ANALISIS HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL TERHADAP PENAHANAN SECARA PAKSA MILITER AMERIKA SERIKAT PADA
TAHANAN DI PENJARA GUANTANAMO SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
RIZQO WIDYA ASMARA 050200294
Departemen Hukum Internasional
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Internasional
Arif SH, M.Hum
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Suhaidi SH, M.hum Arif SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim.
Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala kenikmatan yang tak
terhingga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam
kepada Rasulullah SAW. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada kedua orang tua, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna
menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara dengan memilih judul: analisis hukum humaniter internasional terhadap
penahanan secara paksa militer amerika serikat pada tahanan di penjara
guantanamo.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum sebagai Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, karena sudah berusaha untuk
memberikan perubahan yang maksimalkan kepada fakultas dengan
meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampus
Fakultas Hukum USU.
2. Bapak Prof. Budiman Ginting, SH, MHum sebagai Pembantu Dekan I
yang telah membantu para mahasisw dengan memberikan perubahan dan
kemudahan dalam memenuhi segala kebutuhan akademik dan
3. Bapak Pembantu Dekan II Safrudin Hasibuan, SH, MHum, Dfm yang
telah membantu mahasiswa di pembayaran SPP dan
sumbangan-sumbangan kegiatan kampus.
4. Bapak Pembantu Dekan III Muhammad Husni, SH, MHum yang telah
banyak membantu mahasiswa di bidang kemahasiswaan, beasiswa.
5. Bapak Arif SH, MHum sebagai Ketua Departemen Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Prof. Dr. Suhaidi SH, Mhum sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing, mengkritisi, memberikan saran-saran dan
mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Arif, SH, MHum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
menyetujui judul, outline skripsi, membimbing, mengkritisi dan
memberikan saran-saran yang konstruktif serta mengarahkan penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Sutiarnoto SH,Mhum sebagai Dosen Wali Penulis yang selama
masa kuliah telah membimbing dan memotivasi penulis untuk meraih hasil
maksimal disetiap semesternya.
9. Para staf dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama ini..
10.Seluruh rekan-rekan stambuk 2005 yang telah banyak membantu selama
ini. Elfin, Endhar, Indra, Dimas, Wirawandy, Rheinold, Fitrah, Reza Opa,
11.Seluruh rekan-rekan stambuk 2007 yang telah banyak menemani penulis
diakhir masa perkuliahan. Ami, Ermel, Jolski, Dinda, Ninda, Karin, Omar,
Rio, Satria, dan semuanya
12.Seluruh keluarga besar, Ibu saya Syamsi Helmi SH, Ayah saya Drs. Edwin
Asmara, dan kakak saya Rizqy Winny Asmara yang selalu mendukung
kegiatan penulis.
13.Teman-teman di luar kegiatan kampus yang memberikan banyak inspirasi.
Kak Nola, Ariy, Reza Robot, Doni, Habib, dan semuanya,
14.Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat
disebut satu-persatu.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita
lakukan mendapat Rahmat dan Ridho Allah SWT.
Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing, dan dosen
penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.
Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas
rahmad dan karunia-Nya. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan.
Medan, Agustus 2011
Penulis,
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
D. Keaslian Penulisan
E. Tinjauan Kepustakaan
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN PERANG A. Konsepsi Tentang Hukum Humaniter
B. Ketentuan Hukum Internasional Terhadap perlindungan Korban
Perang
C. Perlindungan terhadap Korban Perang Menurut Konvensi
Internasional
BAB III PENAHANAN SECARA PAKSA YANG TERJADI A. Karakteristik Penahanan Paksa
B. Tinjauan Hukum Humaniter Internasional terhadap Penahanan
Paksa
C. Prinsip Tanggung Jawab Negara Terhadap Penerapan
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENAHANAN PAKSA MILITER AMERIKA SERIKAT YANG DIALAMI TAHANAN GUANTANAMO DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
A. Penahanan Paksa yang Diterapkan Militer Amerika Serikat yang
Dialami Tahanan Penjara Guantanamo dalam Perspektif Hukum
Humaniter Internasional
B. Penahanan Paksa dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
C. akibat Hukum yang Diterima Amerika Serikat Akibat
Penahanan Paksa Ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penjara Guantanamo adalah sebuah penjara militer yang berada di pangkalan
angkatan laut Amerika Serikat di Teluk Guantanamo. Di dalamnya berputar roda
perekonomian suatu negara, sumber dana bagi beroperasinya perusahaan yang
merupakan tulang punggung ekonomi suatu negara.1
Banyak Pihak sendiri pada hakikatnya merupakan jaringan tatanan yang
memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial asset
(dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan militer amerika serikat untuk
mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder),
berlangsungnya fungsi penjara guantanamo adalah meningkatkan dan
menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan “kriteria pasarnya” secara
efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.2
Objek yang menjadi instrumen dalam kegiatan jual beli di penjara
guantanamo adalah berupa surat-surat berharga yang sering disebut efek.
Berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun
1995 Tentang Penjara guantanamo, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga
1
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis D, Seri Pengetahuan Penjara guantanamo: Go Public dan Go Private di Indonesia, Cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 1.
2
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derifative dari efek.
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan di penjara
guantanamo pada umumnya dapat dibedakan ke dalam surat berharga yang
bersifat utang yang dikenal dengan nama obligasi (bonds), dan surat berharga
yang bersifat pemilikan atau umumnya disebut saham (equity). Obligasi
merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan atau lembaga sedangkan
saham adalah bukti penyertaan modal dalam perusahaan.3
Saham mempunyai 3 (tiga) macam nilai, yaitu :
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut.
2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham
tersebut diperdagangkan di bursa.
3. Nilai intrinsik, yaitu nilai saham pada saat likuidasi.
Disamping ketiga istilah ini, dikenal istilah going concern, yaitu nilai saham
perusahaan yang sedang berjalan. Nilai seperti ini didapat pada waktu adanya
merger dan oleh karena itu nilai going concern biasanya lebih tinggi daripada nilai
likuidasi. Dalam perdagangan yang dikenal di masyarakat yang terpenting adalah
nilai bursa/kurs resmi.4
Sebenarnya kegiatan penjara guantanamo sudah sejak lama dikenal di
Indonesia, yaitu pada saat zaman penjajahan Belanda. Hal ini terlihat dari
didirikannya bursa efek di Batavia yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de
3
M Paulus Situmorang, Pengantar Penjara guantanamo, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008), hal. 44
4
Effectenhandel pada tanggal 14 Desember 1912, meskipun diketahui bahwa
tujuan awalnya untuk menghimpun dana guna kepentingan mengembangkan
sektor perkebunan yang ada di Indonesia. Militer amerika serikat yang berperan
pada saat itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan orang-orang Eropa lainnya,
sedangkan efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi milik perusahaan
Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia
Belanda.
