• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS UMUM MENGENAI HUKUM HAK ASASI MANUSIA

C. Sejarah Hak Asasi Manusia

Pada hakekatnya, Agama-agama besar di dunia memuat ajaran tentang hak asasi manusia, baik islam, kristen, Buddha, dan Hindu, memuat ketentuan bahwa setiap manusia behak atas kebebasan beragama, non-diskriminasi, non-eksplotasi, hidup merdeka, dan hak-hak lainnya.45 Berikut beberapa instrumen hukum yang menjadi bagian dari sejarah perkembangan HAM di dunia :

1. Code of Hammurabi (1780 SM), menurut kepastian dan keadilan hukum dimana hukum hanya bagi para pelaku kriminal harus tertangkap tangan dan bagi hakim yang tidak adil akan didenda dan dicabut dari posisinya.

2. Charter of Cyrus (539 SM), dokumen HAM pertama yang memuat kata hak didalamnya. Dokumen tersebut memuat beberapa hak, yang paling utama adalah kebebasan beragama, toleransi budaya, pelarangan kerja paksa,dan penghapusan perbudakan.

44 Mochtar Kusumaatmadja dan Ety R Agoes, Op.cit, hlm.150-151.

45 Michael Haas, Op.Cit.halaman 11-17.

3. Asoka’sEdicts(280 SM), member petunjuk terkaitadvokasi HAM yang berfokus pada pembebasan dari penderitaan, perlakuan tahanan yang manusiawi, toleransi beragama, keadilan berimbang, menentang hukuman mati, dan penyiksaan layaknyabinatang.

4. Magna Charta (1215 M), Raja John Lockland telah mengakui hak-hak rakyat secara turun-temurun, baik kebebasan yang tidak boleh dirampas tanpa keputusan pengadilan dan pemungutan pajak harus dengan persetujuan dewan, sehingga kerajaan tidak memiliki kekuasaan absolute lagi.

5. Petition of Rights (1628 M), diterbitkan oleh palemen berdasarkan ketidakpuasan terhadap kerajaan atas perintah Edward Coke, yang memberikan prinsip-prinsip kepada rakyat jelata sama seperti yang diberikan kepada bangsawan, pemungutan pajak atas izin parlemen, dan tidak seorangpun yang dipenjara tanpa disebutkan sebabnya.

6. Peace of Westphalia (1648 M), memuat prinsip persamaan antar negara/bangsa, pengakuan atas kedaulatan negara, dan prinsip non-intevensi walaupun pemerintah dapat mengajukan complain atas penganiayaan rakyat mereka di luar negeri dan menyelamatkan mereka dari hal yang membahayakan. Di bawah sistem Westphalia, para penguasa menghormati keyakinan agama satu sama lain.

7. Bill of Rights (1689 M), walaupun berisi ketentuan yang diskriminatif dimana bagi kaum Katholik untuk seterusnya tidak dapat menjadi raja, hanya kaum Protestan yang bisa menjadi raja. Selain itu juga menurut ketentuan atas pemilihan yang bebas dan adil, kebebasan memberikan petisi untuk raja, hak kaum Protestan untuk memiliki

senjata, bebas dari hukuman yang kejam dan tidak biasa, serta bebas dari denda dan kehilangantanpa pengadilan.46

Ketika HAM memasuki Bahasa Inggris di tahun 1940-an, HAM adalah sekumpulan aturan yang menjadi alat untuk melawan Orde Adolf Hitler yang bersifat tirani.47 Bahwa perlawanan tersebut penting untuk mempertahankan kehidupan, kebebasan, kemerdekaan, dan kebebasan beragamama, serta untuk menjaga HAM dan keadilan dimana HAM dijadikan sebagai slogan untuk membenarkan perang.48 Pada 1941, Presiden AS, Franklin Delano Roosevelt menegemukakan gagasan terkenal, yaitu the four freedoms berisi freedom of speech, freedom of worship, freedom from want, freedom from fear.49

Pada 1945, atas dasar inisiatif negara-negara pemenang perang, didirikanlah PBB dengan tujuan utama untuk mencapai kerjasama, pembangunan, dan HAM Internasional serta menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Oleh karena itu pencapaian utama PBB adalah untuk menetapkan standar berupa kodifikasi HAM universal.50 Pertama kali adalah mengembangkan sebuah definisi resmi secara universal dengan menyatakan sebuah deklarasi sebagai suatu dasar untuk sebuah konvensi yang mengikat secara hukum dan menciptakan mekanisme penerapan internasional.51 Walaupun dalam penyusunan deklarasi tersebut banyak terdapat persoalan-persoalan namun pada akhirnya lahir suatu rumusan yang menekankan bahwa seluruh HAM adalah universal, tak bisa dipilah, saling tergantung, dan akan terus berhubungan.52 Deklarasi tersebut adalah Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal HAM.

