• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Temperatur Terhadap Kadar Air Dalam Inti Sawit Pada Unit Kernel Silo Di Stasiun Kernel Di PKS PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Temperatur Terhadap Kadar Air Dalam Inti Sawit Pada Unit Kernel Silo Di Stasiun Kernel Di PKS PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR DALAM

INTI SAWIT PADA UNIT KERNEL SILO DI STASIUN KERNEL

DI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

TUGAS AKHIR

RETNO HUTAMI

082409019

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR DALAM INTI SAWIT PADA UNIT KERNEL SILO DI STASIUN KERNEL

DI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya RETNO HUTAMI

082409019

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR

DALAM INTI SAWIT PADA UNIT KERNEL SILO DI

STASIUN KERNEL DI PKS PT MULTIMAS NABATI

Ketua Program Studi DIII Kimia Industri

Ketua, Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar , M.Si Prof. DR. Harry Agusnar,MSc,Mphil

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR DALAM INTI SAWIT PADA UNIT KERNEL SILO DI STASIUN KERNEL DI PKS PT. MULTIMAS

NABATI ASAHAN - KUALA TANJUNG

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Berkat, Rahmat, dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini mulai dari awal penyusunan sampai selesai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli madya pada program diploma 3 kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai selesai, Penulis banyak mendapat dorongan, bantuan, motivasi, petunjuk,kritik, dan saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati Penulis menyeampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Kedua Orang tua serta Kakak,Abang dan adik yang penulis sangat

sayangi,terima kasih atas segala doa dan usahanya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan meraih gelar Ahli madya.

2. Bapak Prof.Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta saran kepada penulis selama proses penyusunan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua jurusan D-III kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dra. Emma Zaidar, Msc, selaku Ketua program studi Diploma 3 Kimia Industri FMIPA USU

5. Bapak Asman selaku pembimbing lapangan untuk kegiatan praktek kerja lapangan

6. Bapak pimpinan serta seluruh karyawan dan karyawati PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN Kuala Tanjung

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama Penulis mengikuti perkuliahan. 8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa KIN 08 yang turut membantu Penulis dalam

(6)

Penulis menyadarai sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan Penulis baik dari segi kemampuan maupun ilmu pengetahuan. Tetapi, penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk kesempurnaan dan kelengkapan karya ilmiah. Penuis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca pada khususnya dan lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran yang bertujuan untuk membangun dalam penulisan karya ilmiah ini.

Medan, Juni 2011

(7)

ABSTRAK

Kandungan air yang terdapat dalam inti kelapa sawit adalah merupakan salah satu penentu kwalitas minyak inti sawit (PKO). Penentuan kadar air pada minyak inti sawit (PKO) yang terdapat di PT. Multimas Nabati Asahan yang terdapat di Sumatera Utara adalah hal yang mutlak dilakukan. Kadar air pada minyak inti sawit harus memenuhi standard nasional yaitu berkisar 7-8%.

(8)

THE EFFECT OF TEMPERATURE ON WATER CONTENT IN PALM KERNEL INTHE

UNIT SILO AT THE STATION KERNEL IN PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

ABSTRACT

Water content contained in palm kernel is one of the determinants of quality of palm kernel oil (PKO). Determination of water content in palm kernel oil (PKO) found on PT. Multimas Nabati Asahan contained in northern Sumatra is an absolute done. Water content in palm kernel oil (PKO) must meet national standards that range from 7-8%.

(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN iii

PERNYATAAN iv

PENGHARGAAN v

ABSTRACT vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 2

1.3.Tujuan 2

1.4.Manfaat 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1.Kelapa Sawit 3

2.2.Minyak Sawit 5

2.2.1. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Sawit (CPO) 5

2.2.2. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Inti Sawit (PKO) 6

2.2.3. Komposisi Minyak Sawit 6

(10)
(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.1 Perbandingan Sifat Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan Minyak 6

Inti Kelapa Sawit (PKO)

Tabel 2.2.3 Komposisi Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit (CPO) 7

Dan Minyak Inti Kelapa Sawit (PKO)

