta, dan selaput ketuban. (Walyani,2015:13)

Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang terbawah dan tiap presentasi terdapat 2 macam posisi yaitu kanan dan kiri dan tiap posisi terdapat 3 macam variasi yaitu depan, lintang, dan belakang (kiri depan, kiri lintang dan kiri belakang, kanan depan, kanan lintang, dan dan kanan belakang). Bila kaput suksadenum besar, maka posisi dan variasinya sulit ditentukan.Macam – macam presentasi.Pada kehamilan aterm atau hampir aterm terdapat bermacam – macam presentasi.

1. Presentasi kepala

(1) Presentasi belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil disegmen depan, di sebelah kiri depan (kira-kira 2/3), di sebelah kanan depan (kira – kira 1/3) dan ini adalah posisi yang normal atau normoposisi. Presentasi belakang kepala dengan penunjuk ubun – ubun kecil di belakang dapat di sebelah kiri, kanan belakang, dan dapat pula ubun – ubun kecil terletak melintang baik kanan maupun kiri dan ini adalah posisi yang tidak normal atau malposisi.

(2) Presentasi puncak kepala : kepala dalam defleksi ringan dengan penunjuk ubun – ubun besar.

(3) Presentasi dahi : kepala dalam defleksi sedang dengan penunjuk dahi/Frontum.

(4) Presentasi muka : kepala dalam defleksi maksimal dengan penunjuk dagu / mentum (Prawihardjo, 2014 : 207)

2) Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm dan tebal 2-3 cm, dengan berat 500-600 gram. Plasenta biasanya terlepas 4-5 menit setelah bayi lahir. Juga selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim. (Walyani, 2015:24)

3) Air ketuban

Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, air ketuban juga berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi janin dari trauma

di luar. Selain itu juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas. (Walyani, 2015 : 25)

Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktivitas organ tubuh janin juga memengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai memasuki 25 minggu, rata-rata air ketuban di dalam rahim 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pada usia kehamilan 33 minggu. (Walyani, 2015 : 25)

Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin. Untuk menjaga kestabilan, bayi meminum air ketuban di dalam tubuh ibunya, dan kemudian mengeluarkannya dalam bentukurine. Jadi, apabila terdapat volume air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau gangguan pada saluran pembuangan bayi yang ditandai dengan kencing yang tidak normal. (Walyani, 2015 : 25)

Kekurangan cairan ketuban bisa disebabkan berbagai hal, diantaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu, ketuban yang bocor, atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan kandung kemih. (Walyani, 2015 : 25)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pada setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 22 tau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum

dapat diketahui pasti. Faktor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah dini, yaitu :

a) Infeksi, contohnya korioamonitis

b) Trauma, contohnya amniosentesis, pemeriksaan panggul, atau koitus c) Inkompeten serviks

d) Kelainan letak atau presentase janin

e) Peningkatan tekanan intrauterine, contohnya kehamilan ganda dan hidramnion (Walyani, 2015 : 25)

Diagnosis ketuban pecah dini yaitu keluar cairan jernih dari vagina, pada saat dilakukan pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan dari orivisium utero eksternum saat fundus uteri ditekan atau digerakan, adanya perubahan warna dari kertas lakmus berwarna merah menjadi berwarna biru, saat dilakukan pemeriksaan dalam pada vagina diketahui ketuban negative. (Walyani, 2015 : 26)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan ketuban pecah dini, yaitu dengan melakukan USG, pemeriksaan leukosit dan suhu badan (37,5 derajat celcius) untuk menilai adanya infeksi, pemantauan kesejahteraan janin, dan pemeriksaan laboratorium (TORCH). (Walyani, 2015 : 26)

b. Power (kekuatan)

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekutan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah; his, kontraksi, otot-otot perut,

kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna. (Marmi, 2015: 51).

