• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Anggaran : Keterkaitan Musrenbang terhadap Pembuatan APBD Binjai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik Anggaran : Keterkaitan Musrenbang terhadap Pembuatan APBD Binjai Tahun 2014"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

DATA INFORMAN

1. Nama : Mardana Perangin-angin, SE

Pekerjaan/Jabatan : Pembina/Kabid Perekonomian Bappeda Kota Binjai

2. Nama : Sadikin

Pekerjaan/Jabatan : Kasubbag Umum Bappeda Kota Binjai

3. Nama : Ir. M. Eka Heldi, M.Si

Pekerjaan/Jabatan : Pembina Tingkat I/Sekretaris Bappeda Kota Binjai

4. Nama : Zainal Arifin Siregar

Pekerjaan/Jabatan : Pedangang/Pengurus Ikatan Mandailing

5. Nama : Syahru Ramadhan

Pekerjaan/Jabatan : Mahasiswa/Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Binjai (IMBI)

6. Nama : Suriani Pekerjaan/Jabatan : Petani

(2)

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana tahapan-tahapan dalam penyusunan APBD di Kota Binjai Tahun 2014?

2. Untuk Tim Anggaran Pendapatan Daerah (TAPD) terdiri dari siapa saja? 3. Seperti apa tahapan-tahapan dalam pelaksanaan musrenbang?

4. Apa saja yang dibahas dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan baik di tingkat Kelurahan, Kecamatan, ataupun Kota?

5. Apakah pegawai Bappeda menaruh minat dan memberi tanggapan, mengeluarkan pendapat atau mengajukan saran-saran dalam merencanakan program pembangunan untuk kepentingan masyarakat?

6. Siapa sajakah yang terlibat dalam dalam perencanaan pembangunan? 7. Seberapa penting kehadiran masyarakat dalam mengikuti musrenbang

untuk perencanaan pembangunan?

8. Apabila ada usulan program masyarakat yang belum terlaksana bagaimana pihak Pemerintah Kota Binjai mengatasi hal tersebut?

9. Apakah sektor swasta juga terlibat dalam musrenbang?

10. Bagaimana kerjasama yang dibangun antara Pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan pembangunan?

(3)

12.Apakah Bappeda turut serta dalam mengawasi jalannya pelaksanaan pembangunan/realisasi program pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)?

13.Bagaimana bentuk peranan pemerintahan dalam mensosialisasikan hasil kegiatan musrenbang?

14.Menurut Bapak/ Ibu, seberapa penting forum musrenbang ini dilaksanakan?

15.Bagaimana keterkaitan musrenbang terhadap pembuatan APBD Binjai 2014?

16. Apakah hasil dari forum musrenbang sudah mewakili kepentingan masyarakat daerah?

17.Adakah hasil forum musrenbang ini memengaruhi jumlah dana APBD kota Binjai yang akan dikeluarkan?

18.Sudah sejauh mana pelaksanaan musrenbang dalam RKPD Kota Binjai terlaksana?

19.Bagaimana implementasi/ pelaksanaan perencanaan pembangunan di Kota Binai? Apakah sesuai dengan hasil yang di forumkan dalam musrenbang? 20.Apakah dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Binjai tahun 2014

senilai Rp 902 Miliyar sudah tepat sasaran?

21.Bagaimana koordinasi dan komunikasi yang dilakukan antara Bappeda, SKPD dan kelurahan?

22.Bagaimana kerjasama yang terjalin antara Pemerintah Kota Binjai dengan masyarakat?

(4)

24.Apakah ada hambatan yang dialami oleh Bapedda dan masyarakat selama proses musyawarah perencanaan pembangunan berlangsung?

25.Apakah ada hambatan yang dialami oleh Bappeda dalam merealisasikan perencanaan pembangunan di Kota Binjai?

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adi. Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. Aaron. Wildavsky, Naomi. Caiden. 2012. Dinamika Proses Politik Anggaran.

Yogyakarta: Matepena Consultindo.

Bastian. Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Fauzi. Noer, Zakaria. R Yando 2000. Mensiasati Otonomi Daerah. Jakarta: Konsorsium Pembaruan Agraria.

Hadari, Nawawi. 1978. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Haris. Syamsuddin. 2007. Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi, Demokratisasi, dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta: LIPI Press.

Harrison. Lisa. 2009. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana.

Idrus. Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga.

Julmansyah, Moh Taqiuddin. 2003. Politik Anggaran Daerah. Mataram: Pustaka Konsepsi Nusa.

Lexy J. Moleong. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.

