• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA

INPARTU KEJADIAAN LASERASI PERINEUM SAAT PERSALINAN DI RB DAN KLINIK PRATAMA HJ. RATNA KOMALA, SST TAHUN

2018

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh : Desima Resnawati

15.156.02.11.044

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKes MEDISTRA INDONESIA

JL. CUT MEUTIA NO. 88A SEPANJANG JAYA Bekasi Timur

(2)

HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA

INPARTU KEJADIAAN LASERASI PERINEUM SAAT PERSALINAN DI RB DAN KLINIK PRATAMA HJ. RATNA KOMALA, SST TAHUN

2018

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb) Pada Program Studi DIII Kebidanan STIKes Medistra Indonesia

Disusun oleh : Desima Resnawati

15.156.02.11.044

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKes MEDISTRA INDONESIA

JL. CUT MEUTIA NO. 88A SEPANJANG JAYA Bekasi Timur

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA

INPARTU KEJADIAAN LASERASI PERINEUM SAAT PERSALINAN DI RB DAN KLINIK PRATAMA HJ. RATNA KOMALA, SST TAHUN

2018

KARYA TULIS ILMIAH DisusunOleh :

DESIMA RESNAWATI 15.156.02.11.044

KTI Ini Telah Disetujui

MEI 2018

Pembimbing,

Hainun Nisa, SST, M.Kes NIK :112811197804

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Kebidanan

STIKes Medistra Indonesia

(4)

HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA

INPARTU KEJADIAAN LASERASI PERINEUM SAAT PERSALINAN DI RB DAN KLINIK PRATAMA HJ. RATNA KOMALA, SST

TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh : DESIMA RESNAWATI NPM : 15.156.02.11.044

PENGUJI I PENGUJI II

Hainun Nisa, SST.M.Kes NIK: 112811197804

Mengetahui

Wakil Ketua I Bidang Akademik Ketua Program Studi DIII Kebidanan

STIKes Medistra Indonesia

Lenny Irmawaty, S, SST., M.Kes Nurmah,SST., M.Kes NIK : 11190119703 NIK : 111507198313

Disahkan,

Ketua STIKes Medistra Indonesia

(5)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : DESIMA RESNAWATI

NPM : 15.156.02.11.044

Program Studi : DIII Kebidanan

Judul KTI : Hubungan Penerapan Pijat Perineum pada inpartu terhadap laserasi perineum Saat Persalinan Di Rb Dan Klinik Pratama Hj. Ratna Komala, SST Tahun 2018.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bekasi, Juni 2018

Yang membuat pernyataan,

(6)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Ucapan Terima Kasihku

Puji syukur

Akhirnya telah sampailah aku pada puncak perjuangan di STIKes Medistra

Indonesia, Terimakasih atas segala nikmat-Mu ya TUHAN YESUS

Kupersembahkan karya kecil ini kepada…

Mamaku tercinta (Rohani Simanjuntak ) dan Ayahku (Surya Dharma Manurung ), terimakasih atas limpahan do’a dan kasih sayang yang tak terhingga serta selalu memberikan yang terbaik

kepadaku dan menjadikanku anak yang kuat sampai saat ini

Adikku (Dwi,Okta,Tarida,Iyan,Oda), terimakasih atas dukungan, semangat, dan hiburannya sambil mengerjakan LTA.

Seluruh dosen pengajar dan pembimbing laporan tugas akhirku Ibu Hainun Nisa,SST, M.Kes terimakasih atas bantuan dan bimbingannya

selama ini

Sahabat terbaiku, Diyanti , Syintia .Rilla, Mia, Nadya , Mella yang selalu memberikan hiburan disetiap harinya.

Teman dan adik sekamarku , Inayah,Sofi dan Yanti . Adik bimbinganku Siti Zainaf. Terima kasih banyak, semoga selalu lancer

kuliahnya.

kakakku, Indah puspitasari Amd.Keb,Tiur manurung Amd.keb , Dea ega putri Amd.keb, Yasinta may ariyanti Amd.keb. Terimakasih telah berbagi pengalaman yang akan menjadi bekal

(7)

Semua teman sekelas (1B, 2B, 3B), terimakasih atas hari-hari yang selalu dilalui penuh tawa bersama

Teman-teman dinas dan satu angkatan yang namanya tak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih sudah melewati masa-masa

bersama 3 tahun in

Yang tersayang, Sutrisno H.S Nainggolan, Terimakasih telah hidup di dalam hati ini. Tetaplah menjadi pemimpin yang dapat diandalkan.

Untuk diriku sendiri, Desima Resnawati Manurung. Kamu cantik, pintar, baik,berbakat. Kamu Hebat! Mari liburan dan makanSepuasnya

!!

Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat untuk kita semua.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus , berkat rahmat dan izin Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Hubungan Penerapan Pijat Perineum pada inpartu terhadap kejadiaan laserasi Perineum Saat PersalinanDi Rb Dan Klinik Pratama Hj. Ratna Komala, Sst Tahun 2018 ”

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan STIKes Medistra Indonesia .

Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini , penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak , untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan terima kasih kepada :

1. TUHAN YESUS yang menemani setiap langkah dalam terus berusaha menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

2. Usma Ompusunggu, SE selaku Ketua Yayasan Medistra Indonesia. 3. Vermona Marbun, MKM selaku BPH Yayasan STIKes Medistra

Indonesia.

4. Tetty Rina Aritonang, SST, M.Keb selaku Ketua STIKes Medistra Indonesia.

5. Lenny Irmawaty S, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKes Medistra Indonesia.

6. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan Kepegawaian STIKes Medistra Indonesia.

(9)

8. Nurmah, SST.,M.kes selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKes Medistra Indonesia.

9. Puri Kresnawati, SST., M .K.M selaku Koordinator KTI Program Studi DIII Kebidanan STIKes Medistra Indonesia.

10. RB dan Klinik Hj. Ratna Komala SST selaku tempat lahan untuk menambah ilmu dan dapat banyak pengalaman juga sebagai salah satu tempat penyelesaian Karya Tulis Ilmiah .

