• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tekanan Ampas Press (Second Press) Terhadap Oil Content di Palm Kernel Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tekanan Ampas Press (Second Press) Terhadap Oil Content di Palm Kernel Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS (

SECOND PRESS

)

TERHADAP OIL CONTENT DI PALM KERNEL CRUSHING

PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

ZULFADLI

092401064

PROGRAM D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS (SECOND PRESS) TERHADAP OIL

CONTENT DI PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ZULFADLI 092401064

PROGRAM D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS

(SECOND PRESS) TERHADAP OIL CONTENT

DI PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : ZULFADLI

Nomor Induk Mahasiswa : 092401064

Program studi : DIPLOMA TIGA (D-III) KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2012

Diketahui

Proram Studi Kimia Industri FMIPA USU Pembimbing Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nasution, MSi Drs. Albert Pasaribu, MSc NIP 195512181987012001 NIP 1964108101991031002

Diketahui / Disetujui Oleh

Departement Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS (SECOND PRESS) TERHADAP OIL

CONTENT DI PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan Ke hadirat ALLAH SWT Yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyalesaikan karya ilmiah ini mulai dari awal penulisan sampai selesai. Karya

ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli madya pada program

diploma 3 kimia industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, waktu dan pengetahuan. Hal

ini disebabkan karena keterbatasan penulis, baik dalam penguraian ilmu maupun

keterbatasan dalam pengalaman yang sejauh ini belum dapat tercapai sebagaimana

diharapkan. Oleh karena itu, penulis menerima kritikan dan saran-saran yang bersifat

membangun dari para pembaca.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua saya H. Bismar Lubis dan Hj. Nur Abidah Lubis yang telah

membesarkan dan melimpahkan kasih sayang kepada saya. Serta abang saya

Aswar Lubis, S.Pd.I, Rasoki Lubis, Subhan Lubis, Amk, kakak saya

Nurhayani Nasution S.Pd, Nisma Lubis, dan adik saya Muhammad Fadil Lubis

dan Rafidah Nur lubis.

2. Bapak Drs. Albert Pasaribu, MSc, selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar dan teliti memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Dr. Rumondang Bulan MS, sebagai ketua Departeman Kimia FMIPA-USU

Medan.

4. Dra. Emma Zaidar Nasution, MSi. selaku Ketua dan Dra. Herlince Sihotang,

MSi. selaku sekretaris Program Studi Kimia Industri FMIPA-USU Medan.

5. Seluruh Dosen Kimia Industri, FMIPA-USU Medan.

6. Bapak Solihin dan Syahrial selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan saya

(6)

7. Teman-teman dekat saya yaitu : Muhammad Yusup, Didi Febrian, Darna Ari

Andi, Dicky Kusdiandi, Mahadi Fahrozi, Ariansyah Perangin-angin, Devi

Julianto, Harry Nugraha, M. Said Ibrahim Hasibuan, Januar Sasmitra, Arif

Kurniawan, Ali Nasaruddin Hrp, Dede Subarqah, Riki Get-get, Abdi Suryadi

Lubis, Lisa Usmaliyana, Fanny Diah Nisya.

8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Kimia Industri FMIPA-USU

angkatan 2009.

9. Rico Novriani Lubis teman dekat saya yang banyak memberikan dukungan

dan motivasi.

10.Adik – adik di jurusan Kimia Industri stambuk 2010 dan stambuk 2011.

11.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

(7)

ABSTRAK

Pada tulisan ini akan dibahas bagaimana pengaruh tekanan second press terhadap oil content pada ampas minyak inti sawit di PT.Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung yang merupakan pabrik yang mengolah minyak inti sawit (CPKO), mulai dari inti sawit (Kernel) hingga menjadi minyak inti sawit (CPKO). Proses pengolahan minyak inti sawit tersebut dimulai dari proses sortasi pada loading ramp dan proses pengepresan merupakan tahap akhir dari seluruh proses. Seluruh proses pengolahan tersebut dimaksudkan mendapatkan hasil minyak inti sawit yang baik dan bernilai jual tinggi.

Kehilangan minyak inti sawit yang terdapat pada ampas press (Second Press) sangat mempengaruhi mutu dari minyak inti sawit. Proses pengepresan tersebut dipengaruhi oleh screw press, tekanan kerja screw press, dan kadar air (moisture). Kehilangan minyak inti sawit yang terdapat pada ampas press (Second Press) adalah 7,50 – 8,0 % dimana nilai tersebut diambil dari ampas press yang masih mengandung minyak inti sawit. Kehilangan minyak inti sawit dari ampas press tersebut sesuai standart pabrik

(8)

THE EFFECT OF PRESSURE AMPAS PRESS (PRESS SECOND) TO THE OIL CONTENT IN PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS

NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

ABSTRACT

In this paper we discuss how to influence the press to the second pressure on the oil content of palm kernel oil residues in PT.Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung which is a plant which processed palm kernel oil (CPKO), ranging from palm kernel (kernel) to be the core of oil (CPKO). Processing of palm kernel oil is starting from sorting at the loading ramp and the pressing process is the final stage of the process. The entire treatment process is intended to get a good palm kernel oil and high value. Loss of palm kernel oil contained in the pulp press (Second Press) greatly affects the quality of palm kernel oil. Pressing process is influenced by the screw press, screw press work pressure, and water content (moisture). Loss of palm kernel oil contained in the pulp press (Second Press) is 7.50 to 8.0% where the value is taken from the press which still contain residues of palm kernel oil. Loss of palm kernel oil from the