P. Anthonius Sitepu. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Prasetyo. Bambang dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(15)

Singarimbun. Masri, Effendi. Sofian. 1982. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Subarsono. AG. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Undang-Undang :

Permendagri No. 27 Tahun 2013 tentang Teknis Penyusunan APBD 2014.

Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Perda Kota Binjai No. 17 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Binjai.

Perwa Kota Binjai No. 47 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas, Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai.

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

UU RI No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan.

Situs Internet :

Http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html. Diakses pada Minggu, 14 Juni 2015, pukul 10.25 WIB.

Http://kodepos.nomor.net/_kodepos.php?_i=undang-undang&sby=000000&nkri=uudrt1956-no9. Diakses pada Minggu, 14 Juni, pukul 11.04 WIB.

(16)

BAB III

POLITIK ANGGARAN: KETERKAITAN MUSRENBANG TERHADAP

PEMBUATAN APBD KOTA BINJAI TAHUN 2014

3. 1. Pembuatan APBD Kota Binjai Tahun 2014

Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan APBD tahun anggaran 2014 harus memperhatikan hal yang bersifat kebijakan dan teknis penyusunan APBD. Pengambilan keputusan dalam setiap tahapan penyusunan APBD mulai dari tahapan RKPD hingga pembahasan dan penetapan APBD haruslah mengikuti teknis dan waktu penyusunan APBD sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 27 Tahun 2013 Tentang pedoman Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 dimana berisi agar setiap pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota menyusun jadwal, tahapan serta agenda kerja mengikuti teknis dan waktu penyusunan APBD yang telah ditetapkan pemerintah pusat, sehingga program kerja pemerintah pusat dan daerah dapat berjalan sinkron dan tepat wakktu.

(17)
(18)
(19)

A. Penyusunan dan Penetapan RKPD serta Rencana Kerja SKPD

Pada tahapan proses ini penyusunan dan pembuatan APBD hanya melibatkan Pemerintah Kota Binjai dalam anggaran. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu (1) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP Nasional, memuat rancangan kerangka Otonomi Daerah dan mengacu pada RKP Nasional, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Proses penyusunan RKPD dan Rencana Kerja (Renja) SKPD Kota Binjai dimulai dengan pembentukan tim penyusun RKPD/Renja SKPD. Tim yang telah terbentuk berada pada tanggung jawab Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagaimana yang terdapat pada Permendagri No. 54 tahun 2010 yang berisi tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) tentang pelaksanaan tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan dan perencanaan pembangunan daerah.

(20)

penting sebelum menetapkan Peraturan Kepala Daerah RKPD dan Renja SKPD Kota Binjai.

Prioritas program dari SKPD Kota Binjai selain disesuaikan dengan urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan disinkronisasikan dengan prioritas program nasional yang tercantum dalam RKP Tahun 2014 juga telah disinkronisasikan dengan prioritas program nasional yang tercantum dalam RKPD Provinsi Tahun 2014, sedangkan untuk prioritas program dari masing-masing SKPD Provinsi disesuaikan dengan urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telah disinkronisasikan dengan prioritas program nasional yang tercantum dalam RKP Tahun 2014. Proses seperti ini menunjukkan penyusunan RKPD dan Renja SKPD bersifat paralel dan saling terkait dan memberikan pengaruh satu dengan yang lain.

B. Penyusunan, Pembahasan dan Penetapan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

Sesuai peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Tahun 2011, substansi KUA/KUPA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan umum, seperti:

(21)

b. Asumsi dasar penyusunan Rancangan APBD/ Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 termasuk laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan kondisi ekonomi daerah;

c. Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencana sumber dan besaran pendapatan daerah untuk tahun anggaran 2014 serta strategi pencapaiannya;

d. Kebijakan pendapatan daerah yang mencerminkan program dan langkah kebijakan dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan manisfestasi dari sinkronisasi kebijakan antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah serta strategi pencapaiannya;

e. Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka menyikapi tuntutan pembangunan daerah serta strategi pencapaiannya.

(22)

PPAS/PPAS Perubahan selain menggambarkan pagu anggaran sementara untuk belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga serta pembiayaan juga menggambarkan pagu anggaran sementara di masing-masing SKPD berdasarkan program dan kegiatan prioritas dalam RKPD. Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu definitif setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD disetujui bersama antara Kepala Daerah dengan DPRD serta rancangan Peraturan Daerah tentang APBD/Perubahan APBD tersebut ditetapkan oleh Kepala Daerah menjadi Peraturan Daerah tentang APBD/Perubahan APBD.