46 Ibid, hal 37-42

47 Samuel Moyn, 2010, The Last Utopia: Human Right In History, Massachubetts and England The Belkaap, Press Of Havard University Press. halaman. 4

48 Ibid., halaman 49

49 M. Arifin Hasbullah, 2005, Politik Hukum Ratifikasi Konvensi HAM di Indonesia Upaya Mewujudkan Masyarakat Yang Demokratis/ Yogyakarta. Pustaka Pelajar. halaman. 22

50 Manfred Nowak. 2005, U.N Convenant On Civiland Political Rights. halaman 79

51 Ibid. halaman 8

52 A. Masyhur Effendi. Op.Cit., halaman 79.

Perkembangan terakhir pada 1993, World Conference on Human Rights yang menghasilkan The Vienna Declaration and Program of Action yang menjembatani pandangan HAM blok barat dan blok timur dan visi global tentang HAM.53

Sekalipun asal-usul historis hak asasi manusia ada sejak masa-masa kuno dan sering dikaitkan dengan gagasan hak-hak natural, Perang Dunia Pertama dan Kedua dan periode-periode di antaranya memainkan peran-peran pendahuluan bagi kemunculan rezim hak asasi manusia internasional mutakhir.54 Perlakuan keji dan bengis atas berbagai individu dan kelompok selama periode itu, dan penggunaan aparat Negara untuk berhadapan dengan manusia secara kejam menimbulkan keprihatinan internasional atas perlindungan umat bagi manusia.

Keprihatinan untuk melindungi kelompok-kelompok minoritas di Eropa Timur dan Eropa Tengah Perang Dunia Pertama adalah usaha awal menuju rezim hak asasi manusia internasional.

Dua gagasan hak asasi manusia muncul dalam proses itu, yakni gagasan hak-hak individual dan kolektif. Yang pertama berkaitan dengan perlindungan untuk masing-masing individu dan yang kedua berkaitan dengan perlindungan kelompok-kelompok minoritas.55

Upaya-upaya untuk memasukkan ketentuan-ketentuan hak asasi manusia dalam Konvenan Liga Bangsa-Bangsa (Covenant of the Leage of Nations) yang rencananya akan dibuat, tetapi kemudian gagal. Apa yang lantas muncul adalah beberapa perjanjian perlindungan minoritas yang terpisah dan beberapa deklarasi Negara yang menjamin perlindungan hak-hak minoritas. Bagaimanapun, Liga Bangsa-Bangsa (Leage of Nations organisasi internasional yang mendahului kelahiran Perserikatan Bangsa-Bangsa) menjalankan peran pengawasan terhadap

53 M. Arifin Hasbullah. Op.Cit., halaman 32

54 Lihat umpamanya, Weston, B, “Human Rights” dalam New Encyclopedia Britannica, edisi 15 vol.20, hal 713, Douzinas, C, The End of Human Rights (2000), Szabo, I, “Historical foundationof Human Rights and Subsquent Developments” dalam Vasak, K, (ed), The Intenational Dimensions of Human Rights (1982) Vol. 1, hal, 11 ; Cassese, A, Human Rights in Changing World (1990), hal. 123.

55 Lihat, Szabo,I.(ck.36), hal.21.

tiap-tiap kewajiban yang ditetapkan, yang waktu itu telah dianggap sebagai keprihatinan internasional.56

Usaha-usaha getol terus berlangsung baik di dalam maupun di luar Liga Bangsa-Bangsa untuk mewujudkan sebuah rezim hak asasi manusia internasional. Pada 1929, Institute of International Law, sebuah badan swasta yang terdiri atas otoritas-otoritas terpandang dalam hukum internasional di Eropa, Amerika dan Asia, mengesahkan Deklarasi Hak-hak Manusia (Declaration of the Rights of Man),57 yang menganggap tugas tiap Negara untuk mengakui, antara lain, hak-hak setara tiap individu atas hidup, kebebasan, kepemilikan. Institut itu juga menganggap tiap Negara bertugas memberi tiap orang yang berada dalam wilayahnya perlindungan penuh dan menyeluruh atas hak-hak ini tanpa membeda-bedakan kewarganegaraan, jenis kelamin, bahasa, atau agama.