Tabel 2.2.4 Komposisi Inti Sawit 8

Tabel 2.3.2. Standart Mutu Minyak Sawit,Minyak Inti Sawit,dan 10

Inti Sawit

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Standart Mutu Minyak Inti Sawit 28

(14)

ABSTRAK

Kandungan air yang terdapat dalam inti kelapa sawit adalah merupakan salah satu penentu kwalitas minyak inti sawit (PKO). Penentuan kadar air pada minyak inti sawit (PKO) yang terdapat di PT. Multimas Nabati Asahan yang terdapat di Sumatera Utara adalah hal yang mutlak dilakukan. Kadar air pada minyak inti sawit harus memenuhi standard nasional yaitu berkisar 7-8%.

(15)

THE EFFECT OF TEMPERATURE ON WATER CONTENT IN PALM KERNEL INTHE

UNIT SILO AT THE STATION KERNEL IN PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

ABSTRACT

Water content contained in palm kernel is one of the determinants of quality of palm kernel oil (PKO). Determination of water content in palm kernel oil (PKO) found on PT. Multimas Nabati Asahan contained in northern Sumatra is an absolute done. Water content in palm kernel oil (PKO) must meet national standards that range from 7-8%.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Secara alami air terdapat dalam minyak sawit. Kenaikan kadar air terjadi karena proses penyimpanan minyak sawit dalam waktu yang cukup lama. Kenaikan kadar air dalam minyak dapat menaikkan kadar asam lemak bebas (ALB) dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak bebas ini menyebabkan turunnya mutu dari minyak sawit tersebut. Kenaikan kadar air dalam minyak sawit dapat pula terjadi karena kebocoran dari pipa pemanas pada tangki penyimpanan serta pengambilan ulang (recovery) minyak sawit bekas pembilasan, jalur pengambilan sampel (sampling point) untuk keperluan analisa.

Penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan , transportasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengeringkan kadar air pada inti kelapa sawit dengan cara pemanasan.

(17)

Salah satu tahapan proses pada pengolahan kelapa sawit yaitu stasiun biji (PKO) ,dimana pada stasiun biji ini terdapat hasil pengempaan yaitu berupa cangkang dan inti sawit (kernel). Biji sawit yang dihasilkan dari stasiun biji akan diolah kembali menjadi inti sawit melalui beberapa tahapan proses. Salah satu tahapan proses tersebut yaitu di stasiun pengeringan biji, dimana proses pengeringan ini dilakukan untuk mengeringkan inti yang masih mengandung air sebesar 15-25% .

Pengeringan pada kernel silo dengan menggunakan steam heater yang dihembuskan oleh fan kedalam ruang kernel silo, dimana kadar air yang diisyaratkan pada kernel silo adalah 7-8%. Dengan demikian asam lemak bebas tidak cepat meningkat pada waktu penyimpanan dan selama pengangkutan dilakukan.

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengaruh temperatur terhadap kadar air dalam inti sawit pada kernel silo di PT. Multimas Nabati Asahan, Kuala Tanjung.

1.3. Tujuan

1. Untuk melihat pengaruh temperatur optimum terhadap kadar air dalam inti sawit pada kernel silo di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.

1.4.Manfaat

1. Memberi informasi tentang pengaruh temperatur optimum dan kadar air yang ditoleransi dalam minyak inti sawit.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaesis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya,seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (Yan Fauzi,1992).

Kelapa sawit termasuk tumbhan pohon yang memiliki tinggi dapat mencapai 24 m. Bunga dan buahnya berupa tandan , bercabang banyak. Buahnya kecil , bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat, daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun dan lilin. Ampasnya digunakan untuk makanan ternak dan tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

(19)

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebalnya tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung, penampung irisan buah kandungan minyak dalam buah kelapa sawit dapat dibagi atas tiga varietas yaitu :

1. Dura, dengan tempurung yang tebal yaitu antara 2-8 mm, daging buah relatif tipis dan kandungan minyak nya rendah.

2. Pisifera,dengan biji yang kecil dan mempunyai tempurung yang sangat tipis tetapi daging buahnya tebal sehingga kandungan minyaknya tinggi.

