ABSTRAK
HUBUNGAN PENINGKATAN BODY MASS INDEX DENGAN KADAR FERRITIN SERUM PADA PRIA DEWASA
Chriszencia Siswanto, 2016
Pembimbing Utama : Adrian Suhendra, dr.,SpPK., M.Kes. Pembimbing Pendamping : Daniel W.Purwadisatra, dr., PA.
Latar Belakang Body mass index (BMI) merupakan suatu indikator untuk mengetahui seseorang masuk dalam golongan underweight, normal, overweight, atau obesitas. Obesitas yang merupakan suatu penyakit kronik akan meningkatkan risiko berbagai penyakit salah satunya adalah anemia karena penyakit kronik. Anemia adalah salah satu penyakit hematologi yang banyak diderita oleh masyarakat. Anemia ditandai dengan menurunnya kadar sel darah merah yang dapat dinilai dengan berbagai cara yaitu salah satunya adalah dengan mengukur nilai ferritin serum sebagai cadangan utama zat besi yang digunakan sebagai salah satu bahan pembentuk sel darah merah.
Tujuan penelitian Mengetahui hubungan peningkatan BMI dengan kadar ferritin serum pada pria dewasa.
Metode Penelitian ANAVA satu arah yang dilanjutkan dengan LSD digunakanuntuk menilai hubungan peningkatan BMI dengan kadar ferritin serum antara 30 orang subjek penelitian dewasa berusia 18-30 tahun. Penelitian dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai BMI.
Hasil Penelitian Hubungan peningkatan BMI dengan kadar ferritin serum pada pria dewasa untuk setiap kelompoknya menunjukkan penurunan kadar ferritin serum. Rerata kadar ferritin serum semakin menurun setiap peningkatan BMI yaitu kelompok BMI normal 100,3 ng/mL, kelompok BMI overweight 85,8 ng/mL, dan kelompok BMI obesitas 78,8 ng/mL. Apabila hasil penelitian dihitung menggunakan ANAVA maka perbandingan antara kelompok BMI normal dengan BMI overweight, antara kelompok BMI normal dengan BMI obesitas, dan atara kelompok BMI overweight dengan BMI obesitas menunjukan hasil berbeda bermakna (p<0,01). Terlihat adanya penurunan kadar ferritin serum pada kelompok overweight dan obesitas dibandingkan dengan kelompok BMI normal. Kesimpulan Meningkatnya Body Mass Index akan menurunkan kadar ferritin serum.
ABSTRACT
ASSOCIATION OF INCREASED BODY MASS INDEX WITH LEVEL of SERUM FERRITIN IN ADULT MAN
Chriszencia Siswanto, 2016
Tutor I : Adrian Suhendra, dr.,SpPK., M.Kes. Tutor II : Daniel W.Purwadisatra, dr., PA.
Background Body Mass Index is an indicator that is frequently use to classify a person into underweight, normal weight, overweight or obese. Obesity is a chronic disease that will Increase of the risk of various diseases, one of them is anemia due to chronic diseases Anemia is one of the most common hematological diseases. Anemia is marked by the loss of red blood cells level that can be identified by lots of methods. One of them is by measuring the level of Ferritin in blood that is storage as a reserve for iron that is used to produce red blood cells.
Research Purpose to investigate the relation between the increased body mass index and the level of serum ferritin in adult man.
Research Methodology One way ANOVA then continued by LSD is used to find the relation between body mass index and the level of Ferritin inside the blood in 30 adults participants aging 18-30 years old. The research is divided into 3 groups based on the body mass index.
Results In each of the group, the relation between increased the body mass index and the serum ferritin in adult man showed a decreased amount of serum ferritin. Mean levels of serum ferritin decreased every increase in BMI, the normal BMI group is 100.3 ng / mL, overweight BMI group is 85.8 ng / mL, and obese BMI group is 78.8 ng / mL. The results of the study were calculated using ANOVA to compare between the normal BMI group with a BMI overweight, between the normal BMI group with BMI obesity, and between the group with BMI obesity overweight BMI and results showed highly significant difference (p<0.01). It shows that there is a decreased amount of Ferritin inside the blood in the overweight and the obese group compared to the normal weight group.