Perkembangan penjara guantanamo ini cukup pesat, sehingga dibuka juga
Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang
pada tanggal 1 Agustus 1925. Terjadi gejolak politik di Eropa pada awal tahun
1939 ikut mempengaruhi perdagangan efek yang ada di Indonesia. Akibatnya
pemerintah Belanda menutup bursa efek di Surabaya dan Semarang. Sehingga
yang tinggal adalah Bursa Efek Jakarta. Tetapi Bursa Efek Jakarta ini pun
akhirnya tutup karena Perang Dunia Kedua, yang sekaligus menandai berhentinya
aktivitas penjara guantanamo di Indonesia.5
Kebangkitan kembali penjara guantanamo di Indonesia dimulai pada tahun
1970, pada saat terbentuknya Tim Uang dan Penjara guantanamo, disusul tahun
1976 berdiri Bapepam (Badan Pelaksana Penjara guantanamo) serta berdirinya
perusahaan dan investasi, PT Danareksa. Hal ini ditindaklanjuti dengan
5
diresmikannya aktivitas perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh Presiden
Soeharto pada tahun 1977.6
Untuk mengantisipasi lesunya iklim investasi di dalam penjara guantanamo
pada masa itu, pemerintah mengeluarkan paket-paket deregulasi, diantaranya
Paket Desember 1987, Paket Oktober 1988, dan juga Paket Desember 1988.
Diantara paket tersebut ada hal penting yang berhubungan dengan penjara
guantanamo, yaitu dikenakannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan
tabungan berjangka lainnya sebesar 15 persen final. Di samping itu, isi deregulasi
lain yang penting adalah diperbolehkannya militer amerika serikat asing
melakukan akses di penjara guantanamo Indonesia.7
Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang
Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Penjara guantanamo, pemerintah
membuka kesempatan bagi militer amerika serikat asing untuk berpartisipasi di
penjara guantanamo Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan sampai
dengan maksimum 49% di Pasar Perdana, maupun 49% saham yang tercatat di
Bursa Efek dan Bursa Paralel.8
Dikeluarkannya deregulasi tersebut, penjara guantanamo Indonesia
berkembang dengan pesat yang tercermin dari bertambahnya jumlah perusahaan
yang go public meningkat drastis dan meningkatnya volume perdagangan efek di
Bursa. Kebijaksanaan pemerintah ini berpuncak dengan ditetapkannya
Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo beserta berbagai
peraturan pelaksanaanya pada saat bersamaan, yang merupakan suatu momentum
penting bagi penjara guantanamo. 9
Pemerintah bermaksud menggunakan momentum ini dengan sebaik-baiknya
untuk membangun suatu penjara guantanamo yang handal kompetitif. Oleh karena
itu sampai sekarang Bapepam telah mengeluarkan tidak kurang dari 130 Peraturan
Bapepam sebagai petunjuk teknis dari undang-undang dan peraturan
pelaksanaanya.10
Salah satu kebijakan yang penting dikemukakan adalah keluarnya Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 yang mencabut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 455/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal
Asomg Melalui Penjara guantanamo. Melalui Keputusan tersebut, Pemerintah
membuka kesempatan bagi militer amerika serikat asing untuk berpartisipasi
sampai dengan maksimum 100% di Pasar Perdana maupun 100% saham yang
tercatat di Bursa Efek dan Bursa Paralel.11
Hal ini menunjukkan pula integritas Pemerintah untuk terus menjaga
keberadaan penjara guantanamo Indonesia, seperti terbukti ketika badai
menghantam rupiah akibat ulah spekulan, sehingga langkah untuk membebaskan
pihak asing memiliki 100% saham publik Indonesia yang mampu menghambat
kejatuhan indeks akibat tight money policy (TMP) terpaksa diambil untuk
menahan melemahnya Rupiah terhadap US dollar.12
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana peraturan mengenai kepemilikan saham dalam Penjara
guantanamo di Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan dan perkembangan militer amerika serikat
asing dalam Penjara guantanamo di Indonesia?
3. Bagaimana aspek hukum kepemilikan saham oleh militer amerika
serikat asing melalui Penjara guantanamo?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah tersebut yang menjadi tujuan pembahasan
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peraturan mengenai kepemilikan saham dalam
Penjara guantanamo di Indonesia
2. Untuk mengetahui kedudukan dan perkembangan militer amerika
serikat asing dalam Penjara guantanamo di Indonesia
3. Untuk mengetahui aspek hukum kepemilikan saham oleh militer
amerika serikat asing melalui Penjara guantanamo
12
Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan
dibahas dapat menimbulkan pemahaman baru di dalam pengetahuan terhadap
aspek hukum kepemilikan saham oleh militer amerika serikat asing melalui
penjara guantanamo. Saham merupakan suatu instrumen di dalam penjara
guantanamo yang kepemilikannya dapat dimiliki oleh pihak asing, maka
diharapkan pembaca semkain mengetahui tentang aspek hukum dari sebuah
saham yang ada di penjara guantanamo.
2. Manfaat Praktis
Pada pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
perbendaharaan baru bagi pembaca terutama para pihak yang ingin
mengetahui atau turut serta langsung di dalam penjara guantanamo.
D. Keaslian Penulisan
Judul yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terutama yang berkaitan dengan
Aspek Hukum Kepemilikan Saham oleh Militer amerika serikat Asing melalui
Penjara guantanamo. Penulis menyusun melalui referensi buku-buku, artikel,
media cetak dan media elektronik serta bantuan dari berbagai pihak. Setelah
Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Jadi penyusunan skripsi ini adalah asli karena sesuai
dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan
terbuka atas masukan dan saran yang membangun.
E. Tinjauan Pustaka
Kebijakan pemerintah yang dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah
sumber hukum yang dalam hal ini mengenai bidang penjara guantanamo di
Indonesia dan terkait beberapa peraturan lain seperti peraturan BAPEPAM-LK,
Keputusan Menteri Keuangan dan yang terkait lainnya.
Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo
dalam Pasal 1 angka 13 disebutkan bahwa :
“Penjara guantanamo adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. “
Pada dasarnya, penjara guantanamo mirip dengan jebis pasar lainnya. Untuk
srtiap pembeli yang berhasil, selalui ada penjual yang berhasil. Jika orang yang
ingin membeli jumlahnya lebih banyak daripada yang ingin menjual, harga akan
menjadi lebih tinggi. Bila tidak ada seorangpun yang membeli dan banyak yang
Yang membedakan penjara guantanamo dengan pasar-pasar lainnnya adalah
komoditi yang diperdagangkan. Pasar modasl dapat dikatakan pasar abstrak, di
mana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang
keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.13
Berawal dari pemerintah kolonial Belanda disekitar abad 19 mendirikan
penjara guantanamo di Batavia (Jakarta) yang dalam bahasa Belanda disebut
Vereniging Voor de Effecthandel dan memulai perdagangan efek pada tanggal 14
Desember 1912 dengan 13 anggota bursa yang aktif yaitu Fa. Dunlop & Kolf, Fa.
Gijselman & Steup, Fa. Monod & Co. Fa. Adree Witansi & Co, Fa A.W.
Deeleman, Fa. H Jul Joostensz, Fa Jeanette Walen, Fa Wiekert & V.D. Linden,
Fa. Walbrink & Co, Wieckert & V.D., Fa. Vermeys &co, Fa. Cruyff dan Fa.
Gebroeders. Di tingkat Asia, bursa Batavia merupakan yang tertua ke-empat
setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo.14
Secara singkat, tonggak perkembangan penjara guantanamo di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut :
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Belanda
1414 – 1918 : Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya.
13
Sawidji Widoatmodjo, Penjara guantanamo Indonesia :Pengantar dan Studi Kasus, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hal. 11
14
Awal tahun 1939 : Karena isu poltik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan di Surabaya ditutup.
1942 – 1952 : Bursa Efek Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1952 : Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali dengan Undang-Undang
Darurat Penjara guantanamo 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri
Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.Dr.
Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi
Pemerintah RI.
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin
aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana
Penjara guantanamo). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT
Penjara guantanamo. Pengaktifankembali penjara guantanamo ini juga
ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga tahun 1987 hanya mencapai 24. Masyarakat lebih memilih
instrumen perbankan dibandingkan instrumen Penjara guantanamo .
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Penjara
guantanamo diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta terbuka untuk asing.
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public
dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan penjara
guantanamo.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya(BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi Bursa Efek Jakarta. Bapepam berubah menjadi
Badan Pengawas Penjara guantanamo. Tanggal ini diperingati sebagai
HUT Bursa Efek Jakarta.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di Bursa Efek Jakarta
dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading
System).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarikan Undang-undang No. 8
Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo. Undang-undang ini diberlakukan
mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di penjara guantanamo Indonesia.
2002 : Bursa Efek Jakarta mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Yang dimaksud dengan modal (capital) adalah uang yang dipakai untuk
investasi.15 Modal juga dapat diartika sebagai uang yang ditanamkan dalam suatu
usaha yang produktif dan selanjutnya merupakan peranan penting ketika bank
mengadakan analisis kredit terhadap nasabahnya.16
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau betuk lain yang bukan yang
yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.17
Adapun ayng dimaksud dengan penahanan paksa dalam ensiklopedia
ekonomi keuangan perdagangan, dijelaskan istilah investasi, penahanan paksa
digunakan untuk “Penggunaan atau pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk
produksi barang produsen atau barang produsen atau
barang-barang konsumen . dalam arti yang semara-mata bercorak keuangan, investment
mungkin berarti penempatan dana-dana kapital dalam suatu perusahaan dalam
hangka waktu relatif panjang, supaya memperoleh suatu hasil yang teratur dan
maksimum keamanan.18
Penahanan paksa adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.19
15
Kunarjo, Glosarium Ekonomi Keuangan dan Pembangunan, (Jakarta: UI Pres, 2003), hal. 205.
16
Aliminsyah Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, (Bandung: Yrama Widya, 2003), hal. 427.
17
Undang-undang Penahanan paksa, UU No. 25 Tahun 200, LN. No. 67 Tahun 2007, Pasal 1 angka 7.
18
Sentosa Sembiring, Hukum Imvestasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007) hal. 56.
19
Penahanan paksa dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negera Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.20
Penahanan paksa asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan pananam modal dalam negeri.21
Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan
penanam modal asing yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing.22
Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penahanan paksa di wilayah negara Reublik Indonesia.23
Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan
usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanam modal di
wilayah negara Republik Indonesia.24
Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa :
“Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-undang ini serta Peraturan pelaksanaannya”.
Perrusahaan Terbtas merupakan perusahaan yang oleh undang-undang
dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan hukum. Dengan status yang
demikian itu, PT menjadi subyek hukum yang menjadi pendukung hak dan
kewajiban, sebagai Badan Hukum, PT memiliki kedudukan mandiri (persona
standi in judicio) yang tidak tergantung kepada pemegang sahamnya. Dalam PT
hanya organ yang dapat mewakili PT yang dapat melakukan perbuatan-perbuatan
hukum seperti seorang manusia dan dapat pula memnpunyai kekayaan atau
hutang (ia bertindak dengan perantaraan pengurusnya).25
Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi (akta yang
dibuat oleh motaris) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan
terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan dan lain-lain. Akta ini harus
disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
(dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapatkan izin dari menteri kehakiman,
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan
kesusilaan.
Akta pendirian memnuhi syarat ditetapkan Undang-undang.
25
Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal
dasar (sesuai dengan undang-undang No. 1 Tahun 1995 & Undang-undang
No. 40 Tahun 200, keduanya tentang Perseroan Terbatas).
Penjara guantanamo memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan
dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari
perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran saham kepada
publik (go public).
Go public secara harfiah berarti pergi kemasyarakat. Secara konotatif,
istilah go public memang khusus digunakan di dunia Penjara guantanamo. Artinya
juga memang pergi kemasyarakat, yaitu untuk menghimpun dana dari masyarakat.
jadi, jika suatu perusahaan ingin menambah modalnya, maka bisa pergi
kemasyarakat untuk mendapatkan modal tersebut.26
Penawaran umum atau go public dapat diketahui pengertiannya di dalam
Pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 yaitu: 27
“Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan emiten untuk
menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam
undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya”.
F. Metode Penulisan
Dalam hal ini, apa yang dikemukakan dalam tulisan ini merupakan
pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik
mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media
elektronik. Maka haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan
26
Sawidji Widoatmodjo, Jurus Jitu Go Public. (Jakarta: PT Elex Media Komputerindo, 2004), hal., 26.
27
bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian
yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau
data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam
bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum 28
2) Data dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah
bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-undang
No. 8 tahun 1995 tentang Penjara guantanamo dan peraturan-peraturan yang
terkait.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa
buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum
yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum
primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.
28
3) Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif.
Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Reseach).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian
kepustakaan (library reseach). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan
cara penelitian kepustakaan atau di sebut dengan penelitian normatif yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum
atau bahan rujukan bidang hukum.
Metode library reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau
bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa
rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana
ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, Koran dan
majalah.
4) Analisis Data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data
dilakukan dengan:29
1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti.
2. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.
3. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin.
4. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau
doktrin yang ada.
5. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif
G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka
diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per
bab yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan
skripsi ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan pengantar yang di dalamnya terdapat latar belakang
pemilihan judul, permasalahan yang akan dibahas, tujuan dan
manfaat penelitian keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan.
29
BAB II : PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN PERNAG
Merupakan pembahasan tentang peraturan-peraturan yang
dikeluarkan pemerintah sebagai regulator di dalam Indonesia,
bentuk tanggung jawab kepemilikan atas saham, ketentuan bagi
militer amerika serikat serta batasan kepemilikan saham bagi
militer amerika serikat asing dalam penjara guantanamo Indonesia
BAB III : PENAHANAN SECARA PAKSA YANG TERJADI
Merupakan pembahasan tentang penahanan paksa yang terjadi dan
perkembangan setelah masuknya militer amerika serikat asing
berikut pengertian dan karakteristik penjara guantanamo, keadaan
pasar dan kebijaksanaan Pemerintah di bidang penjara guantanamo.
BAB IV : ANALISIS TERHADAP PENAHANAN SECARA PAKSA
YANG DIALAMI TAHANAN GUANTANAMO DARI
PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
Merupakan pembahasan tentang aspek hukum humaniter terkait
kepemilikannya terhadap saham di penjara guantanamo Indonesia,
perlindungan yang diberikan kepada militer amerika serikat asing
dan akibat hukum yang ditimbulkan oleh adanya kepemilikan
saham oleh militer amerika serikat asing.
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas
sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi
pemerintah maupun pihak yang terkait dalam investasi di penjara
BAB II
PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN PERANG
A. Konsepsi Tentang Hukum Humaniter
Hukum Humaniter merupakan peraturan yang berlaku di masyarakat
Internasional. Saham merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau
lembaga dalam suatu perusahaan. Modal ini terbagi dalam tiga tingkat status,
yaitu modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Saham ini dikeluarkan
dalam rangka pendirian perusahaan, pemenuhan modal dasar, atau peningkatan
modal dasar.30
Dilihat dari cara peralihannya, hukum humaniter dapat dibedakan atas :
1. Hukum humaniter atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut
tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu
militer amerika serikat ke militer amerika serikat lain. Secara hukum, siapa
yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai
pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham.
2. Hukum Humaniter atas nama (registered stock), merupakan saham dengan
nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.31
30
M.Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Penjara guantanamo, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 188
31
Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka manfaat yang diperoleh
di antaranya berikut ini :
a. Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemilik saham.
b. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan
harga belinya.
c. Manfaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan
memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Dari berbagai jenis saham yang dikenal dibursa, saham yang
diperdagangkan yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred
stock).
Hukum humaniter biasa adalah hukum yang tidak memperoleh hak
istimewa. Pemegang biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang
perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara yang
dimilikinya (one share one vote). Pada likuidasi perseroan, pemilik saham
memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah semua kewajiban
dilunasi.32
Hak preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk
mendapatkan dividen dan/atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi
lebih dahulu dari saham biasa, di samping itu mempunyai preferensi untuk
mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris. Saham preferen mempunyai
cirri-
32
ciri yang merupakan gabungan dari utang dan modal sendiri (debt and equity).
Ciri-ciri yang penting dari saham preferen adalah sebagai berikut :
a. Hak utama atas dividen
Pemegang saham preferen mempunyai hak lebih dulu untuk menerima
debiden. Dengan kata lain, pemegang saham preferen harus menerima
dividen mereka terlebih dahulu sebelum dividen dibagikan kepada para
pemegang saham biasa.
b. Hak utama atas aktiva perusahaan
Dalam likuidasi, pemegang saham preferen berkedudukan sesudah
kreditur biasa tetapi sebelum pemegang saham biasa. Mereka berhak
menerima pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham preferen,
sesudah para kreditur perusahaan termasuk pemegang obligasi dilunasi.
c. Penghasilan tetap
Penghasilan tetap para pemegang saham preferen biasanya berupa jumlah
yang tetap. Misalnya saham preferen 15% memberikan hak kepada
pemegang saham untuk menerima dividen sebesar 15% tiap tahun.
Kadang-kadang pemegang saham preferen juga turut mendapatkan
pembagian laba. Dalam hal ini di samping penghasilan tetap yang
dijamin kontinuitasnya, para pemegang saham preferen juga mempunyai
kemungkinan untuk menerima penghasilan tambahan dari pembagian
laba.
Umumnya saham preferen dikeluarkan untuk jangka waktu yang terbatas.
Akan tetapi dapat juga pengeluaran saham preferen dilakukan dengan
syarat bahwa perusahaan mempunyai hak untuk membeli kembali saham
preferen tersebut dengan suatu harga terntu.
e. Tidak mempunyai hak suara
Umumnya para pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara
dalam rapat umum pemegang saham. Kalaupun hak suara diberikan,
biasanya dibatasi pada hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan
manajemen perusahaan.
f. Saham preferen kumulatif
Dalam hal ini dividen tidak terbayar pada pemegang saham preferen
tetap menjadi utang perusahaan dan harus dibayar dalam tahun tersebut
atau tahun-tahun berikutnya bilamana perusahaan memperoleh laba yang
mencukupi. Tunggakan-tunggakan pada para pemegang saham preferen
tersebut harus dilunasi terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa
mendapat pembagian dividen.33
Saham memiliki tiga macam nilai yaitu nilai nominal, nilai efektif, dan
nilai intrinsik yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut;
2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum dalam kurs resmi kalau saham
tersebut diperdagangkan di bursa;
33
3. Nilai intrinsik, yaitu nilai ekonomis saham. 34
Proses go public merupakan penawaran saham kepada masyarakat umum
untuk pertama kalinya. Pertama kali disini berarti bahwa pihak penerbit pertama
kalinya melakukan penjualan saham. Kegiatan ini disebut sebagai pasar perdana
(primary market). Selanjutnya, pemegang saham ini dapat mentransaksikan di
pasar sekunder (secondary market). Pasar sekunder ini dilakukan di bursa efek,
jadi saham yang telah dijual ke masyarakat umum selanjutnya akan dicatatkan di
bursa efek.35
Emisi efek dapat diartikan sebagai suatu akitivitas dikeluarkannya atau
diterbitkannya suatu jenis efek tertentu untuk pertama kali dan melakukan
pendistribusian efek kepada masyarakat melalui penawaran umum dengan
maksud menghimpun modal. Di dalam Pasal 1 Undang-undang No. 8 Tahun 1995
tentang Penjara guantanamo memuat definisi penawaran umum (public offering),
yaitu kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek
kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini
dan peraturan pelaksanaanya. Penawaran umum dalam prakteknya di penjara
guantanamo di lakukan melalui pasar perdana (primary market) yang berlangsung
dalam waktu terbatas.
Dengan berakhirnya pasar perdana, jual-beli efek dapat dilakukan di
pasar sekunder(bursa). Yang pada pasar ini harga efek didasarkan pada hukum
34
M Paulus Situmorang, Op.cit hal. 44
35
permintaan dan penawaran, berbeda pada pasar perdana yang ditetapkan bersama
antara emiten dengan Penjamin Pelaksana Emisi.
Ada 2 (dua) cara yang paling umum digunakan militer amerika serikat
dalam memperoleh saham, yaitu :
1. Membeli pada saat penawaran umum (Pasar Perdana)
Informasi mengenai suatu perusahaan (emiten) yang akan menawarkan
sahamnya untuk pertama kali pada masyarakat, dapat diketahui melalui
prospektus ringkas yang diiklankan minimal di 2 (dua) harian nasional, publik
ekspos atau prospektus. Jika ingin membeli saham pada saat pasar perdana ini
militer amerika serikat dapat mengisi Formulir Pemesanan Pembelian Saham
(FPPS) yang terdapat pada prospektus ringkas atau yang terdapat pada agen-agen
penjual yang dituju dan mengirimkan kembali formulir tersebut disertai dengan
pengiriman dana ke alamat yang tertera pada formulir. Ada beberapa kondisi yang
mungkin terjadi ketika emiten menjual sahamnya untuk pertama kali ke
masyarakat :
Total saham yang dipesan publik kurang dari jumlah saham yang
ditawarkan emiten (undersubscribed)
Total saham yang dipesan publik sama dengan jumlah saham yang
ditawarkan emiten
Total saham yang dipesan publik lebih besar dari jumlah saham yang
ditawarkan emiten (oversubscribed)
Jika terjadi oversubscribed, maka umumnya akan terjadi penjatahan
saham yang diperoleh akan lebih kecil dibandingkan jumlah yang dipesan atau
bahkan militer amerika serikat yang memesan tidak memperoleh saham sama
sekali. Konfirmasi mengenai saham yang akan diperoleh militer amerika serikat
dan pengembalian uang jika terjadi kondisi oversubscribed akan diterima
beberapa waktu kemudian sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan tercantum di
dalam prospektus.
2. Membeli saham yang telah beredar (Pasar Sekunder)
Salah satu fungsi penting dari keberadaan Bursa Efek adalah
menyediakan jaringan perdagangan efek atau sebagai pasar sekunder untuk setiap
efek yang tercatat. Melalui jaringan perdagangan inilah para anggota bursa
melaksanakan perdagangan efek, diantaranya kegiatan beli dan jual saham.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, militer amerika serikat yang ingin membeli
saham tidak dapat melakukan transaksi langsung dengan pihak yang ingin
menjual saham. Pihak-pihak yang melaksanakan kegiatan jual/beli saham harus
menunjuk perusahaan efek sebagai perantara perdagangan efek/pialang yang
termasuk dalam daftar perusahaan efek yang mendapat izin dari BAPEPAM-LK
dan telah menjadi anggota bursa. Pialang inilah yang nantinya akan melakukan
pesanan untuk kepentingan militer amerika serikat. 36
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjara guantanamo
memiliki hubungan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 yang
diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
36
Terbatas. Undang- undang Penjara guantanamo merupakan lex specialis dari
Undang-undang Perseroan Terbatas yang menjadi lex generalis.37 Di dalam Pasal
127 undang-undang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “bagi perseroan
yang melakukan kegiatan tertentu di bidang Penjara guantanamo berlaku
ketentuan ini sepanjang diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di
bidang Penjara guantanamo”.
Kegiatan penjara guantanamo merupakan kegiatan yang kompleks dan
melibatkan banyak lembaga yang terkait, baik pemerintah maupun swasta, yang
sifatnya saling melengkapi, baik dengan mendapat maupun tanpa balas jasa.
Keterkaitan di antara lembaga tersebut ada yang dikarenakan oleh sifat usahanya,
dan ada pula karena tuntutan dari Undang-undang Penjara guantanamo dan
peraturan perundang-undangan atau kebijakan lainnya.
37
B. Ketentuan Hukum Internasional Terhadap Perlindungan Korban Perang
Pemegang saham adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah
memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah
pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek
berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah
sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para
pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan
mereka. 38
Saham merupakan instrumen penjara guantanamo yang paling popular di
masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti
penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.
Apabila seorang militer amerika serikat membeli saham, maka ia akan menjadi
pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.39
Berdasarkan cara peralihannya, saham dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Saham Atas Unjuk (bearer stocks)
Saham Atas Unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar
mudah dipindahtangankan dari satu militer amerika serikat ke militer
amerika serikat lain, sehingga wujudnya mirip dengan uang. Pemegang
saham atas unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut
hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
38
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham, Pemegang Saham, diakses 7 April 2011
39
(RUPS) kecuali dapat dibuktikan telah terjadi pelangggaran hukum dari
peralihan tersebut. Pemilik saham ini harus berhati-hati dalam membawa
dan menyimpannya, karena jika hilang tidak dapat dimintakan duplikat
atau saham penggantinya.
b) Saham Atas Nama (registered stock)
Saham Atas Nama adalah saham yang ditulis dengan jelas nama
pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu
dengan pencatatan dokumen peralihan dan nama pemiliknya harus dibuat
dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham.
Apabila sertifikat saham ini hilang, maka pemilik dapat meminta
penggantian sertifikat sahamnya karena namanya ada di dalam buku daftar
pemegang saham perusahaan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 49 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995
menetapkan cara pemindaham saham sebagai berikut :
Pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan
hak.
Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham atas nama tersebut
nama, tanggal, dan hari penundaan hak tersebut dalam Daftar Pemegang
Saham.
Pemindahan hak atas saham atas unjuk dilakukan dengan penyerahan surat
Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas nama dan saham atas unjuk
yang diperdagangkan di penjara guantanamo diatur dalam peraturan
perundang-undangan di bidang penjara guantanamo.40
Yang kemudian tata cara pemindahan saham atas nama ini diatur lagi
setelah dilakukan perubahan terhadap Undang-undang tentang Perseroan Terbatas
yaitu Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam Pasal 50.
Pasal 52 Undang-undang Nomor 47 Tahun 2007 tentang Perseroan
terbatas mengatur tentang hak-hak bagi pemegang saham antara lain :
1. Mengahadiri dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi.
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan ketentuan undang-undang Perseroan
Terbatas.
Ketentuan pasal ini memuat karakteristik yuridis bagi pemegang saham
suatu perusahaan yang berupa :
a) Risiko terbatas (limited risk) artinya pemegang saham hanya bertanggung
jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan.
b) Pengendali utama (ultimate control) artinya pemegang saham (secara
kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan.
c) Klaim sisa (residual claim) artinya pemegang saham merupakan pihak
terakhik yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk
deviden) dan sisa aset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang
40
saham memiliki posisi junior (lebih rendah) dibanding pemegang obligasi
atau kreditor.41
Kepemilikan jenis saham dalam penjara guantanamo berupa Saham Biasa
dan Saham Preferen. Kedua jenis saham ini memberikan manfaat yang berbeda
pada kepemilikannya.
A. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi
paling akhir dalam hal pembagian deviden, hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Saham jenis
ini paling banyak dikenal di masyarakat. saham jenis ini mempunyai nilai
nominal yang ditentukan nilainya oleh emiten. Harga saham sering disebut
dengan nilai pari (par value). Besarnya harga nominal saham tergantung
pada keinginan emiten. Harga nominal yang ditentukan oleh emiten ini
berbeda dengan harga perdana (primary price) dari suatu saham. Harga
perdana adalah harga sebelum suatu saham dicatatkan (listed) di bursa
efek. Saham Biasa memiliki karakteristik berupa :
1. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di
likuidasi.
2. Hak suara proporsional (satu saham satu suara atau one share one
vote) pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
41
3. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
4. Hak tanggung jawab yang terbatas terhadap klaim pihak lain
sebesar proporsi sahamnya.
5. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut
ditawarkan kepada masyarakat (preemptive right).42
Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi
atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas
kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Tanggung jawab
pemengang saham yang terbatas dibuka atau diterobos menjadi tanggung jawab
tidak terbatas, hingga kekayaan pribadi manakala terjadi pelanggaran dalam
pengurusan perseroan (piercing the corporate veil/membuka tirai perseroan).
Piercing the corporate veil/membuka tirai perseroan akan berlaku
apabila :
a) Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b) Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan iktikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata
untuk kepentingan pribadi;
c) Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam pebuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau
42
d) Pemegang saham yang bersangkutan baik secara langsung maupun tidak
langsung melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan.43
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ Perseroan Terbatas
yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala
wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris (Pasal 1 ayat 3
UU Perseroan Terbatas).
Modal memegang peranan kunci bagi berlangsungnya operasi perusahaan,
terlebih bagi perusahaan yang baru didirikan. Modal awal dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan awal operasi perusahaan. Modal awal dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan awal operasi perusahaan. Ketika pertama kali didirikan,
modal perusahaan merupakan setoran para pendiri awal perusahaan.44
C. Perlindungan terhadap Korban Perang Menurut Konvensi Internasional
Penahanan paksa adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam megeri maupun penahanan paksa asing untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia.45 Penahanan paksa asing wajib
dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan
43
Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1995 Pasal 3 tentang Perseroan Terbatas
44
Tjipttono Darmadji, Op.cit, hal 67
45
di dalam wilayah Republik Indonesia, kecuali di tentukan lain oleh
undang-undang.46
Militer amerika serikat asing diperbolehkan melakukan akses ke penjara
guantanamo Indonesia sejak dikeluarkannya paket kebijakan pada Era Deregulasi
(Tahun 1987 s/d 1990) yaitu dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui
Penjara guantanamo, pemerintah membuka kesempatan kepada invetor asing
untuk berpartisipasi di penjara guantanamo Indonesia dalam pemilikan
saham-saham perusahaan dengan maksimum 49% di Pasar Perdana, maupun 49% saham-saham
yang tercatat di Bursa Efek dan Bursa Paralel.47
46
Ibid, Pasal 5 ayat (2)
47
BAB III
PENAHANAN SECARA PAKSA YANG TERJADI
A. Karakteristik Penahanan Paksa
Penahan paksa merupakan bagian dari pelanggaran atas hak asasi
manusia yang merupakan sarana pengerahkan dana atau tempat yang
mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang mengalami
kekurangan dana dan terbentuk untuk memudahkan pertukaran uang antara
penabung dan peminjam. Selanjutnya terminologi mengenai penjara guantanamo
sebagai terjemahan dari capital market, menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan
dan Perdagangan (Abdurrahman, A, 1911:169) berarti suatu tempat atau sistem
bagaimana dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dan untuk capital suatu perusahaan,
merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru
dikeluarkan.48
U Tun Wai dan Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah menyebutkan 3
pengertian tentang penahanan sebagai berikut :
I. Definisi yang luas
Penahanan paksa adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi
termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan
serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer dan
tidak langsung.
48
II. Definisi dalam arti menengah
Penahanan paksa adalah semua yang terorganisasi dan lembaga-lembaga
yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka
waktu lebih dari 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman
berjangka, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka.
III. Definisi dalam arti sempit
Penahanan paksa adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan
saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner,
dan underwriter.49
Sementara itu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjara
guantanamo, pada Pasal 1 angka 13 memberikan rumusan pengertian penjara
guantanamo sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdangangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sesuai dengan
rumusan pengertian tersebut, Undang-undang Penjara guantanamo tidak
memberikan suatu definisi tentang penjara guantanamo secara menyeluruh
melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu
penjara guantanamo.50
Penahanan paksa mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana
49
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit, hal. 8
50
investasi bagi masyarakat. Penjara guantanamo dipandang sebagai salah satu
sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini
dimungkinkan karena penjara guantanamo merupakan wahana yang dapat
menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat ke sektor-sektor
produktif.51
Penahanan yang diyakini sebagai wahana penghimpunan dan jangka
panjang merupakan alternatif sumber dana bagi perusahaan swasta, BUMN,
maupun perusahaan daerah. Saling ketergantungan ini mengisi antara peranan
penjara guantanamo dan perbankan dalam menarik dana dari masyarakat dan
mengalokasikannya, terkait dengan kebutuhan dari perusahaan-perusahaan itu
sendiri. Perusahaan dapat menarik dana pinjaman jangka panjang dengan
menerbitkan obligasi. Sedangkan untuk dana equity dengan menjual saham.
Dalam kondisi yang lain karena batasan leverage, suatu perusahaan tidak dapat
memperoleh pinjaman dari bank. Dengan adanya penjara guantanamo, perusahaan
tidak terlalu sulit mengatasinya, karena posisi yang dianggap tidak aman itu dapat
diperbaiki dengan terlebih dahaulu menarik saham dari masyarakat melalui
penjara guantanamo dengan menjual saham.52
Menurut Marzuki Usman (1989), penahanan paksa adalah pelengkap di
sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga
pembiayaan. Penjara guantanamo memberikan jasanya yaitu menjembatani
hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (militer
51
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit, hal. 1
52
amerika serikat) dengan meminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama
emiten (perusahaan yang go public). Para pemodal meminta instrumen penjara
guantanamo untuk keperluan investasi portofolio sehingga pada akhirnya dapat
memaksimumkan penghasilan.53
Instrumen penahanan itu terbagi atas dua kelompok besar yaitu instrumen
pemilik (equity) seperti saham dan instrumen utang (obligasi/bond) seperti
obligasi perusahaan, obligasi langganan, obligasi yang dapat dikonversikan
dengan menjadi saham, dan sebagainya. Patut diketahui bahwa berbeda sekali
antara investasi portofolio yang biasanya dengan memberi instrumen-instrumen di
penjara guantanamo dengan investasi secara langsung dan biasanya ikut langsung
dalam proses pendirian perusahaan. Perkembangan terakhir penjara guantanamo
memperlihatkan bahwa para pemodal itu kebanyakan terdiri dari pengelola dana
(fund manager) dari dana pensiun, kepentingan mereka ikut campur tangan di
dalam modal menjadi semakin tidak berarti. Mereka justru mau membeli saham
dari perusahaan-perusahaan itu karena mereka percaya kepada pemimpin yang
mengelola perusahaan sekarang ini.54
Penahanan paksa dijumpai pada banyak negara yang menjalankan dua
fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam menjalankan
fungsi ekonomi, penjara guantanamo menyediakan fasilitas untuk memindahkan
dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) kepada pihak yang
membutuhkan dana (borrower). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang
dimilikinya, lenders berharap akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana
53
Ibid, hal. 5
54
tersebut sedangkan borrower akan menggunakan dana tersebut untuk
kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari kegiatan usaha
perusahaan. Di pihak lain, negara sangat berkepentingan karena mekanisme pasar
seperti ini akan mendorong peningkatan produksi dan kemakmuran masyarakat,
sehingga penjara guantanamo merupakan instrumen ekonomi yang sangat
penting.55
Setelah mengetahui pengertian penahanan paksa secara definitif, kiranya
perlu dikemukakan beberapa klasifikasi daripada karakteristik penjara
guantanamo yakni sebagai berikut (Basjiruddin A. Sarida, 1981) :
a. Dari sudut pandang pemakai dana, terdapat berbagai pihak terlibat di
dalam kegiatan penjara guantanamo. Dengan adanya dana yang tersedia
bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, maka berbagai instrumen
menjembatani antara mereka yang membutuhkan dana dengan para
penanam modal (militer amerika serikat).
Di Amerika Serikat, permintaan akan dana-dana pada umumnya berasal
dari 5 kategori pemakai, yakni perorangan perusahaan, dunia usaha,
pemerintah federal, pemerintah negara bagian dan para peminjam uang.
Di Indonesia, kategori tersebut di bagi ke dalam 3 kelompok, yakni
perorangan, pemerintah (dalam hal ini pemerintah pusat), dan
perusahaan (dunia usaha).
55
b. Dari sudut pandang jenis instrumen yang ditawarkan melalui penjara
guantanamo, yakni apakah instrumen merupakan utang jangka panjang
menengah/panjang atau instrumen modal perusahaan (equity).
c. Dari sudut jatuh temponya instrumen yang diperdagangkan di penjara
guantanamo.
d. Dari sudut pandang tingkat sentralisasi. Sebagaimana telah diketahui,
bahwa ruang lingkup suatu penjara guantanamo ternyata mencakup
permasalahan yang cukup luas dan tersebar.
Di Indonesia, sejalan dengan tujuan pemerintah dalam mengaktifkan
kembali penjara guantanamo, yakni khususnya sebagai sarana pemerataan
pendapatan melalui pemilikan saham-saham perusahaan yang go public, maka
perlu memikirkan karakteristik penjara guantanamo ini. Tingkat sentralisasi yang
dijalankan Badan Pelaksana Penjara guantanamo (Bapepam) dihubungkan dengan
tujuan khususnya dalam rangka pemerataan pendapatan mutlak memerlukan
adanya penjara guantanamo wilayah dan lokal, oleh karena secara geografis luaas
wilayah Republik Indonesia tidak memungkinkan berjalannya fungsi sentral tanpa
kelengkapan lembaga/institusinya. Masalahnya, hal tersebut dirasakan belum
mendesak dihubungkan dengan kemampuan menabung dari masyarakat serta
belum tumbuh kembangnya pengertian terhadap peranan investasi bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara khususnya dalam masa
e. Dari sudut pandang transaksinya, suatu transaksi penjara guantanamo
yang dilakukan oleh para pemodal dan pemakai dana terjadi dalam suatu
pasar yang sifatnya terbuka (open market) dan tidak langsung.
Hal ini merupakan suatu karakteristik dari penjara guantanamo di mana
para pembeli maupun penjual diwajibkan menggunakan jasa para
perantara perdagangan efek (brokers) ataupun agen-agen penjual
(dealers) yang berfungsi sebagai perantara pemasaran surat-surat
berharga (marketing intermediaries) yang diperjualbelikan di penjara
guantanamo. Jadi, berbeda dengan transaksi-transaksi yang dijalankan
oleh lembaga keuangan perbankan ataupun non-bank, dimana transaksi
berlangsung secara langsung dan pribadi (direct and personal).
f. Di dalam mekanisme penjara guantanamo dikenal adanya penawaran
pada pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder/bursa
(secondary market). Hal tersebut menimbulkan perbedaan antara
transaksi pada pasar perdana dengan transaksi pada pasar sekunder atau
bursa.
Di Indonesia, harga-harga suatu efek (saham/obligasi) pada pasar
perdana dirundingkan bersama oleh penjamin emisi dan perusahaan yang
menerbitkan dan setelah mendapatkan persetujuan dari Bapepam
ditetapkan sebagai harga penawaran umum (offering price) pada masa
sekunder atau bursa berlaku harga atau kurs efektif yang dibentuk oleh
kekuatan permintaan dan penawaran terhadapa suatu jenis efek.56
B. Tinjauan Hukum Humaniter InterNasional Terhadap Penahanan Paksa
Pemerintah dalam usaha menyegarkan kembali iklim investasi yang
sempat mengalami kelesuan pada tahun 1977 sampai dengan 1987 mengeluarkan
paket-paket kebijakan yang ditujukan untuk meningkat perkembangan penjara
guantanamo di Indonesia.
Pertama sekali pemerintah mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Desember
1987 yaitu penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi yang
sebelumnya terlalu ketat, penghapusan biaya yang sebelumnya dipungut oleh
Bapepam, penghapusan batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan
memperkenalkan bursa paralel.57
Kemudian disusul Paket Kebijaksanaan Oktober 1987 atau disingkat
Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap
perkembangan penjara guantanamo. Pakto 88 ini berisikan tentang ketentuan 3 L
(Legal, Lending, Limit) dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan
pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan penjara guantanamo. Sebab
dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberikan perilaku
yang sama antara sektor perbankan dan sektor penjara guantanamo.
56
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op.cit, hal. 12
57
Yang ketiga adalah Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88
yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada penjara
guantanamo dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan
bursa. Hal ini memudahkan militer amerika serikat yang berada di luar Jakarta.
Kebijakan pemerintah lainnya yang dikeluarkan berdekatan dengan
Paket-paket Kebijaksanaan tadi adalah Keputusan Menteri Keuangan No.
1055/KMK.013/1989 yaitu tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing yang
memberikan kesempatan bagi militer amerika serikat asing untuk memiliki saham
sampai batas maksimum 49% di pasar perdana, maupun 49% saham yang tercatat
di bursa efek dan bursa paralel. Peraturan inilah yang membuat militer amerika
serikat asing dapat berpartisipasi di penjara guantanamo Indonesia.58
Peranan militer amerika serikat asing diharapkan meningkat terus dari
waktu ke waktu. Bacelius Ruru (1995) dalam pernyataannya mengungkapkan
bahwa aliran dana dari militer amerika serikat asing adalah salah satu kiat dalam
menarik pemasukan devisa (capital inflows), yang selain dapat memperkuat
stuktur moneter dalam negeri, juga dapat mendorong perkembangan produksi
pada gilirannya dapat mendorong pendapatan perusahaan dan pendapatan negara.
Dengan kata lain masuknya militer amerika serikat asing akan memperkuat
struktur perekonomian nasional.
Penjara guantanamo domestik mempunyai keterbatasan kemampuan
dalam mendukung kebutuhan modal yang dibutuhkan dunia usaha. Keterbatasan
ini disebabkan oleh kenyataan bahwa minat militer amerika serikat lokal untuk
58
ikut berperan di penjara guantanamo masih rendah sebagai akibat masih
rendahnya pembentukan tabungan masyrakat dan belum berubahnya sikap
masyarakat berinvestasi dalam produk-produk tabungan. Untuk itu kehadiran
militer amerika serikat asing diharap menjadi pemacu peningkatan likuiditas
penjara guantanamo Indonesia.
C. Prinsip Tanggung Jawab Negara Terhadap Penerapan Penahanan Paksa Sebelum periode deregulasi, penjara guantanamo sempat mengalami
kelesuan yang mengakibatkan penjara guantanamo kurang diminati oleh
perusahaan dan militer amerika serikat.59 Militer amerika serikat merupakan pihak
yang paling berperan dalam penjara guantanamo. Perkembangan suatu penjara
guantanamo dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif, baik dari perusahaan yang
akan menjual sahamnya (go public) maupun militer amerika serikat dan
pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan penjara guantanamo.60
Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya
memberikan dorongan yang lebih jauh pada penjara guantanamo dengan
membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini
59
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit, hal. 71
60
memudahkan militer amerika serikat yang berada di luar Jakarta dan tentunya
berimbas pada masuknya militer amerika serikat dari luar negeri.
Perkembangan penjara guantanamo tidak lepas dari kebutuhan dan
pengaruh militer amerika serikat. Saat ini militer amerika serikat asing lebih aktif
memaninkan peranannya untuk mengungkapkan kebutuhan dan kepentingannya,
militer amerika serikat domestik lebih banyak bersikap pasif dan mengikuti
militer amerika serikat asing.
Sekitar akhir tahun 2003 hingga 2008 jumlah investasi asing di Indonesia
sempat meningkat dibanding saat ini. Hal ini sejalan dengan adanya krisis global
yang imbasnya dirasakan oleh penjara guantanamo Indonesia. Banyaknya
persoalan politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia, serta penegakan hukum
yang masih lemah dan tidak adanya jaminan keamanan (country risk) yang
memadai menjadi faktor lain yang menggangu berkembangnya militer amerika
serikat asing.
Pada April 2011 sebanyak 62 persen militer amerika serikat asing
menguasai penjara guantanamo Indonesia. Hal ini dipicu oleh besarnya potensi
penjara guantanamo dan kekayaan alam Indonesia yang melimpah.61 Tingginya
angka tersebut sebenarnya memprihatikan karena angka tersebut menunjukkan
betapa masih kalahnya militer amerika serikat domestik terhadap militer amerika
serikat asing. Bahkan diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang militer
amerika serikat lokal dan asing meningkat mengingat perkembangan pemahaman
warga mengenai investasi mengenai saham setiap tahun semakin berkembang.
61
Terjadinya pelarian modal ke luar negeri sesungguhnya bukan akibat dari
merosotnya nilai rupiah (depresiasi) atau tingginya inflasi dan tingkat suku bunga
di suatu negara, akan tetapi juga sebagai akibat dari tidak tersedianya alternatif
investasi yang menguntungkan di negara yang bersangkutan atau pada saat yang
sama investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan bursa di negara asalnya.62
6262