3. Tenera, varietas mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya,yaitu Dura dan Pisifera. Denga tempurung tipis dan ketebalan 0,5-4 mm.

Persentase daging buah terhadap buah tinggi sehingga kandungan minyak dalam buah yang dihasilkan lebih baik.

Berdasarkan warna kulitnya ada tiga varietas kelapa sawit yang dikenal yaitu :

1. Nigrescens : buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan menjadi jingga kehitam-hitaman sewaktu telah masak.

2. Virescens : buah warna hijau pada waktu muda dan ketika masak menjadi jingga kemerahan tetapi ujungnya tetap kemerahan,

(20)

Kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukkan . proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat pada perubahan warna kulitnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat ini buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandannya.

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asan Lemak Bebas. Hal itu tentu akan banyak merugikan pada buah yang terlalu masak, sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi asam lemak bebas sehingga akan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak. ( Tim Penulis,1997)

2.2. Minyak Sawit

Minyak sawit yang sekarang banyak ditemukan di pasar sebagai minyak goreng itu di peroleh dari daging buah dan inti (kernel sawit). Dengan demikian minyak sawit didapatkan dengan memproses daging buah beserta memecah tempurung inti atau kernel.

2.2.1.Sifat Fisik dan Kimia Minyak Sawit (CPO)

(21)

karoten dalam jumlah minyak yang banyak. Minyak sawit memiliki bau yang khas dan sangat tahan terhadap proses oksidasi. Sifat ini disebabkab adanya Zat tecoferol.

2.2.2. Sifat Fisik dan KimiaMinyak Inti Sawit (PKO)

Minyak inti sawit (PKO) dihasilkan dari inti kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau sangat kuat dan khas sekali. Nilai sifat fisika kimia minyak sawit (CPO) dan minyak inti (PKO) dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.2.1. Perbandingan Sifat Minyak Kelapa Sawit (CPO) Dan Minyak Inti

(PKO)

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti sawit

Bobot jenis pada suhu kamar 9,900 0 900-0,913

Indeks Bias 1,4565-1,44585 1,395-1,415

Bilangan Iodium 48-56 14-20

Sumber : Ketaren , 1986

2.2.3 Komposisi Minyak Sawit

(22)

kelapa sawit dapat dilihat pada table dibawah ini. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3%.

Tabel 2.2.3 Komposisi Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit (CPO) Dan

Minyak Inti Kelapa Sawit(PKO)

No Rumus molekul Asam Lemak Minyak Sawit (%) Berat

Minyak Inti (%) Berat

1 C6H12O2 Kaproat - 3 – 7

2 C8H16O2 Kaprilat - 3 – 4

3 C12H24O2 Laurat - 46 – 52

4 C14H28O2 Miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

5 C16H32O2 Palmitat 40 – 46 6,5 – 9

6 C18H36O2 Stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

7 C18H34O2 Oleat 39 – 45 13 – 15

Sumber : Ketaren,1986

2.2.4. Kegunaan dan Komposisi Biji Inti Sawit

Minyak inti sawit yang baik,berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah di pucatkan . pemakaian utama minyak inti sawit disamping sebagai minyak yang bisa di makan. Minyak inti sawit banyak juga

(23)

Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian yang disebut extactable non protein yang mengandung sejumlah sukrosa,gula,produksi,dan pati tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati.

Tabel 2.2.4. Komposisi Inti Sawit

2.3. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia,oleh karena itu

syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak sawit

dapat dibedakan menjadi dua arti yang sangat penting yaitu : pertama, benar-benar murni dan

tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan

dengan menilai sifat-sifat fisiknya , yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan

dan bilangan iodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat

mutu diukur berdasarkan spesifikasi standard mutu internasional yang meliputi kadar asam

(24)

2.3.1.Mutu minyak kelapa sawit

Standart mutu minyak kelapa sawit adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu yaitu :

a.Mengandung air dan kotoran dalam minyak

b.Kandungan asam lemak bebas

c.Warna, dan bilangan peroksida

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01%. Kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (±2%), bilangan peroksida dibawah 2, bebas warna merah dan kuning (harus warna pucat), tidak berwarna hijau,jernih dari kandungan logam serendah mungkin, ata bebas dari ion logam.