11. Orang Tuaku selalu pemberi materi dan kasih sayang selalu menjadi matahri dalam kehidupan indah sehingga mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Orang yang aku sayang Sutrisno H.S Nainggolan sebagai penyemangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.

13. Teman-teman kelas 3B/DIII kebidanan di STIKes Medistra Indonesia Diyanti,Syintia,Nadya,Mia, Rilla dan teman – teman seperjuangan sebagai penyemangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini 14. Adik – adikku Dahlia okta viani,Tarida,Parulian,Cyodah,Sopi,Yanti

and Siti zainaf yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan KTI ini. Mohon maaf atas segala kesalahan dan tidak kesopanan yang mungkin telah penulis perbuat. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memudahkan setiap langkah kita menuju kebaikan dan selalu memberikan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.

Bekasi, Juni 2018

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Frekuensi minimal penilaian intervensi dalam persalinan normal...3

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seorang wanita, dalam kehidupannya akan mengalami tahapan

tahapan reproduktif. Mulai dari mestruasi, hamil, melahirkan, sampai

tahapan menopause. Salah satu proses yang dialami seorang wanita adalah

proses persalinan. Proses persalian atau melahirkan seorang anak adalah

hal yang dialami bagi seorang wanita yang menang sudah dirancang untuk

tujuan tersebut (rukiah, 2014).

Persalinan merupakan saat yang menyenangkan dan

dinanti-nantikan, tetapi dapat juga saat kegelisahan dan memprihatinkan.

Kematian ibu dalam proses persalinan atau oleh akibat lain yang

berhubungan dengan kehamilan merupakan suatu pengalaman yang

menyedihkan bagi keluarga dan anak yang ditinggalkan (Tando, 2016).

Kematian ibu saat kehamilan dan persalinan terjadi karena

komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Kurang

lebih 529.000 wanita meninggal akibat dari komplikasi tersebut dan

kurang lebih 10 juta wanita mengalami kesakitan dan infeksi (walayani,

(18)

Angka Kematian Ibu (AKI) untuk Provinsi Jawa Barat tahun 2014

sebesar 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi

sebesar 12/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu merupakan salah

satu indikator untuk melihat derajat kesejahteraan perempuan dan target

yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium

Development Goals (MDGs) tujuan kelima yaitu meningkatkan kesehatan

ibu diimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah

mengurangi resiko sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu atau 102/100.000

kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target tersebut

masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2013)

Penyebab kematian ibu tersebut adalah perdarahan, eklampsia,

partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi. Adapun kematian ibu di

Indonesia 40% disebabkan oleh perdarahan post partum. Penyebab

perdarahan utama atonia uteri, sedangkan penyebab lain adalah retensio

plasenta, sisa plasenta, laserasi/robekan jalan lahir dan kelainan darah.

Persentase robekan jalan lahir memiliki angka yang kecil tetapi masalah

ini bisa menjadi masalah yang serius dalam kematian maternal. Robekan

jalan lahir dapat mengenai vagina, serviks, uterus dan perineum

(Saifuddin, 2010). Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus

robekan (ruptur) perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan

(19)

persalinan terjadi karena komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan

dan persalinan. Kurang lebih 529.000 wanita meninggal akibat dari

komplikasi tersebut dan kurang lebih 10 juta wanita mengalami kesakitan

dan infeksi (walayani, 2015).

Perineum walaupun bukan alat kelamin, namun selalu terlibat dalam

proses persalinan. Apabila perineum cukup lunak dan elastis, maka

lahirnya kepala tidak mengalami kesukaran. Biasanya perineum robek dan

paling sering terjadi ruptur perineum derajat I dan derajat II, sedangkan

perineum yng kaku dapat menghambat persalinan kala II yang

meningkatkan resiko kematian bayi dan menyebabkan kerusakan

kerusakan jalan lahir yang luas (Hadiningsih 2014 :154).

Laserasi perineum merupakan penyebab perdarahan kedua setelah

atonia uteri, hal ini sering terjadi pada primigravida karena pada

primigravida perineum masih utuh, belum terlewati oleh kepala janin

sehingga akan mudah terjadi robekan perineum. Jaringan perineum pada

primigravida lebih padat dan lebih resisten daripada multipara. Luka

laserasi biasanya ringan tetapi dapat juga terjadi luka yang luas yang dapat

menimbulkan perdarahan sehingga membahayakan jiwa ibu (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), 2013).

Kejadian laserasi perineum perlu dilakukan pencegahan, salah

satunya dengan pemijatan perineum. Perineum adalah area kulit antara

(20)

(Herdiana, 2007). Pijat perineum adalah salah satu cara yang paling kuno

dan paling pasti untuk meningkatkan kesehatan aliran darah, elastisitas,

dan relaksasi otot otot dasar panggul (Hadiningsih 2014 :155).

Pijat perineum akan membantu melunakan jaringan perineum

sehingga jaringan tersebut akan membuka tanpa resistensi saat persalinan,

untuk mempermudah lewatnya bayi. Pijat perineum selama masa

kehamilan dapat melindungi fungsi perineum. Pijat perineum ini sangat

aman dan tidak berbahaya (Simkin, 2008).

Berdasarkan data RB dan Klinik Hj. Ratna Komala, SST, jumlah ibu

hamil dari bulan Januari-Desember 2017 sebanyak 2.019 orang. Jumlah

ibu bersalin dari bulan Januari-Desember 2017 sebanyak 290 orang.

Jumlah ibu yang mengalami ruptur perineum saat persalinan dari bulan

Januari - Desember 2017 sebanyak 214 orang. Jumlah ibu bersalin

primigravida yang mengalami ruptur perineum sebanyak 89 orang, dan

jumlah ibu bersalin multipara yang mengalami ruptur perineum sebanyak

66 orang.

Berdasarkan data data RB dan Klinik Hj. Ratna Komala, SST bahwa

kejadian ruptur perineum pada primigravida lebih banyak karena

perineum kaku atau kurang elastis terutama primigravida karena vagina

belum pernah dilewati oleh janin sehingga vagina harus meregang

(21)

perineum. Oleh karena itu saya tertarik untuk melakukan hubungan pijat

perineum untuk mecegah ruptur saat persalinan pada ibu primigravida.

