• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL SEJARAH KOTA BINJAI DAN TUPOKSI BAPPEDA BINJA

2.1 Sejarah Kota Binja

Binjai pada tahun 1950-1956 menjadi kota Administratif kabupaten Langkat dan sebagai Walikota adalah OK Salamuddin yang kemudian dilanjutkan oleh T. Ubaidullah tahun 1953-1956. Berdasar kan Undang-Undang Darurat No.9 Tahun 1956 Kota Binjai menjadi otonom dengan Walikota pertama SS.Parumuhan. Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu daerah tingkat II di- Propinsi Sumatera Utara telah melakukan pembenahan dengan melakukan pemekaran wilayahnya. Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1986 wilayah Kota daerah Kota Binjai telah diperluas menjadi 90, 23 Km dengan

5 (lima) wilayah Kecamatan; Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993, maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan menjadi 20. Perubahan ini berdasarkan keputusan Gubenur Sumatra Utara No.140-1395 /SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang pembentukan 6 desa persiapan dan kelurahan persiapan di Kota Binjai. Berdasarkan SK Gubenur Sumatera Utara No.146-2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus 1996 maka17 desa menjadi kelurahan.25

Berdasarkan pada Pasal 1 Sub 2 Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956 tentang batas wilayah Kota Binjai, yaitu: di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat.26

Sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, terbit Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan langsung. Pada tanggal 6 Juli 2010 diselenggarakan Pemilihan langsung Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kotamadya Binjai putaran kedua di Kota Binjai oleh Komisi Pemilihan Umum. Berdasarkan hasil pemilihan langsung putaran kedua tersebut maka ditetapkan

25

Http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html. Diakses pada Minggu, 14 Juni 2015, pukul 10.25 WIB.

26

Http://kodepos.nomor.net/_kodepos.php?_i=undang-undang&sby=000000&nkri=uudrt1956-no9. Diakses pada Minggu, 14 Juni, pukul 11.04 WIB.

H.M.Idaham SH MSi dan Timbas Tarigan SE sebagai Walikota dan Wakil Walikota Binjai Periode Jabatan Tahun 2010-2015. Kemudian pada tanggal 13 Agustus 2010,27

27

Http://eksponews.com/view/17/15084/Wali-Kota-Binjai-Dilantik-13-Agustus.html. Diakses pada Minggu, 14 Juni 2015, pukul 11.51 WIB.

Walikota dan Wakil Walikota Binjai terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia.

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Binjai, jumlah penduduk Kota Binjai sebanyak 285.530 orang, yang terdiri atas 145.423 laki-laki dan 140.107 perempuan. Penyebaran penduduk Kota Binjai tertinggi di Kecamatan Binjai Utara yakni sebesar 29,51 persen, diikuti Binjai Timur sebesar 21,79 %, Binjai Selatan sebesar 19,22 %, Binjai Barat sebesar 16,81 %, dan yang terendah Kecamatan Binjai Kota yakni sebesar 12.66 persen. 2. 2. Struktural dan Tupoksi Bappeda Kota Binjai

Berdasarkan Peraturan Walikota Binjai Nomor 47 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai dijelaskan bahwa Bappeda ialah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang merupakan unsure pendukung tugas Walikota yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekeretaris Daerah.

Adapun bagan struktural jabatan dan tupoksi Bappeda kota Binjai berdasarkan Peraturan Walikota Binjai Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai Tahun 2012 ialah:

Badan:

1. Sebagai unsur pendukung tugas Walikota, yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

2. Kepala Badan mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah Kota Binjai dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Mempunyai fungsi:

a. Melakukan pembinaan teknis atas penyelenggaraan tugas pengembangan serta penanaman modal daerah;

b. Melakukan pengkoordinasian terhadap penyelenggaraan tugas di bidang perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan serta penanaman modl daerah;

c. Melakukan pengendalian atas penyelenggaraan program; d. Melakukan perumusan kebijakan teknis;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Sekretariat

1. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris

2. Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Badan dalam menyiapkan bahan pembinaan, koordinasi dan evaluasi serta penyusunan program penyelenggaraan kegiatan di bidang kesekretariatan, meliputi program, keuangan, dan umum.

3. Mempunyai fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Melaksanakan penataan tugas di bidang kesekretariatan meliputi perencanaan program, keuangan, kepegawaian, dan umum;

c. Melaksanakan pembinaan operasional atas penyelenggaraan kegiatan di bidang kesekretariatan;

d. Melaksanakan pengkoordinasian terhadap penyelenggaraan kegiatan kesekretariatan;

e. Melaksanakan pengevaluasian atas pelaksanaan program di bidang kesekretariatan;

f. Menyusun program penyelenggaraan kegiatan di kesekretariatan; g. Melaksanakan pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas bidang; h. Menyusun rencana strategis (RENSTRA);

i. Menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP); j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang Perekonomian

1. Bidang Perekonomian dipimpin oleh seorang Kepala Bidang.

2. Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang perekonomian yang meliputi agribisnis dan industri dan sumber daya alam.

3. Mempunyai fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Menyusun rencana pembangunan pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perindustrian dan perdagangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

c. Mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan menetapkan rencana pembangunan pertanian tanaman pangan dan holtikultura, peternakan, perindag, dan usaha kecil menengah;

d. Menginventarisir permasalahan dibidang perekonomian serta merumuskan langkah-langkah kebijakan pemecahannya;

e. Melakukan dan mengkoordinasikan penyusunan program tahunan dibidang perekonomian yang meliputi pertanian, peternakan, perindag, koperasi dan usaha kecil menengah serta kewirausahaan; f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang Sosial Budaya

1. Bidang Sosial Budaya dipimpin oleh Kepala Bidang.

2. Kepala Bidang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang Sosial Budaya yang meliputi kependudukan dan sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat Mempudan kebudayaan. 3. Mempunyai Fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Menginventarisir permasalahan di bidang sosial budaya serta merumuskan langkah-langkah kebijakan perencanaan;

c. Menyusun rencana pembangunan kependudukan, kesehatan, tenaga kerja, pemberdayaan perempuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata, kepemudaan, dan olahraga;

d. Mengkoordinasikan, menginterogasikan dan menetapkan rencana pembangunan kependudukan, kesehatan, tenaga kerja, pemberdayaan perempuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata, kepemudaan dan olah raga;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Sarana dan Prasarana

1. Bidang Sarana dan Prasarana dipimpin oleh Kepala Bidang.

2. Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan dibidang sarana dan prasarana yang meliputi perhubungan perhubungan dan pekerjaan umum dan tata ruang dan lingkungan.

3. Mempunyai fungsi;

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan perhubungan, pekerjaan umum, tata ruang dan lingkungan hidup;

c. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan serta mensinkronisasikan perencanaan pembangunan perhubungan, pekerjaan umum, tata ruang dan lingkungan hidup yang disusun oleh suatu oorganisasi di lingkungan Pemerintah Kota Binjai, Instansi vertikal, Kecamatan dan badan-badan lain yang berada di wilayah pemerintah Kota Binjai; d. Melakukan inventarisasi permasalahan di bidang perencanaan

pembangunan peerhubungan, pekerjaan umum, tata ruang dan lingkungan hidup;

e. Melakukan dan mengkoordinasikan penyusunan program tahunan di bidang perencanaan pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi perhubungan, pekerjaan umum, tata ruang dan lingkungan hidup; f. Membantu dan mengolah data untuk bahan penyusunan rencana

pembangunan jangka menengah (RPJM) dan rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) tahunan serta rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kota Binjai;

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Pengendalian dan Pemantauan Pembangunan

1. Bidang Pengendalian dan Pemantauan Pembangunan dipimpin oleh Kepala Bidang.

2. Kepala Bidang Pengendalian dan Pemantauan Pembangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang pengendalian dan pemantauan pembangunan yang meliputi pengendalian pembangunan dan pemantauan pembangunan.