Conclusion The increase of the body mass index will decrease the Ferritin level inside the blood
DAFTAR ISI
2.3Anemia ... 15
3.5.1 Perhitungan Pemilihan Jumlah Sampel ... 23
3.5.2 Prosedur Pemilihan Sampel ... 24
3.6Metode Analisa ... 25
3.6.1 Analisis Data ... 25
3.6.2 Hipotesis Statistik ... 25
3.6.3 Kriteria Uji ... 25
3.7Aspek Etik Penelitian ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Uji Normalitas ... 27
4.3Analisis Statistik ... 28
4.4Pembahasan ... 29
4.5Uji Hipotesis ... 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 32
5.2Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
LAMPIRAN ... 35
Halaman Tabel 2.1 The International Classification of adult underweight, overweight
and obesity according to BMI ... 9 Tabel 2.2 IOTF-proposed classification of BMI categories for Asia ... 9 Tabel 2.3 Indikasi dan Gejala dari Anemia Defisiensi Fe ... 18 Tabel 4.1 Rerata Kadar Ferritin (ng/mL) pada Setiap Kelompok Prtisipan
... 28
Tabel 4.2 Uji ANOVA Kadar Ferritin Serum pada Setiap Kelompok ... 28 Tabel 4.3 Hasil Uji Beda Rerata Metode LSD ... 29
Halaman Gambar 2.1 Metabolisme Fe ... 6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Informed consent ... 35
Lampiran 2 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 36
Lampiran 3 Data Hasil Penelitian ... 37
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Body Mass Index (BMI) merupakan suatu indikator yang sering digunakan
dalam ilmu kesehatan untuk mengetahui seseorang tergolong dalam kriteria
underweight, normal, overweight, atau obesitas. Body Mass Index adalah indeks
sederhana yang dihitung berdasarkan berat badan seseorang dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Body Mass Index dapat
dipergunakan pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa wanita ataupun pria.
Sedangkan pada ibu hamil, atlet, dan anak-anak perhitungan BMI tidak dapat
dipergunakan.
Overweight dan obesitas merupakan suatu keadaan di mana terdapat akumulasi
lemak yang abnormal atau berlebih pada tubuh yang mengganggu kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO) jika BMI ≥ 25 maka orang tersebut
dikatakan overweight, jika BMI ≥ 30 maka orang tersebut dikatakan mengalami
obesitas (WHO, 2016).
Obesitas di seluruh dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun
1980. Pada tahun 2014, 39% dari orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) mengalami
overweight. Dari populasi tersebut, lebih dari 1,9 miliar didiagnosis overweight
dan 600 juta orang mengalami obesitas. Sebagian besar populasi dunia dengan
overwight dan obesitas membunuh lebih banyak orang daripada kekurangan berat
badan. Obesitas dan overweight tidak hanya meningkat pada populasi negara maju
tetapi pada negara berkembang juga (WHO, 2016).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia, prevalensi
penduduk laki-laki dewasa yang mengalami obesitas pada tahun 2013 sebanyak
19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 sebanyak 13,9% dan tahun 2010 sebanyak
7,8% dan prevalensi obesitas pada perempuan dewasa sebanyak 32,9%, naik dari
obesitas pun lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan dan
lebih tinggi pada kelompok masyarakat berpendidikan lebih tinggi serta bekerja
sebagai PNS/TNI/Polri/Pegawai. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas
pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibandingkan laki-laki (16,3%). Semakin
tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita memiliki kecenderungan
semakin tinggi prevalensi obesitasnya (PEDEPERSI, 2012).
