• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Air Inti Sawit Pada Kernel Silo Menggunakan Alat Moisture Analyzer Di PT. PN III Pks Rambutan Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Air Inti Sawit Pada Kernel Silo Menggunakan Alat Moisture Analyzer Di PT. PN III Pks Rambutan Tebing Tinggi"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR AIR INTI SAWIT PADA KERNEL SILO MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE ANALYZER DI PTPN III PKS

RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat gelar Ahli Madya

PUTRI MAHARANI GINTING 052401073

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA –III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN KADAR AIR INTI SAWIT PADA KERNEL SILO

MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE ANALYZER DI PTPN III

PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

PUTRI MAHARANI GINTING

052401073

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA –III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR AIR INTI SAWIT PADA

KERNEL SILO MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE ANALYZER DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : PUTRI MAHARANI GINTING

Nomor Induk Mahasiswa : 052401073

Program Studi : DIPLOMA (D-3) KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diketahui di Medan, Juli 2008

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dr. Rumondang Bulan. MS Cut Fatimah Zuhra.SSi.,MSi.

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AIR INTI SAWIT PADA KERNEL SILO MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE ANALYZER

DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Cut Fatimah Zuhra.SSi.,MSi. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

2. Ibu Ketua dan Bapak Sekretaris Departemen Kimia FMIPA-USU yang telah mensyahkan Karya Ilmiah ini.

3. Ayahanda D.Ginting dan Ibunda Aswiyah tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil selama kuliah sampai selesainya Karya Ilmiah ini.

4. Adik-adikku Irsyad dan Dian serta suamiku Eric yang turut membantu dan memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

5. Bapak Rediman Silalahi, selaku Manager di PKS Rambutan Tebing Tinggi. 6. Ibu Elfrida Manurung, selaku pembimbing lapangan di PKS Rambutan Tebing

Tinggi yang telah banyak membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

7. Seluruh dosen dan staf administrasi departemen Kimia FMIPA-USU yang telah banyak membantu selama perkuliahan.

8. Semua rekan-rekan mahasiswa/I Kimia Analis stambuk’05 yang tidaka dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya dan semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Medan, Juli 2008 Penulis

(6)

ABSTRAK

(7)

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa sawit

2.5. Pengolahan Inti Kelapa Sawit………...9

2.6. Minyak Kelapa Sawit………..11

2.7. Minyak Inti Kelapa Sawit………...12

2.8. Standar Mutu………...13

2.9. Hidrolisa Minyak Kelapa Sawit………..14

(9)

BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.

Hasil………...20

4.2. Pembahasan ………...20

BAB V. KESIMPULAN & SARAN

5.1. Kesimpulan Tabel 2.1. Komposisi Inti Sawit………8 Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit………..11 Tabel 2.3. Sifat Fisika Kimia Kelapa Sawit……….12 Tabel 2.4. Standar Mutu Minyak Sawit,minyak inti sawit&inti sawit……….14 Tabel 4.1. Analisis Kadar Air………...20

BAB I

PENDAHULUAN

(10)

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak yang dapat dimakan (edible oil), minyak industri, maupun bahan baker (biodiesel menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah pada tahun 2009 Indonesia akan menempati posisi pertama. Indonesia)

Secara alami minyak sawit mengandung air yang tidak dapat dipisahkan. Jumlah kandungan air pada minyak dapat bertambah disebabkan karena pengolahan minyak sawit itu sendiri serta saat penyimpanan. Kenaikan kandungan air dapat menyebabkan terjadinya hidrolisa minyak sawit yang dipacu oleh enzim lipase dan dibantu oleh sinar matahari pada kondisi atmosfer.( Yusuf, 2004)

Hidrolisa adalah proses penguraian minyak dengan air yang dikatalisis oleh enzim lipase sehingga akan terbentuk asam lemak dan gliserin. Hidrolisis dapat menurunkan mutu minyak goreng, karena akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Selama penyimpanan dan pengolahan minyak atau lemak, asam lemak bebas bertambah dan harus dihilangkan dengan proses pemurnian dan deodorisasi untuk menghasilkan minyak yang lebih baik mutunya.

(

(11)

Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah ini dengan judul “Penentuan Kadar Air Inti Sawit Pada Kernel Silo Menggunakan Alat Moisture

Analyzer di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi.”