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang mulai dari daera fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat di dinding uterus tersebut. (Walyani,2015 : 20)

Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :

1) His palsu atau pendahuluan : His tidak terlalu kuat dan tidak teratur, tidak terjadi dilatasi servik. (Walyani,2015 : 21)

2) His pembukaan kala 1 : His pembukaan servik sampai terjadi pembukaan lengkap. (Walyani,2015 : 21)

3) His pengeluaran atau his mengejan (kala II) : Sangat kuat, teratur dan simetris, terkoordinasi dan lama. (Walyani,2015 : 21)

4) His untuk pengeluaran janin. (Walyani,2015 : 22)

5) His pelepasan uri (Kala III) : kontraksi sedang untuk mengeluarkan dan melahirkan plasenta. (Walyani,2015 : 22)

6) His pengiring (Kala IV) : kontraksi lemah, masih terasa sedikit nyeri (meriang), pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari. (Walyani,2015 : 22)

c. Psikis ( psikologi )

Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif

ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itu lah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula sebagai suattu “keadaan belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata. Faktor psikologis meliputi hal – hal sebagai berikut :

1) Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual. 2) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya.

3) Kebiasaan adat.

4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Marmi, 2015: 59 - 60).

d. Penolong

Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan maupun fisik. (Marmi, 2015: 61)

e. Tanda dan Gejala Inpartu

Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor yang meng-akibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antaralain penurunan

kadar hormone estrogen dan progesterone. Seperti diketahui bahwa progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus. (Walyani,2015 : 7)

Menurunnya kedua hormone ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar progesterone dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm akan meningkat. Plasenta menjadi tua, dengan tuanya kehamilan. Vili koriales mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenta, sehingga plasenta akan mengalami degenerasi. Berkurangnya nutrisi pada janin, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. (Walyani,2015 : 7)

Tanda tanda persalinan yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Adanya kontraksi rahim : Kontraksi sesungguhnya akan muncul dan hilang secara teratur dengan intensitas semakin lama akan semakin meningkat. Perut akan mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir kehamilan proses kontraksi akan sering terjadi, kontraksi rahim terus berlangsung sampai bayi lahir. (Walyani,2015 : 7-8)

Ketika merasakan kontraksi uterus, mulailah meghitung waktunya. Catatlah lamanya waktu antara satu kontraksi dengan kontraksi berikutnya dan lamanya kontraksi berlangsung. Jika ibu merasakan mulas yang belum teratur, lebih baik menunggu dirumah sambil beristirahat dan mengumpulkan energy untuk persalinan. Jika kontraksi sudah berlangsung

setiap 5 menit sekali, atau terasa sangat sakit dapat segera berangkat ke rumah sakit dengan membawa perlengkapan yang sudah disiapkan. (Walyani,2015 : 9)

2. Keluarnya lendir bercampur darah : Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir servik pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga keluarnya lendir yang berwarna merah dan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody slim. (Walyani,2015:9)

3. Keluarnya air-air ketuban : Keluar air-air dan jumlahnya cukup banyak berasal dari air ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu pada saat persalinan. Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah, maka sudah saatnya bayi keluar. Jika ibu hamil merasakan adanya cairan yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat ditahan lagi, tetapi tidak disertai mulas atau rasa sakit, merupakan tanda ketuban pecah dini, yaitu ketuban yang pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan, sesudah itu akan terasa sakit karena ada kemungkinan kontraksi. Bila ketuban pecah dini terjadi, terdapat bahaya infeksi pada bayi. Normalnya air ketuban adalah cairan yang bersih, jernih, dan tidak berbau. Jika pecahnya ketuban disertai dengan warna ketuban coklat kehijauan dan

berbau tidak enak, berarti bayi sudah buang air besar dalam rahim, yang sering kali menandakan bahwa bayi mengalami distress. (Walyani,2015 : 10)

4. Pembukaan servik : Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-tama aktivitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat. Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang berkembang. Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam. Petugas akan melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan pematangan, penipisan, dan pembukaan leher rahim. (Walyani,2015 : 10)

Tanda persalinan palsu, yaitu :

Ketika mendekati kehamilan aterm, banyak wanita hamil mengeluhkan kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin menunjukan permulaan persalinan, tetapi meskipun terjadi kontraksi kemajuan dilatasi servik tidak terjadi yang disebut dengan persalinan palsu. Lama kontraksi pendek dan tidak terlalu kuat, bila dibawa berjalan kontraksi biasanya akan menghilang. Kontraksi lebih sering terjadi pada malam hari tetapi frekuensi dan intensitasnya tidak meningkat dari waktu ke waktu. (Walyani,2015 : 13)

Kontraksi ini terjadi pada trimester tiga dan sering salah memperkirakan kontraksi Braxton Hicks yang kuat sebagai kontraksi

awal persalinan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berharri-hari atau secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum persalinan yang sebenarnya. Persalinan palsu terasa sangat nyeri, sehingga wanita akan mengalami kurang tidur dan kekurangan energy dalam menghadapinya. Prsalinan palsu dapat memberikan indikasi bahwa persalinan sudah dekat. (Walyani,2015 : 12)

f. Pemeriksaan Dalam Persalinan

Saat mulai terasa mulas dan mngalami kontraksi secara teratur sebagai tanda akan segera melahirkan, perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Tujuannya untuk mengetahui kemajuan persalinan yang meliputi pembukaan servik, masih ada atau tidaknya selaput ketuban karena, apabila sudah pecah harus diberi tindakan. Dengan pemeriksaan dalam dapat dinilai juga tentang kepala bayi, apakah sudah memutar atau belum, sampai mana putara tersebut karena kondisi ini akan menentukan jalannya persalinan. Jantung janin akan dimonitor secara teratur dengan fetoscope yang akan diperiksa secara rutin oleh petugas kesehatan untuk mengetahui kesejahteraan janin. Kontraksi uterus dihitung setiap kali ibu merasakan mulas dan pada saat perut ibu teraba keras. Mengukur waktunya dan mencatat jarak antara kontraksi ibu (dari akhir kontraksi sampai kontraksi awal). Tanda-tanda vital ibu juga diperiksa selama proses persalinan. (Walyani,2015:12)

Selama persalinan seorang bidan harus melakukan asesmen dan intervensi agar dapat memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam kemajuan yang normal. Selain itu, tujuan dilakukannya asesmen dan intervensi yaitu :

1. Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan 2. Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran

3. Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehinggs ibu berperan aktif dalam menentukan asuhan

4. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong kelahiran, dan memberikan asuhan pasca persalinan dini

5. Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan yang tepat guna dan tepat waktu (Walyani,2015:40).

Asesmen yang wajib / harus dimasukan dalam rencana tindakan adalah : 1) Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf 2) Pemantauan terus menerus TTV ibu

3) Pemantauan terus menerus keadaan bayi 4) Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu

5) Menganjurkan perubahan posisi dan ambulansi

6) Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa nyaman

Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu menunjukan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.

Tabel 1. Frekuensi minimal penilaian intervensi dalam persalinan normal Parameter Frekuensi pada

fase laten

Frekuensi pada fase aktif Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit Denyut Jantung Janin

Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan servik

Setiap 4 jam Setiap 4 jam*

Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam*

Sumber : Walyani,2015:41 g. Tahapan Persalinan

1. Persalinan Kala I

Kala I persalinan adalah waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi pembukaan lengkap (10cm). (Walyani,2015 : 13)

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10). Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient masih dapat

berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagi akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

1) Fase laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm

2) Fase aktif, dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu :

3) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jampembukaaan 3 cm tadi menjadi 4 cm 4) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

5) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Di dalam fase aktif ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akn meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm, hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata- rata yaitu, 1 cm pejam untuk primigravida dan 2 cm untuk multigravida. (Marmi, 2015: 11)

Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi dan multigravida. Pada primigarvida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan ekstrnum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi pada saat yang sama. (Marmi, 2015: 12)

2. Kala II (Pengeluaran)

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. (Marmi, 2015:13)

Asuhan Sayang ibu dalam kala II

a) Pendamping keluarga : Selama proses persalian berlangsung, ibu membutuhkan teman dari keluarga. Bisa dilakuakn oleh suami, orang tua, atau kerabat yang disukai ibu.

b) Libatkan keluarga : Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain membantu ibu berganti posisi, teman bicara, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, membantu dalam mengatasi rasa nyeri dengan memijat bagian lumbal atau pinggang belakang.

c) KIE proses persalinan : Penolong persalinan memberi pengertian tentang tahapan dan kemajuan persalinan atau kelahiran janin pada ibu dan keluarga agar ibu tidak cemas menghadapi mengahadapi persalinan.

d) Dukungan psikologis : Dukungan psikologis dapat diberikan dengan bimbingan dan menanyakan apakah ibu memerlukan pertolongan. e) Membantu ibu memilih posisi : Posisi meneran disesuaikan dengan

f) Cara meneran : Ibu dianjurkan meneran bila ada kontraksi atau dorongan yang kuat dan adanya spontan keinginan untuk meneran.Dan pada saat relaksasi ibu dianjurkan untuk istirahat untuk mengantisipasi agar ibu tidak kelelahan dan menghindari terjadinya resiko asfiksia.

g) Pemberian nutrisi : Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan kebutuahan cairan, elektrolit dan nutrisi. (Marmi, 2015 : 175-176) 3. Kala III (Pelepasan Uri )

Kala III persalinan dmulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5- 30 menit setelah bayi lahir. ( Rohani, dkk, 2011: 8).

Setelah bayi lahir, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.Di mulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. ( Marmi, 2015: 14).

1) Fisiologi Kala III

Kala III di mulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses ini merupakan kelanjutan dari proses persalinan sebelumnya. Selama kala III proses pemisahan dan keluarnya plasenta serta membrane terjadi akibat factor-faktor mekanis da hemostatis yang saling memengaruhi. Waktu pada saat plasenta dan selaputnya benar-benar terlepas dari dinding uterus dapat bervariasi. Rata-rata kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara.( Marmi, 2015: 254 ).

2) Tanda-tanda Pelepasan Plasenta

a) Uterus menjadi globuler, dan biasanya terlihat lebih kencang, ini merupakan tanda awal

b) Sering ada pancaran darah mendadak

c) Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan turun ke segmen bawah uterus dan vagina, serta massasnya mendorong uterus ke atas d) Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menandakan bahwa plasenta

telah turun

3) Manajemen Aktif Kala III

Manajemn aktif kala III merupakan serangkayan tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir untuk mempercepat lepasnya plasenta dengan syarat janin tunggal. Tujuan manajem aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu setiap kala, mencegah perdaraan, dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan kala III fisiologis. (marmi, 2015: 261).

Manajemen aktif kala III terdiri atas 3 langkah utama, yaitu sebagai berikut:

a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali

c) Massase fundus uteri

Peregangan tali pusat terkendali : Berdiri disamping ibu, pindahkan jepitan talipusat 5-20 cm dari vulva dan pegang. Klem penjepit tersebut,

letakan telapak tangan (alasi dengan kain) yang lain, pada segmen bawah rahim atau dinding uterus dan suprasimpisis. Pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan uterus ke dorsokranial, ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan namun jangan dilakukan pemaksaan. (Walyani,2015:29)

4) Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat

Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah kotiledon, rata-rata 20 kotiledon. Periksa dengan seksama pada bagian pinggiran plasenta apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta lain. Amati apakah ada bagian tertentu yang tertinggal atau tidak utuh, jika kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk membersihkan sisa plasenta. (Walyani,2015:83)

Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya dengan meletakan plasenta diatas bagia yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput ketuban. Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal didalam uterus dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi. (Walyani,2015:83)

Pemeriksaan pada tali pusat meliputi periksa panjang tali pusat, bentuk tali pusat (besar, kecil, atau terpilin), insersio tali pusat, jumlah vena dan arteri pada tali pusat, serta adakah lilitan pada tali pusat. (Walyani,2015:84)

5) Kebutuhan Ibu Bersalin pada Kala III

Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu untuk dikeringkan tubuhnya kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan diletakkan di dada ibu untuk selanjutnya berusaha mencari putting susu ibu. Selama kala III ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maka kontak kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan tersendiri pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalui tendangan- tendangan lembut dari kaki bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

a) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.

b) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan. c) Pencegahan infeksi pada kala III

d) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan) e) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi

f) Memberikan motivasi dan pendamping selama kala III. (Marmi, 2015 : 269) 6) Pemantauan Kala III

Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manajemen aktif kala III (ketika PTT). Sampai dengan sesaat setelah plasenta lahir. Pemantauan kontraksi dilanjutkan selama satu jam berikutnya dalam kala IV. (Walyani,2015:84)

Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini dilakukan seawal mungkin sehingga bidan segera menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat yang akan digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan memastikan apakah jumlah darah yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta. (Walyani,2015:84)

a. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plsenta lahir untuk memantau kondisi ibu. Keadaan dimana segera setelah terlahirnya plsenta terjadi peeubahan maternal terjadi pada saat stress fisik dan emisional akibat persalinan dan kelahirana mereda dan ibu memasuki penyembuhan post partum dan bonding (ikatan). (Marni, 2015:295).

Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya terjadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. Selama 1 jam pertama

Dalam dokumen HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA (Halaman 33-91)

Dokumen terkait