Penyebab mendasar dari obesitas dan overweight adalah ketidakseimbangan
antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang dikeluarkan. Secara mendasar
peningkatan asupan makanan padat energi yang tinggi lemak, peningkatan
pola hidup sedentary life, pekerjaan, perubahan sarana transportasi, pola tidur
yang tidak benar, dan peningkatan urbanisasi merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan insidensi overweight dan obesitas. Perubahan pola
makan dan aktivitas fisik sering kali merupakan hasil dari perubahan lingkungan
dan sosial yang terpengaruh oleh perubahan jaman (WHO, 2016).
Obesitas yang merupakan suatu penyakit kronik akan meningkatkan risiko
diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, masalah
pernafasan, dan efek psikologis. Penyakit yang disebabkan oleh obesitas ini dapat
muncul di kemudian hari ataupun segera menyerang penderita obesitas
(Ghadiri-Anari et al., 2014).
Ferritin merupakan suatu reaktan fase akut yang akan meningkat saat terjadi
inflamasi. Selain itu sitokin seperti interleukin-1β dan Tumor Necrosis Factor α (TNFα) akan memicu produksi makrofag, hepatosit, dan adiposit. Obesitas juga dianggap sebagai inflamasi kronik yang akan memicu berbagai mediator
inflamasi. Pada keadaan obesitas memungkinkan terjadi anemia karena penyakit
kronik yang ditandai dengan penurunan kadar ferritin. Hal ini disebabkan karena
dikeluarkannya secara terus menerus ferritin pada keadaan inflamasi yang akan
menyebabkan kadar ferritin akan berkurang pada inflamasi yang telah
berlangsung lama/kronik misalnya pada anemia karena penyakit kronik
(Ghadiri-Anari et al., 2014).
Penelitian terdahulu oleh Akram Ghadiri-Anari dkk. pada tahun 2014
pada populasi bangsa Iran menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara BMI
dengan kadar ferritin serum (Ghadiri-Anari et al., 2014). Pada penelitian lainnya
oleh Yanoff dkk. pada tahun 2007 mengenai inflamasi dan defisiensi Fe pada
obesitas menunjukkan bahwa kadar ferritin menurun secara sangat signifikan
seiring dengan meningkatnya kadar BMI (Yanoff, 2007). Berdasarkan hal-hal di
atas maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara peningkatan BMI
dengan kadar ferritin serum pada pria dewasa.
1.2Identifikasi masalah
Apakah peningkatan nilai BMI akan menurunkan kadar ferritin serum pada pria dewasa.
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan peningkatan
BMI dengan kadar ferritin serum pada pria dewasa.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis adalah untuk mengetahui efek overweight dan obesitas
terhadap kadar ferritin dalam darah. Manfaat praktis adalah untuk mencegah dan
mengatasi efek samping yang terjadi pada tubuh bila BMI berlebih khususnya
1.5 Kerangka Pemikiran
Obesitas adalah keadaan inflamasi kronik yang akan meningkatkan
reaktan fase akut di dalam tubuh. Pada manusia normal, kadar zat besi dalam
darah dipengaruhi oleh absorbsi di dalam usus halus dan jaringan yang
menyimpan zat besi. Ada dua jenis protein yang sangat memengaruhi kadar
zat besi dalam tubuh yaitu hepcidin dan lipocalin-2 yang berasal dari adiposit.
Sitokin proinflamasi pada obesitas memicu pengeluaran hepcidin dan lipocalin-2
dan peningkatan sintesis ferritin di retikuloendotelial sel yang menghambat
penyerapan besi baik di retikuloendotelial sistem (RES) maupun adiposit. Secara
klinik hal ini menyebabkan penurunan kadar ferritin serum (Ghadiri-Anari et al.,
2014).
1.6Hipotesis Penelitian
Peningkatan nilai BMI akan menyebabkan kadar ferritin serum semakin
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Meningkatnya Body Mass Index akan menurunkan kadar ferritin serum.