3. Mempunyai Fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Mengumpulkan dan mengolah data pelaksanaan pembangunan, melakukan pengendalian dan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan;

c. Melaksanakan pelaporan terhadap pelaksanaan pembangunan;

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Penelitian dan Pengembangan

1. Bidang Penelitian dan Pengembangan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang.

2. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang penelitian dan

pengembangan yang meliputi penelitian dan dan statistik dan perencanaan dan pengkajian kinerja.

3. Mempunyai fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Menyusun rencana pembangunan jangka menengah tentang penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM);

c. Menyusun rencana pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup, ekonomi, keuangan, dan pembangunan sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan;

d. Mengumpulkan dan mengkaji data dan informasi lainnya sebagai bahan perumusan kebijakan dan teknis yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan;

e. Menyusun rencana pelaksanaan penelitian dan pengembangan hutan kota sebagai paru-paru kota dan sarana pembelajaran bagi pelajar. f. Melaksanakan evaluasi, sosialisasi dan diseminasi hasil-hasil

penelitian dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan;

g. Melaksanakan koordinasi, kerjasama dan fasilitasi penelitian dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan; h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya. Bidang Penanaman Modal

2. Kepala Bidang Penanaman Modal mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang penanaman modal yang meliputi investasi dan penanaman modal dan informasi data dan promosi.

3. Mempunyai fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Mengumpulkan dan mengolah data untuk menyusun program dan melaksanakan promosi dan investasi didalam dan diluar negeri;

c. Melaksanakan pembinaan dan mengawasi pelaksanaan penanaman modal di daerah;

d. Mengumpulkan dan mengolah data untuk menyusun penetapan peraturan daerah tentang penanaman modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. Melaksanakan pemantauan, bimbingan dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal didaerah dengan berkoordinasi kepada pemerintah daerah dan pemerintah provinsi;

f. Mengumpulkan dan mengolah data potensi daerah untuk dijadikan pedoman dan acuan dalam pengambilan kebijakan;

g. Melaksanakan sosialisasi atas kebijakan dalam perencanaan pembangunan kerjasama dalam dan luar negeri;

h. Berkoordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait untuk merumuskan dan menetapkan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal;

i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai akan ditentukan dan ditetapkan dengan peraturan Walikota.

Kelompok Jabatan Fungsional

1. Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai dapat ditetapkan jabatan fungsional berdasarkan keahlian dan spesialisasi yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur ketentuan yang berlaku.

2. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

3. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk.

5. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

6. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

7. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1.Latar Belakang

Politik anggaran adalah upaya-upaya untuk mengelola sumber daya, terutama yang dapat dinilai dengan uang dan barang serta mengalokasikan nilai- nilai tersebut untuk kepentingan bersama didalam kehidupan bermasyarakat. Dalam maknanya yang lebih luas, politik juga senantiasa berkenaan dengan produksi, distribusi dan penggunaan sumber-sumber daya untuk mempertahankan hidup. Masalah mengelola sumber daya yang ada menjadi penghasilan output jangka panjang yang dikalkulasikan dalam satu tahun anggaran tidaklah mudah. Upaya-upaya yang strategis harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan nilai-nilai yang nantinya akan didistribusikan. Hal ini juga terkhusus bagi politik anggaran di daerah atau secara langsung berkaitan dengan masalah mengatur dan mengurus daerah otonom sejak di rumuskannya konsep otonomi.1

Pemberian otonomi daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan telah ditetapkan menjadi undang-undang, ditekankan pada prinsip keadilan, demokrasi, pemerataan, keistimewaan, kekhususan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, serta partisipasi

1

masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut telah membuka peluang dan kesempatan yang luas kepada daerah otonomi untuk melaksanakan kewenangannya secara mandiri, luas, nyata dan bertanggung jawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari upaya dalam mencapai suatu pemerintahan yang baik (good governance).

Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Daerah harus berupaya dalam menyelenggarakan politik pemerintahan dengan berprinsip pada tata kelola pemerintahan yang baik dan berorientasi kepada hasil (result oriented government) sesuai dengan kewenangannya. Dalam sistem tata kelola telah disamakan dengan sistem “mengatur”, yang keduanya merupakan suatu aspek penting dalam sistem pemerintahan”.2

Berdasarkan pendekatan fungsionalisme yang berkaitan dengan persoalan pembuatan kebijakan, maka David Easton menyatakan bahwa politik itu adalah alokasi nilai-nilai. Ia menjelaskan politik itu adalah alokasi nilai-nilai, dan dalam konsep politik nilai-nilai itu adalah kekuasaan. Kekuasaan untuk mengalokasikan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang hendak ditujukan untuk kebaikan bersama, kepentingan umum dan kesejahteraan sosial. Hal ini berarti merupakan suatu kesempatan dalam membangun struktur pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik, mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang partisipatif, efektif dan responsif terhadap kepentingan masyarakat luas yang berasas pada pertanggung jawaban publik. Alokasi nilai-nilai tersebut tentunya akan diarahkan secara langsung dalam menyelesaikan fenomena-fenomena fisik dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara seperti yang akan kita rinci nantinya dalam politik anggaran. Bagaimana politik itu seharusnya menciptakan

2

Syamsuddin Haris. 2007. Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi, Demokratisasi, dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta: LIPI Press. Hal. 10.

keseimbangan (balanced), keadilan (justice), persamaan (equality) dan kebebasan (freedom) serta aspek-aspek kemanusiaan (human beings).

“David Easton - kebijakan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, konversi dan output”.3

H.D.Laswelth –“who get, what get and how get”.

Kebijakan publik biasanya diawali dengan pengambilan keputusan yang esensinya mewakili kepentingan orang banyak. Hal ini dapat kita tinjau ketika perumusan tersebut didukung oleh mayoritas dan kebijakan publik adalah output yang paling nyata dan yang paling utama dari setiap sistem politik serta kebijakan publik adalah bentuk nyata dari politik.

Masalah mengelola sumber daya yang ada menjadi penghasilan output jangka panjang yang dikalkulasikan dalam setahun atau satu tahun anggaran tidaklah mudah. Upaya-upaya yang strategis harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan nilai-nilai yang nantinya akan didistribusikan. Hal ini juga terkhusus bagi politik anggaran di daerah atau secara langsung berkaitan dengan masalah mengatur dan mengurus daerah otonom sejak di rumuskannya konsep otonomi daerah. Masing-masing daerah berupaya memanfaatkan sumber- sumbernya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diluar dari bagaimana kemampuan daerah untuk melakukan upaya tambahan.

4

Upaya tambahan tersebut menjadi sesuatu yang perlu membangun hubungan dan akses dengan pemerintahan pusat . Hal ini untuk memengaruhi siapa yang mendapat (daerah), apa yang didapat (Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus) dan bagaimana mendapatkan serta mempertahankannya demi mendukung pembangunan dan mengakomodir kepentingan di daerah tersebut.

3

AG.Subarsono. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Hal 103. 4

Demikianlah upaya untuk meningkatkan pendapatan dan nilai adalah proses yang tidak mudah. Maka dari itu perlu pula diimbangi dengan pengalokasian dari nilai tersebut dengan baik. Artinya, baik itu pusat ataupun daerah tidak ingin mendistribusikan dan mengalokasikan ke arah dan tujuan yang tidak tepat atau menganggarkan dana untuk dibelanjakan kepada hal yang tidak berguna, sia-sia dan pemborosan. Dengan demikian akan sangat sia-sia upaya yang telah dikelola dari awal. Suksesnya pengelolaan dan pengalokasian nilai-nilai serta anggaran adalah sangat mempengaruhi kualitas dan aspek-aspek kehidupan publik dan orang banyak, maka perlu dikelola dan dirumuskan sedemikian jelas.

Hal ini yang kemudian oleh Pemerintahan Daerah diterjemahkan kedalam politik anggaran atau keuangan yang dikemudian hari harus menjadi sebuah ruang lingkup baru dalam perpolitikan.Termasuk dalam upaya percepatan dan pemerataan pembangunan di daerah. Tentunya tidak relevan lagi untuk penyeragaman dan penggunaan tolak ukur yang sama dalam pembangunan dan pengelolaan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Maka ada hal-hal tertentu yang sangat menarik untuk dikaji didalam pengelolaan dan pengurusan daerah otonom.