B. Rumus Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas maka

rumusan masalah penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan penerapan

pijat perineum pada inpartu terhadap kejadian laserasi perineum saat

persalinan di rb dan klinik pratama hj. ratna komala, sst tahun 2018”

C. Tujuan

1.Tujuan Umum

Mengetahui hubungan penerapan pijat perineum pada inpartu terhadap

kejadian laserasi perineum di rb dan klinik pratama hj. ratna komala, sst

tahun 2018

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui lama persalinan kala II dengan ibu yang dilakukan

pemijatan perineum.

b. Mengetahui kejadian laserasi perineum setelah dilakukan pemijatan

perineum

c. Mengetahui hubungan penerapan pijat perineum pada inpartu

terhadap kejadian laserasi perineum di rb dan klinik Hj. ratna komala

(22)

D.Manfaat

1. Manfaat Praktis

Bagi Responden

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada responden tentang

hubungan penerapan pijat perineum pada inpartu terhadap kejadian

laserasi perineum saat persalinan .

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi institusi

Menambah informasi tentang hubungan hubungan penerapan pijat

perineum pada inpartu terhadap kejadian laserasi perineum serta

memberi masukan bagi institusi pendidikan yang bersangkutan,

staf pendidik dan pengajar untuk memperhatikan keadaan

penerapan pijat perineum pada inpartu terhadap kejadian laserasi

perineum.

b. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat tentang hubungan penerapan pijat perineum pada

inpartu terhadap kejadian laserasi perineum saat persalinan.

c. Bagi penelitian

Peneliti ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan

mengenai hubungan penerapan pijat perineum pada inpartu

(23)

dijadikan sebagai referensi tambahan dan data dasar bagi

(24)

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA A. Konsep kehamilan

a. Pengertian kehamilan

Kehamilan merupakan proses fisilogis yang membutuhkan kenaikan

proses metabolism dan nutrisi untuk kebutuhan janin. Kehamilan adalah

masa seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu atau waktu mestruasi

terakhir dan kelahiran 38 minggu dari pembuhan ( walyani, 2015 : 69).

b. Periode kehamilan

Periode kehamilan menurut winkjosastro (2007) dapat dibagi menjadi 3

trismester:

1) Trismester 1

Masa ini merupakan masa embrionik yaitu masa dari mulai

pembuahan dimana terjadi diferensiasi yang cepat dari sel telur yang

telah dibuahi menjadi organisme yang secara anatomi telah berbentuk

manusia (masa organogenesis).

Panjang fetus usia 8 minggu adalah 2,5 cm. ciri – ciri yang terjadi

yaitu hidung,telinga, jari – jari, mulai terbentuk dan kepala

membungkuk dada. Umur 12minggu panjang fetus menjadi 9cm dan

(25)

leher dan alat genetalia eksterna mulai terbentuk. Masa ini merupakan

masa paling rawan karena mordibitas dan mortalitas pada masa ini

paling tinggi.

2) Trismester 2

masa ini ditandai dengan mulai berfungsinya beberapa organ dan janin

tumbuh dengan cepat khususnya ukuran panjang. Panjang janin usia

16 minggu adalah 16 – 18 cm. perkembangan yang terjadi adalah

genetalia eksternal telah terbentuk dan dapat dikenali serta adanya

kulit merah tipis. Panjang janin usia 20 minggu adalah 25 cm dan kulit

yang terbentuk lebih tebal. Panjang janin usus 24 minggu sekitar 30

-32 cm, kelopak mata sudah terpisah, alis, bulu mata, dan kulit sudah

ada tetaoi kulit masih keriput karena lemak subkutan sedikit.

3) Trismester 3

Perumbuhan janin selama trismester ke tiga terutama adalah

pertumbuhan ukuran, khususnya penambahan jaringan otot dan lemak

subkutan sebagai persiapan kelahiran. Kemajuan kehamilan dan

kesehatan ibu serta tumbu kembang bayi selama kehamilan

berlangsung dapat di pantau melalui anternatal care, sehingga dapat

mengenali secara dini adanya ketidakan normalan dalam kehamilan.

(walyani 2015 : 77 ).

(26)

1) Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang

anda bawa yaitu bayi dalam kandungan.

2) Pernafasan, pada kehamilan 33 – 36 minggu banyak ibu hamil yang

susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada di bawah

diafragma menekan paru ibu, tapi setelah kepala bayi yang sudah turun

kerongga panggul ini biasanya pada 2-3 minggu sebelum persalinan

maka akan merasakan lega dan bernafas lebih muda.

3) Sering buang air kecil, pembesaran rahim, dan penurunan bayi ke PAP

membuat tekanan pada kandung kemih ibu.

4) Kontraksi perut, brackton – hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit

yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat.

5) Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah

normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak

kental dan persalinan lebih cair (dr.suririnah,2004 dalam buku walyani

2015 : 78)

d. Tanda – tanda bahaya pada ibu hamil

Menurut saryono (2010) ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu :

a) Pendarahan pervaginam

b) Sakit kepala yang hebat

c) Pengelihatan kabur

d) Bengkak diwajah dan jari – jari tangan

(27)

f) Gerakan janin tidak terasa

g) Nyeri abdomen yang hebat ( walyani 2015 : 78)

B. Konsep Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta,

dan membrane di dalam Rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari

pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan

frekuensi, durasi dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang

muncul kecil, kemudian terus meningkta sampai pada puncaknya

pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeuaran janin dari

rahim ibu. (Rohani, dkk, 2013: 2)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari rahim

ibu melalui jalan lahir atu dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat

hidup di kedunia luar. Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus

berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks ( membuka

dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap

(Rohani, dkk, 2013: 3)

Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya

bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan

alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung

(28)

Jadi, persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan tau dapat

hidup diluar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput

janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau jalan lahir, dengan batuan atau

tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu )

tanpa disertai adanya penyulit. Persalianan dimulai (inpartu) sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada sserviks (membuka dan

menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasecta secara lengkap. (Marmi,

2015: 2)

Persalinan dibedakan menjadi beberapa istilah pada masalah partus, yaitu :

a. Menurut tua (umur) kehamilan :

1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup

dengan berat janin di bawah 1000 gram dan tua kehamilan dibawah 28

minggu. (Walyani,2015 : 5)

2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36

minggu , janin dapat hidup tetapi premature,berat janin antara 1000-2500

gram. (Walyani,2015 : 5)

3) Partus matures atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40

(29)

4) Partus postmatur (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau

lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur. (Walyani,2015

: 5)

5) Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar

mandi, di becak, dan sebaginya. (Walyani,2015 : 5)

6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk

memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disporposi sefalopelvik.