5.2 Saran
Sebaiknya masyarakat lebih sadar untuk menjaga pola hidup sehat karena peningkatan nilai BMI dapat menyebabkan berbagai
penyakit.
HUBUNGAN PENINGKATAN BODY MASS INDEX
DENGAN KADAR FERRITIN SERUM
PADA PRIA DEWASA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
CHRISZENCIA SISWANTO
1310119
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN PENINGKATAN BODY MASS INDEX DENGAN KADAR FERRITIN SERUM PADA PRIA DEWASA” ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karna itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. dr. Adrian Suhendra, SpPK., M.Kes. sebagai Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan, saran, waktu dan tempat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.
2. dr. Daniel W.Purwadisatra sebagai Pembimbing Pendamping yang dengan penuh ketekunan mencurahkan perhatian, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis
3. Papa, Mama, kakak, dan sepupu atas cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
4. Sahabat-sahabat tercinta, Audri, Ayunda, Deya, Enriko, Daniel, Jessica Natasya Caesaria, Benediktus Kevin Andrien, Sarah Amalia yang telah bersama-sama berjuang, saling mendukung dan membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Teman-teman yang memiliki kesamaan pembimbing dengan penulis; Christine, Geby, Nadia, Shendy yang telah saling membantu dan mendukung dalam penyelesaiaan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.
Bandung, 16 November 2016
DAFTAR PUSTAKA
Dambal, S. S., & Kumari, S. (2011). Relantionship of Obesity With Micronutrient Status, (1), 280–284.
Dennis O’Neil. (2013). Human Blood: Blood Components. Retrieved June 10,
2015, from http://anthro.palomar.edu/blood/blood_components.htm
Ghadiri-Anari, A., Nazemian, N., & Vahedian-Ardakani, H.-A. (2014).
Association of Body Mass Index with Hemoglobin Concentration and Iron Parameters in Iranian Population. ISRN Hematology, 2014, 1–3.
https://doi.org/10.1155/2014/525312
Guyton, A.C and Hall, J. . (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (N. Rachman,
Luqman Yanuar ; Hartanto, Huriawati ; Novrianti, Adinta ; Wulandari, Ed.)
(11th ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harmening, D. M. ; (2002). Clinical Hematology and Fundamentals of Hemostasis. (D. M. Harmening, Ed.) (4th ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company.
John P. Greer, John Foerster, John N. Lukens, George M. Rodgers, F. P. (2003).
Wintrobe’s clinical hematology (11th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Miale, J. B. (1982). Laboratory Medicine Hematology (sixth). Saint Louis: Mosby.
Newfield, R. S., Koren, I., Agmon, A., Lilos, P., & Phillip, M. (2003). SHORT COMMUNICATION Greater prevalence of iron deficiency in overweight and obese children and adolescents, (April), 416–418.
https://doi.org/10.1038/sj.ijo.802224
PEDEPERSI. (2012). Risiko Penyakit Degeneratif Mengintai Penderita Obesitas. Retrieved February 16, 2016, from
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=815&catid=23
ASEAN Federation of Endocrine Societies, 26(2), 117–121. https://doi.org/10.15605/jafes.026.02.06
Russell La Fayette Cecil, Lee Goldman, D. A. A. (2008). Cecil Medicine. (D. A. A. Lee Goldman, Ed.) (23rd ed.). Philadelphia: Saunders Elsevier.
Weisell, R. C. (2002). Body mass index as an indicator of obesity. Asia Pacific J Clin Nutr, 11 Suppl, S681-4. https://doi.org/367 [pii]
WHO | Obesity and overweight. (2016). WHO. Retrieved from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/
Yanoff, L. B., Menzie, C. M., Denkinger, B., Sebring, N. G., McHugh, T.,
Remaley, A. T., & Yanovski, J. A. (2007). Inflammation and iron deficiency in the hypoferremia of obesity. International Journal of Obesity, 31(9), 1412–9. https://doi.org/10.1038/sj.ijo.0803625