• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Batik

Dalam dokumen 2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA (Halaman 22-25)

Menurut Soetopo S, 1983 tertulis dibuku yang berjudul Menjadi Prancang dan Perajin Batik ditulis oleh Pratiwi dan Wijayanti, 2013 mengatakan, kerajinan membatik adalah kerajinan yang kegiatannya menghias kain yang dikerjakan oleh orang Mesir sejak 4.000 tahun sebelum Masehi. Teknik menghias kain tersebut menyebar di daratan Persia dan India melalu jalur perdagangan sekitar 100 tahun sebelum Masehi. Pada abad 4-5 Masehi, orang-orang India melakukan perdagangan dan penyebaran agama di tanah Melayu. Sehingga teknik menghias kain menjadi berkembang pesat di bumi Nusantara.

Pada kerajaan-kerajaan tempo dahulu batik adalah sebuah hasil kerajinan tangan yang berumur ratusan tahun dan pada abad 16 M batik sudah di kenal oleh masyarakat Indonesia dan Luar Negri. Pada tempo dahulu kerajinan batik dibuat dengan cara tradisional yaitu memakai coretan/tulisan tangan manusia. Pada saat itu kain batik di jadikan pakaian resmi yaitu berupa jarik (kain kebaya bawah) saat menghadiri acara kebesaran ketika menghadap raja, para permasuri, patih bangsawan dan para petinggi kerajaan. Para abdi dalem (pegawai) kerajaan juga menggunakan kain batik yang berupa pakaian beskap, yaitu pakaian yang memakai jarik, baju beskap dan blangkon, sehingga kain batik mempunyai sejarah yang panjang di bumi Nusantara (Lisbijanto, 2013).

Kerajinan batik mulai tumbuh besar sebagai kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi, pada masa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Kain batik dipakai sebagai lambang status sosial bagi pemakaiannya dan kain batik digunakan sebagai jarik yang dipakai oleh para bapak dan ibu yang menggunakan beskap dan para ibu menggunakan sebagai selendang sebagai pelengkap kebayanya dan sekaligus digunakan untuk alat menggendong. Sehingga para ibu mempunyai banyak kain batik dan beranggapan bahwa kain batik adalah barang berharga. Kain batik yang mempunyai nilai tinggi adalah kain batik tulis, sehingga kain batik bisa digunakan untuk jaminan pinjaman uang di pegadaian (Lisbijanto, 2013)

Dengan berjayanya kain batik di India, mengakibatkan produksi kain batik komersial yang tidak berkembang di Indonesia. Pada saat itu kain batik dibuat hanya menjadi kerajinan rumah tangga dan dipakai sendiri. Kain batik dari India mempunyai kualitas yang lebih baik, sehingga kaum bangsawan menyukai kain tersebut. Pada akhirnya kain batik di India ini mengalami perkembangan, tetapi dengan seiringnya waktu Industri kain batik di India mengalami kemunduran, karena bangsa Eropa memproduksi kain sendiri. Pada abad ke-18, Inggris mengekspor kain ke India, dengan kondisi ini mengakibatkan pembatik Indonesia mulai mengalami perkembangan (Tjahjani, 2013).

Awal mula perkembangan batik di Indonesia yaitu tidak lepas dari peran keraton, terutama keraton Yogyakarta dan Surakarta yang membuat batik semakin berkembang dengan kualitas yang terbaik. Cikal bakal kedua keraton ini adalah kerajaan Majapahit yang menganut tradisi hindu pada abad 13-15, pada saat ini Buddha dan Islam juga berkembang. Pada akhirnya kerajaan Majapahit runtuh dan di gantikan oleh kerajaan Mataram kedua yang bertradisi Islam. Akibat dari perang saudara, pada tahun 1755 kerajaan Mataram terpecah dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Dengan terpecahnya kerajaan, maka batik-batik yang dibuat oleh keraton masih terlihat jelas pengaruh dari tradisi Hindu yang telah berakar sejak berabad-abad lamanya.

Batik di Yogyakarta dan Surakarta mengandung filosofi yang didalamnya seperti keberuntungan, kekayaan, kebaikan, kemakmuran, kesehatan, dan lain-lain. Pada zaman dahulu saat membuat batik, seorang pembatik melakukan puasa selama 40 hari saat melakukan pembuatan batik. Hal ini dilakukan supaya hasil batiknya terlihat lebih “greget” dan mempunyai nyawa kalau dipandang supaya lebih terasa dan terlihat ada yang berbeda. Pembuatan batik di buat pada masa kerajaan Mataram.