1.2. Permasalahan

Apakah hasil analisa kadar air inti sawit pada kernel silo menggunakan alat

moisture analyzer sesuai standar yang ditetapkan di PTPN III PKS Rambutan Tebing

TInggi.

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui berapa kadar air inti sawit pada kernel silo dengan menggunakan alat moisture analyzer.

2. Untuk mengetahui apakah kadar inti sawit pada kernel silo di PTPN III PKS Rambutan telah sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan atau tidak.

1.4. Manfaat

Dengan dilakukannya penentuan kadar air inti sawit, kita dapat mengetahui rendemen minyak sawit yang dapat mempengaruhi kualitas minyak sawit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(12)

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, s ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. (http://id.wikipedia.Indonesia)

Tanaman kelapa sawit (elaeis quinensis jacq

Cangkang atau tempurung kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar, yaitu arang aktif yang biasa digunakan dalam industri kesehatan. Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk Kalium. Sedangkan ampas lumatan daging buah untuk bahan baker ketel uap.

) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.(Naibaho, 1986)

(13)

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya.

a. Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :

• Dura, tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis, Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

• Pisifera, ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Jenis pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal dengan sebagai tanman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

• Tenera, varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya.

• Macro carya, tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.

(14)

b. Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah. Ada 3 varietas kelapa sawit berdasarkan perbedaan warna kulitnya yaitu sebagai berikut :

• Nigrescens, buahnya berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan

berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak.

• Virenscens, pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna

buahnya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujngnya tetap kehijauannya. • Albescens, pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah

masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. (Tim penulis, 1992)

2.3. Pengolahan Kelapa Sawit

Tahap-tahap pengolahan Tanda Buah Segar (TBS) menjadi CPO adalah sebagai berikut :

1. Penimbangan

Tandan Buah Segar (TBS) kealapa sawit dari lapangan diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk, dan ditimbang diatas timbangan untuk mengetahui jumlah TBS yang diterima oleh pabrik, kemudian buah kelapa dipindahkan ke loading ramp. 2. Penimbunan (Loading Ramp)

(15)

3. Perebusan (Stelizer)

Lori-lori yang sudah berisi TBS dimasukkan kedalam ketel rebusan yang berkapasitas 8 lori per unit (25-75 ton TBS) dengan bantuan capstand. Kemudian pintu

sterilizer ditutup rapat dan dikunci. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan

2,0-2,8 kg/cm2.

Tujuan dari perebusan ini adalah :

1. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty Acid

(FFA).

2. Mempermudah melepasnya buah kelapa sawit dari tandan secara manual. 3. Penyempurnaan dalam pengolahan.

4. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.

Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Perebusan dilakukan pada tekanan uap 2,8 kg/cm2 dan waktu antara 80-90 menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang terbesar. Selain itu, pada proses perebusan juga perlu dilakukan agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan. Perebusan dilakukan pada saat tekanan mencapai puncak pertama pada tekanan sekitar 2,3 kg/cm2 dan pada puncak kedua dengan tekanan sekitar 2,5 kg/cm2 dan uap dimasukkan hingga mencapai tekanan sekitar 2,8 kg/cm2.

4. Stasiun Pemipilan (Stropper)

(16)

5. Stasiun Pemecahan (Digester)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut kebagian pengadukan / pemecahan (digester) alat yang dilakukan untuk pengadukan pemecahan berupa sebuah tangkai vertical yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya.

6. Pengempaan (Presser)

Proses pemisahan minyak terjadi akibat pemutaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press

cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah anatara sliding cone dan press cage.

Selama proses pengepakan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam screw

press. Bertujuan untuk mengencerkan sehingga massa bubur buah tidak terlalu rapat.

(Pahan, 2008) 7. Pemurnian

Untuk memperoleh minyak yang bermutu baik, minyak dari lemak kasar harus dimurnikan dari bahan-bahan atau kotoran yang terdapat di dalamnya.

Cara-cara pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

Pengendapan (setting) dan pemisahan gumi (degumming), bertujuan

menghasilkan partikel-partikel halus yang tersuspensi atau berbentuk koloidal. Pemisahan ini dilakukan dengan pamanasan uap dan adsorben, kadang-kadang dilakukan sentrifusa.

 Netralisasi dengan alkali, bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa

(17)

dengan asam lemak bebas rendah cukup ditambahkan NaOH atau garam NaCO3, sehingga asam lemak ikut fase air dan terpisah dari lemaknya.