(Walyani,2015 : 5)

7) Partus imaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat

janin kurang dari 1000 gram atau kehamilan di bawah 28 minggu.

(Walyani,2015 : 6)

b. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalina adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal

mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang optimal. (Walyani,2015 : 3)

1. Meningkatkan sikap positif terhadap keramahan dan keamanan dalam

memberikan pelayanan persalinan normal dengan penanganan awal

(30)

2. Memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan persalinan

normal dan penangana awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas

dan sesuai dengan prosedur standar.

3. Mengidentifikasi praktek-raktek terbaik bagi penatalaksanaan

persalinan dan kelahiran:

1) Penolong yang terampil

2) Kesiapan menghadapi perslainan, kelahiran dan kemungkinan komplikasinya

3) Partograf

4) Episiotomi terbatas hanya atas indikasi

5) Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang merugikan dengan maksud

menghilangkan tndakan tersebut. (Marmi, 2015: 16)

c. Lima Benang Merah Asuhan Persalinan

Lima benang merah dirasa sangat penting dalam memberikan asuhan

persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan aman. Kelima benang merah ini

akan selalu berlaku dalam penatalaksaan persalinan mulai dari kala I sampai

IV termasuk penatalaksaan bayi baru lahir. Kelima benang merah yang

dijadikan dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, adalah:

a. Pengambilan keputusan klinik

b. Aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi

c. Aspek pencegahan infeksi

d. Aspek pencatatan (pendokumentasian)

(31)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

1. Passage ( jalan lahir )

Faktor jalan lahir yang mempengaruhi persalinan meliputi

perubahan pada servik, pendataran servik, pembukaan servik, dan

perubahan pada vagina dan dasar panggul. (Walyani,2015 : 12)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian panggul yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus.Janin harus berhasil

menyesuaikna dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh

karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai. (Rohani, 2013: 21)

Jalan lahir atau panggul atas :

Bagian keras dibentuk oleh empat buah tulang yaitu :

1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiiri dari os ilium, os ischium, dan os

pubis

2) 1 tulang kelangkang (os sacrum)

3) 1 tulang tungging (os cocygis) ( Marmi, 2015: 44)

Ukuran-ukuran panggul :

1) Pintu atas panggul

a) Konjugata diagonalis: pinggir baah symphisis pubis ke promontorium: 12,5

(32)

b) Konjugata vera: pinggir atas symphisis pubis ke promontorium: konjugata

diagonalis – 1,5 cm = 11 cm. Conjugata vera adalah ukuran PAP yang utama

yang dapat diukur secara tidak langsung

c) Konjugata transvera: antara dua linea innominata: 12 cm – 13 cm.

d) Pada panggul normal promontorium teraba, bila ukuran CV diatas 10 cm

dianggap panggul dalam batas normal. (Marmi, 2015: 48).

2) Ruang tengah panggul :

a) Bidang luas panggul: pertengahan symphisis ke pertemuan os sacrum 2 dan 3.

Sekitar 12,75 x 12,5 cm. dalam persalnan tidak mengalami kesakitan.

b) Bidang sempit panggul: tepi bawah symphisis menuju spina ischiadica.

Sekitar 1,5 x 11 cm

c) Jarak kedua spina 10-11 cm (Marmi, 2015: 48).

3) Pintu bawah panggul

a) Anterior posterior : pinggir bawah symphisis ke os coccyges: 10-11 cm

b) Melintang: 10,5 cm

c) Arcus pubis: lebih dari 90 derajat (Marmi, 2015: 48)

Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan

kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui

pemeriksaan dalam atau vagina toucher (VT). Bidang hodge antar lain sebagai

berikut:

1) Hodge I : Dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan

(33)

2) Hodge II : Sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.

3) Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.

4) Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis (Marmi, 2012:

48-49)

Bagian lunak jalan lahir :

Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina,

muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah

pangul. (Marmi, 2015: 50)

a. Passenger 1) Janin

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala janin lebih

lebar daripada bagian bahu, kurang lebih seperempat dari panjang ibu. 96%

bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Passanger terdiri dari

janin, plasenta, dan selaput ketuban. (Walyani,2015:13)

Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang terbawah dan tiap

presentasi terdapat 2 macam posisi yaitu kanan dan kiri dan tiap posisi

terdapat 3 macam variasi yaitu depan, lintang, dan belakang (kiri depan, kiri

lintang dan kiri belakang, kanan depan, kanan lintang, dan dan kanan

belakang). Bila kaput suksadenum besar, maka posisi dan variasinya sulit

ditentukan.Macam – macam presentasi.Pada kehamilan aterm atau hampir

(34)

1. Presentasi kepala

(1) Presentasi belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil disegmen

depan, di sebelah kiri depan (kira-kira 2/3), di sebelah kanan depan (kira –

kira 1/3) dan ini adalah posisi yang normal atau normoposisi. Presentasi

belakang kepala dengan penunjuk ubun – ubun kecil di belakang dapat di

sebelah kiri, kanan belakang, dan dapat pula ubun – ubun kecil terletak

melintang baik kanan maupun kiri dan ini adalah posisi yang tidak normal

atau malposisi.

(2) Presentasi puncak kepala : kepala dalam defleksi ringan dengan penunjuk

ubun – ubun besar.