2.3.2Mutu inti sawit

Inti sawit (palm kernel) merupakan hasil kedua setelah minyak sawit. Dari inti sawit dapat diperoleh minyak sawit (PKO) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan.

Mutu minyak inti sawit sangat dipengaruhi oleh perlakuan-perlakuan selama proses pengolahannya, sehingga penting diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu minyak inti sawit adalah :

a.Air dan kotoran

(25)

c.Bilangan peroksida dan daya pemucatan

Pengeringan inti sawit dilakukan sampai kadar air yang setimbang dengan kelembaman udara sekitarnya. Biasanya sampai kadar air 7%. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relativ terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.

Tabel 2.3.2. Standard Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit

Karakteristik Minyak Sawit

Inti sawit Minyak Inti Sawit keterangan

(26)

2.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

2.4.1.Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikat dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas mengakibatkan rendemen minyak turun. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar asam lemak bebas yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :

a.Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

b.Keterlambatan dalam proses pengumpulan dan pengangkutan buah

c.Penumpukan buah yang terlalu lama

d.Proses hidrolisa selama pemprosesan di pabrik

Pengaruh kadar asam lemak bebas yang tinggi terhadap mutu minyak produksi yaitu :

a.Timbulnya ketengikan dalam minyak

b.Meningkatnya kadar kolestrol dalam minyak

c.Kadar zat menguap dan kotoran

(27)

2..4.2.Kadar logam

Mutu dan kualitas minyak kelapa sawit yang mengandung logam-logam tersebut akan turun sebab dalam kondisi tertentu,logam-logam tersebut dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikkan.

2.4.3.Angka oksidasi

Proses oksidasi yang distimuliroleh logam jika berlangsung dengan intensif akan mengakibatkan ketengikkan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap). Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.

2.4.4.Pemucatan

Pemucatan dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan,biaya serta rendemen hasil akhir yang akan diperoleh. Untuk standar mutu didasarkan pada warna merah 3,5 dan warna kuning. (Tim Penulis,1997)

2.5. Kegunaan Minyak Inti Sawit

(28)

2.6 Hasil Sampingan

Hasil sampingan minyak inti sawit adalah bungkil dan pellet inti sawit. Bungkil adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan,sedangkan pellet adalah bubuk yang dicetak kecil-kecil bentuk bulat panjang berdiameter kurang lebih 8mm. Di Indonesia kelapa sawit yang pabrik ekstraksinya minyak kelapa sawit berada di belawan.

Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standart dan pengawasan mutu bungkil dan pellet inti kelapa sawit,untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen. (Ketaren,1986)

2.7. Kadar air dan Zat Menguap

Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju,selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku industri dalam industri nonpangan saja,tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya. Lagi pula tidak semua pabrik minyak sawit mempunyai teknologi dalam instalasi lengkap,terutama yang berkaitan dengan proses penyaringan minyak sawit. Pada umumnya proses penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan,yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Dengan proses diatas,kotoran-kotoran berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi kotoran-kotoran ato serabut yang berukuran kecil tidak bisa

(29)

beranggapan dan menuntut kebersihan serta kemurnian minyak sawit tersebut merupaka tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen.

Meskipun kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit kecil,tetapi hal tersebut belum menjamin,mutu minyak harus dijaga dengan membuang kotoran dan zat menguap.hal ini dilakukan dengan alat pemurnian modern. Dari hasil

pengempaan,minyak sawit kasar dipompa kedalam melalui pipa,kurang lebih 30 menit kemudian,minyak sawit kasar dapat telah dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80% minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari tangki pemisah bersama air panas bersuhu 95oC dengan perbandingan 1:1 diolah pada purifier centrifuge.dari hasil pengolahan didapat minyak sawit dengan kadar zat menguap sebesar 0,3% dan kadar kotoran hanya sebesar 0,0005%. Dalam kondisi diatas,sudah dianggap mempunyai kondisi yang mantap.