Sekalipun deklarasi itu bukan dokumen yang mengikat, dokumen itu telah berperan mempopulerkan ide hak asasi manusia internasional persis pada tahun-tahun setelah Deklarasi itu disahkan. Deklarasi itu juga menjadi model hubungan baru antara individu dan Negara di bawah hukum internasional. Marshall Brown, editor Americ Journal of International Law, pada 1930, menggambarkan signifikasi Deklarasi itu terhadap rezim internasional yang waktu itu sedang sedang muncul sebagai berikut : Deklarasi ini menegaskan dalam istilah-istilah yang logis dan jelas hak-hak manusia „tanpa membedakan kewarganegaraan, jenis kelamin, ras, bahasa dan agama‟ terhadap hak setara atas hidup, kebebasan dan kepemilikkan, beserta segenap hak pelengkap yang esensial bagi dinikmatinya semua hak pokok ini. Ia bukan saja bertujuan untuk memastikan setiap individu atas hak-hak internasionalnya, melainkan juga bertujuan untuk

56 Lihat, umpamanya, Pasal 12 The Polish Minorities Treaty (1920, Lihat juga, Cassese, A, (c.k.36) pada hal. 17-21; Weston (c.k.36) pada hal.717; dan Ezejiofor, G, Protection of Human Rights Under Law (1964), hal.38-55

57 Lihat, (1941) 35 American Journal of International Law, hal662-655.

menetapkan pada semua bangsa sebuah standar perilaku terhadap setiap manusia, termasuk pada tiap warga masing-masing. Dengan demikian, ia menanggalkan doktrin klasik bahwa negara-negara sajalah yang merupakan subyek hukum internasional. Dokumen revelusioner semacam itu, sekalipun terbuka terhadap kritik dalam peristilahan dan keberatan bahwa ia tidak memiliki nilai yuridis, tapi ia tidak mungkin gagal mempengaruhi perkembangan hukum internasional.

Dokumen ini menandai era baru yang lebih memperhatikan kepentingan-kepentingan dan hak-hak individu yang berdaulat ketimbang hak-hak-hak-hak negara yang berdaulat.58

Kebiadaban-kebiadaban kaum fasis selama Perang Dunia II kian meningkatkan ketajaman kemanusiaan dan menggerakkan masyarakat dunia untuk meminta langkah-langkah formal internasional yang bertujuan memastikan perlindungan hak asasi manusia dan pencapaian kedamaian dan keamanan dunia. Pihak sekutu, bahkan sebelum perang sebagai bagian dari penyelesaian pasca Perang Dunia II.

Maka itu, dalam mukadimah Piagam Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang muncul setelah Perang Dunia II,59 para Negara anggota menyatakan tekad masing-masing untuk memperteguh kepercayaan terhadap hak asasi manusia, pada martabat dan harga diri manusia, pada persamaan hak laki-laki dan perempuan, dan bagi segala bangsa yang besar dan kecil.

Mereka juga memperjelas bahwa dalam Pasal (3) bahwa salah satu tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa ialah untuk mencapai kerjasama internasional dalam memajukan dan mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar atas semua manusia tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama.

58 Lihat, (1930) 24 American Journal of International Law, hal.127.

59 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa telah disahkan pada 26 Juni 1945 dan dianggapsebagai konstitusi dunia yang terorganisasi setelah Perang Dunia II dan bersifat mengikat antara semua anggota PBB Lihat, Ermacora, F, Nowat, M, danTretter, H,(ecl), International Human Rights Documents and Introductory Notes (1993), Hal.3.