(9)

DAFTAR ISI

2.2.2.1 System Control Process dan Quality Pada Seluruh Rangkaian

(10)

Bab 3 Metodologi Penelitian

3.1 Bahan 26

3.2 Alat 26

3.3 Prosedur 27

3.3.1 Penentuan Oil Content 27

3.3.2 Penentuan Kadar Air 28

Bab 4 Hasil Analisis Dan Pembahasan 29

4.1 Data Hasil Pengamatan Oil Content Dari Ampas Second Press 29

4.2 Perhitungan 30

4.2.1 Oil Content 30

4.2.2 Kadar Air 30

4.3 Pembahasan 31

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 33

5.1 Kesimpulan 33

5.2 Saran 33

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan 5

Minyak Inti Sawit

Tabel 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit 10

Tabel 2.3. Spek Ampas (Palm Kernel Mill) 17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Grafik Perbandingan Tekanan Dengan Hasil Oil Content 35

Lampiran II : Flow Proses Palm Kernel Crushing Plant PT.Multimas Nabati

(13)

ABSTRAK

Pada tulisan ini akan dibahas bagaimana pengaruh tekanan second press terhadap oil content pada ampas minyak inti sawit di PT.Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung yang merupakan pabrik yang mengolah minyak inti sawit (CPKO), mulai dari inti sawit (Kernel) hingga menjadi minyak inti sawit (CPKO). Proses pengolahan minyak inti sawit tersebut dimulai dari proses sortasi pada loading ramp dan proses pengepresan merupakan tahap akhir dari seluruh proses. Seluruh proses pengolahan tersebut dimaksudkan mendapatkan hasil minyak inti sawit yang baik dan bernilai jual tinggi.

Kehilangan minyak inti sawit yang terdapat pada ampas press (Second Press) sangat mempengaruhi mutu dari minyak inti sawit. Proses pengepresan tersebut dipengaruhi oleh screw press, tekanan kerja screw press, dan kadar air (moisture). Kehilangan minyak inti sawit yang terdapat pada ampas press (Second Press) adalah 7,50 – 8,0 % dimana nilai tersebut diambil dari ampas press yang masih mengandung minyak inti sawit. Kehilangan minyak inti sawit dari ampas press tersebut sesuai standart pabrik

(14)

THE EFFECT OF PRESSURE AMPAS PRESS (PRESS SECOND) TO THE OIL CONTENT IN PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS

NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

ABSTRACT

In this paper we discuss how to influence the press to the second pressure on the oil content of palm kernel oil residues in PT.Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung which is a plant which processed palm kernel oil (CPKO), ranging from palm kernel (kernel) to be the core of oil (CPKO). Processing of palm kernel oil is starting from sorting at the loading ramp and the pressing process is the final stage of the process. The entire treatment process is intended to get a good palm kernel oil and high value. Loss of palm kernel oil contained in the pulp press (Second Press) greatly affects the quality of palm kernel oil. Pressing process is influenced by the screw press, screw press work pressure, and water content (moisture). Loss of palm kernel oil contained in the pulp press (Second Press) is 7.50 to 8.0% where the value is taken from the press which still contain residues of palm kernel oil. Loss of palm kernel oil from the

(15)

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak kelapa sawit merupakan komoditas primadona, luasnya terus berkembang dan

tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar Negara atau perkebunan besar

swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang dengan pesat. Perkebunan

kelapa sawit yang semula hanya di Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh saat ini

sudah berkembang di beberapa provinsi. Antara lain: Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,

Sulawesi Utara dan Jawa Barat. Jika dilihat dari biaya produksinya, komoditas inti

sawit jauh lebih rendah dari pada minyak nabati lainnya. Karena tanaman ini dapat

memberikan keuntungan yang melimpah baik dari pihak pengusaha perkebunan

sampai kepedagang, maka minyak inti sawit yang dihasilkan tersebut haruslah

didukung dengan mutu yang baik pula. Dengan mutu yang baik, akan lebih mudah

memasarkan minyak inti sawit tersebut kepada konsumen dengan harga sesuai dan

mampu bersaing secara sehat. Seperti yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini,

dimana pengepresan mesin pada inti sawit masih ada yang kurang maksimal. Dimana

permasalahan yang sering terjadi ialah tingginya oil content setelah pengepresan inti

sawit. Jika proses pengepresan inti sawit kurang maksimal, disamping oil content akan

tinggi juga menyebabkan kerugian bagi perusaaan tersebut karena dalam ampas press

(16)

harus bisa mancapai target yang di inginkan. Untuk mencapai hasil produksi yang

tinggi maka pengepresan juga sangat berpengaruh pada target yang di inginkan. Jika

pengepresan inti sawit berkurang maka hasil yang didapat akan rendah. Tetapi jika

pengepresan inti sawit dilakukan sesuai dengan Standart Operasional Procedure

(SOP) yang sudah ditetapkan pada perusahaan maka hasil produksi yang didapat akan

mencapai target seperti yang di inginkan

Tujuan untuk menstabilkan tekanan presan adalah :

a) Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan

masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka

ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak

akan lebih rendah.

b) Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw

press maka jumlah biji pecah semkin tinggi.

c) Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan

elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan

mekanis.

Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking

antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. (Ponten Naibaho, 1996)..

1.2. Identifikasi Masalah

Untuk menghasilkan minyak inti sawit yang tinggi maka perlu diperhatikan

mulai dari proses pengolahannya dimana tekanan pengepresan minyak inti sawit juga

berpengaruh pada hasil produksi. Permasalahan yang dikemukakan dalam karya

ilmiah ini adalah “ Pengaruh tekanan ampas press (Second Press) terhadap Oil

Content ”. Tekanan second press yang tidak sesuai standart operasional procedure

(17)

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh tekanan ampas press (Second Press) terhadap

hasil Oil Content.

1.4. Manfaat

Untuk mengetahui pengaruh tekanan ampas press terhadap oil content pada

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika

Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika

Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15° dan lintang selatan 12°).

Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24°C - 32°C

dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit

menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :

1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit

2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit

Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat,

oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Pada minyak kelapa

sawit, asam lemak bebas dapat terbentuk karena adanya aksi mikroba atau karena

hidrolisa autokatalitik oleh enzim lipase yang terdapat pada buah sawit. (Rondang

Tambun, 2006).

Kelapa sawit mempunyai bebeapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai

Dura (D), Tenera (T), dan Pisifera (P). Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara

memotong buahnya secara memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan

bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18%. Deli dura

(19)

memproduksi jenis Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan

Pisifera, memiliki cangkang tipis dengan cincin serat di kelilingi biji, serta ekstraksi

minyak sekitar 22-25%. Pisifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil

sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial. (Iyung Pahan, 2010)

2.1.1. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang

berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom karbon. Dengan demikian sifat

minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.

Tercantum panjang rantai dan sifat-sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit.

Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak tak jenuh oleat dan

linoleat, minyak sawit masuk dalam golongan minyak asam oleat-linoleat.

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Asam

(20)

2.1.2. Mutu Minyak Kelapa Sawit

Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induknya penanganan pasca panen

atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan

dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu

minyak sawit dan sekaligus pencegahannya, serta standar mutu minyak sawit yang

dikehendaki pasar.

2.1.2.1. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit

sangat merugikan. Asam lemak bebas yang tinggi mengakibatkan rendemen minyak

turun. Maka dilakukan usaha untuk mencegah terbentuknya asam lemak bebas dalam

minyak sawit. Kenaikan kadar asam lemak bebas ini disebabkan oleh karena adanya

reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan

asam lemak bebas. Reaksi ini dipercepat juga dengan adanya faktor-faktor seperti:

panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka

semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif

tinggi dalam minyak sawit antara lain:

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah

3. Penumpukan buah yang terlalu lama

4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan

(21)

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu untuk menekan kadar

ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Agar ALB minimum, transportasi buah

panen harus dilakukan segera mungkin. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya

buah yang cukup matang yang dipanen. Kandungan ALB buah sawit yang baru

dipanen biasanya kurang dari 0,3%. Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah

selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.

Pemetikan buah disaat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum

sempurna) menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam

minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan

buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah lainnya, akan mestimulir

penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut

dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah,

pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan

minyak sawit yang berkualitas tinggi.

Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak,

telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengankutan TBS. sistem yang

dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam

keranjang buah. dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan waktu yang

digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, pemupukan buah sawit yang terlalu lama.

Dengan demikian , pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan,

dan pengangkutan buah dapat dikurangi.

Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik.

Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung

pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan

(22)

cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun

sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah

menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit

dilakukan pengeringan dengan suhu 90oC. sebagai ukuran standar mutu dalam

perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5%. (Darnoko D.S, 2003)

2.1.2.2. Kadar Air

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena

proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan.

Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat

pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada

efektifitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada

kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak.

Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk

mendapatkan produk yang mutunya tinggi.

Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat kecil (<0.15%)

akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang

demikian kecil akan sangat memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu

sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada

suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan

minyak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak (ketengikan). Akibatnya mutu

minyak menjadi turun.

Jika kadar air dalam mimyak sawit (>0.15%) maka akan mengakibatkan

hidrolisa minyak, dimana hidrolisa dari minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol

dan asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.

(23)

dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini

bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak.

(Gunawan E,2004)

2.1.2.3. Kadar Kotoran

Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju, selalu menginginkan

minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab

minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri non pangan

saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya, lagi pula, tidak semua

pabrik minyak kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap,

terutama yang berkaitan dengan proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih

dimurnikan dengan sentrifugasi.

Dengan proses di atas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa

disaring akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa

disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit, sebab berat jenisnya sama

dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan

prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis.

Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan

pada industri-industri yang bersangkutan. Namun banyak yang beranggapan dan

menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak sawit merupakan tanggung

jawab sepenuhnya pihak produsen. (Tim Penulis P.S, 1997)

Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar di pompa dan dialirkan ke dalam

tangki pemisah melalui pompa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar

telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80% minyak jernih. Hasil endapan

berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari tangki pemisah air panas yang

(24)

minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge. Dari hasil pengolahan didapat

minyak sawit bersih dengan kadar zat penguap sebesar 0,3% dan kadar kotoran hanya

sebesar 0,02%, dalam kondisi diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya

tahan yang mantap. Akan tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya

proses hidrolisa, perlu dilakukan pencucian seluruh saringan yang ada di pabrik sering

dilakukan dan pengeringan sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung kadar

zat penguap sebesar 0,1%. (Kestiyo L, 1988)

2.1.3. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia.

Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam harus menjadi

perhatian utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan

spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam,

besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

Table 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit

(25)

Kontaminasi

Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya

berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti dipisahkan

oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapung

biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 6. Dalam

keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam.

Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk

menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera

dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut

yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. (Yan Fauzi, 2002).

Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi

cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang,

pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti

sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak

terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti

sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung

lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya

disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan

sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53%.

(26)

2.1.5. Tipe Dan Tekanan Kerja Screw Press

Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam PKS yaitu

Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang

berbeda – beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed

screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan

dengan adonan masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam

screw press mempengaruhi volume wornm yang paralel dengan penekan ampas, jika

kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi.

Pengerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan

dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakan alat screw

adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 12-14 rpm. Efektifitas tekanan ini tergantung

pada tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada hydroulic cone yang sesuai

untuk “Single Stage Pressing” diberikan tekanan pada tahap awal 40-50 bar dan pada

Double pressing menggunakan tekanan pertama 30-35 bar dan pada pengempaan

kedua tekanan 40-50 bar.

Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan dengan

mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentasi

biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press, bahkan dapat

menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja cone yang rendah

akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah

biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press hendaknya

dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan presan adalah :

d) Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan

(27)

ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak

akan lebih rendah.

e) Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw

press maka jumlah biji pecah semkin tinggi.

f) Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan

elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan

mekanis.

Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking

antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. (Ponten Naibaho, 1996).

2.2. Proses pengolahan PKO

PK Crushing Plant di PT.Multimas Nabati Asahan - Kuala Tanjung bahan baku

utamanya adalah inti sawit (Kernel) sebelum menjadi CPKO diolah melalui beberapa

proses.

Prosesnya adalah sebagai berikut:

2.2.1. Ware House

Ware House merupakan bagian dari PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati

Asahan yang bertanggung jawab atas penerimaan dan penyimpanan Inti Sawit (Palm

Kernel). Selain itu, Ware House juga berperan dalam penyimpanan dan

pendistribusian Ampas (Palm Kernel Mill). Adapun bagian dari Ware House adalah :

Sampling Tower

Quality Check

Loading Ramp

 Tangki Penyimpanan (Silo)

(28)

2.2.1.1. Sampling Tower

Inti sawit (Palm Kernel) yang diangkut dengan menggunakan truck terlebih

dahulu harus melewati sampling tower sebelum masuk ke loading ramp untuk

dilakukan pengambilan sampel atas (inti sawit). Adapun cara pengambilan sampel atas

sebagai berikut :

 Penentuan posisi titik pengambilan sampel atas sekitar 8 – 12 titik

berdasarkan kondisi muatan inti sawit (Palm Kernel)

 Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat sekop,

tombak dan ember

 Sekop digunakan untuk mengambil sampel inti sawit pada bagian atas

 Tombak digunakan untuk mengambil sampel pada bagian tengah truck

 Sampel yang telah diambil akan diletakkan ke dalam ember

 Kemudian sampel diletakkan dan diratakan kedalam talam setelah itu

dibagi menjadi empat bagian

 Diambil secara silang atau secara acak dan dimasukkan kedalam plastik

 Sampel dibawa ke laboratorium QA (Quality Assurance) untuk

dianalisa Quality dari inti sawit tersebut

2.2.1.2. Quality Check

Inti sawit (sampel) yang sudah diambil di sampling tower akan dibawa ke

laboratorium untuk dilakukan pengecekan kualitas dari inti sawit tersebut. Dalam

menganalisa inti sawit ditinjau berdasarkan kadar kotoran dan kadar air (Moisture).

Adapun cara menganalisa kadar kotoran dapat dilakukan dengan cara :

 Inti sawit yang di dalam plastik diletakkan kedalam talam kemudian

(29)

 Kemudian secara silang atau secara acak hal tersebut dilakukan agar

inti sawit yang diambil merata

 Dimasukkan inti sawit kedalam teko kemudian ditimbang 1000 gram,

setelah ditimbang inti sawit di letakkan kembali ke talam yang lain

 Inti sawit dipisahkan dari cangkang dengan cara manual

 Cangkang di timbang untuk mengetahui kadar kotorannya.

Misalkan Inti sawit dari PT.TORGANDA diperoleh kadar kotoran seberat 78 gram.

Maka dapat dihitung kadar kotoran sampel atas dari inti sawit tersebut dengan

perhitungan sebagai berikut :

Berat Inti sawit : 1000 gram

Berat kotoran : 78 gram

Maka kadar kotorannya adalah 78

1000 x 100% = 7,8%

Untuk menganalisa kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan alat

Moisture Balance, yaitu :

 Inti sawit diambil secukupnya kemudian dihaluskan dengan

menggunakan blender

 Kemudian dimasukkan kedalam aluminium foil

 Kemudian dimasukkan kedalam Moisture Balance

 Diamati angka pada Moisture Balance sampai berhenti dan di catat

hasilnya

Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat

dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan

(30)

Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi.

Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil,

maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan

teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga

diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efisien.

Adapun prinsip sokletasi ini, yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga

hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila

penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah

zat yang tersaring. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap

dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak

melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. (Herbert R.B, 1989).

2.2.1.3. Loading Ramp

Loading Ramp adalah tempat pembongkaran Inti sawit (Palm Kernel) yang

telah di analisa Kualitasnya. Alat pendistribusian inti sawit pada loading ramp ini

ialah conveyor dan elevator. Inti sawit yang telah di bongkar akan jatuh ke conveyor

dan di bawa menuju elevator, melalui elevator tersebut inti sawit diangkat menuju

conveyor menuju tangki penyimpanan (silo) untuk disimpan sementara waktu.

2.2.1.4. Tangki Penyimpanan (Silo)

Tangki penyimpanan (Silo) berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti sawit

(Palm Kernel) sementara. Adapun jumlah silo yang ada pada PK Crushing Plant

adalah 5 buah, dimana masing-masing kapasitasnya ialah :

1. Silo 1 max 300 ton (karena konstruksi silo miring)

(31)

3. Silo 3 max 600 ton

4. Silo 4 max 600 ton

5. Silo 5 max 600 ton

Jadi jumlah total kapasitas silo berkisar 2700 ton. Proses pendistribusian inti sawit

berdasarkan sistem FIFO (First In First Out). Setiap silo dilengkapi dengan blower

yang berfungsi untuk menghisap uap air yang terdapat didalam silo. Selain itu, blower

tangki penyimpanan berdasarkan sistem FIFO yaitu dimana inti sawit yang lebih

dahulu dibongkar pada loading ramp akan langsung ditransfer ke silo dan begitu

seterusnya.

Pasokan bahan baku inti sawit di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati

Asahan tidak hanya berasal dari PKS yang ada di pulau Sumatera utara saja, tetapi ada

juga yang berasal dari luar pulau Sumatera dan biasanya disebut dengan inti kapal,

biasanya inti sawit diangkut dengan menggunakan Kapal laut.

2.2.1.5. Gudang Ampas (Palm Kernel Mill)

Gudang ampas (Palm Kernel Mill) adalah tempat penyimpanan atau tempat

pendistribusian ampas inti sawit di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan.

Jumlah gudang di PK Crushing Plant ada empat unit yang masing-masing berbeda

kapasitasnya, anatra lain :

 Gudang I berkapasitas 5000 ton

 Gudang II berkapasitas 5000 ton

 Gudang III berkapasitas 4000 ton

 Gudang IV berkapasitas 7000 ton

Maka total kapasitas dari empat gudang ampas (PKM) adalah 21.000 ton.

(32)

suhu diatas 50°C maka akan dilakukan treaming dengan menggunakan loader.

Pengecekan suhu dilakukan sebanyak satu kali dalam satu shift, yaitu dilakukan pada

6 titik dengan menggunakan thermometer.

Table 2.3. Spek Ampas (Palm Kernel Mill)

KANDUNGAN SPEK (%) Keterangan

Oil Lose 10 Maksimal

Protein 14 Minimal

Dirt & Shell 15 Minimal

Moisture 10 Maksimal

Sand & Silica 1,5 Maksimal

Fiber 20 Maksimal

2.2.2. Produksi

Bagian produksi merupakan bagian terpenting dalam pengolahan inti sawit

(Palm Kernel) menjadi CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan ampas (Palm Kernel

Mill), yang berawal dari hopper hingga sampai ke daily tank dan gudang ampas.

Dalam proses produksi, PK Plant terbagi atas 2 plant yaitu :

 Plant I

Terdiri dari 80 unit mesin press dengan pembagian 40 unit untuk pengolahan

inti sawit (first press) dan 40 unit untuk pengolahan ampas ( second press ) dan

diantara 40 unit mesin second press ini ada 4 unit mesin berfungsi fleksibel

(mesin press inti sawit sekaligus ampas), dengan kapasitas produksi 650

ton/hari. Untuk kapasitas produksi per mesin max 15 ton / hari dengan

kecepatan 32 kg per 3 menit. Selain itu, terdapat 3 (tiga) hopper dimana 2

(33)

 Plant II

Terdiri dari 60 unit mesin press dengan pembagian 30 unit untuk pengolahan

inti sawit (first press) dan 30 unit untuk pengolahan ampas (second press) dan

diantaranya 3 unit mesin berfungsi fleksibel (mesin press inti sawit sekaligus

ampas), dengan kapasitas produksi 550 ton/hari. Untuk kapasitas produksi per

mesin max 17 ton / hari dengan kecepatan 35 kg / 3 menit. Selain itu, terdapat

3 (tiga) hopper dimana diantaranya 2 untuk inti sawit dan 1 untuk ampas.

2.2.2.1.System Control Process dan Quality pada seluruh rangkaian proses produksi

Start pabrik untuk First Press dan Second Press (harus dimulai dari Rotasi

Mekanis / Mundur dari belakang). Sementara cara untuk meng-Off kan mesin

produksi harus dimulai dari depan (kebalikan dari cara meng-On kan mesin produksi).

Setelah Hopper second press berisi, kita akan melakukan start pada second

press yaitu pengepresan hasil dari first press. Selanjutnya operator akan melakukan

pengontrolan setiap hari dari mesin press, dan apabila ada masalah akan segera

dilaporkan kepada yang sudah ditunjuk guna ditinjak lanjuti.

Untuk mengetahui losses, setiap operator / foreman harus mengecek hasil

analisa produksi ke Laboratorium. Jika hasil analisa outspec, maka Foreman akan

menginstruksikan kebagian Produksi. Pengecekan pada mesin press dengan cara

memukul adjusting nut (kepala press) dengan menggunakan martil kearah kanan

(34)

Hasil pengepresan pada second press, oil content atau losessnya 8% max

dengan tekanan 90 A. Dan untuk melakukan standart mesin press terlebih dahulu kita

melakukan pengosongan hopper yang ada diatas press dan berapa lama waktu

pengepressan inti sawit dari hopper tersebut.

Standar waktu pengosongan pada hopper rata-rata 3 menit :

Contoh :

3 menit = 32 kg inti sawit dalam Hopper

1 menit = 10,66 kg

1 jam = 640 kg

1 hari = 15.360 kg/hari

Untuk mencari kapasitas produksi per mesin dalam satu hari dengan cara

seperti di bawah ini :

Diketahui : Kapasitas Hopper mesin = 32 kg

Kecepatan = 3 menit

Penyelesaian : 32 kg x 60 menit x 24

3 menit

= 15.360 ton / hari

2.2.2.2. Hopper

Pada bagian produksi terdapat enam buah hopper yang memiliki kapasitas

yang berbeda dalam 2 plant yaitu :

 Hopper Plant I : 900 MT untuk 3 hoper

 Hopper Plant II : 1200 MT untuk 3 hoper

Jadi, jumlah kapasitas inti sawit yang dapat ditampung dalam Hopper Plant I dan Plant

(35)

2.2.2.3. Mesin First Press

Inti sawit yang berada didalam tangki penyimpanan (silo) akan di transfer ke

hopper dengan menggunakan conveyor dan elevator. Setelah itu akan masuk kedalam

mesin press I untuk memisahkan minyak dengan ampas. Minyak yang keluar dari

mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju ke bak oil pit. Pada bak oil pit ini

terdapat elevator yang berfungsi sebagai penyaring untuk mengangkat endapan-

endapan atau ampas yang akan dibawa ke hopper ampas (PKM) dan masuk kedalam

mesin press II untuk mendapatkan minyak yang masih terkandung pada ampas.

Kemudian minyak yang ada bak oil pit akan menuju ke vibrating screen (penyaring

getar) kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara

filter untuk disaring. Apabila telah selesai melewati proses penyaringan maka CPKO

(Crude Palm Kernel Oil) tersebut akan masuk kedalam Buffer Tank dan kemudian

menuju Daily Tank.

Ampas (PKM) yang keluar dari bagian depan mesin akan turun kedalam

conveyor kemudian dibawa ke conveyor dan menuju elevator. Dengan menggunakan

elevator, ampas diangkat dan jatuh kedalam conveyor. Dari conveyor tersebut maka

ampas selanjutnya masuk ke conveyor dan diangkat menuju hopper ampas (PKM).

Ampas yang ada dalam hopper tersebut selanjutnya akan memasuki tahap proses

kedua (Second Fress).

2.2.2.4. Mesin Second Press

Ampas yang berasal dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju

mesin press II agar dihasilkan minyak yang masih terkandung didalamnya. Dimana

(36)

perlu diproses kembali pada mesin press II. Minyak yang keluar dari mesin press II

akan dibawa oleh conveyor menuju Bak oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating

screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan

dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank

lalu ke Daily Tank.

Sedangkan ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor

melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju Hummer Mill untuk

dihaluskan dengan ukuran penggilingnya 0,5 mm. Setelah dari Hummer Mill, ampas

akan dibawa oleh conveyor dan di iringi dengan penambahan air agar suhu ampas

menurun dengan kadar airnya (moisture) max 10% pada saat menuju gudang, hal ini

disebut dengan AAW (After Adding Water). Setelah itu ampas masuk ke dalam

gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.

Pada mesin first press, oil losses yang dihasilkan max 15%. Sedangkan pada

second press, oil losses yang dihasilkan 8% max. Tekanan pada motor harus 50 – 90

A, apabila ampere pada motor di bawah 50 A maka oil losses pada first press akan

tinggi, dan apabila ampere lebih dari 90 A maka mesin akan terjadi Trip (mati) karena

kecepatan pada motor tidak sesuai dengan tekanan inti sawit yang di press di dalam

mesin. Selain itu, pada proses penyaringan di Niagara Filter harus pada tekanan 4 Bar

max. Minyak yang sudah jernih akan masuk ke Buffer Tank sedangkan ampas minyak

tersebut akan tertinggal didalam filter press. Apabila ampas yang tertinggal pada filter

press sudah banyak akan dilakukan transfer penyaringan pada Niagar Filter yang lain.

Setelah filter kering maka akan dilakukan peregangan pada filter press dan

menambakkan udara pada tekanan tinggi sehingga ampas yang tertinggal pada fillter

press jatuh ke dasar. Lalu penutup bagian bawah Niagara Filter dibuka untuk

(37)

Setelah CPKO berada di Daily Tank dilakukan pengukuran (Sounding),

sounding tangki dilakukan setiap pagi guna mengetahui berapa hasil produksi, baik itu

untuk plant I maupun plant II. Konsentrasi oil content dari cake Niagara filter

diharapkan semakin kecil dari standart yang ditentukan dengan demikian ampas

(PKM) hasil produksi di gudang tidak terkontaminasi.

2.2.3. Maintenance

Maintenance merupakan bagian dari PK Crushing Plant PT Multimas Nabati

Asahan yang bertanggung jawab dalam perawatan mesin maupun perbaikan pada

mesin yang mengalami kerusakan, selain itu maintenance bertindak sebagai utiliy

(pendukung) tercapainya kapasitas produksi.

Ada 3 (tiga) bagian maintenance yaitu:

1. Mecanic Machine Press

2. Welder

3. Pabrication

Sebelum kita membahas peranan dari bagian-bagian Maintenance, ada baiknya

kita mengetahui bagian-bagian dari mesin press beserta fungsinya, sebagai berikut:

1. Motor

Berfungsi sebagai penggerak dari dari gear box, kopling dan ass press

dengan kecepatan 1000 rpm.

2. Gear Box

Berfungsi sebagai penyambung putaran dari pulley belt ke ass press dan

mengurangi kecepatan dari motor sebesar 1000 rpm menjadi 18 rpm untuk

first press dan 15 rpm untuk second press.

3. Ass Press

(38)

4. Screw Press

Berfungsi sebagai alat pembawa inti sawit ke mesin sekaligus sebagai alat

pengepressan inti sawit.

5. Body Cage

Berfungsi sebagai tempat keluarnya PKO (Palm Kernel Oil) dari hasil

pengepresan.

6. Feed dan Body Cage Scraper

Berfungsi sebagai pemecah inti sawit sebelum di press.

7. Pulley Belt

Berfungsi sebagai penyambung putaran dari motor ke gear box.

8. Taper Head

Berfungsi sebagai pengatur ukuran ampas yang keluar.

2.2.3.1. Mekanik Machine Press

Merupakan bagian dari maintenance yang berperan dalam membongkar mesin

press yang sesuai dengan masa kerja mesin, masa kerja pada mesin first press max 23

hari sedangkan untuk masa kerja dari mesin second press max 18 hari, selain itu

pembongkaran juga dilakukan jika pada mesin press mengalami kerusakan sebelum

masa kerja mesin berakhir.

Setiap bagian pada mesin yang mengalami kerusakan akan di bawa ke pihak

welder untuk dilakukan perbaikan. Setelah screw di berikan kepada pihak welder

pihak Mekanik Machine Press akan menerima screw yang baru untuk dipasang

kembali kemesin press yang telah dibongkar, mesin press yang telah diperbaiki akan

record kecepatannya yang akan dilakukan oleh pihak produksi dan pihak Mekanik

Machine Press. Jika kecepatan pada mesin sesuai maka tanggung jawab dari Mekanik

(39)

2.2.3.2.Welder

Tugas dari welder adalah melakukan perbaikan terhadap screw. Screw terdiri

dari 9 (Sembilan) PCS antara lain: 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, 1-7, 1-8, 1-9.

Kerusakan pada screw berupa hausnya daun screw akibat kuatnya tekanan

pengepresan pada inti sawit. Perbaikan pada screw dilakukan dengan cara pengelasan,

screw yang diterima dari pihak mekanik machine press harus diperiksa terlebih dahulu

apakah screw tersebut bisa dilakukan pengelasan atau tidak, pengelasan dilakukan

dengan menggunakan 2 (dua) kawat las yang berbeda yaitu LB dan metadur. Kawat

las LB berfungsi sebagai penimbun untuk screw yang sompel atau keropos karena

kawat las LB dapat mengikat antara besi dan baja, kemudian kawat las LB adalah tipe

kawat yang kuat dan tahan terhadap pukulan yang keras tetapi tidak tahan terhadap

gesekan. Sedangkan untuk kawat las metadur digunakan sebagai pelapis dari kawat las

LB karena kawat metadur tahan terhadap gesekan tetapi tidak tahan terhadap pukulan

yang keras. Pengelasan pada daun screw dilakukan dengan cara mengikuti mal daun

screw yang telah ada. Screw yang telah selesai di las akan di gerinda yang bertujuan

untuk menghaluskan permukaan screw yang tidak rata.

2.2.3.3. Pabrication

Merupakan bagian dari maintenance yang bersifat general yaitu pembubutan

terhadap ass press, penyekrapan terhadap body cage scraper dan key, body cage,

(40)

Bab 3

METODE PERCOBAAN

3.1. Bahan

- PKM (Palm Kernel Mill / Ampas)

- N-Heksan

- Teflon

- Silika Gel

- Aluminium foil

3.2. Alat

- Labu Alas (Pyrex)

- Desikator (Type D. Fischer, Jerman)

- Soklet (Fischer)

- Kondensor (Fischer)

- Hot Plate (Fischer)

- Oven (Fischer)

- Timbel

- Statif dan Klem

- Neraca Analitik (Matller Toledo)

- Gelas Ukur 150 ml (Brand W. Jermany)

(41)

3.3. Prosedur

3.3.1. Penentuan Oil Content

- Timbang Labu Alas kosong

- Masukkan N-Heksan sebanyak 150 ml kedalam Labu Alas kosong

- PKM (Ampas) di timbang sebanyak 10 gram

- PKM (Ampas) dimasukkan kedalam Timbel dan ditutup Tisu

- Timbel dimasukkan kedalam Soklet

- Kemudian Soklet disambungkan pada Labu Alas yang berisi N-Heksan

- Kemudian Soklet dan Labu Alas disambungkan pada Kondensor

- Dihidupkan Hot Plate dengan suhu 70 – 80° C

- Di ekstraksi selama 4 jam

- Setelah di ekstraksi minyak yang ada pada PKM (Ampas) akan turun pada

Labu Alas

- Labu Alas dipisahkan dari Soklet

- Labu Alas dipanaskan dalam Oven pada suhu 130° C selama 30 menit

- Kemudian didinginkan didalam Desikator selama 30 menit

- Ditimbang

Kadar Oil Content dihitung dengan rumus:

(42)

3.3.2. Penentuan Kadar Air

- Cawan kosong dari Aluminium foil ditimbang

- Sampel dimasukkan kedalam cawan, kemudian ditimbang

- Kemudian dipanaskan dengan menggunakan oven pada suhu 130°C selama

30 menit

- Didinginkan, ditimbang dan dicatat hasilnya

Kadar Air dihitung dengan rumus:

Kadar Air = ' "

'

BC BS BCBS

BS

 

x 100%

Keterangan :

BC : Berat Cawan

BS' : Berat Sampel (awal)

(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Hasil Analisa Dengan Metode Ekstraksi Terhadap Oil Content Pada Ampas Second Press

Hasil analisa dengan metode ekstraksi terhadap oil content pada ampas second

press meliputi tekanan (Ampere), berat labu alas + sampel setelah diekstraksi, berat

labu alas kosong, berat sampel, dan hasil oil content.

(44)

Keterangan : A = Berat Labu Alas + Sampel Setelah diekstraksi

Labu Alas yang di ekstraksi : 103,438 g

Labu Alas kosong : 102,541 g

Oil content = 103, 438 102,541 10, 780

Berat Cawan + Berat Sampel setelah dipanaskan : 10,5249 g

(45)

= 2,5044 8,3525 10,5249 8,3525

 

x 100%

= 3,97%

4.3. Pembahasan

Mutu minyak inti sawit yang baik di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati

Asahan pada second press dengan spek Ampas (Palm Kernel Mill) yang mempunyai

kadar air max 4,0% dan oil content max 8,0%. Analisa yang digunakan pada

PT.Multimas Nabati Asahan ialah dengan menggunakan sokletasi. Dimana sampel

yang dianalisa tersebut diambil dari ampas mesin second press.

Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat

dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan

pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Adapun

prinsip sokletasi ini, yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang

didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini

telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring.

Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat

melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan

zat padat yang tidak diinginkan. (Herbert R.B, 1989).

Jika dilihat dari data diatas, perbedaan tekanan sangat berpengaruh pada hasil

oil content. Dimana pada tekanan 60 A dengan sampel 10,780 gram oil content yang

dihasilkan ialah 8,32 %, tekanan 65 A dengan sampel 10,771 gram oil content yang

dihasilkan ialah 8,21 %, tekanan 70 A dengan sampel 10,778 gram oil content yang

(46)

dihasilkan ialah 7,89 %, tekanan 80 A dengan sampel 10,779 gram oil content yang

dihasilkan ialah 7.85 %, dan tekanan 85 A dengan sampel 10,780 gram oil content

yang dihasilkan ialah 7,83 %.

Pada PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan sudah menetapkan

tekanan mesin antara 50 – 90 A. Jika tekanan dibawah 50 A maka presan dari mesin

terhadap inti sawit akan berkurang, sehingga oil content yang dihasilkan akan tinggi.

Dan jika tekanan mesin diatas 90 A maka mesin press akan trip (mati).

Tekanan pada mesin press sangat berpengaruh pada hasil oil Content dimana

semakin besar tekanan pada mesin maka semakin rendah oil content yang dihasilkan.

Dan sebaliknya Semakin kecil tekanan pada mesin maka semakin tinggi oil content

(47)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tekanan mesin pada second press sangat berpengaruh pada kadar oil content

yang dihasilkan, dimana semakin besar tekanan pada mesin maka semakin rendah

pula kadar oil content minyak inti sawit (CPKO) yang dihasilkan.

5.2. Saran

Untuk memperoleh minyak inti sawit (CPKO) yang sesuai dengan yang

diinginkan, maka harus dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan

minyak inti sawit terutama pengawasan tekanan pada mesin press, supaya oil content

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Darnoko D. S. 2003. Teknologi pengolahan Kelapa Sawit Dan Produk Turunannya. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Fauzi Y. 2002. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Gunawan E. 2004. Pengantar Proses Pengolahan Kleapa Sawit. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Herbert R.B. 1989. Biosintesis Metabolit Sekunder. Edisi Kedua. London Chapman and Hall.

Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kestiyo L. 1988. Pabrik Fraksionasi Sawit PTP II. Medan: Lembaga Penelitian Perkebunan.

Naibaho P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tambun R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: Universitas Sumtera utara.

(49)
(50)

Lampiran II. Flow Proses PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan

TOWER

LOADING RAMP

SILO

HOPPER

MESIN PRESS I

PKO PKM MESIN PRESS

II

PKO PKM

BAK OIL FIT

NIAGARA FILTER

CPKO PKM PKM STORE

BUFFER TANK

BAG FILTER

DAILY TANK

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Table 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit
Table 2.3. Spek Ampas (Palm Kernel Mill)
Tabel  4.1. Data Hasil Pengamatan Pada Penentuan Oil Content Dari Ampas  Second Press

Referensi

Dokumen terkait

Temperatur pengeringan tidak boleh kurang atau lebih dari yang ditetapkan.Jika temperatur kurang maka kadar air inti sawit masih tinggi sehingga mikroorganisme dalam inti sawit

Meningkatnya kadar asam lemak bebas dapat menurunkan kualitas minyak dan hal ini disebabkan oleh adanya reaksi hidrolisa minyak, pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

Telah dilakukan Analisa Perbandingan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Dari Crude Palm Oil Pada Vacum Dryer dan Storage Tank di PT.. Multimas Nabati

dihasilkan Inti Sawit (PKO) dengan kadar asam lemak bebas yang rendah pula. Hal ini menunjukkan bahwa waktu penyimpanan dapat memengaruhi

Nabati Asahan terdiri dari unit pengolahan minyak sawit kasar (Dept. Refinery ), unit pengolahan inti sawit (Dept. Palm kernel Plant ), dan unit pengolahan kelapa sawit (Dept.

Medan : Penerbit Pusat Penelitian Kelapa Sawit.. Panduan Lengkap

bertujuan untuk mengetahui “EFEK TEKANAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA FIBER PRESS DI UNIT SCREW. PRESS DENGAN METODE

Judul : Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT.. Ir Minto Supeno, MS