Akan tetapi untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya hidrolisa ,perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung zat menguap sebesar 0,1%. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi proses

(30)

2.8. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PKO) meliputi tahapan-tahapan berikut ini :

2.8.1.Stasiun Penerimaan Buah

Sebelum diolah dalam PKS,tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang dijembatan timbang dan di tampung sementara di penampungan buah (Loading ramp).

2.8.2. Jembatan timbang

Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik,yaitu pada saat masuk serta pada saat keluar. Umumnya jembatan timbang yang digunakan PKS berkapasitas 30-40 ton. Jembatan timbang tersebut di operasikan secara mekanis maupun elektronis.

2.8.3.Loading ramp

TBS yang telah di timbang di jembatan timbang selanjutnya di bongkar di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45o. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir,kerikil,dan sampah yang terikat dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam

(31)

2.8.4. Stasiun rebusan (Sterilizier)

Lori-lori yang berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki

sterilizier. Sterilizier yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan horisontal yang bisa menampung 10 lori per unit (25-27 ton TBS). Dalam proses perebusan,TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur 135oC dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm2 selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Tujuan perebusan :

a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)

b. Memudahkan pemipilan

c. Penyempurnaan dalam pengolahan

d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

2.8.5.Stasiun pemipilan (Stripper)

(32)

janjang kosong yang keluar dari bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator. Kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper untuk dijadikan pupuk janjang kosong.

2.8.6.Stasiun pemecahan(digester) dan pengempaan (presser)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut kebagian pengadukan/pemecahan (digester) . tujuan utama dari proses digesting yaitu

mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat

pengempaan yang berada persis dibagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit mumnya dignakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah , sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone.

Selama proses pengempaan berlangsung ,air panas ditambahkan kedalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10-15% dari berat TBS yang diolah dengan tempratur air sekitar 90oC. Proses pengempaan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat padat.

2.8.7.Stasiun Pemurnian (Clarifier)

(33)

dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar(vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (Crude Oil Tank). Minyak kasar yang terkumpul di Crude Oil

Tank(COT) dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-100oC. Selanjutnya , minyak dari COT dikirim ketangki pengendap (Continues settling tank/clarifier tank).

Di clarifier tank,minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil

tank,sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Pengolahan sludge umumnya menggunakan alat yang disebut decanter yang menghasilkan 3 fase,yaitu light phase,heavy phase,dan solid. Oleh karena itu,fase ini harus segera dikembalikan ke COT dan siap untuk di proses kembali.

2.8.8.Stasiun Pemisahan biji dan kernel

Proses pemisahan biji-serabut dari ampas pengempasan bertujuan terutama untuk memperoleh biji sebersih mungkin. Kemudian, dari biji tersebut harus menghasilkan inti sawit secara rasional. Sebab-sebab utama jika serabut tidak menghasilkan biji yang bersih :

a. Perebusan kurang baik sehingga biji sukar lepas dari serabut.

b. Pengadukan yang kurang baik menyebabkan buah kurang tercacah sehingga serabut masih melekat pada biji.

(34)

d. Pemuatan atau pengisian alat pemisah biji-serabut dengan ampas melebihi kapasitasnya.

Tahap-tahap pengolahan inti sawit

2.8.8.1.Metode pemisahan biji serabut

Cara umum digunakan untuk memisahkan biji dengan serabut kelapa sawit yaitu secara pneumatis dan mekanis. Pemisahan dengan cara pneumatis yaitu memisahkan biji dari serabut dengan menggunakan tarikan atau hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Gumpalan ampas pengempaan dipecah dengan cake breaker convayer, lalu dijatuhkan dari bagian samping atas kolom pemisah. Sementara, dari bagian tengah atas ,diberi hisapan udara yang berasal dari fan.

Pemisahan terjadi akibat adanya perbedaan berat antara dua jenis bahan yang hendak dipisahkan (biji dan serabut). Bahan yang lebih ringan (serabut) akan tertarik ke atas,sedangkan biji akan jatuh ke bawah langsung memasuki nut polishing drum (tromol pembersih biji). Selanjutnya biji yang telah bersih ditampung dan dikeringkan di nut silo.