Para Negara Anggota Perseriktan Bangsa-Bangsa juga mengikrarkan diri di bawah Pasal 56 Piagam untuk mengambil tindakan bersama atau sendiri dalam kerjasama dengan Organisasi demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditegaskan pada Pasal 55, yang termasuk penghormatan universal terhadap, dan pemeliharaan atas kebebasan-kebebasan manusia dan dasar bagi semua tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama. Sekalipun Piagam itu tidak mengandung ketentuanketentuan tentang muatan-muatan hak asasi manusia, ia mengisyaratkan terbitnya fajar rezim hak asasi manusia internasional. Piagam itu memuluskan pendirian Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Counsel, ECOSOC) yang fungsinya antara lain, membuat rekomendasi untuk kemajuan penghormatan dan ketaatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua orang.60 Henkin telah melakukan perkembangan ini secara ringkas sebagai berikut: Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa mengantark hukum internasional baru tentang hak asasi manusia. Hukum baru ini menguburkan dogma lama yang menyebutkan bahwa individu bukanlah subyek politik dan hukum internasional dan bahwa perilaku pemerintah pada warganya sendiri adalah masalah domestik, bukan keperihatinan internasional.

Piagam itu memberikan individu bagian dalam politik internasional dan hak-hak dalam hukum internasional, secara terpisah dari pemerintahannya, ia juga memberi sejumlah perlindungan bagi individu selain dari pemerintahannya, bahkan sejumlah perlindungan dan penyelesaian untuk melawan pemerintahannya.61

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia adalah dokumen pertama yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengandung senarai hak asasi manusia yang diakui secara internasional. Ia telah disahkan sebagai resolusi yang sederhana oleh Majelis Umum Perserikatan

60 Bagian X dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

61 Lihat, Henkin, L.(ed), 1981, The International Bill of Rights: The Convenant f Civil and Political Rights (1981), hal.6

Bangsa-Bangsa pada 1948.62 Hak-hak yang tercantum dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah ditegaskan dalam istilah-istilah umum dan sebagian prinsipnya kini telah dianggap sebagai hukum kebebasan internasional (customary international law), lantaran semua itu mengantarkan pada hak-hak yang telah diterima oleh Negara-negara Anggota secara umum.63 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah menjadi kerangka kerja bukan saja untuk perjanjian-perjanjian hak asasi manusia internasional setelahnya, tapi juga untuk banyak dokumen hak asasi manusia yang bersifat nasinal dan regional.64

Pada 1966, Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (International Covenant in Civil and Political Rights, ICCPR)65 dan kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, ICESCR)66 telah disahkan, dan keduanya berlaku pada 1976. Kedua konvenan itu bersama dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia merupakan Internationa Bill of Rights (Peraturan Perundangundangan Internasional Hak Asasi Manusia) Hak-hak yang dijamin dalam kedua konvenan ini hampir mencakup semua nilai dasar yang dijunjung oleh seluruh masyarakat beradab.67

Selain International Bill of Rights, Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah mengesahkan sejumlah perjanjian dan deklarasi internasional yang menyokong hakhak perempuan, anak-anak, pengungsi, pribadi-pribadi yang tidak punya negara, petugas diplomatik, kaum minoritas, dan sebagainya. Ada juga perjanjian-perjanjian hak asasi manusia internasional yang bersifat khusus,

62 10 Desember 1948, GAOR, Sesi ke-3, Resolusi 217A.

63 Lihat, Lilich, RB, „The Growing Imnportance Customary International Human Rights Law‟(1965-1966) George Journal of International and Comparative Law, no 1 & 2, hal.1-30.

64 Lihat, Hannum, H, „The Status of the Universal Declaration of Human Rights In National and International Law‟ (1965-1966) George Journal of International and Comparative Law, no. 1 & 2, hal.287-396.

65 999 UNTS, hal.171.

66 993 UNTS, hal.3.

67 Lihat, Chen, L,An , 1989, Introduction to Contemporary International Law, jal.209-211.

seperti genosida, diskriminasi ras, apartheid, perbudakan, kerja paksa, penyiksaan, dan sebagainya.68

Organisasi-organisasi regional seperti Dewan Eropa (Council of Europe), Organisasi Negara-negara Amerika (the Organization of America States), Organisasi Persatuan Afrika (the Organization of Africa Unity),69 dan Liga Arab (League of Arab States) juga telah mengesahkan sejumlah perjanjian regional hak asasi manusia dalam bentuk pengakuan atas cita-cita luhur hak asasi manusia internasional. Perjanjian-perjanjian regional utama adalah Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan-kebebasanDasar (European Convention for the Protection of Human Right and Fundamental Freedoms) 1950,70 Piagam Sosial Eropa (the European Social Charter) 1961,71 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia (the American Convention on Human Rights) 1969,72 Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Masyarakat (the African Charter on Human Rights) 1994.73 Hal yang relevan di sini ialah Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam (Cairo Declaration on Human Rights in Islam) yang dipakai oleh Organisasi Konferensi Islam (Organization of Islamic Conference) pada 1990.74 Semua perjanjian dan deklarasi internasional tentang hak asasi manusia tersebut menegaskan, sebagaimana dengan tepat diamati oleh Henkin, penerimaan gagasan hak asasi manusia oleh hampir semua negara dan masyarakat „dunia kontemporer‟ terlepas dari perbedaan-perbedaan sejarah, budaya, ideologi, ekonomi dan lain sebagainya.75

68 Lihat, UN Human Rights Treaty Website: http://www.unhcr.ch/html/intlinst.htm(1/3/03).

69 The Organization of Africa Unity kini berubah menjadi Uni Afrika (African Unian).

70 Disahkan pada 4 November 1950, E.T.S, no.005.

71 Disahkan pada 18 Oktober 1961, E.T.S, no.035

72 Disahkan pada 22 November 1969, OASTS, no.36 pada hal.1.

73 Disahkan pada 27 Juni 1981, CWU Doc. CAB/LEG/67/3nov.5; (1982) 21 K.M 58.

74 Disahkan pada 5 Agustus 1990. Deklarasi ini diajukan oleh Organisasi Konferensi Islam kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelum Konferensi Dunia Kedua tentang Hak Asasi Manusia di Wina sebagai mewakili pandangan Negara-negara Muslim tentang hak asasi manusia dalam islam. Lihat, UN Doc.

A/CCNF.157/PC/62/Add 18 (1993).

75 Lihat, Henkin (ck no.44), hal.1.

Satu dari berbagai tantangan utama bagi sistem HAM Internasional adalah penegakan HAM yang efektif terhadap pemerintahan yang tidak memiliki keamanan untuk mematuhi kewajiban HAM serta mematuhi keputusan badan HAM.76 Namun, untuk implementasi HAM secara universal tidaklah mudah karena terdapat beberapa kendala. Pertama, kendala ideologi dimana setiap negara memiliki pandangan HAM yang tidak sama akibat dari ideologi yang berbeda. Kedua, kendala ekonomi dimana pada negara kaya implementasi HAM relatif stabil sedangkan pada negara berkembang/miskin implementasi HAM terkadang dikorbankan dengan dalih untuk memenuhi hal-hal yang lebih penting. Ketiga, kendala teknis dimana dari sekian banyak instrument HAM ada yang tidak didukung dengan jumlah ratifikasi yang cukup, selain itu juga karena adanya reservasi yang banyak, keengganan untuk menerima pengawasan internasional, keberatan untuk memenuhi semua kewajiban, dan terdapat ketidaksamaan.77 Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan upaya promosi untuk implementasi HAM secara universal dengan cara membuat aturan standar atas berbagai hak, memperbanyak publikasi di semua sumber informasi dan komunikasi, serta peran aktif dunia internasional dalam penegakan HAM.78

Seiring dengan berkembangnya zaman dan berjalannya waktu, bermunculan berbagai konsep hak asasi manusia yang diperkenalkan oleh bangsa Barat dan Eropa melalui deklarasi dan piagam. Sejarah Barat mencatat ada tiga (3) negara sebagai peletak dasar hak asasi manusia (HAM) yaitu Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis, sebagai berikut:

a. Inggris

Perjuangan hak asasi manusia di mulai semasa raja Inggris, John Lacland

76 Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 367.

77 Boer Mauna. Hukum I. Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global (Edisi 2). Halaman 692-697

78 Michael Haas. 2008, Internasional Human Rights: Comprehensive Introduction., halaman 98-99

(1192-1216). Ia memerintahkan secear sewenang-wenang sehingga menimbulkan protes di kalangan para bangsawan. Reaksi terhadap kesewenangan dari kekuasaan Lackland melahirkan sebuah piagam monumental, yang terkenal dengan nama Magna Charta (1215). Di dalam piagam ini, muncul pengertian hak asasi walaupun dalam bentuk yang amat sederhana, bahkan dapat dikatakan hanya merupakan hak dari kaum bangsawan.

Pada masa pemerintahan Raja Edward I (1272-1307) lahir The Great Charter Of Liberties(1927). Isinya antara lain penerapan apa yang tercantum dalam piagam Magna Charta, kebebasan bertindak bagi kota-kota dan kebebasan perdagangan.

Kemudian pada masa pemerintahan Raja Edward III (1327-1377) lahirlah parlemen di Inggris ditandai adanya House Of Lord sebagai wakil raja dan House Of Commons sebagai wakil rakyat.

Ketika Williem III menjadi wali negara Belanda (1672-1702) dan raja Inggris (1689-1702) lahirlah Bill Of Rights (BOR) pada tanggal 16 Desember 1689. Hal ini menandai suatu perpindahan kekuasaan dari tangan raja ke parlemen yang

merupakan perubahan besar dalam kehidupan demokrasi di Inggris. Dengan BOR pemerintahan kerajaan Inggris beralih ke arah pemerintahan parlementer. Dalam BOR ditetapkan antara lain bahwa penetapan pajak, pembuatan Undang-Undang dan mempunyai tentara harus seizin parlemen, begitu pula parlemen berhak mengubah keputusan raja, bebas berbicara dan berpendapat, dan pemilihan parlemen berlaku bebas.79

b. Perancis

Pada tanggal 27 Agustus 1789 Perancis menyusun pemerintahan baru, dan

79 Ibid., hal.7

mengumumkan adanya Declaration Des Droits De’l Homme Et Du Citoyen (Pernyataan hak-hak asasi manusia dan warga negara), isinya antara lain, pasal 1 : manusia dilahirkan bebas dan mempunyai hak yang sama. Perbedaan di masyarakat hanya didasarkan atas kepentingan umum. Pasal 2: Hak-hak ini ialah kemerdekaan, milik, keamanan, dan menentang penindasan. Pasal 3: Yang dimaksud kemerdekaan ialah boleh bertindak sesukanya asalkan tidak merugikan orang lain. Pasal 17: Hak atas milik adalah suci dan tidak boleh dilanggar.80

c. Amerika Serikat

Akhirnya pada tahun 1941, Presiden Amerika Serikat Franklin D.Roosevelt

menyatakan The Four Freedom di depan kongres Amerikat Serikat. Isinya berbunyi:

1. Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech).

2. Kebebasan beragama (freedom of religion) 3. Kebebasan dari ketakutan (freedom for fear)

4. Kebebasan dari kekurangan dan kemelaratan (freedom from want) Kemudian pada tahun 1946, Commision on Human Rights (PBB)

menetapkan secara terperinci beberapa hak ekonomi dan sosial, disamping hak-hak politik. Penetapan ini dilanjutkan pada tahun 1948 dengan disusun pernyataan sedunia tentang Hak-hak asasi manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948.

Dari paparan di atas, jelaslah asal muasal HAM itu sendiri. Apa yang sesungguhnya disebut sebagai HAM di Barat sesungguhnya baru muncul pertama kali pada 1215 saat Magna Charta dirumuskan. HAM juga telah dijadikan slogan revolusi Perancis pada tahun 1789, dan kemudian dijadikan piagam dalam konsultasi Perancis yang ditetapkan tahun 1791. Sebelumnya

80 Ibid., hal.8

slogan-slogan HAM telah diangkat dalam revolusi Amerika Serikat tahun 1776. Secara umum, HAM kemudian diadopsi oleh seluruh negara Eropa pada abad ke-19, hanya saja HAM saat itu masih menjadi urusan dalam negeri masing-masing negara. HAM baru menjadi peraturan internasional setelah perang dunia II dan setelah berdirinya PBB, yaitu pada saat diumumkannya deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, 10 Desember 1948.

Pada intinya, hukum HAM internasional berusaha untuk mengatur bidang-bidang yang secara tradisonal di diluar lingkup HI yaitu yurisdiksi domestic negara dimana hukum HAM Internasional salah satunya berusaha untuk membebnkan hukuman terhadap pelanggaran HAM dalam negeri.yang pada hakekatnya menjadi

yurisdiksi domestic, namun karena alasan khusus hukum HAM internasional dapat ambil bagian dalam yurisdiksi domestic suatu negara.81

Dokumen terkait