 Pemucatan bertujuan untuk menghilangkan zat-zat warna dalam minyak dengan

penambahan adsorbing agent seperti arang aktif, tanah liat atau dengan reaksi-reaksi kimia. Setelah penyerapan warna, lemak disaring dalam keadaan vakum.  Penghilangan bau (deodorisasi) lemak, dilakukan dalam botol vakum,

kemudian dipanaskan dengan mengalirkan uap panas yang akan membawa senyawa volatile. Selesai proses deodorisasi, lemak harus segera didinginkan untuk mencegah kontak dengan O2. (Winarno, 2002)

2.4.Inti Kelapa Sawit

Inti terdapat di dalam biji kelapa sawit yang dilapisi tempurung. Terdapat variasi komponen inti kelapa sawit dalam hal padat non minyak dan non protein. Bagian yang disebut Extractable non protein yang mengandung sejumlah sukrosa,gula pereduksi dan pati, tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati.

Tabel 2.3. Komposisi Inti Sawit

(18)

Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dictak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetik.(Ketaren, 1986) Inti kelapa sawit atau Palm Kernel, merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50 % dan kadar FFA-nya sekitar 5 %. Bungkil inti kelapa sawit atau Palm Kernel Cake, merupakan daging inti kelapa sawit yang telah diambil minyaknya. Bungkil mengandung sekitar 2 % minyak.

2.5.Pengolahan Inti Sawit 1. Cake Breaker Conveyor

Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut dengan Cake Breaker Conveyor ( CBC ). Alat ini berperan memecah gumpalan ampas dan mengangkutnya ke kolom Fibre Cyclone . 2. Polishing Drum

(19)

3. Fermentasi Biji

Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti. Untuk mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi. 4. Nut Grading

Sebelum proses pemecahan biji terlebih dahulu dilakukan seleksi berdasarkan ukuran biji dengan menggunakan alat “nut grading” yaitu drum berputar terdiri dari ukuran lobang yang berbeda-beda. Biji yang telah diseleksi terdiri dari tiga fraksi yaitu kecil ( 8 – 14mm ), sedang ( 15 – 17mm ) dan besar ( 18mm ).

5. Pemecahan Biji

Alat ini berfungsi memecahkan biji dengan sistem lemparan biji ke dinding yang keras. Mekanisme pemecahan ini didasarkan pada kecepatan putar, radius dan massa biji yang dipecahkan. Penentuan kecepatan putaran mempengaruhi besarnya persentase inti pecah dan inti lekat.

6. Pemisahan Inti dengan Tempurung

Pemisahan inti dengan tempurung terjadi di unit hydrocyclone. Sampah halus akan terpisah dan fraksi berat akan dicampur dengan air yang kemudian inti dipisahkan dengan tempurung berdasarkan berat jenis. Untuk memperbesar selisih berat jenis inti dengan tempurung maka campuran dilewatkan melalui siklon, sehingga inti akan keluar dari atas permukaan cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

7. Pengeringan Inti

(20)

Kadar air inti yang diinginkan dalam penyimpanan adalah 6 – 7%, karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup.

2.6. Minyak Kelapa Sawit

Hasil utama yang diperoleh dari tandan buah sawit adalah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika dan kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

(Tim penulis, 1992)

Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit

(21)

Sifat-sifat fisika kimia kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slipping point,

shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan atau turbidily point, titik

asap, titik nyala, dan titik api.

Tabel 2.2. Sifat fisiko kimia dari kelapa sawit

Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit Bobot jenis pada suhu kamar

Indeks bias D 400 C Sumber : Krischenbauer (1960)

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak, sedangkan bau yang khas dari minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan titik cair yang berbeda-beda.( Ketaren, 1986)

2.7. Minyak Inti Kelapa Sawit

(22)

diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetik.(Ketaren, 1986)

Minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel (PKO), berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5 %. Inti kelapa sawit atau Palm Kernel, merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50 % dan kadar FFA-nya sekitar 5 %. Bungkil inti kelapa sawit atau

Palm Kernel Cake, merupakan daging inti kelapa sawit yang telah diambil minyaknya.

Bungkil mengandung sekitar 2 % minyak.(http://seafast.ipb.ac.id)

Minyak inti kelapa sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.