2.8.8.2.Pengolahan dan pemisahan inti kelapa sawit

Pengolahan dan pemisahan inti kelapa sawit dilakukan dengan proses-proses sebagai berikut :

2.8.8.2.1.Pengeringan biji

(35)

Pengeringan biji nut silo dilakukan dengan temperatur udara 60-80oC dengan lama pengeringan antara 6-18 jam. Jika sistem pengeringan berjalan dengan baik maka kadar air dapat diturunkan dari 18% menjadi 12%.

2.8.8.2.2.Pemisahan biji

Biji yang telah kering selanjutnya dibawa dengan elevator ke nut

grading(tromol pemisah biji) untuk dipisahkan atas fraksi besar,sedang dan kecil.

2.8.8.2.3.Pemecahan biji

Biji yang telah dipilah selanjutnya diumpankan ke alat pemecah biji. Saat ini, ada dua jenis alat pemecah biji yang digunakan oleh PKS,yaitu nut cracker model rotor vertikal dan nut cracker model rotor horisontal (ripple mill). Ripple mill lebih banyak digunakan dibandingkan nut cracker model vertikal karena tanaman sawit yang banyak diusahakan saat ini yaitu tenera.

2.8.8.2.4.Pemisahan kernel dan cangkang

(36)

2.8.8.2.5.Pemisahan basah

Kernel kecil,kernel pecah,dan cangkang besar dari LTDS masih perlu dibersihkan,yaitu dengan pemisahan basah. Pemisahan basah bisa dilakukan dengan claybath.. pemisahan dengan claybath didasari oleh perbedaan jenis antara kernel (BJ = 1,07) dan cangkang(BJ = 1,3). Campuran antara kernel dan cangkang dimasukkan kedalam cairan tanah liat (BJ = 1,2) yang bebas pasir sehingga kernel kernel akan terapung dan cangkang akan tenggelam.

2.8.8.2.6.Pengeringan kernel

(37)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

- Oven Fisher Scientific

- Neraca analitik Sartorius

- Cawan Pyrex

- Desikator

3.2. Bahan

- Inti Sawit

3.3. Prosedur Percobaan

Timbang 10 gr kernel dan diletakkan didalam cawan kemudian masukkan kedalam oven dengan suhu 50oC selama 1 jam,lalu dinginkan didalam

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA ANALISIS KADAR AIR INTI SAWIT DI KERNEL SILO

Tabel 4.1 Data analisis kadar air inti sawit di kernel silo

Pengamatan Tdb

4.2.1. Untuk kondisi pengeringan pada temperatur 50oC

Kadar air yang teruapkan (%)

=

= 8,12 %

Maka kadar air yang terdapat dalam inti sawit adalah :

(39)

= 18 % − 8,12 %

= 9,88 %

4.2.2.Untuk kondisi pengeringan pada temperatur 60oC

Kadar air yang teruapkan (%)

=

= 9,1 %

Kadar air = kadar air mula-mula sampel − kadar air yang teruapkan

= 18 % − 9,1 %

= 8,9 %

4.2.3.Untuk kondisi pengeringan pada temperatur 70oC

Kadar air yang teruapkan (%)

=

= 10,14 %

Maka kadar air yang terdapat dalam inti sawit adalah :

(40)

= 18 % − 10,14 %

= 7,86 %

4.2.4.Untuk kondisi pengeringan pada temperatur 80oC

Kadar air yang teruapkan (%)

=

= 10,98 %

Maka kadar air yang terdapat dalam inti sawit adalah :

Kadar air = kadar air mula-mula sampel – kadar air yang teruapkan

= 18 % − 11,23 %

(41)

4.3. Pembahasan

Berdasarkan perhitungan dari data yang diperoleh dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Multimas Nabati Asahan diperoleh kadar air pada CPKO adalah 7,02% pada suhu maksimal 80oC. Untuk menetapkan kadar air dalam minyak inti sawit dilakukan pemanasan dengan variasi temperatur 50,60,70,80 oC dimana semakin tinggi temperatur yang dibutuhkan maka kadar air yang dihasilkan semakin rendah. Penurunan kadar air ini bertujuan untuk menonaktifkan kegiatan

mikroorganisme sehingga proses pembentukan jamur atau proses kenaikan asam (lauric acid) dapat dibatasi pada saat kernel disimpan.