Dalam melakukan penyesuaian dan melihat aspek yang dibutuhkan dalam suatu pembangunan guna mewujudkan kemajuan daerah, maka dibutuhkan suatu perumusan dasar yang jelas mengenai anggaran politik daerah per tahunnya. Namun, yang menarik disini ialah bahwa perumusan penetapan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah bukan hanya dilaksanakan oleh pihak legislatif melainkan juga bersama dengan Pemerintah Daerah. Hal ini juga penting dalam

upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas pelaksanaan pelayanan publik terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah saat ini5

Pelaksanaan Musrenbang daerah berpedoman kepada Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten/Kota dan Musrenbang Provinsi. Hal ini kemudian diikuti oleh keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

.

Pemerintah Daerah telah menetapkan kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah atau Musrenbang sebagai sarana untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan di daerah, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

6

5

Permendagri No. 27 Tahun 2013 tentang Teknis Penyusunan APBD 2014. 6

Permendagri No. 54 Tahun 2010.

Musrenbang adalah forum pembangunan multi-pihak terbuka yang secara bersama mengindentifikasi dan menentukan prioritas kebijakan pembangunan masyarakat. Kegiatan ini berfungsi sebagai proses negosiasi, rekonsiliasi, dan harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan pemangku kepentingan non pemerintah, sekaligus mencapai konsensus bersama mengenai prioritas kegiatan pembangunan berikut anggarannya.

Forum pembangunan merupakan wujud nyata dari political will dan komitmen pemerintah untuk mengaplikasikan Sistem Manajemen Pembangunan melalui pendekatan bottom up planning yang lebih konsisten dan tepat sasaran. Disamping itu, forum ini mengandung nilai peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat yang lebih optimal dalam proses perumusan kebijakan pembangunan mulai dari proses perencanaan, implementasi dan pengawasan secara internal dan eksternal organisasi.

Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, regional/wilayahpembangunan dan Pusat. Forum pembangunan ini merupakan media yang cukup efektif untuk menampung aspirasi masyarakat yang sekaligus juga menjadi media pemberdayaan masyarakat selaku subjek dan objek dalam proses pembangunan yang turut membantu pembentukan pemerintahan yang baik.

Untuk mendukung hal tersebut, sistem perencanaan pembangunan partisipatif diperlukan sebagai yang menempatkan masyarakat sebagai subyek atau pelaku utama dalam pembangunan. Program tersebut selama ini telah dilaksanakan secara efektif sebagai upaya srategis dan dianggap dapat menjawab

tuntutan kebutuhan masyarakat.Kegiatan ini dikoordinatori oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah).

Keterlibatan masyarakat yang aktif mendorong progresifitas didalam pembangunan politik di suatu daerah dan dengan tidak mengenyampingkan aspirasi dan kepentingan publik akan menciptakan kehidupan bernegara yang lebih demokratis dan harmonis antara pihak pemerintahan dan masyarakat. Adanya komentar masyarakat mengenai keberhasilan dan ketidakberhasilan instansi pemerintah dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya menunjukkan harapan dan kepedulian publik yang harus direspon. Namun, antara harapan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah dengan apa yang dilakukan oleh para elit dan pengelola pemerintahan sering berbeda. Artinya, terjadi kesenjangan harapan yang bisa menimbulkan ketidakharmonisan antara instansi pemerintah dengan masyarakat, hal ini sebagai akibat lambannya pelaksanaan sistem permusyawaratan yang melembagai setiap aspirasi dan kepentingan masyarakat secara demokratis dan transparan, sehingga cenderung terkesan tidak melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif didalam perumusan perencanaan pembangunan dalam negara, khususnya didaerah seperti misalnya penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah).

Dalam politik anggaran, kebutuhan akan kemampuan yang hampir tidak bisa dihindari adalah kemampuan untuk mengalokasikan nilai-nilai. Dan ini merupakan prasyarat yang tentunya dibutuhkan dalam merumuskan

Dokumen terkait