Berdasarkan dari catatan-catatan pada tahun 1656 milik Rijcklof van Goens, yang pernah menjadi Gubernur Jenderal mengatakan bahwa empat ribu wanita di perkerjakan oleh keraton Mataram untuk melakukan pekerjaan mulai dari pekerjaan didapur, memintal, menenun, menyulam, menjahit, dan melukis.

Pekerjaan melukis adalah pekerjaan yang membuat batik, pada zaman dahulu melukis belum di kenal dengan menggunakan kuas yang seperti sekarang ini

(Tjahjani, 2013). Pekerjaan membatik dilakukan oleh para wanita untuk mencari mata pencaharian, dan menjadi pekerjaan yang eksklusif, sehingga wanita yang bisa membatik akan lebih dihargai oleh masyarakat. Dengan terlahirnya batik cap, kaum pria mulai memasuki pekerjaan membatik dengan keahlian ngecap batik.

Kaum wanita tetap mengerjakan pekerjaan batik tulis, karena batik tulis adalah hasil karya yang dihargai oleh sebagian besar masyarakat (Lisbijanto, 2013)

Sebenarnya, pada masa kerajaan Majapahit batik sudah menjadi seni yang berada di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto adalah daerah yang ada hubungannya dengan kerajaan Majapahit yang sangat erat, bahkan nama Mojekerto juga ada hubungannya sama kerajaan Mataram. Dengan menggali informasi tentang peninggalan zaman kerajaan Majapahit yang di temukan di Tulung Agung, maka batik asal Majapahit ini berkembang di Tulung Agung. Pada akhir abad ke XIX ada beberapa pengrajin batik yang sudah dikenal di Mojekerto, yaitu daerah pembatikan batik mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero, dan Sidomulyo. Di luar Mojokerto adalah di Jombang. Bahan-bahan yang di pakai oleh Mojokerto ialah kain putih yang ditenun sendiri, dan diberi pewarna dari tumbuhan yaitu pohon jambal, mengkudu, nila tom, tingi, dan sebagainya (Tjahjani, 2013).

Pada masa penjajahan, Belanda mempunyai batik sendiri dengan nama batik Belanda yang di buat oleh pengusaha batik Indo Belanda. Batik Belanda mempunyai ragam hias khas Eropa seperti krisan, daffodil, mawar, gladiol, anyelir, burung merak, kupu-kupu, bangau, dan ada juga motif batik yang diambil dari dongeng terkenal si Tudung Merah. Ada juga motif batik buketan , buketan diambil dari kata bouquet yaitu rangkaian bunga. Pada masa pendudukan Jepang, muncullah batik bermotif bunga sakura. Batik Djawa Hokokai adalah batik pada saat ini yang juga merupakan nama organisasi buatan Jepang. Persinggungan budaya Indonesia dan Cina terjadi sejak lama, ketika perdagangan Cina masuk ke Indonesia. karena itu pengaruh Cina yang sangat terasa di ragam hias batik, yaitu ragam hias naga, burung phoenix, rusa, ayam jantan, burung bangau dan lain-lain (Tjahjani, 2013).

Pengusaha pembuatan batik adalah pengusaha yang menpunyai tradisi turun-temurun, dimana keluarga yang mempunyai usaha batik akan diwariskan

kepada anak-anaknya, supaya masyarakat dapat mengenal dari mana motif batik berasal atau dari keluarga mana. Pengrajin batik biasanya membuat batik dengan corak tertentu, karena corak bisa menunjukan status seseorang yang memakainya (Lisbijanto, 2013).

Setelah masa kemerdekaan, Presiden Soekarno menginginkan batik gaya baru yang tidak terpengaruh gaya Eropa yang diistilahkan batik Indonesia.

Dengan upaya Presiden Soekarno yang ingin membuat gaya batik Indonesia akhirnya muncul para tokoh batik nasional seperti Ibu Bintang Soedibyo, Hardjonagoro (Go Tik Swan), dan Iwan Tirta untuk membuat kain-kain batik yang berkualitas tinggi yang khas Indonesia. Batik adalah seni kuno yang diwariskan selama ribuan tahun, dan batik sudah menyebar di berbagai tempat seperti di Timur Tengah, Afrika, Indonesia, Malaysia, Cina, Thailand, Filipina, India, dan banyak negara lainnya (Tjahjani, 2013).

Menurut Lisbijanto, 2013 mengatakan bahwa pada tanggal 2 Oktober 2009, batik sudah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO, badan Persikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang membidangi masalah budaya. Presiden RI Soesilo Bambang Yudoyono mengatakan bahwa tanggal 2 oktober adalah hari memperingati Hari Batik Nasional, yang dimana hari tersebut masyarakat Indonesia diharapkan mengenakan kain batik (Lisbijanto, 2013).

Dalam dokumen 2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA (Halaman 22-25)

Dokumen terkait