Temperatur pengeringan tidak boleh kurang atau lebih dari yang ditetapkan. Jika temperatur kurang maka kadar air inti sawit masih tinggi sehingga akan

membantu mempercepat tumbuh nya jamur pada inti sawit. Sebaliknya jika temperatur terlalu tinggi akan menyebabkan kualitas inti rendah sehingga minyak yang akan dihasilkan dari CPKO akan sedikit.

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dari analisa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Kadar air dari CPKO pada PT. Multimas Nabati Asahan dengan variasi suhu yang berbeda adalah :

− Pada suhu 50oC adalah 9,88%

− Pada suhu 60oC adalah 8,9%

− Pada suhu 70oC adalah 7,86%

− Pada suhu 80oC adalah 7,02%

- Dari hasil analisa yang dilakukan pada CPKO diperoleh bahwa kandungan kadar airnya yaitu 7-8% telah memenuhi standart SNI.

5.2. Saran .

- Disarankan agar perusahaan bisa tetap mengatur dan menjaga temperatur pengeringan agar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi Yan,DKK.1992.Kelapa Sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil Limbah, Analisis

Usaha dan Pemasaran.Edisi Revisi.Jakarta.Penerbit Swadaya.

Ketaren,S.1986. Pengantar teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta;UI Press Pahan,iyung.2008.Panduan Lengkap kelapa Sawit..Edisi Keenam.Jakarta.

Penerbit Swadaya.

Tim Penulis.1997.Kelapa Sawit,Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan

Aspek Pemasaran. Jakarta. Penerbit Swadaya.

(44)

LAMPIRAN 1

Standar Mutu Minyak Mentah Inti Sawit

No Test Kriteria Satuan Persyaratan A Asam lemak bebas

(sebagai asam laurat)

% (w/w) Maks 5,0

(45)

LAMPIRAN 2

Grafik Kadar air (%) Vs Temperatur (oC)

0 2 4 6 8 10 12

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

K

a

d

a

r

a

ir

(

%)

Gambar

Tabel  2.2.1.   Perbandingan Sifat Minyak Kelapa Sawit (CPO) Dan Minyak Inti
Tabel 2.2.3 Komposisi Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit (CPO) Dan
Tabel 2.2.4. Komposisi Inti Sawit
Tabel 2.3.2. Standard Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatnya kadar asam lemak bebas dapat menurunkan kualitas minyak dan hal ini disebabkan oleh adanya reaksi hidrolisa minyak, pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

Kandungan air yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan adanya reaksi hidrolisa pada CPO yang mengakibatkan terbentuknya asam lemak bebas(ALB) yang sangat berpengaruh

Proses pengelolahan minyak tersebut dimulai dengan proses perebusan dan proses pemurnian merupakan tahap akhir dari seluruh proses.Cara yang digunakan untuk menentukan kadar air pada

Telah dilakukan pengamatan untuk mengetahui perubahan kadar asam lemak bebas dan kadar air dari CPO sebelum dan sesudah vakum driyer pada pengolahan kelapa sawit di

Selain itu bungkil kelapa sawit menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetik.(Ketaren, 1986) Inti kelapa sawit atau Palm Kernel, merupakan buah tanaman kelapa sawit yang

Penentuan Kadar Air dan kadar Kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di PTPN III pks aek nabara selatan dengan melakukan percobaan selama 7 hari. Maka, untuk bagian

Multimas Nabati Asahan, Kuala Tanjung dengan judul “Pengaruh Umpan Minyak dan Umpan Olahan terhadap Kadar Kehilangan Minyak Kelapa Sawit (Losses) pada Unit Decanter di PKS

Medan : Penerbit Pusat Penelitian Kelapa Sawit.. Panduan Lengkap