(3) Presentasi dahi : kepala dalam defleksi sedang dengan penunjuk

dahi/Frontum.

(4) Presentasi muka : kepala dalam defleksi maksimal dengan penunjuk dagu /

mentum (Prawihardjo, 2014 : 207)

2) Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm dan tebal

2-3 cm, dengan berat 500-600 gram. Plasenta biasanya terlepas 4-5 menit

setelah bayi lahir. Juga selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena

pengecilan dinding rahim. (Walyani, 2015:24)

3) Air ketuban

Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, air

(35)

di luar. Selain itu juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, menstabilkan

perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak

bebas. (Walyani, 2015 : 25)

Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktivitas organ tubuh janin

juga memengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai memasuki 25

minggu, rata-rata air ketuban di dalam rahim 239 ml, yang kemudian

meningkat menjadi 984 ml pada usia kehamilan 33 minggu. (Walyani, 2015 :

25)

Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin. Untuk

menjaga kestabilan, bayi meminum air ketuban di dalam tubuh ibunya, dan

kemudian mengeluarkannya dalam bentukurine. Jadi, apabila terdapat volume

air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau

gangguan pada saluran pembuangan bayi yang ditandai dengan kencing yang

tidak normal. (Walyani, 2015 : 25)

Kekurangan cairan ketuban bisa disebabkan berbagai hal, diantaranya

menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu, ketuban

yang bocor, atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan

kandung kemih. (Walyani, 2015 : 25)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pada setiap saat sebelum

permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban

(36)

dapat diketahui pasti. Faktor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah

dini, yaitu :

a) Infeksi, contohnya korioamonitis

b) Trauma, contohnya amniosentesis, pemeriksaan panggul, atau koitus

c) Inkompeten serviks

d) Kelainan letak atau presentase janin

e) Peningkatan tekanan intrauterine, contohnya kehamilan ganda dan hidramnion

(Walyani, 2015 : 25)

Diagnosis ketuban pecah dini yaitu keluar cairan jernih dari vagina, pada

saat dilakukan pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan dari orivisium

utero eksternum saat fundus uteri ditekan atau digerakan, adanya perubahan

warna dari kertas lakmus berwarna merah menjadi berwarna biru, saat

dilakukan pemeriksaan dalam pada vagina diketahui ketuban negative.

(Walyani, 2015 : 26)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan ketuban

pecah dini, yaitu dengan melakukan USG, pemeriksaan leukosit dan suhu

badan (37,5 derajat celcius) untuk menilai adanya infeksi, pemantauan

kesejahteraan janin, dan pemeriksaan laboratorium (TORCH). (Walyani, 2015

: 26)

b. Power (kekuatan)

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekutan yang

(37)

kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan

sempurna. (Marmi, 2015: 51).

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang

mulai dari daera fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus,

awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat di dinding

uterus tersebut. (Walyani,2015 : 20)

Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :

1) His palsu atau pendahuluan : His tidak terlalu kuat dan tidak teratur, tidak

terjadi dilatasi servik. (Walyani,2015 : 21)

2) His pembukaan kala 1 : His pembukaan servik sampai terjadi pembukaan

lengkap. (Walyani,2015 : 21)

3) His pengeluaran atau his mengejan (kala II) : Sangat kuat, teratur dan simetris,

terkoordinasi dan lama. (Walyani,2015 : 21)

4) His untuk pengeluaran janin. (Walyani,2015 : 22)

5) His pelepasan uri (Kala III) : kontraksi sedang untuk mengeluarkan dan

melahirkan plasenta. (Walyani,2015 : 22)

6) His pengiring (Kala IV) : kontraksi lemah, masih terasa sedikit nyeri

(meriang), pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari. (Walyani,2015 :

22)

c. Psikis ( psikologi )

Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan

(38)

ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itu lah benar-benar terjadi

realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau

memproduksi anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung bila

kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah-olah

mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula sebagai suattu

“keadaan belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata. Faktor psikologis

meliputi hal – hal sebagai berikut :

1) Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual.

2) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya.

3) Kebiasaan adat.

4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

(Marmi, 2015: 59 - 60).

d. Penolong

Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberikan

dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan

maupun fisik. (Marmi, 2015: 61)

e. Tanda dan Gejala Inpartu

Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi

uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor yang meng-akibatkan

partus mulai. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak

(39)

kadar hormone estrogen dan progesterone. Seperti diketahui bahwa

progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus. (Walyani,2015 : 7)

Menurunnya kedua hormone ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum

partus dimulai. Kadar progesterone dalam kehamilan dari minggu ke 15

hingga aterm akan meningkat. Plasenta menjadi tua, dengan tuanya

kehamilan. Vili koriales mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar

estrogen dan progesterone menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan

menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan

faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenta, sehingga plasenta akan

mengalami degenerasi. Berkurangnya nutrisi pada janin, maka hasil konsepsi

akan segera dikeluarkan. (Walyani,2015 : 7)

Tanda tanda persalinan yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Adanya kontraksi rahim : Kontraksi sesungguhnya akan muncul dan

hilang secara teratur dengan intensitas semakin lama akan semakin

meningkat. Perut akan mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir

kehamilan proses kontraksi akan sering terjadi, kontraksi rahim terus

berlangsung sampai bayi lahir. (Walyani,2015 : 7-8)

Ketika merasakan kontraksi uterus, mulailah meghitung waktunya.

Catatlah lamanya waktu antara satu kontraksi dengan kontraksi berikutnya

dan lamanya kontraksi berlangsung. Jika ibu merasakan mulas yang belum

teratur, lebih baik menunggu dirumah sambil beristirahat dan

(40)

setiap 5 menit sekali, atau terasa sangat sakit dapat segera berangkat ke

rumah sakit dengan membawa perlengkapan yang sudah disiapkan.