2.8. Standar Mutu

Industri pangan maupun non pangan selalu menginginkan minyak sawit dam mutu yang terbaik, yaitu yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli, murni dan tidak tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air , logam-logam (dari alat-alat selama pemrosesan) dan lain-lain. Adanya bahan-bahan yang tidak semestinya terikut dalam minyak sawit ini akan menurunkan mutu dan harga jual minyak sawit tersebut. (Tim penulis, 1992)

(23)

menentukan minyak yang bermutu baik. Adapun standar mutu dari minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit Dan Inti Sawit Karakteristik Minyak

Sawit

Inti Sawit Minyak Inti Sawit

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan,( 1989)

2.9. Hidrolisa Minyak Sawit

Air dalam minyak hanya terdapat dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Adapun prinsip dari penetuan kadar air yaitu air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan.

(24)

Pemisahan air (bahan yang mudah menguap) dari minyak dipengaruhi oleh : • Suhu minyak, pemisahan air atau bahan mudah menguap semakin efektif bila

suhu minyak semakin tinggi.

• Kehampaan udara, bahan lebih mudah menguap apabila dalam keadaan hampa

udara. Kehampaan udara tergantung dari fluktuasi debit minyak masuk.

• Interaksi suhu minyak dan kehampaan, hal ini berinteraksi penting terhadap

pengurangan kadar air atau bahan yang mudah menguap.

• Pengaturan kapasitas alat, semakin tinggi kapasitas alat yang sama maka

penguapan air semakin lambat dan akan menghasilkan minyak yang bermutu jelek.(Naibaho, 1996)

Kadar air inti sawit yang di inginkan dalam penyimpanan adalah 6-7%, karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup dan kondisi ruangan penyimpanan dapat diatur pada kelembaban nisbi 70%. Umumnya pada inti yang sudah kering tidak lagi ditemukan “plant enzim”, akan tetapi dijumpai enzim yang berasal dari mikroba yang terkontaminasi selama penanganan atau penyimpanan.

Permukaan inti sawit yang basah merupakan media tumbuh mikroba yang lebih baik, sehingga spora atau mycelium yang menempel pada permukaan tersebut akan lebih cepat tumbuh. Mikroba tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat merusak lemak, protein, karbohidrat dan vitamin. Oleh sebab itu dalam pengawetan inti pertama-tama ditujukan untuk menurunkan air permukaan.( Naibaho, 1996)

(25)

(sesuai dengan kualitas minyak ) dan kadar air gliserin harus berkisar 12 % berat. Kedua parameter ini merupakan parameter yang optimum bagi hidrolisa minyak sawit. Perubahan yang menonjol dari kedua parameter diatas menunjukkan bahwa proses hidrolisa tidak dalam keadaan optimumnya. Jika tidak, maka hidrolisa tidak akan berlangsung dengan baik.

Keadaan tak seimbang hanya dan akan diperoleh pada saat awal reaksi hidrolisa sebagai upaya mendapatkan kondisi optimum atau setimbang dan juga berkesinambungan. Keadaan yang tidak setimbang dapat terjadi karena :

• Suhu splitter melewati suhu kisarannya • Jumlah pemakaian air terlalu kecil

• Jumlah pemakaian minyak sawit terlalu benar • Temperatur air terlallu besar

(Yusuf, 2004)

Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut terdapat pada semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10%. ( http:// id. wikipedia.minyak dan lemak)

2.10. Moisture Analyzer

Moisture analyzer merupakan salah satu alat praktis dan modern yang

(26)

dengan pemanasan pada suhu 1100 C sehingga kandungan air di dalam inti sawit dapat diserap sempurna dalam waktu 15 menit sehingga menghasilkan keluaran data dalam % yang dinilai cukup akurat di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi.

(27)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

- Moisture analyzer - Gilingan inti

- Sendok stainless latell - Piring stainless latell - Piring Aluminium

3.2. Bahan

- Kernel silo

3.3. Prosedur

- Dihaluskan kernel silo kurang lebih 100 gr dengan memakai gilingan inti - Dihidupka n sistem moisture analyzer dengan menekan tombol ON/OFF - Tekan CF kemudian F1 untuk menentukan suhu yang diinginkan (tombol F1

adalah untuk menaikkan sedangkan F2 adalah untuk menurunkan)

- Suhu yang diinginkan misalnya 1100 C, kemudian tekan tombol ENTER untuk mengkonfirmasikan suhu tersebut

(28)

(inti halus) sebanyak 10-15 gram, turunkan hocknya bila ada bunyi tit sekali dan akan timbul simbol SSS berarti sistem sudah berjalan.

- Dibiarkan sistem berjalan dengan sendirinya, bila kernel silo sudah kering secara otomatis sistem akan berhenti dan keluar bunyi tit 3 kali setelah itu diangkat hocknya tekan CF dan dikeluarkan kermel silo demikian seterusnya. - Bila suhu yang diinginkan tidak berubah misalnya 1100 C, maka hanya

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil analisis kadar air ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1. Analisis Kadar air

No. Tanggal Nama sampel Kadar air

Inti sawit kernel silo Inti sawit kernel silo Inti sawit kernel silo Inti sawit kernel silo Inti sawit kernel silo Inti sawit kernel silo

6,96

(30)

Kadar air sangat penting baik dalam proses pengolahan maupun pengawetan bahan pangan. Hal tersebut erat kaitannya dengan stabilitas bahan pangan. Kerusakan bahan pangan memerlukan air selama prosesnya, oleh karena itu banyaknya air akan ikut menentukan kecepatan terjadinya kerusakan. Disamping itu, kandungan air juga mempengaruhi kualitas daripada minyak. Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini akan mengakibatkan rendemen minyak berkurang karena minyak berubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol

Reaksi hidrolisa pada minyak sawit yaitu sebagai berikut :

Trigliserida + air enzim asam lemak + gliserin CPO + air enzim asam lemak + gliserin

C3H8(OOCR)3 + 3H2O enzim C3H8(OH)3 + 3RCOOH (Yusuf, 2004)

Kadar air inti sawit yang diinginkan adalah 6-7%, karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup. Umumnya pada inti sawit yang sudah kering tidak lagi ditemukan “plant enzim”, akan tetapi dijumpai enzim yang berasal dari mikroba yang terkontaminasi selama penanganan atau penyimpanan.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil analisis dilaboratorium PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi mulai dari tanggal 21 Januari 2008 sampai 28 Januari 2008 diperoleh nilai rata-rata kadar air inti sawit pada kernel silo sebesar 6,915%.

2. Nilai kadar air inti sawit pada kernel silo berdasarkan hasil analisis di laboratorium PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan yaitu < 7%.

5.2. Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menganalisa inti sawit yang diambil dari unit pengolahan inti sawit yang berbeda, seperti pada alat pemecah biji ( Nut

(32)

DAFTAR PUSTAKA

1. http : // id.elearning.unej.Diakses tanggal 21 Mei 2000

2. http : // id. Wikipedia Indonesia.Diakses tanggal 10 Desember 2002 3. http : // id. Wikipedia Minyak Dan Lemak.Diakses tanggal 5 Juni 1997 4. http : // seafast.ipb.ac.id.Diakses tanggal 14 Januari 1996

5. Ketaren. S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. Cetakan I. UI- Press. Jakarta

6. Naibaho. P.M, 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Edisi Keempat. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

7. Pahan. I., 2008. Kelapa Sawit. Cetakan 4. Penebar Swadaya. Jakarta

8. Tim Penulis. P.S, 1992. Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Penerbit Swadaya. Jakarta 9. Winarno. F.G., 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. Penerbit PT.Gramedia Pustaka

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Inti Sawit………………………………………………8          Halaman Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit…………………………..11
Tabel  2.3. Komposisi Inti Sawit
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit
Tabel 2.2. Sifat fisiko kimia dari kelapa sawit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Agar dapat dipasarkan, kernel sawit yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi mutu sebagai berikut: Kadar asam lemak bebas yang baik pada inti sawit adalah 0,5 % , Kadar air

Minyak yang dihasilkan dari inti sawit disebut minyak inti sawit kasar atau CPKO (Crude Palm Kernel Oil), di dalam CPKO terdapat lemak, protein, serat dan air dan beberapa

Telah dilakukan analisis potensi minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dengan cara ekstraksi menggunakan alat sokletasi... ANALYSIS OF CONTENT AND RENDEMENT

Nusantara III merupakan salah satu pabrik kelapa sawit yang tidak hanya mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kasar kelapa sawit (crude palm oil dan

minyak, yakni minyak kelapa sawit mentah ( Crude palm Oil /CPO) yang diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti sawit ( Palm Kernel Oil

Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil samping

Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama.. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil