• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM INTERNASIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA TERHADAP PERLAKUAN TAHANAN DI PENJARA GUANTANAMO KUBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS HUKUM INTERNASIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA TERHADAP PERLAKUAN TAHANAN DI PENJARA GUANTANAMO KUBA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM INTERNASIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA TERHADAP PERLAKUAN TAHANAN DI PENJARA

GUANTANAMO KUBA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MUHAMMAD FAZRIAN SIREGAR NIM : 100200025

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT, karena atas segala rahmat, nikmat, berkah dan hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW yang selalu istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Perlakuan Terhadap Tahanan Di Penjara Guantanamo Kuba Berdasarkan Hukum Hak Asasi Manusia Internasional.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit rintangan yang dihadapi, baik dari internal diri penulis, maupun eksternal penulis, namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak semua rintangan dapat teratasi. Tentu penulis sadari, banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, baik dari teknis penulisan maupun isi skripsi. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan sebagai pembelajaran serta masukan bagi penulis untuk kedepannya yang lebih baik. Kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, doa, serta motivasi selama ini, semoga apa yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Melalui tulisan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya, yakni kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU.

2. Prof. Dr. OK Saidin, SH.M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum USU.

3. Puspa Melati Hasibuan, SH.M.Hum, Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum USU.

4. Dr. Jelly Leviza, SH.M.HUM, Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum USU 5. Abdul Rahman, SH.MH, selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini.

6. Makdin Munthe, SH.M.Hum selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum USU.

8. Orang tua, abang, adik serta keluarga besar yang tercinta.

(4)

9. Sahabat dan Rekan-rekan Mahasiswa dilingkungan Fakultas Hukum USU, khususnya keluarga besar Mahasiswa Hukum Angkatan 2010

10. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun dalam pengembangan keilmuan pengetahuan hukum, serta tujuan dari penulisan ini dapat tercapai. Amin . . .

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penulisan... ... 7

E. Tinjaun Kepustakaan... ... 7

F. Metode Penelitian...12

G. Sistematika Penulisan...14

BAB II ANALISIS UMUM MENGENAI HUKUM HAK ASASI MANUSIA NTERNASIONAL... 16

A. Sejarah Berdirinya Penjara Guantanamo Kuba ... ...16

B. Pengertian Hak Asasi Manusia ... ... 22

C. Sejarah Hak Asasi Manusia... ... 31

D. Instrumen Hukum Hak Asasi Manusia... ... 45

BAB III ANALISIS TERHADAP PERLAKUAN TAHANAN DI PENJARA GUANTANAMO KUBA BERDASARKAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL... 55

A. Perlakuan Terhadap Tahanan Di Penjara Guantanamo Kuba... ... 55

B. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Tahanan Di Penjara Guantanamo Kuba... ... 76

C. Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Terjadi Terhadap Tahanan Di Penjara Guantanamo Kuba... ... 79

(6)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 81 B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

(7)

ABSTRAK

Hukum Hak Asasi Manusia Internasional merupakan hukum yang mengatur hal-hal terkait apa yang harus dipenuhi dan apa yang menjadi hak dan kewajiban oleh setiap manusia.

Pengaturan ini dilakukan khususnya pada para tahanan internasional yang ditahan oleh negara lain, fungsinya untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk perbuatan yang sewenang-wenang, perbuatan yang merendahkan martabat manusia, perbuatan penyiksaan, kekerasan dan paksaan terhadap para tahanan yang berada di dalam tahanan.Tahanan Internasional memiliki hak-hak yang harus dipenuhi dan dijaga selama berada di dalam tahanan di bawah kekuasaan negara lain.

Perlindungan ini tertuang dalam berbagai Konvensi, yaitu ; Konvensi Anti Penyiksaan (Convention Against Torture), Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik (International Convenant on Civil and Political Rights), Konvensi Aturan Minimum Standar Tentang Penanganan Tahanan, yang kesemuanya merupakan instrumen penting dalam Hukum Hak Asasi Manusia Internasional.

Metode yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah metode penilitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi kasus normatif berupa produk perilaku hukum, mengkaji Undang-Undang..Objek dalam penelitian ini adalah bagaimana perlakuan terhadap para tahanan di Penjara Guantanamo Kuba dalam prespektif HAM Internasonal dan apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelanggaran HAM di penjara Guantanamo Kuba.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama telah banyak terjadi kasus pelanggaran HAM Internasional berupa penyiksaan fisik maupun non fisik, kedua bahwa bahwa bentuk- bentuk pelanggaran HAM terhadap tahanan yang dilakukan Amerika Serikat di penjara Guantanamo Kuba berupa; Random Punishment, Forced Nudity, Cultural Attacks, False Location, Load Music, Sleep Manipulation, Violence, Isolation, Water Boarding. Ketiga, bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran HAM di penjara Guantanamo Kuba yaitu; karena diberlakukannya teknik interogasi yang penuh penyiksaan, dan dikarenakan Penjara Guantanamo Kuba sendiri keluar dari wewenang pengadilan Amerika Serikat dan dengan sendirinya tidak mengikuti aturan pengadilan Amerika Serikat. Keempat, bahwa hukum HAM Internasional belum diberlakukan secara tepat di penjara Guantanamo Kuba karena masih adanya berbagai bentuk penyiksaan yang terjadi.

Kata Kunci : Perlakuan Hukum Hak Asasi Manusia Internasional

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 1903, Amerika Serikat secara resmi diberi izin oleh pemerintah Kuba untuk mendirikan pangkalan militer di dua pantai teluk Guantanamo di Kuba Barat Laut, 500 mil di lepas pantai florida. Dan pada tahun 1934, pemerintah Kuba setuju untuk memperbarui perjanjian sewa Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, menetapkan penyewaannya tak terbatas yang tidak bisa dibubarkan, kecuali kedua belah pihak setuju untuk melakukannya. Pada saat itu, Kuba juga sepakat untuk menyediakan pasokan untuk basis pangkalan Angkatan Laut Amerika itu, Hingga pada tahun 1994 pemerintah Kuba dibawah pemerintahan Fidel Castro bahwa perjanjian Guantanamo telah dipaksakan dan tidak lagi mengakui bahwa syaratsyarat perjanjian itu sah.1

Penjara Guantanamo, juga disebut sebagai Guantanamo Bay, G-bay atau GTMO (diucapkan „Gitmo‟), adalah penjara militer Amerika Serikat yang terletak di dalam Guantanamo Bay Naval Base, yang berada di depan Teluk Guantanamo, di Kuba, pulau yang juga terdapat ibu kota Kuba, Havana.2 Luas penjara Guantanamo Bay skitar 45 mil persegi atau sekitar 117,8 kilometer persegi dan dikelilingi oleh perbukitan dengan rata-rata lebar 9 kilometer dan panjang 18 kilometer.3 Di dalam penjara Guantanamo Bay ini, ada beberapa kamp yang

1 1https://m.tempo.co/read/sejarah ringkas penjara guantanamo kuba/diakses 28 April 2018

2 Amanda Puspita Sari, 9 Desember 2014. Guantanamo: dari Tanah Sewa ke Penjara. CNN Indonesia.

3 3CNN Library. February 2015. Guantanamo Bay Naval Station Fast facts, (http://edition.cnn.com/2013/09/09/world/guantanamo-bay-naval-station-fast-facts/)

(9)

difungsikan untuk mengurung para tahanan yaitu : kamp Delta. Kamp Echo, Kamp Iguana, dan Kamp X-Ray, namum kamp X-Ray ini ditutup pada tanggal 29 April 2002.4

Hampir semua penghuni penjara Guantanamo adalah tersangka kasus terorisme dari seluruh penjuru dunia, utamanya dari Saudi Arabia, Yaman, Pakistan, Afghanistan dan Syria, yang dianggap musuh dan mengganggu keamanan Amerika Serikat. Tetapi yang perlu ditekankan adalah, mereka sebagai tahanan di dalam penjara Guantanamo masih sebagai tersangka terorisme, sehingga kebenarannya apakah mereka benar-benar sebagai pelaku terorisme masih menjadi pertanyaan. Penjara Guantanamo tidak hanya dipersiapkan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menahan para terorisme saja, tetapi juga terhadap pihak-pihak yang oleh Amerika Serikat dianggap membahayakan. Sebagian besar tersangka ditahan disana bertahun-tahun lamanya tanpa proses peradilan yang sah. Bahkan tanpa akses kepada penasehat hukum,keluarga,ataupun kepada badan-badan internasional.

Para tahanan disana tidak dianggap Amerika Serikat sebagai tawanan perang, karena mereka dianggap bukan militer dari Negara lain yang sedang berseteru dengan Amerika Serikat.

Per 10 januari 2002 kamp ini mulai menerima tahanan yang dikategorikan Amerika Serikat sebagai „teroris‟ dan musuh dalam peperangan (enemy combatans) yang kemudian ditempatkan di tiga kamp masing-masing Delta, Iguana dan X-Ray.

Sejak permulaan operasi “Enduring Freedom” di Afghanistan pada Oktober 2011 hingga kini, 775 orang telah ditahan di Guantanamo. Dari jumlah tersebut, 420 orang telah dilepaskan.

Per 9 Agustus 2007 masih tersisa 355 tahanan dan Per Januari 2008 ini masih tersisa 275 tahanan. Perlu diingat bahwa para tahanan yang berada di dalam Penjara Guantanamo juga termasuk orang-orang yang dituduh sebagai tersangka terorisme oleh pemerintah Amerika

4 Alberto J. Mora. 7 July 2004. “statement for the record: Office of General Counsel Involvement in Interrogation Issues”. United States Navy.

(10)

Serikat pasca agresi militer pemerintah Amerika Serikat ke Irak, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagaian tahanan yang ditahan di Penjara Guantanamo juga termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam suatu konflik bersenjata.

Penjara Guantanamo adalah sebuah penjara militer yang berada di pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di teluk Guantanamo. Di luar masalah legitimasi terhadap keberadaan penjara dan alasan penahan, Guantanamo juga menyimpan cerita tentang penistaan dan penyiksaan terhadap tawanan yang terburuk yang pernah dilakukan Amerika Serikat, di samping yang pernah terjadidi penjara Abu Ghraib, Irak.Paling tidak ada Sembilan macam jenis penyiksaan (torture) yang terjadi di Guantanamo.

Terlalu banyak pelanggaran HAM dan penyiksaan yang terjadi disana melampaui batas kemanusiaan dan melanggar hukum internasional.Amerikat Serikat sendiri ini adalah peserta (state party) dari konvensi Anti Penyiksaan (Convention Against Torture) dan konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik (InternationalConvenant on Civil and Political Rights) yang kesemuanya melarang penyiksaan dan perendahan martabat kemanusiaan atas alasan apapun. Bebas dari Penyiksaan (Freedom Form Torture) adalah bagian dari hak asasi manusia yang underogable (tak dapat diabaikan) dalam situasi apapun.

Penyiksaan banyak diakui oleh banyak pemerintah sampai abad ke-19 menjadi metode resmi integrogasi. Walaupun banyak pemerintah yang menghapuskan penyiksaan resmi namun berdasarkan dokumentasi laporan dari PBB dan berbagai oraganisasi terutama Amnesty Internasional, tetap ada sebuah perbedaan yang mengkhawatirkan antara penghapusan penyiksaan resmi dan frekuensi penyiksaan sebenarnya, padahal penyiksaan adalah pelanggaran hak asasi manusia yang mencolok.5 Pelanggaran HAM seperti pembunuhan, penyiksaan dan

5 Lyal S. Sunga. 1991. Individual Responsibly In International Law For Serious Human Rights Violations.

Dordrecht: Martinus Nijhoff. Halaman 80

(11)

penghilangan paksa, adalah pelanggaran HAM yang dilarang oleh hukum internasional dan hukum kebiasaan internasional.6

Terlepas dari apa pun masalah HAM atau perdebatan terkait HAM, yang utama adalah bagaimana menjamin hak-hak asasi sekaligus memberikan bantuan langsung kepada korban pelanggaran HAM.7 Mempertimbangkan banyaknya pelanggaran HAM sistematik di hampir seluruh dunia, sudah sepantasnya timbul pemikiran bahwa perlindungan HAM tidak hanya menjadi objek kedaulatan negara, namun dalam kasus pelanggaran HAM berat atau sistematik, masyarakat internasional berwenang untuk menuntut dan mendesak pemberian hukuman bagi pelanggaran HAM tersebut, baik pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh non pemerintah.8 Pemikiran ini memungkinkan untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku pelanggaran HAM, dalam kasus ini berarti meminta pertanggungjawaban dari para pihak yang terkait dengan pelanggaran HAM dalam metode penahanan dan interogasi CIA. Setiap masyarakat wajib memiliki hak untuk melindungi dirinya dan setiap masyarakat memiliki alasan untuk mendapat perlindungan yang layak.9 Konvenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik (International Convenant on Civil and Political Rights) melarang penyiksaan dan perendahan martabat kemanusiaan atas alasan apapun. Bebas dari penyiksaan (freedom form torture) adalah bagian dari hak asasi manusia yang underogable (tak dapat diabaikan) dalam situasi apapun.

B.

Rumusan Masalah

6 Todung Mulya Lubis, 2005. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Halaman 29

7 A.Masyhur Effendi. 1993. Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional Dan Internasional, Bogor: Ghalia Indonesia, halaman 68

8 Manfred Nowak, Op.Cit.,halaman 3

9 Paul H.Robinson. 2001. Crime, Punishment, and Prevention. The Public Interest. VOL.142: 61-71, halaman 62

(12)

Mengacu pada urutan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perlakuan terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba?

2. Bagaimana faktor terjadinya pelanggaran HAM terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba?

3. Bagaimana cara penyelesaian pelanggaran HAM internasional terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian Ini berdasarkan pokok bermasalahan diatas yaitu : 1. Untuk mengetahui perlakuan terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba.

2. Untuk mengetahui faktor terjadinya pelanggaran HAM terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba.

3. Untuk mengetahui cara penyelesaian pelanggaran HAM internasional terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba.

Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka diharapkan agar penelitian ini dapat membawa manfaat sebagai berikut :

1. Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu atau memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang analisis hukum internasional tentang hak asasi manusia terhadap perlakuan tahanan di penjara guantanamo kuba.

(13)

2. Praktis

Dari penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri untuk bertambahnya wawasan dan ilmu pengetahuan penulis terhadap analisis hukum internasional tentang hak asasi manusia terhadap perlakuan tahanan di penjara guantanamo kuba.

Mengetahui bagaimana perlakuan terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba faktor terjadinya pelanggaran HAM terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba mengenai cara penyelesaian pelanggaran HAM internasional terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba. Dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, serta praktisi maupun bagi siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuannnya terhadap analisis hukum internasional tentang hak asasi manusia terhadap perlakuan tahanan di penjara guantanamo kuba.

D. Keaslian Penulisan

Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Internasional Tentang Hak Asasi Manusia Terhadap Perlakuan Tahanan Di Penjara Guantanamo Kuba” ini merupakan hasil pemikiran penulis sendiri. Penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi lainnya.

Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat pertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

E.

Tinjauan Kepustakaan

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan.

Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang

(14)

bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.

Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalanm Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.10 Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. Menurut Thomas Buergenthal, hukum HAM Internasional adalah: “the law that deals with the protection of individuals and groups against violations by government of their internatinally guaranteed rights and with the promotion of these right,11 Secara terminologi HAM diartikan dalam hak dan asasi, Menurut Leif Wenar menyatakan “bahwa hak ialah pemberian kuasa untuk melakukan (atau tidak) suatu perbuatan atau berada pada sebuah keadaan atau dapat

10 Mansyur Effendi, 1994. Dimensi dan Dinamika Hak Azasi Manusia dalam Hukum Nasional dn Internasional , Jakarta : Ghalia Indonesia, hlm. 40

11 Buergental, Thomas, 1995. International Human Rights, St. Paul, Minn: West Publishing Co., hlm.

(15)

juga berarti pemberian kuasa untuk memerintahkan pihak lain untuk melakukan (atau tidak) suatu perbuatan atau dalam sebuah keadaan.12

Sedangkan asasi ialah suatu hal yang pokok menurut hukum dasar atau esensial dan prinsipil.13 Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa hak asasi merupakan pemberian kuasa dan perintah yang bersifat mendasar dan esensial dalam melakukan suatu perbuatan atau keadaan. Adapun yang dimaksud dengan HAM sebagaimana yang disebutkan dalam Undang- Undang bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan Anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.14

Menurut B. Mayo mendefinisikan bahwa “hak asasi manusia adalah suatu tuntutan, untuk seluruh manusia, untuk bersama-sama bertindak atau tidak bertindak sebagaian atas apa yang dikerjakan lembaga untuk memenuhi tuntutan. Secara Internasional, HAM termasuk ke dalam sistem hukum internasional (dibentuk oleh masyarakat internasional yang terdiri dari negara- negara). Negara mempunyai peranan penting dalam membentuk sistem hukum tersebut melalui kebiasaan, perjanjian internasional, atau bentuk lainnya seperti deklarasi maupun petunjuk teknis. Kemudian negara menyatakan persetujuannya dan terikat pada hukum internasional tersebut. Dalam HAM yang dilindungi dapat berupa individu, kelompok atau harta benda.

Negara atau pejabat negara sebagian dari negara mempunyai kewajiban dalam lingkup internasional untuk melindungi warga negara beserta harta bendanya.

12 Pranoto Iskandar, Hukum HAM Internasional, Sebuah Pengantar Kontekstual. (Cianjur: IMR Press, 2010), hal.22

13 Pius.A.Partanto dan M.Dahlan, 1994, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, hal.48.

14 Undang-Undang RI No.39 Tahun 1999, (Bandung Citra Umbara, 2011), hal.3

(16)

HAM merupakan sistem nilai kontemporer yang diakui secara universal dan secara bertahap telah dikembangkan oleh semua negara dalam kerangkan Hukum Internasional yang pada hakekatnya berusaha mengangkat derajat manusia agar lebih sejahtera, aman, tentram, tenang, adil, dan makmur. Hak asasi manusia melibatkan kemampuan untuk menuntut dan menikmati kualitas hidup, keadilan yang sama di depan hukum, dan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan budaya, ekonomi, dan sosial dasar serta mensyaratkan tanggung jawab dimana semua manusia harus saling menghormati hak dalam setiap kegiatannya.15 Setiap manusia dilahirkan merdeka mempunyai martabat dan hak yang sama, serta setiap manusia berhak atas kehidupan, kebebasan, dan keselamatan sebagai individu.16

Menurut Muladi dan Krisna Harahap berpendapat bahwa terdapat empat kelompok yang memandang mengenai Hak Asasi Manusia, yaitu :

1. Mereka yang berpandangan Universal Absolut yang melihat HAM itu sebagai nilai- nilai universal seperti dirumuskan dalam The International Bill Of Human Rights.

2. Negara-negara atau kelompok yang memandang HAM secara Universal Relatif.

Mereka memandang HAM sebagai masalah universal, tetapi asas-asas hukum internasional tetap diakui.

3. Negara atau kelompok yang berpandangan Particularistc Absolut yang berpandangan bahwa HAM merupakan persoalan masing-masing bangsa sehingga mereka menolak berlakunya dokumen-dokumen internasional.

4. Yang berpandang Particularistic relative melihat persoalan HAM disamping sebagai masalah universal juga merupakan persoalan masingmasing negara. Berlakunya

15 Michael Haas. Op.Cit., hal.3

16 Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen., 2006, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia , Penerbit Yayasan Obor Indonesia, hal.85-86.

(17)

dokumen-dokumen internasional diselaraskan dan diserasikan dengan budaya bangsa.17

Berdasarkan beberapa instrumen Hukum Internasional mengenai HAM, terdapat hak yang penerapannya tidak dapat dikecualikan meskipun dalam keadaan yang luar biasa, jadi hak- hak yang dianggap sebagai intisari HAM selalu terjamin. Berarti, setiap negara yang mengakui instrumen tersebut, apapun alasannya, tidak dapat melakukan tindakan yang mengurangi hak-hak yang menjadi intisari HAM tersebut. Adapun intisari HAM yang dimaksud meliputi hak untuk hidup, larangan penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi lainnya, larangan perbudakan, larangan penerpan hukum pidana dengan efek retroaktif serta hukuman yang dijatuhkan sesuai penerapan tersebut.

Dari beberapa definisi di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa hukum hak asasi manusia internasional adalah suatu aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan hukum yang timbul karena adanya kebiasaan-kebiasaan internasional atau perjanjian perjanjian internasional yang mengatur tentang hak-hak manusia secara universal yang melarang adanya pelanggaran HAM seperti perlakuan penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi dan perendahan martabat dan harkat manusia

F. Metode Penelitian

Penelitian adalah merupakan suatu sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, memelihara serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk itu penulis melakukan penelitian untuk penulisan skripsi ini :

1. Jenis Penelitian

17 Krisna Harahap, 2003. Ham dan Upaya Penegakannya di Indonesia; Gratia Budi Utama Bandung Hal.18- 20.

(18)

Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi kasus normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji undang-undang. Pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang. Sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum

dalam perkara sejarah hukum.18 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memutuskan menggunakan metode penelitian normatif dalam penelitian mengenai “Perlakuan Amerika Serikat Terhadap Tahanan Di Penjara Guantanamo Kuba Ditinjau Dari Prespektif Hukum Hak Asasi Manusia Internasional ”.

2. Jenis Pendekatan

Pendekatan penelitian adalah cara mengadakan penelitian. Sesuai dengan jenis penelitiannya, yakni penelitian hukum normatif (yuridis normatif), maka dapat digunakan lebih dari satu pendekatan.19 Dalam penelitian ini dipergunakan pendekatan perundang- undangan (The Statue Approach), dan pendekatan kasus (The Case Approach).Pendekatan

perundang-undang (The Statue Approach) dilakukan untuk meneliti aturan perundang- undangan yang mengatur mengenai Perlakuan Tahanan yakni diatur dalam konvensi Anti Penyiksaan (Convention Against Torture) dan konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik (International Convenant on Civil and Political Rights) dan Konvensi Aturan Minimum Standar tentang Penanganan Tahanan. Sedangkan pendekatan kasus (The Case

18 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

19 Johnny Ibrahim, 2012, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Baymedia Publising, hlm.300.

(19)

Approach) dalam penelitian hukum normatif terhadap penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana Hukum Hak Asasi Manusia internasional diterapkan dalam perlakuan tahanan di Teluk Guantanamo Kuba

3. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum dikumpulkan melalui prosedur inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan, serta klasifikasi dan sistematisasi bahan hukum sesuai permasalahan penelitian. Dalam penelitian hukum khususnya yuridis normatif sumber penelitian hukum diperoleh dari kepustakaan bukan dari lapangan, untuk itu istilah yang dikenal adalah bahan hukum. Dalam penelitian hukum normatif bahan pustaka merupakan bahan dasar yang dalam ilmu penelitian umumnya disebut bahan hukum sekunder.20 Sumber data adalah subyek dari mana data itu dapat diperoleh.Dalam bahan hukum sekunder terbagi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

Bab Pertama, berisi pendahuluan yang merupakan kata pengantar, didalamnya diuraikan mengenai latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah yang dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjuan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan skripsi.

20 Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif Tinjauan Singkat, Jakarta : Rajawali Pers, hlm.24.

(20)

Bab Kedua, merupakan analisis hukum mengenai hukum hak asasi manusia internasional yang menguraikan mengenai sejarah berdirinya penjara guantanamo kuba, pengertian hak asasi manusia, sejarah hak asasi manusia dan instrumen hukum hak asasi manusia.

Bab ketiga, merupakan analisis terhadap perlakuan tahanan di penjara

guantanamo kuba berdasarkan hukum hak asasi manusia internasional yang menguraikan mengenai perlakuan terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba, faktor penyebab terjadinya pelanggaran HAM terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba dan penyelesaian pelanggaran HAM yang terjadi terhadap tahanan di penjara guantanamo kuba.

Bab Keempat, bab ini merupakan bab terakhir, di dalam bab ini akan memuat

mengenai kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan juga memuat saran-saran terhadap pembahasan skripsi ini.

(21)

BAB II

ANALISIS UMUM MENGENAI HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTENASIONAL

A. Sejarah Berdirinya Penjara Guantanamo Kuba

Militer Amerika Serikat telah mengoperasikan Pangkalan Angkatan Laut di Teluk Guatanamo, Kuba, selama lebih dari satu abad. Tapi hanya selama beberapa dekade terakhir ini tempat itu menjadi terkenal karena digunakan sebagai lokasi penahanan warga negara asing, umumnya terkait kasus terorisme terhadap Amerika. Berikut inilah sejarah Penjara Guantanmo Kuba:21

Pada tahun 1903 : Perjanjian Kuba-Amerika untuk penyewaan Teluk Guantanamo pada tahun 1903, Amerika Serikat secara diberi izin oleh pemerintah Kuba untuk mendirikan pangkalan militer di dua pantai penjara Guantanamo di Kuba barat laut. 500 mil di lepas pantai Florida.

Pada tahun 1934 : Pembaruan Perjanjian pada tahun 1934, pemerintah Kuba setuju untuk memperbarui perjanjian sewa Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, menetapkan penyewaannya tak terbatas yang tidak bisa dibubarkan, kecuali kedua belah pihak setuju untuk melakukannya. Pada saat itu, Kuba juga sepakat untuk menyediakan pasokan untuk basis pangkalan Angkatan Laut Amerika itu.

Pada tahun 1964 : Pemotongan Suplai dari Pemerintah Kuba pada tahun 1964, pemerintah Kuba di bawah pemerintah Fidel Castro menyatakan bahwa perjanjian Guantanamo

21 https://m.tempo.co-news-2013/05/06

(22)

telah dipaksakan, dan tidak lagi mengakui bahwa syarat-syarat perjanjian itu sah. Para pejabat militer di Guantanamo dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dengan jaringan listrik dan pasokkan air sendiri.

Pada tahun 1991-1993 : Kamp Bulkeley digunakan untuk Pengungsi Haiti. Aktivis hak asasi manusia marah ketika 310 imigran Haiti yang positif mengidap HIV dipisahkan dari pengungsi lainnya, menyusul kudeta 1991 Haiti, dan dipenjara di Kamp Bulkeley, kamp tahanan yang sesak dan tidak sehat. Mereka akhirnya dibebaskan pada tahun 1993 setelah adanya kampanye internasional.

Pada tahun 1996 : Operasi Marathon fokus pada Imigran Cina fasilitas penahanan Guantanamo secara historis telah digunakan untuk menampung pengungsi dan imigran gelap lainnya yang ditangkap di laut lepas. Di bawah inisiatif anti penyelundupan melalui Operasi Marathon 1996, fasilitas penahanan Guantanamo digunakan untuk merumahkan 120 migran Cina yang berusaha secara ilegal berimigrasi ke Amerika Serikat melalui laut.

Pada tahun 1997 : Fokus pada imigran dari Guyana Guantanamo juga digunakan untuk tahanan migran Guyana, yang mencoba mencapai Amerika Serikat melalui laut.

Pada tahun 2002 : Guantanamo menjadi tahanan terorisme setelah serangan 11 september 2001, fasilitas penahanan Teluk Guantanamo digunakan untuk rumah yang diduga sebagai musuh pejuang dari Afganistan dan Irak. Kebanyakan diklasifikasikan sebagai “rekan teroris”, bukan teroris sebenarnya atau pemberontak.

Pada tahun 2004 : Tuduhan Penyiksaan pada tahun 2004, tahanan Guantanamo mulai didekati kelompok hak asasi manusia yang memprotes adanya teknik penyiksaan terhadap tahanan. Hal ini kemudian diperkuat oleh dokumen militer yang menunjukkan bahwa

(23)

penggunaan beberapa teknik yang umum dianggap sebagai penyiksaan seperti berdiri secara paksa, kurang tidur, suara keras, dan water boarding telah digunakan di fasilitas Guantanamo.

Pada tahun 2006 : Kasus Hamdan vs Rumsfeld, Putusan Mahkamah Agung dalam kasus Hamdan vs Rumsfeld secara jelas menetapkan bahwa tahanan Guantanamo dilindungi oleh Konvensi Jenewa, dan tidak bisa ditahan secara permanen tanpa pengadilan atau diperlakukan secara tidak konsisten dengan Konvensi itu.

Pada tahun 2009 : Obama mengumumkan rencana untuk menutup Guantanamo dalam satu tahun pada tanggal 21 Januari 2009, saat baru dilantik sebagai Presiden Amerika, Barrack Obama mengeluarkan perintah eksekutif pertamanya : meminta penutupan fasilitas penahanan dalam waktu satu tahun dan melakukan kajian segera atas setiap kasus dari para tahanan.

Pada tahun 2013 : Janji kedua Obama pada awal tahun 2013, tahanan Guantanamo mulai melakukan mogok makan. Hingga April, yang melakukan mogok sekitar 100 dari 166 tahanan.

Pada 30 April, Obama kembali menyampaikan janjinya untuk menutup fasilitas penahanan itu.

Sebelum pada tahun 2002 pasca serangan gedung World Trade Center (WTC) di New York pada tanggal 11 September 2001, atau yang dikenal juga dengan peristiwa 9/11, masyarakat dunia diarahkan pada satu isu besar yaitu pemberantasan terorisme. Gerakan yang dipimpin oleh Amerika Serikat sebagai satusatunya negara adikuasa dan sekaligus sebagai korban peristiwa 9/11. Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak bergabung dalam

(24)

angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya (teroris) layak mendapatkan pembalasan yang kejam. Selain oleh pelaku indvidual, terorisme bisa dilakukan oleh negara atau dikenal dengan terorisme negara (state terrorism).22

Peristiwa 9/11 itu memunculkan inpirasi yang luar biasa bagi dunia untuk menyatakan perang terhadap teroris. Amerika Serikat sebagai pelopor yang dibantu negara barat lainnya menimbulkan terjadinya pergeseran pola hubungan antara negara dunia. Lewat “Doktrin Bush”

yang dikeluarkan Presiden George W.Bush beberapa hari setelah peristiwa 9/11, negara-negara lain hanya dihadapkan pada 2 pilihan yaitu : mengikuti jalur AmerikaSerikat untuk memerangi terorisme atau bila menolak maka diangap mendukung terorisme („You are either with us or agints us”).

Dari titik ini perang melawan terorisme merupakan sebuah agenda internasional baru yang menggeser agenda internasional lainnya sebelumnya yaitu demokratisasi dan penegakkan HAM. Jika sebelum peristiwa 9/11 masalah demokratisasi dan HAM merupakan sebuah “tiket”

untuk mendapatkan bantuan Amerika Serikat, maka paska 9/11 dukungan terhadap koalisi global melawan terorismelah yang menjadi jaminan untuk memperoleh bantuan tersebut. Banyak tuduhan miring yang dialamatkan kepada Amerika Serikat sehubungan dengan kampanye melawan terorisme yang didengungkannya. Terlebih ketika Amerika Serikat memilih pendekatan melalui jalur kekerasan untuk menjalankan kampanye tersebut.

Noam Chomsky memandang bahwa peristiwa 9/11 merupakan buah yang harus dipetik oleh Amerika Serikat akibat kebijakan politik luar negeri yang ditempuhnya selama ini yang

22 Terorisme @http://id.wikipedia.org/wik/Terorisme

(25)

melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM, baik yang dilakukannya perpanjangan tangan negara lain, demi pemenuhan kepentingan nasionalnya seperti yang terjadi di Timur Tengah, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia. Tindakan Amerika Serikat tersebut adalah termasuk dalam terorisme negara (state terrorism).23 Yang perlu dicatat juga adalah pimpinan Al- Qaeda yang dituduh sebagi aktor pelaku peristiwa 9/11, Osama bin Laden, adalah salah satu lulusan pasukan mujahiddin di Afganistan yang dibentuk, dilatih, dipersenjatai dan dibiayai Amerika Serikat sendiri untuk menghadapi invasi Uni Sovyet atas Afganihstan di akhir tahun 1970-an.

Ketakutan terhadap terorisme yang ekssesif juga membuat Amerika Serikat menomorsatukan isu keamanan di atas segalanya, meskipun dengan resiko mengorbankan civil libertiesdan isu hak asasi. Atas nama memerangi terorisme, ribuan orang yang dicurigai bisa ditangkap begitu saja, diinterogasi secara rahasia, tanpa bantuan hukum. Atas nama melawan terorisme, ratusan tawanan perang Taliban yang dibawa ke Guantanamo tidak mendapatkan perlindungan HAM yang memadai.

Imbas lain dari agenda perang terhadap terorisme ini adalah bermunculannya sejumlah perangkat-perangkat hukum nasional di berbagai negara yang sedianya ditujukan sebagai sarana untuk mencegah dan menghukum para pelaku teror, namun kehadiran perangkat-perangkat hukum tersebut pada sisi lain juga mengabaikan standar-standar HAM yang selama ini telah disepakati dan bahkan telah menjadi budaya sendiri.

23 Noam Chomsky, 2003, Power and Teror; Perbincangan Pasca Tragedi WTC 11 September 2001 Menguak Terorisme Amerika Serikat di Dunia, Ikon Teralitera, Yogyakarta.

(26)

Pada akhir September 2006,24 Kongres Amerika Serikat telah meloloskan Undang- Undang Interogasi yang diusulkan oleh Presiden Bush. Undang-Undang Interogasi ini sendiri menjadi perdebatan karena “memperbolehkan” cara-cara kekerasan dalam proses interogasi lembaga intelijen CIA dan pengadilan ilegal secara “diam-diam” serta akan memungkinkan terdakwa dijatuhi hukuman atas dasar bukti-bukti yang belum pernah mereka lihat. Meskipun kongres menetapkan bahwa pelaksanaan Undang-Undang interogasi tersebut harus tetap berada dalam ramburambu Konvensi-konvensi Jenewa 1949, namun banyak ahli hukum yang berpendapat bahwa tanpa disahkannya Undang-Undang Interogasi tersebut saja, militer Amerika Serikat telah melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap Konvensi-konvensi Jenewa 1949 seperti yang terjadi di penjara Abu Ghraib di Irak dan Guantanamo di Kuba.

Dalam melihat masalah terorisme serta cara pemberantasan dan penidakkannya harus dilakukan secara komprehensif. Terorisme jelas adalah musuh demokrasi dan hak asasi manusia.

Karena itu, kebijakan anti terorisme harus ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kebebasan warga masyarakat serta mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, bukan meneror masyarakat dengan kebijakan dan tindakan represif.

B. Pengertian Hak Asasi Manusia

Pengertian tentang HAM telah mengalami proses yang begitu lama. Dimulai dengan Magna Charta pada tahun 1215, hingga ada masa sekarang ini. Plato yang merupakan sumber sudut pandanan bagi konservatise klasik dalam bukunya Politeanya menyatakan bahwa HAM

24 Budi Hermawan Bangun, 2012, Pengantar Hukum dan Hak Asasi Manusia, FH UNTAN Press Pontianak, hal.62

(27)

tidaklah sama, sehingga juga tidak ada persamaan kebebasan dan tentu saja tidak perlu usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi materil yang sama.25

Hak adalah tuntutan yang dapat diajukan seseorang kepada orang lain sampai kepada batas-batas pelaksanaan hak tersebut. Hak asasi manusia adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia dan bersifat universal, serta tidak memandang apakah orang tersebut kaya atau miskin, atau laki-laki maupun perempuan.26

Hak asasi manusia (human rights) merupakan hak manusia, yang melekat pada manusia, dimana manusia juga dikaruniai akal pikiran dan hati nurani.27 Hak manusia bersifat universal yang berarti melampaui batas-batas negeri, kebangsaan, dan ditujukan pada setiap orang.

Dikatakan universal karena hak-hak ini dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia, tidak peduli apapun warna kulitnya, jenis kelaminnya, usianya, latar belakang kultural dan agama atau kepercayaan spiritualitasnya.28 Hak dalam hak asasi mempunyai kedudukan atau derajat utama dan pertama dalam hidup bermasyarakat karena kebebasan hak asasi hakikatnya telah dimiliki, disandang dan melekat dalam pribadi manusia sejak saat kelahirannya. Seketika itu pula muncul kewajiban dari manusia lain untuk menghormatinya.

Dimasukkannya hak asasi manusia ke dalam pasal 1 Piagam PBB, organisasi multinegara ini menginginkan masyarakat internasional dan negara-negara akan pengertian Hak asasi Manusia, bahwa pemahaman akan pengertian tentang HAM merupakan suatu landasan yang dapat memecahkan masalah-masalah di bidang ekonomi sosial dan budaya. Pasal 1 Piagam PBB berbunyi: “Tujuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah : untuk memelihara perdamaian dan

25 Gerge Sabine, A History of Political Theory, London Press, hlm.80

26 C.de Rover, 2000, Jakarta, To serve and To Protect (Acuan Universal Penegakan HAM) hlm.47.

27 Suryadi Radjah, 2002, Dasar-dasar Hak Asasi Manusia, PBHI, Jakarta, hlm.7

28 Soentandyo Wignjosoebroto, 2007, Hak Asasi Manusia Konsep Dasar dan Perkembangan Pengertiannya dari Masa ke Masa, ELSAM, Jakarta, hlm.1.

(28)

keamanan internasional untuk memajukan kerjasama internasional daam memecahkan masalah- masalah internasional di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan dan menggalakkan serta meningkatkan pnghormatan bagi hak asasi manusia dan kebebasan fundamental bagi semua orang tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama.” Lebih jelas dalam pasal 55 dan 56 piagam, menetapkan kewajiban hak asasi manusia yang pokok dari semua negara anggota PBB.29

John Locke menyatakan bahwa individu dikaruniai oleh alam, hak yang inheren atas kehidupan, kebebasan, dan harta yang merupkan milik mereka sendiri dan tidak dapat dipindahkan atau dicabut oleh negara.30 Selanjutnya John Locke menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia afalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhn Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.31

Hak manusia, hak asasi manusia atau hak dasar adalah sebutan yang diberikan kepada hak elementer yang dipandang mutlak perlu bagi perkembangan individu.32 Demikian bunyi awal memorandum Hak asasi Manusia dan Politik Luar Negeri, yang diumumkan oleh Kementrian Luar Negeri Kerajaan Belanda.

Filosofi politik Maurice Cranston, mengatakan Hak-Hak Asasi Manusia adalah sesuatu yang melekat pada semua orang setiap saat34. Konsep dan pengertian Hak Asasi yang memberikan kriteria sebagai hak asasi dan kewajiban manusia dimuat secara konstitusional dalam UUD tahun 1945 Republik Indonesia sebagai suatu rangkaian naskah yang terdiri dari

29 Ibid, hal.54

30 John Locke, 1946, The Second Tretiseof Civil Goverment and A Letter Concerning Toleration, Oxford, Balacwell, hlm.46

31 Azyumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat MADANI, Jakarta, Tim ICCE UIN, Kencana Prenada Media Group, hal.200.

32 Ministry of Foreign Affairs of The Kngdom of the Netherlands, Human Rights and Foreign Policy memorandum disajikan pada lower House of the state of the kingdom of the Netherlands pada 3 mei 1979 oleh Menteri Luar Negeri dan Menteri Kerjasama Pembangunan, (versi bahasa inggris), hlm.15

(29)

Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan UUD tahun 1945. Dalam aline pertama pembukaan UUD 1945, disebutkan bahwa : “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

A. Gunawan Setiadjo memberikan pengertian tentang Hak Asasi Manusia, yakni hak-hak yang dimiliki sebagai manusia dan HAM harus dipahami dan dimengerti secara universal.

Memerangi atau menentang keuniversalan HAM.33 Sedangkan Darwin Prinst, memberikan rumusan HAM sebagai hak yang melekat Tuhan Maha Esa dengan memberi manusia kemampuan membedakan yang baik dengan yang buruk (akal budi). Akal budi itu membimbing manusia menjalankan kehidupannya.34

Istilah hak asasi manusia juga merupakan terjemahan dari istilah droits de I‟homme dalam bahasa Perancis atau Human Rights dalam bahas Inggris, yang artinya “hak manusia”.

Pengertian secara teoritis dari hak asasi manusia adalah : “hak yang melekat pada martabat manusia yang melekat padanya sebagai insan ciptaan Allah Yang Maha Esa, atau hak-hak dasar yang prinsip sebagai anugerah Ilahi. Berarti hak-hak asasi manusia merupakan hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya, karena itu Hak Asasi Manusia bersifat luhur dan suci.”35

Dalam Pasal 1 (satu) Undang – undang No 26 Tahun 200038 memberikan pengertian bahwa HAM sebagai perangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung

33 A. Gunawan Setiardjo. 1993, Hak-Hak Asai Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, hlm 71.

34 Darwin Prinst, 2001, Sosialisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi manusia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.8

35 Ramdlon Naning, 1983 Cita dan Citra Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia, Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, hlm.7-8.

(30)

tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pemahaman pengertian HAM dapat memberikan definisi umum bagaimana sebenarnya hak asasi dan kebebasan, juga dapat memberikan perlindungan kepada setiap manusia. Yang mana disaat manusia itu melakukan kewajiban asasinya, ia berhak mendapatkan hak asasinya sebagai manusia.

Berikut yang dapat digunakan sebagai pegangan tentang hak asasi manusia itu antara lain :

1. Hak asasi manusia itu sebagai ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.

2. Hak asasi manusia itu sebagai suatu disiplin yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi.

3. Hak asasi manusia itu sebagai kaidah yaitu pedoman atau patokan perilaku yang pantas atau diharapan.

4. Hak asasi manusia itu sebagai tata hkum yakni struktur atau proses seperangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tententu serta bentuk tertulis.

5. Hak asasi manusia sebagai petugas yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan pengakuan hukum.

6. Hak asasi manusia sebagai keputusan penguasa yakni hasil proses disekresi.

7. Hak asasi manusia sebagai proses pemerintah yakni proses timbal balik antara unsu- unsur pokok dari sistem kenegaraan.

8. Hak asasi manusia sebagai perilaku tertulis.

(31)

9. Hak asasi manusia sebagai jalinan nilai-nilai yakni jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak yang dianggap baik dan buruk.

Sedangkan menurut W.I.S Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, hak- hak itu adalah : “ Asasi adalah berarti sesuatu yang, yang menjadi dasar. Sedangkan hak adalah sesuatu yang benar, sungguh ada, kewenangan, milik atau kepunyaan, kekuatan/kekuasaan untuk menuntut yang benar ataupun berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh aturan undang- undang”.36 Dengan kata lain hak asasi manusia itu telah dimiliki oleh manusia yang telah diperoleh atau dibawanya bersamaan dengan kelahiran ataupun kehadirannya dalam kehidupan bermasyarakat. Secara garis besar bahwa hak asasi manusia itu dapat dikatakan telah meliputi Hak Ekonomi, misalnya hak atas penghidupan yang layak. Hak sosial dan Budaya, misalnya hak atas pendidikan, Hak Sipil dan Politik, misalnya hak untuk beragama dan untuk hidup serta hak- hak lainnya. Hak-hak Asasi Manusia dapat dibeda-bedakan menjadi :37

a. Hak-hak asasi pribadi atau personal rights, yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak dan sebagainya.

b. Hak-hak asasi ekonomi atau property rights yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli, dan menjual serta memanfaatkannya.

c. Hak-hak asasi politik atau political rights yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan umum), hak untuk mendirikan partai politik dan sebagainya.

d. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan atau rights of legalequality.

36 W.J.S Poerwadaminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, PN Balai Pustaka,Jakarta, 1976.

37 Ramdlon Naning, Op.Cit, hlm.17.

(32)

e. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture rights yaitu hak untuk memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.

f. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau procerdural rights yaitu peraturan dalam penahanan, penangkapan, penggeledahan, peradilan dan sebagainya.

Konsep hak asasi manusia pada hakikatnya juga merupakan konsep tertib dunia, karenanya tanpa memperhatikan konsep HAM tersebut, apa yang dinamakan atau diusahakan manusia untuk mewujudkan tertib dunia akan sulit dicapai. Demikian pula tujuan hukum dan tujuan ilmu-ilmu lainnya yang bersama-sama berusaha mengangkat derajat manusia agar lebih adil, makmur, sejahtera, aman, tertib, dan tenteram tidak akan mudah diraih.38 Pengembangan dan perlindungan

HAM untuk semua orang dan di seluruh dunia bukanlah merupakan suatu hal yang mudah, mengingat keanekaragaman latar belakang bangsa-bangsa baik dari segi sejarah, kebudayaan, sosial, latar belakang politik, agama dan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Norma dan standar HAM berasal dari hukum internasional. Sumber hukum internasional sebagaimana tercantum dalam pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional terdiri dari 3 sumber utama dan 2 sumber tambahan. Sumber hukum terebut adalah :39

a) Perjanjian Internasional atau Traktat (International convention, whether general or particular, estabilishing rules expressly recognized by the contesting states)

Traktat dalam pengertian luas adalah perjanjian antara pihak-pihak peserta atau negara- negara di tingkat internasional.40 Traktat memberikan pengaruh terhadap arah

38 A. Masyhur Effendy, 2005, Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) Dan Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM), hlm.127.

39 C.S.T. Kansil, 1999, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustka, Jakarta

(33)

pembentukan suatu kaidah hukum internasional. Pada dasarnya traktat memiliki dua sifat, yaitu traktat yang membuat hukum (law making treaty) dan traktat kontrak (treaty of contract).

b) Kebiasaan Internasional sebagai bukti dari praktik-praktik umum yang dilakukan oleh negara dan diterima sebagai hukum (international custom as evidence of a general practices accepted a law).

Kebiasaan merupakan hukum yang mengikat yang berasal dari praktik-praktik yang telah dilakukan oleh negara-negara.41 Tidak setiap kebiasaan internasional merupakan kaidah hukum. Agar suatu kebiasaan dapat diterima sebagai hukum kebiasaan internasional, maka harus memenuhi unsur-unsur berikut :42

a. Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum, sehingga diperlukan suatu tindakan yang serupa mengenai hal dan keadaan yang serupa pula. Tindakan tersebut harus bersifat umum dan bertalian dengan hubungan internasional.

b. Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum, apabila negaranegara tidak menyatakan keberatan terhadapnya.

c) Asas-asas umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab (The general principles of law recorgnized by civilized natoins). Asas-asas umum hukum adalah sekumpulan peraturan hukum dari berbagai bangsa dan negara, yang secara universal mengandung kesamaan.43

d) Keputusan Hakim dan ajaran-ajaran para ahli hukum internasional dari berbagai negara sebagai alat tambahan untuk menentukan hukum (Judicial decisions and the teachings of

40 I Wayan Parthiana, 2002, Pengertian Hukum Perjanjian Internasional, MandarMaju, Bandung

41 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama, Bandung, hlm.5

42 Mochtar Kusumaatmadja dan Ety R Agoes, Op. Cit. Hlm. 144-145

43 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Op.Cit, hlm.64.

(34)

the most highly quaified publicists of the various nations, as subsidiary means for the determination of rules of law).

Berbeda dengan sumber hukum lainnya, keputusan hakim dan ajaran ahli hukum hanya merupakan sumber tambahan, yang artinya keputusan hakim dan ajaran ahli hukum dapat dikemukakan untuk membuktikan adanya kaidah hukum internasional mengenai suatupersoalan yang didasarkan atas sumber primer yakni perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan asas-asas umum hukum.44

C. Sejarah Hak Asasi Manusia

Pada hakekatnya, Agama-agama besar di dunia memuat ajaran tentang hak asasi manusia, baik islam, kristen, Buddha, dan Hindu, memuat ketentuan bahwa setiap manusia behak atas kebebasan beragama, non-diskriminasi, non-eksplotasi, hidup merdeka, dan hak-hak lainnya.45 Berikut beberapa instrumen hukum yang menjadi bagian dari sejarah perkembangan HAM di dunia :

1. Code of Hammurabi (1780 SM), menurut kepastian dan keadilan hukum dimana hukum hanya bagi para pelaku kriminal harus tertangkap tangan dan bagi hakim yang tidak adil akan didenda dan dicabut dari posisinya.

2. Charter of Cyrus (539 SM), dokumen HAM pertama yang memuat kata hak didalamnya. Dokumen tersebut memuat beberapa hak, yang paling utama adalah kebebasan beragama, toleransi budaya, pelarangan kerja paksa,dan penghapusan perbudakan.

44 Mochtar Kusumaatmadja dan Ety R Agoes, Op.cit, hlm.150-151.

45 Michael Haas, Op.Cit.halaman 11-17.

(35)

3. Asoka’sEdicts(280 SM), member petunjuk terkaitadvokasi HAM yang berfokus pada pembebasan dari penderitaan, perlakuan tahanan yang manusiawi, toleransi beragama, keadilan berimbang, menentang hukuman mati, dan penyiksaan layaknyabinatang.

4. Magna Charta (1215 M), Raja John Lockland telah mengakui hak-hak rakyat secara turun-temurun, baik kebebasan yang tidak boleh dirampas tanpa keputusan pengadilan dan pemungutan pajak harus dengan persetujuan dewan, sehingga kerajaan tidak memiliki kekuasaan absolute lagi.

5. Petition of Rights (1628 M), diterbitkan oleh palemen berdasarkan ketidakpuasan terhadap kerajaan atas perintah Edward Coke, yang memberikan prinsip-prinsip kepada rakyat jelata sama seperti yang diberikan kepada bangsawan, pemungutan pajak atas izin parlemen, dan tidak seorangpun yang dipenjara tanpa disebutkan sebabnya.

6. Peace of Westphalia (1648 M), memuat prinsip persamaan antar negara/bangsa, pengakuan atas kedaulatan negara, dan prinsip non-intevensi walaupun pemerintah dapat mengajukan complain atas penganiayaan rakyat mereka di luar negeri dan menyelamatkan mereka dari hal yang membahayakan. Di bawah sistem Westphalia, para penguasa menghormati keyakinan agama satu sama lain.

7. Bill of Rights (1689 M), walaupun berisi ketentuan yang diskriminatif dimana bagi kaum Katholik untuk seterusnya tidak dapat menjadi raja, hanya kaum Protestan yang bisa menjadi raja. Selain itu juga menurut ketentuan atas pemilihan yang bebas dan adil, kebebasan memberikan petisi untuk raja, hak kaum Protestan untuk memiliki

(36)

senjata, bebas dari hukuman yang kejam dan tidak biasa, serta bebas dari denda dan kehilangantanpa pengadilan.46

Ketika HAM memasuki Bahasa Inggris di tahun 1940-an, HAM adalah sekumpulan aturan yang menjadi alat untuk melawan Orde Adolf Hitler yang bersifat tirani.47 Bahwa perlawanan tersebut penting untuk mempertahankan kehidupan, kebebasan, kemerdekaan, dan kebebasan beragamama, serta untuk menjaga HAM dan keadilan dimana HAM dijadikan sebagai slogan untuk membenarkan perang.48 Pada 1941, Presiden AS, Franklin Delano Roosevelt menegemukakan gagasan terkenal, yaitu the four freedoms berisi freedom of speech, freedom of worship, freedom from want, freedom from fear.49

Pada 1945, atas dasar inisiatif negara-negara pemenang perang, didirikanlah PBB dengan tujuan utama untuk mencapai kerjasama, pembangunan, dan HAM Internasional serta menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Oleh karena itu pencapaian utama PBB adalah untuk menetapkan standar berupa kodifikasi HAM universal.50 Pertama kali adalah mengembangkan sebuah definisi resmi secara universal dengan menyatakan sebuah deklarasi sebagai suatu dasar untuk sebuah konvensi yang mengikat secara hukum dan menciptakan mekanisme penerapan internasional.51 Walaupun dalam penyusunan deklarasi tersebut banyak terdapat persoalan- persoalan namun pada akhirnya lahir suatu rumusan yang menekankan bahwa seluruh HAM adalah universal, tak bisa dipilah, saling tergantung, dan akan terus berhubungan.52 Deklarasi tersebut adalah Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal HAM.

46 Ibid, hal 37-42

47 Samuel Moyn, 2010, The Last Utopia: Human Right In History, Massachubetts and England The Belkaap, Press Of Havard University Press. halaman. 4

48 Ibid., halaman 49

49 M. Arifin Hasbullah, 2005, Politik Hukum Ratifikasi Konvensi HAM di Indonesia Upaya Mewujudkan Masyarakat Yang Demokratis/ Yogyakarta. Pustaka Pelajar. halaman. 22

50 Manfred Nowak. 2005, U.N Convenant On Civiland Political Rights. halaman 79

51 Ibid. halaman 8

52 A. Masyhur Effendi. Op.Cit., halaman 79.

(37)

Perkembangan terakhir pada 1993, World Conference on Human Rights yang menghasilkan The Vienna Declaration and Program of Action yang menjembatani pandangan HAM blok barat dan blok timur dan visi global tentang HAM.53

Sekalipun asal-usul historis hak asasi manusia ada sejak masa-masa kuno dan sering dikaitkan dengan gagasan hak-hak natural, Perang Dunia Pertama dan Kedua dan periode- periode di antaranya memainkan peran-peran pendahuluan bagi kemunculan rezim hak asasi manusia internasional mutakhir.54 Perlakuan keji dan bengis atas berbagai individu dan kelompok selama periode itu, dan penggunaan aparat Negara untuk berhadapan dengan manusia secara kejam menimbulkan keprihatinan internasional atas perlindungan umat bagi manusia.

Keprihatinan untuk melindungi kelompok-kelompok minoritas di Eropa Timur dan Eropa Tengah Perang Dunia Pertama adalah usaha awal menuju rezim hak asasi manusia internasional.

Dua gagasan hak asasi manusia muncul dalam proses itu, yakni gagasan hak-hak individual dan kolektif. Yang pertama berkaitan dengan perlindungan untuk masing-masing individu dan yang kedua berkaitan dengan perlindungan kelompok-kelompok minoritas.55

Upaya-upaya untuk memasukkan ketentuan-ketentuan hak asasi manusia dalam Konvenan Liga Bangsa-Bangsa (Covenant of the Leage of Nations) yang rencananya akan dibuat, tetapi kemudian gagal. Apa yang lantas muncul adalah beberapa perjanjian perlindungan minoritas yang terpisah dan beberapa deklarasi Negara yang menjamin perlindungan hak-hak minoritas. Bagaimanapun, Liga Bangsa-Bangsa (Leage of Nations organisasi internasional yang mendahului kelahiran Perserikatan Bangsa-Bangsa) menjalankan peran pengawasan terhadap

53 M. Arifin Hasbullah. Op.Cit., halaman 32

54 Lihat umpamanya, Weston, B, “Human Rights” dalam New Encyclopedia Britannica, edisi 15 vol.20, hal 713, Douzinas, C, The End of Human Rights (2000), Szabo, I, “Historical foundationof Human Rights and Subsquent Developments” dalam Vasak, K, (ed), The Intenational Dimensions of Human Rights (1982) Vol. 1, hal, 11 ; Cassese, A, Human Rights in Changing World (1990), hal. 123.

55 Lihat, Szabo,I.(ck.36), hal.21.

(38)

tiap-tiap kewajiban yang ditetapkan, yang waktu itu telah dianggap sebagai keprihatinan internasional.56

Usaha-usaha getol terus berlangsung baik di dalam maupun di luar Liga Bangsa-Bangsa untuk mewujudkan sebuah rezim hak asasi manusia internasional. Pada 1929, Institute of International Law, sebuah badan swasta yang terdiri atas otoritas-otoritas terpandang dalam hukum internasional di Eropa, Amerika dan Asia, mengesahkan Deklarasi Hak-hak Manusia (Declaration of the Rights of Man),57 yang menganggap tugas tiap Negara untuk mengakui, antara lain, hak-hak setara tiap individu atas hidup, kebebasan, kepemilikan. Institut itu juga menganggap tiap Negara bertugas memberi tiap orang yang berada dalam wilayahnya perlindungan penuh dan menyeluruh atas hak-hak ini tanpa membeda-bedakan kewarganegaraan, jenis kelamin, bahasa, atau agama.

Sekalipun deklarasi itu bukan dokumen yang mengikat, dokumen itu telah berperan mempopulerkan ide hak asasi manusia internasional persis pada tahun-tahun setelah Deklarasi itu disahkan. Deklarasi itu juga menjadi model hubungan baru antara individu dan Negara di bawah hukum internasional. Marshall Brown, editor Americ Journal of International Law, pada 1930, menggambarkan signifikasi Deklarasi itu terhadap rezim internasional yang waktu itu sedang sedang muncul sebagai berikut : Deklarasi ini menegaskan dalam istilah-istilah yang logis dan jelas hak-hak manusia „tanpa membedakan kewarganegaraan, jenis kelamin, ras, bahasa dan agama‟ terhadap hak setara atas hidup, kebebasan dan kepemilikkan, beserta segenap hak pelengkap yang esensial bagi dinikmatinya semua hak pokok ini. Ia bukan saja bertujuan untuk memastikan setiap individu atas hak-hak internasionalnya, melainkan juga bertujuan untuk

56 Lihat, umpamanya, Pasal 12 The Polish Minorities Treaty (1920, Lihat juga, Cassese, A, (c.k.36) pada hal. 17-21; Weston (c.k.36) pada hal.717; dan Ezejiofor, G, Protection of Human Rights Under Law (1964), hal.38- 55

57 Lihat, (1941) 35 American Journal of International Law, hal662-655.

(39)

menetapkan pada semua bangsa sebuah standar perilaku terhadap setiap manusia, termasuk pada tiap warga masing-masing. Dengan demikian, ia menanggalkan doktrin klasik bahwa negara- negara sajalah yang merupakan subyek hukum internasional. Dokumen revelusioner semacam itu, sekalipun terbuka terhadap kritik dalam peristilahan dan keberatan bahwa ia tidak memiliki nilai yuridis, tapi ia tidak mungkin gagal mempengaruhi perkembangan hukum internasional.

Dokumen ini menandai era baru yang lebih memperhatikan kepentingan-kepentingan dan hak- hak individu yang berdaulat ketimbang hak-hak negara yang berdaulat.58

Kebiadaban-kebiadaban kaum fasis selama Perang Dunia II kian meningkatkan ketajaman kemanusiaan dan menggerakkan masyarakat dunia untuk meminta langkah-langkah formal internasional yang bertujuan memastikan perlindungan hak asasi manusia dan pencapaian kedamaian dan keamanan dunia. Pihak sekutu, bahkan sebelum perang sebagai bagian dari penyelesaian pasca Perang Dunia II.

Maka itu, dalam mukadimah Piagam Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang muncul setelah Perang Dunia II,59 para Negara anggota menyatakan tekad masing-masing untuk memperteguh kepercayaan terhadap hak asasi manusia, pada martabat dan harga diri manusia, pada persamaan hak laki-laki dan perempuan, dan bagi segala bangsa yang besar dan kecil.

Mereka juga memperjelas bahwa dalam Pasal (3) bahwa salah satu tujuan Perserikatan Bangsa- Bangsa ialah untuk mencapai kerjasama internasional dalam memajukan dan mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar atas semua manusia tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama.

58 Lihat, (1930) 24 American Journal of International Law, hal.127.

59 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa telah disahkan pada 26 Juni 1945 dan dianggapsebagai konstitusi dunia yang terorganisasi setelah Perang Dunia II dan bersifat mengikat antara semua anggota PBB Lihat, Ermacora, F, Nowat, M, danTretter, H,(ecl), International Human Rights Documents and Introductory Notes (1993), Hal.3.

Referensi

Dokumen terkait

memenuhi kebutuhan. a) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik

Proses produksi adalah tahapan yang sangat penting dan menentukan produk dari mutu yang dihasilkan, untuk itu proses dalam suatu produksi harus diperhatikan dan

Hal tersebut sesuai dengan definisi masyarakat yang merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat- istiadat tertentu yang

Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pneumonia dengan masalah gangguan prtukaran gas?. Desain penelitian ini menggunakan

Penelitian ini akan lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan, maka penulis memberikan pembatasan masalah dalam penelitian ini pada pembahasan yang di

Ilmu kalam, yang membicarakan tentang teologi, tentang tuhan; Tasawuf yang membahas penghayatan kepada keberadaan Tuhan dan cara untuk memperolehnya secara

Apa saja fungsi-fungsi Modalpartikeln (aber, denn, doch, ja, mal) dalam tiap jenis kalimat yang terdapat dalam video buku ajar Redaktion-D..

[r]