(Walyani,2015 : 9)

2. Keluarnya lendir bercampur darah : Lendir disekresi sebagai hasil

proliferasi kelenjar lendir servik pada awal kehamilan. Lendir mulanya

menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas,

sehingga keluarnya lendir yang berwarna merah dan bercampur darah dan

terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang

menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka. Lendir

inilah yang dimaksud sebagai bloody slim. (Walyani,2015:9)

3. Keluarnya air-air ketuban : Keluar air-air dan jumlahnya cukup banyak

berasal dari air ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering

terjadi. Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu pada saat persalinan. Jika

ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah, maka

sudah saatnya bayi keluar. Jika ibu hamil merasakan adanya cairan yang

merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat ditahan lagi,

tetapi tidak disertai mulas atau rasa sakit, merupakan tanda ketuban pecah

dini, yaitu ketuban yang pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan,

sesudah itu akan terasa sakit karena ada kemungkinan kontraksi. Bila

ketuban pecah dini terjadi, terdapat bahaya infeksi pada bayi. Normalnya

air ketuban adalah cairan yang bersih, jernih, dan tidak berbau. Jika

(41)

berbau tidak enak, berarti bayi sudah buang air besar dalam rahim, yang

sering kali menandakan bahwa bayi mengalami distress. (Walyani,2015 :

10)

4. Pembukaan servik : Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-tama

aktivitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan

kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat.

Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang

berkembang. Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui

dengan pemeriksaan dalam. Petugas akan melakukan pemeriksaan dalam

untuk menentukan pematangan, penipisan, dan pembukaan leher rahim.

(Walyani,2015 : 10)

Tanda persalinan palsu, yaitu :

Ketika mendekati kehamilan aterm, banyak wanita hamil

mengeluhkan kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin

menunjukan permulaan persalinan, tetapi meskipun terjadi kontraksi

kemajuan dilatasi servik tidak terjadi yang disebut dengan persalinan

palsu. Lama kontraksi pendek dan tidak terlalu kuat, bila dibawa berjalan

kontraksi biasanya akan menghilang. Kontraksi lebih sering terjadi pada

malam hari tetapi frekuensi dan intensitasnya tidak meningkat dari waktu

ke waktu. (Walyani,2015 : 13)

Kontraksi ini terjadi pada trimester tiga dan sering salah

(42)

awal persalinan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berharri-hari atau

secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum persalinan

yang sebenarnya. Persalinan palsu terasa sangat nyeri, sehingga wanita

akan mengalami kurang tidur dan kekurangan energy dalam

menghadapinya. Prsalinan palsu dapat memberikan indikasi bahwa

persalinan sudah dekat. (Walyani,2015 : 12)

f. Pemeriksaan Dalam Persalinan

Saat mulai terasa mulas dan mngalami kontraksi secara teratur

sebagai tanda akan segera melahirkan, perlu dilakukan pemeriksaan

dalam. Tujuannya untuk mengetahui kemajuan persalinan yang meliputi

pembukaan servik, masih ada atau tidaknya selaput ketuban karena,

apabila sudah pecah harus diberi tindakan. Dengan pemeriksaan dalam

dapat dinilai juga tentang kepala bayi, apakah sudah memutar atau

belum, sampai mana putara tersebut karena kondisi ini akan menentukan

jalannya persalinan. Jantung janin akan dimonitor secara teratur dengan

fetoscope yang akan diperiksa secara rutin oleh petugas kesehatan untuk

mengetahui kesejahteraan janin. Kontraksi uterus dihitung setiap kali ibu

merasakan mulas dan pada saat perut ibu teraba keras. Mengukur

waktunya dan mencatat jarak antara kontraksi ibu (dari akhir kontraksi

sampai kontraksi awal). Tanda-tanda vital ibu juga diperiksa selama

(43)

Selama persalinan seorang bidan harus melakukan asesmen dan intervensi

agar dapat memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah

persalinan dalam kemajuan yang normal. Selain itu, tujuan dilakukannya

asesmen dan intervensi yaitu :

1. Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan

2. Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran

3. Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehinggs ibu berperan

aktif dalam menentukan asuhan

4. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong

kelahiran, dan memberikan asuhan pasca persalinan dini

5. Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan

yang tepat guna dan tepat waktu (Walyani,2015:40).

Asesmen yang wajib / harus dimasukan dalam rencana tindakan adalah :

1) Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf

2) Pemantauan terus menerus TTV ibu

3) Pemantauan terus menerus keadaan bayi

4) Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu

5) Menganjurkan perubahan posisi dan ambulansi

6) Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa nyaman

(44)

Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika

ibu menunjukan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau

perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.

Tabel 1. Frekuensi minimal penilaian intervensi dalam persalinan normal Parameter Frekuensi pada

fase laten

Frekuensi pada

fase aktif Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30-60

Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan

servik

Setiap 4 jam Setiap 4 jam*

Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam*

Sumber : Walyani,2015:41

g. Tahapan Persalinan

1. Persalinan Kala I

Kala I persalinan adalah waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi

pembukaan lengkap (10cm). (Walyani,2015 : 13)

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10). Pada permulaan his, kala

(45)

berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagi akibat his dibagi menjadi 2

fase, yaitu:

1) Fase laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran diameter 3 cm

2) Fase aktif, dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu :

3) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jampembukaaan 3 cm tadi menjadi 4 cm

4) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

5) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Di dalam fase aktif ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akn meningkat

secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit,

dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm,

hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan

rata-rata yaitu, 1 cm pejam untuk primigravida dan 2 cm untuk multigravida.

(Marmi, 2015: 11)

Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi dan multigravida.

Pada primigarvida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,

sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri

eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit

terbuka. Ostium uteri internum dan ekstrnum serta penipisan dan pendataran

(46)

2. Kala II (Pengeluaran)

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam

pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. (Marmi, 2015:13)

Asuhan Sayang ibu dalam kala II

a) Pendamping keluarga : Selama proses persalian berlangsung, ibu

membutuhkan teman dari keluarga. Bisa dilakuakn oleh suami, orang

tua, atau kerabat yang disukai ibu.

b) Libatkan keluarga : Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain

membantu ibu berganti posisi, teman bicara, melakukan rangsangan

taktil, memberikan makanan dan minuman, membantu dalam

mengatasi rasa nyeri dengan memijat bagian lumbal atau pinggang

belakang.

c) KIE proses persalinan : Penolong persalinan memberi pengertian

tentang tahapan dan kemajuan persalinan atau kelahiran janin pada

ibu dan keluarga agar ibu tidak cemas menghadapi mengahadapi

persalinan.

d) Dukungan psikologis : Dukungan psikologis dapat diberikan dengan

bimbingan dan menanyakan apakah ibu memerlukan pertolongan.

e) Membantu ibu memilih posisi : Posisi meneran disesuaikan dengan

(47)

f) Cara meneran : Ibu dianjurkan meneran bila ada kontraksi atau

dorongan yang kuat dan adanya spontan keinginan untuk

meneran.Dan pada saat relaksasi ibu dianjurkan untuk istirahat untuk

mengantisipasi agar ibu tidak kelelahan dan menghindari terjadinya

resiko asfiksia.

g) Pemberian nutrisi : Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan

kebutuahan cairan, elektrolit dan nutrisi. (Marmi, 2015 : 175-176)

3. Kala III (Pelepasan Uri )

Kala III persalinan dmulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung

5-30 menit setelah bayi lahir. ( Rohani, dkk, 2011: 8).

Setelah bayi lahir, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.Di mulai

segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak

lebih dari 30 menit. ( Marmi, 2015: 14).

1) Fisiologi Kala III

Kala III di mulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses ini

merupakan kelanjutan dari proses persalinan sebelumnya. Selama kala III

proses pemisahan dan keluarnya plasenta serta membrane terjadi akibat

factor-faktor mekanis da hemostatis yang saling memengaruhi. Waktu pada

saat plasenta dan selaputnya benar-benar terlepas dari dinding uterus dapat

bervariasi. Rata-rata kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara

(48)

2) Tanda-tanda Pelepasan Plasenta

a) Uterus menjadi globuler, dan biasanya terlihat lebih kencang, ini merupakan

tanda awal

b) Sering ada pancaran darah mendadak

c) Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan turun ke

segmen bawah uterus dan vagina, serta massasnya mendorong uterus ke atas

d) Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menandakan bahwa plasenta

telah turun

3) Manajemen Aktif Kala III

Manajemn aktif kala III merupakan serangkayan tindakan yang dilakukan

setelah bayi lahir untuk mempercepat lepasnya plasenta dengan syarat janin

tunggal. Tujuan manajem aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi

uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu setiap kala,

mencegah perdaraan, dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan

jika dibandingkan kala III fisiologis. (marmi, 2015: 261).

Manajemen aktif kala III terdiri atas 3 langkah utama, yaitu sebagai

berikut:

a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali

c) Massase fundus uteri

Peregangan tali pusat terkendali : Berdiri disamping ibu, pindahkan

(49)

letakan telapak tangan (alasi dengan kain) yang lain, pada segmen bawah

rahim atau dinding uterus dan suprasimpisis. Pada saat terjadi kontraksi,

tegangkan tali pusat sambil tekan uterus ke dorsokranial, ulangi kembali

perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan namun jangan dilakukan

pemaksaan. (Walyani,2015:29)

4) Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat

Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa

jumlah kotiledon, rata-rata 20 kotiledon. Periksa dengan seksama pada bagian

pinggiran plasenta apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta

lain. Amati apakah ada bagian tertentu yang tertinggal atau tidak utuh, jika

kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk membersihkan

sisa plasenta. (Walyani,2015:83)

Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk

memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya dengan

meletakan plasenta diatas bagia yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput

ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput

ketuban. Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera

lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena

sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal didalam uterus dapat

(50)

Pemeriksaan pada tali pusat meliputi periksa panjang tali pusat, bentuk tali

pusat (besar, kecil, atau terpilin), insersio tali pusat, jumlah vena dan arteri

pada tali pusat, serta adakah lilitan pada tali pusat. (Walyani,2015:84)

5) Kebutuhan Ibu Bersalin pada Kala III

Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu untuk dikeringkan

tubuhnya kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan

diletakkan di dada ibu untuk selanjutnya berusaha mencari putting susu ibu.

Selama kala III ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan

IMD maka kontak kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan tersendiri

pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya adalah menjaga suhu tubuh bayi

tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalui

tendangan-tendangan lembut dari kaki bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu

adalah :

a) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui

segera.

b) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

c) Pencegahan infeksi pada kala III

d) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan)

e) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi

f) Memberikan motivasi dan pendamping selama kala III. (Marmi, 2015 : 269)

(51)

Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan

manajemen aktif kala III (ketika PTT). Sampai dengan sesaat setelah plasenta

lahir. Pemantauan kontraksi dilanjutkan selama satu jam berikutnya dalam

kala IV. (Walyani,2015:84)

Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan

pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini

dilakukan seawal mungkin sehingga bidan segera menentukan derajat robekan

dan teknik jahitan yang tepat yang akan digunakan sesuai kondisi pasien.

Bidan memastikan apakah jumlah darah yang keluar adalah akibat robekan

jalan lahir atau karena pelepasan plasenta. (Walyani,2015:84)

a. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plsenta

lahir untuk memantau kondisi ibu. Keadaan dimana segera setelah terlahirnya

plsenta terjadi peeubahan maternal terjadi pada saat stress fisik dan emisional

akibat persalinan dan kelahirana mereda dan ibu memasuki penyembuhan post

partum dan bonding (ikatan). (Marni, 2015:295).

Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah masa post

partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu

akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya terjadi dalam 6

jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia

post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah

(52)

setelah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea, perineum dan

kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai semua stabil

dalam kisaran normal. Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa:

a) Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.

b) Evaluasi tinggi fundus uteri caranya: letakkan jari tangan secara melintang

antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau di

bawah pusat.

c) Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan

d) Pemeriksaan perineum

e) Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi

f) Pendokumentasian. (Marmi, 2015:302)

h. Asuhan Persalinan Normal

Dasar dari asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi

terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia pada bayi baru

lahir. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan

mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

(Prawirohardjo,2014 : 334)

60 langkah asuhan persalinan normal terdiri dari :

(53)

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua seperti : ibu mempunyai

keinginan untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rectum atau vagina, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter anal

membuka.

b) Menyiapkan pertolongan persalinan :

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.

Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril

sekali pakai didalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, dan mengeringkan tangan

dengan handuk satu kali pakai.

5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan pemeriksaan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung

tangan steril) dan meletakan kembali di partus set.

c) Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik :

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-hati dari depan ke

belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air

desinfeksi tingkat tiinggi.

8. Dengan menggunakan teknik asptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk

memastikan bahwa pembukaan servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban

(54)

9. Mendekontaminasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian lepaskan dalam keadaan

terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin s0,5% selama 10 menit.

Mencuci tangan.

10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit). Mengambil

tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal, dan mendokumentasikan hasil

pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian, serta asuhan lainnya

dalam partograf.

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran :

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi nyaman sesuai dengan keinginannya.

Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa

nyaman)

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran :

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk

meneran

b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran

(55)

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu

f. Menganjurkan asupan cairan per oral

g. Menilai DJJ setiap lima menit

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam waktu

120 menit (2jam) meneran untuk ibu primipara, atau 60 menit (1jam) untuk

ibu multipara, merujuk segera.

i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang

aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk

mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di

anatara kontraksi

j. Jika kelahiran bayi belum terjadi, rujuk segera

e) Persiapan pertolongan kelahiran :

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm, letakan

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi

15) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

16) Membuka partus set

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

f) Menolong kelahiran bayi :

Lahirnya kepala :

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6cm, lindungi perineum

(56)

bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala

bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk

meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa

yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan)

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi, dan kemudia segera meneruskan proses kelahiran bayi :

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas

kepala bayi

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan eraty, mengklem di dua tempat dan

memotongnya

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secaraspontan

g) Lahir bahu :

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kea rah bawah dan kearah

luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan

lembut menarik kea rah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang

berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan

posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan

(57)

tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas

(anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangga saat punggung

kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu

kelahiran kaki.

h) Penanganan bayi baru lahir :

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di atas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila

tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila

bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan

kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin secara IM.

27) Memnjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan memasang klem

kedua 2cm dari klem pertama (kea rah ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan

memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi

dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,

membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil

(58)

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

i) Oksitosin :

31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk

menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ibu akan disuntik.

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10

unit secara IM di gluteus atau 1/

3 atas paha kanana ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

j) Peregangan tali pusat terkendali :

34) Memindahkan klem pada tali pusat

35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang

pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan

manstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan peregangan tali

pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian

bawah uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso

kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali

pusat dan menunggu hingga kontraksi berikutnya mulai. Jika uterus tidak

berkontraksi, minta ibu atau anggota keluarga melakukan rangsangan putting

(59)

k) Mengeluarkan plasenta :

37) Setelah plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat

kea rah bawah dan kemudian kearah atas mengikuti kurva jalan lahir sambil

meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar

5-10cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali pusat selama 15

menit :

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan

menggunakan teknik aseptik jika perlu

3) Meminta keluarga menyiapka rujukan

4) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak kelahiran bayi

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan

dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.

Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi

atau steril dengan memeriksa vagina dan servik ibu dengan seksama.

Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forsep disinfeksi tingkat tinggi

atau steril untuk melepaskan bagian dan selaput yang tertinggal.

(60)

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,

meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

m) Menilai perdarahan :

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan

selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban

lengkap dan utuh. Meletakan plasenta didalam kantung plastic atau tempat

khusus.

a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik,

lakukan tindakan yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit

laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

n) Melakukan prosedur pasca persalinan :

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut

dengan desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan nya dengan kain bersih

dan kering

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikat tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat

(61)

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan

simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakannya ke dalam larutan klorin 0,5%

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan

handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

a) 2-3 kali dalam 5 menit pertama pasca persalinan

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca perslinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai

untuk melaksanakan atonia uteri

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan

dengan anastesi local dan menggunakan teknik yang sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu / keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan

memeriksa kontraksi uterus

51) Mengevaluasi kehilangan darah

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam

kedua pasca persalinan.

a) Memeriksa temperature suhu ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama

(62)

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

o) Kebersihan dan keamanan :

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat sampah

yang sesuai

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dnegan larutan

klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, membalikan

bagian dalam ke luar dan meendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

p) Dokumentasi :

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

(63)

i. Kebutuhan Selama Persalinan

a) Pendamping persalinan

Pendamping merupakan keberadaan seseorang yang mendampingi atau

terlibat langsung sebagai pemandu persalinan, di mana yang terpenting adalah

dukungan yang diberikan pendamping persalian selama kehamilan, persalian,

dan nifas agar proses persalian yang dilaluinya berjalan dengan lancar dan

memberi kenyaman bagi ibu bersalin. Pendamping suami adalah suami yang

mendampingi atau menemani istri dalam proses persalian. (Marmi, 2015 : 73)

Dukungan yang terus menerus dari seorang pendamping persalian kepada

ibu selama proses persalian dan melahirkan, memberikan rasa nyaman,

semnagat, membesarkan hati ibu dan meningkatkan rasa percaya diri ibu,

serta mengurangi kebutuhan tindakan medis. Dukungan suami dalam proses

persalian merupaka sumber kekuatan ibu yang tidak dapat diberikan oleh

tenaga kesehatan. Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap

istri baik secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis,

emosi, informasi, penilaian dan finansial. (Marmi, 2012 : 73)

Sentuhan penghibur dan dororngan orang yang mendukung dengan cara

menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu utntuk mendampingi ibu

selama proses persalinan seperti suami, keluarga, atau teman dekat. Suami dan

keluarga dianjurkan untuk berperan aktif dalm mendukung dan melakukan

kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi ibu.pendamping ibu saat

Gambar

Tabel 1. Frekuensi minimal penilaian intervensi dalam persalinan normal
Gambar  1. Menjahit Luka Perineum
Gambar  2. Cara Pemijatan Perineum

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang MahaEsa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan Rahmat serta Berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang MahaEsa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini.. Penulisan

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan