• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan Ampas Press (Second Press) Terhadap Oil Content di Palm Kernel Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan Ampas Press (Second Press) Terhadap Oil Content di Palm Kernel Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15° dan lintang selatan 12°). Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24°C - 32°C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :

1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit

2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit

Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Pada minyak kelapa sawit, asam lemak bebas dapat terbentuk karena adanya aksi mikroba atau karena hidrolisa autokatalitik oleh enzim lipase yang terdapat pada buah sawit. (Rondang Tambun, 2006).

(2)

memproduksi jenis Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pisifera, memiliki cangkang tipis dengan cincin serat di kelilingi biji, serta ekstraksi minyak sekitar 22-25%. Pisifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial. (Iyung Pahan, 2010)

2.1.1. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Tercantum panjang rantai dan sifat-sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit. Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak tak jenuh oleat dan linoleat, minyak sawit masuk dalam golongan minyak asam oleat-linoleat.

(3)

2.1.2. Mutu Minyak Kelapa Sawit

Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induknya penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus pencegahannya, serta standar mutu minyak sawit yang dikehendaki pasar.

2.1.2.1. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Asam lemak bebas yang tinggi mengakibatkan rendemen minyak turun. Maka dilakukan usaha untuk mencegah terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar asam lemak bebas ini disebabkan oleh karena adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini dipercepat juga dengan adanya faktor-faktor seperti: panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah 3. Penumpukan buah yang terlalu lama

4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

(4)

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Agar ALB minimum, transportasi buah panen harus dilakukan segera mungkin. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup matang yang dipanen. Kandungan ALB buah sawit yang baru dipanen biasanya kurang dari 0,3%. Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.

Pemetikan buah disaat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah lainnya, akan mestimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah, pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.

Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengankutan TBS. sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang buah. dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, pemupukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian , pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi.

(5)

cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit

dilakukan pengeringan dengan suhu 90oC. sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5%. (Darnoko D.S, 2003)

2.1.2.2. Kadar Air

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektifitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang mutunya tinggi.

Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat kecil (<0.15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang demikian kecil akan sangat memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak (ketengikan). Akibatnya mutu minyak menjadi turun.

(6)

dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak. (Gunawan E,2004)

2.1.2.3. Kadar Kotoran

Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju, selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri non pangan saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya, lagi pula, tidak semua pabrik minyak kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap, terutama yang berkaitan dengan proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Dengan proses di atas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit, sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis.

Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industri-industri yang bersangkutan. Namun banyak yang beranggapan dan menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen. (Tim Penulis P.S, 1997)

Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar di pompa dan dialirkan ke dalam tangki pemisah melalui pompa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80% minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari tangki pemisah air panas yang

(7)

minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge. Dari hasil pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat penguap sebesar 0,3% dan kadar kotoran hanya sebesar 0,02%, dalam kondisi diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap. Akan tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya proses hidrolisa, perlu dilakukan pencucian seluruh saringan yang ada di pabrik sering dilakukan dan pengeringan sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung kadar zat penguap sebesar 0,1%. (Kestiyo L, 1988)

2.1.3. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam, besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

Table 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit

(8)

Kontaminasi Kadar pecah

- -

6% 15%

- -

maksimal maksimal (Fauzi Y, 2002).

2.1.4. Inti Sawit

Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapung biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 6. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. (Yan Fauzi, 2002).

(9)

2.1.5. Tipe Dan Tekanan Kerja Screw Press

Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda – beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam screw press mempengaruhi volume wornm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi.

Pengerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakan alat screw adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 12-14 rpm. Efektifitas tekanan ini tergantung pada tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada hydroulic cone yang sesuai untuk “Single Stage Pressing” diberikan tekanan pada tahap awal 40-50 bar dan pada

Double pressing menggunakan tekanan pertama 30-35 bar dan pada pengempaan kedua tekanan 40-50 bar.

Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentasi biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press, bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan presan adalah :

(10)

ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.

e) Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press maka jumlah biji pecah semkin tinggi.

f) Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.

Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. (Ponten Naibaho, 1996).

2.2. Proses pengolahan PKO

PK Crushing Plant di PT.Multimas Nabati Asahan - Kuala Tanjung bahan baku utamanya adalah inti sawit (Kernel) sebelum menjadi CPKO diolah melalui beberapa proses.

Prosesnya adalah sebagai berikut: 2.2.1. Ware House

Ware House merupakan bagian dari PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan yang bertanggung jawab atas penerimaan dan penyimpanan Inti Sawit (Palm Kernel). Selain itu, Ware House juga berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian Ampas (Palm Kernel Mill). Adapun bagian dari Ware House adalah :

Sampling Tower

Quality Check

Loading Ramp

 Tangki Penyimpanan (Silo)

(11)

2.2.1.1. Sampling Tower

Inti sawit (Palm Kernel) yang diangkut dengan menggunakan truck terlebih dahulu harus melewati sampling tower sebelum masuk ke loading ramp untuk dilakukan pengambilan sampel atas (inti sawit). Adapun cara pengambilan sampel atas sebagai berikut :

 Penentuan posisi titik pengambilan sampel atas sekitar 8 – 12 titik

berdasarkan kondisi muatan inti sawit (Palm Kernel)

 Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat sekop,

tombak dan ember

 Sekop digunakan untuk mengambil sampel inti sawit pada bagian atas

 Tombak digunakan untuk mengambil sampel pada bagian tengah truck

 Sampel yang telah diambil akan diletakkan ke dalam ember

 Kemudian sampel diletakkan dan diratakan kedalam talam setelah itu

dibagi menjadi empat bagian

 Diambil secara silang atau secara acak dan dimasukkan kedalam plastik

 Sampel dibawa ke laboratorium QA (Quality Assurance) untuk

dianalisa Quality dari inti sawit tersebut

2.2.1.2. Quality Check

Inti sawit (sampel) yang sudah diambil di sampling tower akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan kualitas dari inti sawit tersebut. Dalam menganalisa inti sawit ditinjau berdasarkan kadar kotoran dan kadar air (Moisture). Adapun cara menganalisa kadar kotoran dapat dilakukan dengan cara :

 Inti sawit yang di dalam plastik diletakkan kedalam talam kemudian

(12)

 Kemudian secara silang atau secara acak hal tersebut dilakukan agar

inti sawit yang diambil merata

 Dimasukkan inti sawit kedalam teko kemudian ditimbang 1000 gram,

setelah ditimbang inti sawit di letakkan kembali ke talam yang lain

 Inti sawit dipisahkan dari cangkang dengan cara manual

 Cangkang di timbang untuk mengetahui kadar kotorannya.

Misalkan Inti sawit dari PT.TORGANDA diperoleh kadar kotoran seberat 78 gram. Maka dapat dihitung kadar kotoran sampel atas dari inti sawit tersebut dengan perhitungan sebagai berikut :

Berat Inti sawit : 1000 gram Berat kotoran : 78 gram

Maka kadar kotorannya adalah 78

1000 x 100% = 7,8%

Untuk menganalisa kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Balance, yaitu :

 Inti sawit diambil secukupnya kemudian dihaluskan dengan

menggunakan blender

 Kemudian dimasukkan kedalam aluminium foil

 Kemudian dimasukkan kedalam Moisture Balance

 Diamati angka pada Moisture Balance sampai berhenti dan di catat

hasilnya

(13)

Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efisien.

Adapun prinsip sokletasi ini, yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. (Herbert R.B, 1989).

2.2.1.3. Loading Ramp

Loading Ramp adalah tempat pembongkaran Inti sawit (Palm Kernel) yang telah di analisa Kualitasnya. Alat pendistribusian inti sawit pada loading ramp ini ialah conveyor dan elevator. Inti sawit yang telah di bongkar akan jatuh ke conveyor dan di bawa menuju elevator, melalui elevator tersebut inti sawit diangkat menuju conveyor menuju tangki penyimpanan (silo) untuk disimpan sementara waktu.

2.2.1.4. Tangki Penyimpanan (Silo)

Tangki penyimpanan (Silo) berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti sawit (Palm Kernel) sementara. Adapun jumlah silo yang ada pada PK Crushing Plant adalah 5 buah, dimana masing-masing kapasitasnya ialah :

(14)

3. Silo 3 max 600 ton 4. Silo 4 max 600 ton 5. Silo 5 max 600 ton

Jadi jumlah total kapasitas silo berkisar 2700 ton. Proses pendistribusian inti sawit berdasarkan sistem FIFO (First In First Out). Setiap silo dilengkapi dengan blower yang berfungsi untuk menghisap uap air yang terdapat didalam silo. Selain itu, blower tangki penyimpanan berdasarkan sistem FIFO yaitu dimana inti sawit yang lebih dahulu dibongkar pada loading ramp akan langsung ditransfer ke silo dan begitu seterusnya.

Pasokan bahan baku inti sawit di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan tidak hanya berasal dari PKS yang ada di pulau Sumatera utara saja, tetapi ada juga yang berasal dari luar pulau Sumatera dan biasanya disebut dengan inti kapal, biasanya inti sawit diangkut dengan menggunakan Kapal laut.

2.2.1.5. Gudang Ampas (Palm Kernel Mill)

Gudang ampas (Palm Kernel Mill) adalah tempat penyimpanan atau tempat pendistribusian ampas inti sawit di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan. Jumlah gudang di PK Crushing Plant ada empat unit yang masing-masing berbeda kapasitasnya, anatra lain :

 Gudang I berkapasitas 5000 ton

 Gudang II berkapasitas 5000 ton

 Gudang III berkapasitas 4000 ton

 Gudang IV berkapasitas 7000 ton

(15)

suhu diatas 50°C maka akan dilakukan treaming dengan menggunakan loader. Pengecekan suhu dilakukan sebanyak satu kali dalam satu shift, yaitu dilakukan pada 6 titik dengan menggunakan thermometer.

Table 2.3. Spek Ampas (Palm Kernel Mill)

KANDUNGAN SPEK (%) Keterangan

Oil Lose 10 Maksimal

Protein 14 Minimal

Dirt & Shell 15 Minimal

Moisture 10 Maksimal

Sand & Silica 1,5 Maksimal

Fiber 20 Maksimal

2.2.2. Produksi

Bagian produksi merupakan bagian terpenting dalam pengolahan inti sawit (Palm Kernel) menjadi CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan ampas (Palm Kernel Mill), yang berawal dari hopper hingga sampai ke daily tank dan gudang ampas. Dalam proses produksi, PK Plant terbagi atas 2 plant yaitu :

 Plant I

(16)

 Plant II

Terdiri dari 60 unit mesin press dengan pembagian 30 unit untuk pengolahan inti sawit (first press) dan 30 unit untuk pengolahan ampas (second press) dan diantaranya 3 unit mesin berfungsi fleksibel (mesin press inti sawit sekaligus ampas), dengan kapasitas produksi 550 ton/hari. Untuk kapasitas produksi per mesin max 17 ton / hari dengan kecepatan 35 kg / 3 menit. Selain itu, terdapat 3 (tiga) hopper dimana diantaranya 2 untuk inti sawit dan 1 untuk ampas.

2.2.2.1.System Control Process dan Quality pada seluruh rangkaian proses produksi

Start pabrik untuk First Press dan Second Press (harus dimulai dari Rotasi Mekanis / Mundur dari belakang). Sementara cara untuk meng-Off kan mesin produksi harus dimulai dari depan (kebalikan dari cara meng-On kan mesin produksi).

Setelah Hopper second press berisi, kita akan melakukan start pada second press yaitu pengepresan hasil dari first press. Selanjutnya operator akan melakukan pengontrolan setiap hari dari mesin press, dan apabila ada masalah akan segera dilaporkan kepada yang sudah ditunjuk guna ditinjak lanjuti.

(17)

Hasil pengepresan pada second press, oil content atau losessnya 8% max dengan tekanan 90 A. Dan untuk melakukan standart mesin press terlebih dahulu kita melakukan pengosongan hopper yang ada diatas press dan berapa lama waktu pengepressan inti sawit dari hopper tersebut.

Standar waktu pengosongan pada hopper rata-rata 3 menit : Contoh :

3 menit = 32 kg inti sawit dalam Hopper 1 menit = 10,66 kg

1 jam = 640 kg

1 hari = 15.360 kg/hari

Untuk mencari kapasitas produksi per mesin dalam satu hari dengan cara seperti di bawah ini :

Diketahui : Kapasitas Hopper mesin = 32 kg Kecepatan = 3 menit

Penyelesaian : 32 kg x 60 menit x 24 3 menit

= 15.360 ton / hari

2.2.2.2. Hopper

Pada bagian produksi terdapat enam buah hopper yang memiliki kapasitas yang berbeda dalam 2 plant yaitu :

 Hopper Plant I : 900 MT untuk 3 hoper

 Hopper Plant II : 1200 MT untuk 3 hoper

(18)

2.2.2.3. Mesin First Press

Inti sawit yang berada didalam tangki penyimpanan (silo) akan di transfer ke hopper dengan menggunakan conveyor dan elevator. Setelah itu akan masuk kedalam mesin press I untuk memisahkan minyak dengan ampas. Minyak yang keluar dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju ke bak oil pit. Pada bak oil pit ini terdapat elevator yang berfungsi sebagai penyaring untuk mengangkat endapan- endapan atau ampas yang akan dibawa ke hopper ampas (PKM) dan masuk kedalam mesin press II untuk mendapatkan minyak yang masih terkandung pada ampas. Kemudian minyak yang ada bak oil pit akan menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Apabila telah selesai melewati proses penyaringan maka CPKO (Crude Palm Kernel Oil) tersebut akan masuk kedalam Buffer Tank dan kemudian menuju Daily Tank.

Ampas (PKM) yang keluar dari bagian depan mesin akan turun kedalam conveyor kemudian dibawa ke conveyor dan menuju elevator. Dengan menggunakan elevator, ampas diangkat dan jatuh kedalam conveyor. Dari conveyor tersebut maka ampas selanjutnya masuk ke conveyor dan diangkat menuju hopper ampas (PKM). Ampas yang ada dalam hopper tersebut selanjutnya akan memasuki tahap proses kedua (Second Fress).

2.2.2.4. Mesin Second Press

(19)

perlu diproses kembali pada mesin press II. Minyak yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor menuju Bak oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank.

Sedangkan ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju Hummer Mill untuk dihaluskan dengan ukuran penggilingnya 0,5 mm. Setelah dari Hummer Mill, ampas akan dibawa oleh conveyor dan di iringi dengan penambahan air agar suhu ampas menurun dengan kadar airnya (moisture) max 10% pada saat menuju gudang, hal ini disebut dengan AAW (After Adding Water). Setelah itu ampas masuk ke dalam gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.

(20)

Setelah CPKO berada di Daily Tank dilakukan pengukuran (Sounding), sounding tangki dilakukan setiap pagi guna mengetahui berapa hasil produksi, baik itu untuk plant I maupun plant II. Konsentrasi oil content dari cake Niagara filter diharapkan semakin kecil dari standart yang ditentukan dengan demikian ampas (PKM) hasil produksi di gudang tidak terkontaminasi.

2.2.3. Maintenance

Maintenance merupakan bagian dari PK Crushing Plant PT Multimas Nabati Asahan yang bertanggung jawab dalam perawatan mesin maupun perbaikan pada mesin yang mengalami kerusakan, selain itu maintenance bertindak sebagai utiliy (pendukung) tercapainya kapasitas produksi.

Ada 3 (tiga) bagian maintenance yaitu: 1. Mecanic Machine Press

2. Welder 3. Pabrication

Sebelum kita membahas peranan dari bagian-bagian Maintenance, ada baiknya kita mengetahui bagian-bagian dari mesin press beserta fungsinya, sebagai berikut:

1. Motor

Berfungsi sebagai penggerak dari dari gear box, kopling dan ass press dengan kecepatan 1000 rpm.

2. Gear Box

Berfungsi sebagai penyambung putaran dari pulley belt ke ass press dan mengurangi kecepatan dari motor sebesar 1000 rpm menjadi 18 rpm untuk first press dan 15 rpm untuk second press.

3. Ass Press

(21)

4. Screw Press

Berfungsi sebagai alat pembawa inti sawit ke mesin sekaligus sebagai alat pengepressan inti sawit.

5. Body Cage

Berfungsi sebagai tempat keluarnya PKO (Palm Kernel Oil) dari hasil pengepresan.

6. Feed dan Body Cage Scraper

Berfungsi sebagai pemecah inti sawit sebelum di press. 7. Pulley Belt

Berfungsi sebagai penyambung putaran dari motor ke gear box. 8. Taper Head

Berfungsi sebagai pengatur ukuran ampas yang keluar.

2.2.3.1. Mekanik Machine Press

Merupakan bagian dari maintenance yang berperan dalam membongkar mesin press yang sesuai dengan masa kerja mesin, masa kerja pada mesin first press max 23 hari sedangkan untuk masa kerja dari mesin second press max 18 hari, selain itu pembongkaran juga dilakukan jika pada mesin press mengalami kerusakan sebelum masa kerja mesin berakhir.

(22)

2.2.3.2.Welder

Tugas dari welder adalah melakukan perbaikan terhadap screw. Screw terdiri dari 9 (Sembilan) PCS antara lain: 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, 1-7, 1-8, 1-9. Kerusakan pada screw berupa hausnya daun screw akibat kuatnya tekanan pengepresan pada inti sawit. Perbaikan pada screw dilakukan dengan cara pengelasan, screw yang diterima dari pihak mekanik machine press harus diperiksa terlebih dahulu apakah screw tersebut bisa dilakukan pengelasan atau tidak, pengelasan dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) kawat las yang berbeda yaitu LB dan metadur. Kawat las LB berfungsi sebagai penimbun untuk screw yang sompel atau keropos karena kawat las LB dapat mengikat antara besi dan baja, kemudian kawat las LB adalah tipe kawat yang kuat dan tahan terhadap pukulan yang keras tetapi tidak tahan terhadap gesekan. Sedangkan untuk kawat las metadur digunakan sebagai pelapis dari kawat las LB karena kawat metadur tahan terhadap gesekan tetapi tidak tahan terhadap pukulan yang keras. Pengelasan pada daun screw dilakukan dengan cara mengikuti mal daun screw yang telah ada. Screw yang telah selesai di las akan di gerinda yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan screw yang tidak rata.

2.2.3.3.Pabrication

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Table 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit
Table 2.3. Spek Ampas (Palm Kernel Mill)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengenkripsi kunci, yang pertama harus dilakukan user adalah menginputkan kunci publik dengan menekan button Buka Kunci Publik maka kunci publik akan tampil pada textfield

Emosi merupakan kegiatan pada diri seseorang yang disertai warna.. efektif baik pada tingkat lemah maupun tingkat yang

Program Studi Diploma Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi1. Universitas Kristen Satya Wacana

Perancangan Sistem Pengamanan dan Kompresi Data Teks dengan Fibonacci Encoding dan Algoritma Shannon-Fano serta Algoritma Deflate.. Universitas

Harapan tersebut akan terwujud dengan adanya peran profesional guru yang salah satunya profesional dan kompeten dalam hal pedagogis yang meliputi Pemahaman karakteristik peserta

(Banua Ginjang) , Alam Tengah (Banua Tonga) dan Alam Bawah (Banua Toru). Alam Atas terbagi dalam 7 lapisan, pada lapisan yang tertinggi merupakan tempat bertahtanya Mulajadi

Berarti dapat disimpulkan tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan propioseptif dengan menggunakan wobble board dan theraband exercise terhadap

Tahanan lateral ultimit berdasarkan Metode Broms pada Bore Hole P4 adalah sebesar 90,403 ton dan untuk Bore HoleP5 sebesar 86,064 sedangkan penurunan elastis yang