Pada tahap ini proses penyusunan dan pembuatan Perda APBD sudah masuk tahap pembahasan Pemerintah Kota Binjai dengan DPRD sebagai pihak pembuat anggaran. Tetapi pada proses awal yakni penetapan peraturan Kepala Daerah, verifikasi akhir terhadap rancangan akhir Renja SKPD hingga penetapan Renja SKPD serta penyusunan Rancangan dan penyampaian Rancangan KUA dan PPAS kepada Walikota hanya melibatkan pemerintah Kota Binjai.

(23)

Bagan 3. 1. 2

Skema Penyusunan KUA dan PPAS

Sumber: Lampiran – V Permendagri No. 54 Tahun 2010

Penyusunan Rancangan KUA dan PPAS

Penyampaian Rancangan KUA dan PPAS Kepada Walikota

Penyampaian Rancangan KUA dan PPAS kepada DPRD

Pembahasan KUA dan PPAS

(24)

C. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD dan PPKD serta

Rancangan APBD

Pada tahapan proses ini dalam penyusunan RKA SKPD, RKA PPKD dan RAPBD, adapun pihak yang berperan serta bertanggung jawab penuh dalam penyelesaian rancangan ketiga program tersebut, yakni Pemerintah Kota Binjai tanpa melibatkan DPRD Kota Binjai. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai), rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatan SKPD. RKA-SKPD memuat rincian pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga, rincian penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

(25)

untuk penganggaran kegiatan tahun jamak agar dicantumkan jangka waktu pelaksanaannya sesuai nota kesepakatan antara Kepala Daerah.

Proses penyusunan RKA SKPD dimulai dengan penyiapan surat edaran Walikota oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TPAD) dan Biro Keuangan perihal pedoman penyusunan RKA SKPD yang akan disampaikan kepada setiap SKPD. Surat Edaran yang telah ditetapkan selanjutnya akan diedarkan dan diterima oleh setiap Kepala SKPD untuk dijadikan pedoman dalam RKA SKPD pada setiap dinas atau instansi.

Program dan anggaran setiap kegiatan harus sesuai dengan materi surat edaran termasuk dalam pelaksanaan. Kepala SKPD dibantu dengan sekretaris dan kepala bidang selanjutnya mengoreksi dan apabila dinyatakan sesuai selanjutnya kepala SKPD menyerahkan kepada biro keuangan untuk dibahas dengan TAPD. Pembahasan RKA SKPD dilakukan oleh TAPD bersama dengan para kepala SKPD dan staf terkait. Setelah RKA SKPD selesai dibahas dan disetujui pada tingkat Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), maka seluruh RKA SKPD disampaikan kepada biro keuangan untuk dijadikan bahan dalam menyiapkan rancangan peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) Binjai.

(26)

Bagan 3. 1. 3

Bagan Penyusunan RKA SKPD dan RAPBD

Sumber: Lampiran-V Permendagri No. 54 Tahun 2010

3. 2. Politik Anggaran: Keterkaitan Musrenbang terhadap Pembuatan APBD

Kota Binjai Tahun 2014

Upaya yang dilakukan dalam mengelola sumber daya yang dapat dinilai dengan uang maupun barang dan mengalokasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai suatu kepentingan bersama terwujud dalam pengertian akan politik anggaran. Anggaran penting sebagai suatu kerangka

Penyiapan dan Penetapan Surat Edaran (SE) pedoman RKA SKPD

Penyusunan RKA SKPD

Pembahasan dan Penyempurnaan RKA SKPD oleh TAPD

(27)

awal dalam menyelaraskan kebutuhan masyarakat di daerah otonom dalam memotori pelaksanaan kebijakan-kebijakan didaerah guna mencapai suatu pembangunan yang menyeluruh mencakup aspek makro-mikro.

Hal ini dengan kata lain bagi politik anggaran di daerah berkaitan langsung dengan masalah mengatur dan mengurus daerah otonom dan memiliki konsekuensi tidak semata-semata pelimpahan kekuasaan saja, melainkan juga adanya perubahan pola komunikasi yang menyangkut terhadap hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang kemudian diatur dalam UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Kemudian, UU tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Berdasarkan UU tersebut lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu UU No. 17/ 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Anggaran Pemerintah Daerah dan Pusat yang dikenal dengan APBN/APBD.

(28)

maka penetapan dan pengesahan APBD yang tepat waktu merupakan hal penting. Hal ini tidak terlepas untuk mempercepat proses pembangunan di daerah melalui pelaksanaan program-program pemerintah dalam tahun anggaraan tersebut. Dalam tujuannya mencapai pembangunan yang tepat sasaran maka dalam pembuatan APBD diperlukan suatu mekanisme perencanaan pembangunan daerah.

Mekanisme perencanaan pembangunan daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004:

Bagan 3. 2. 1

Perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah diaplikasikan kedalam bentuk musyawarah perencanaan pembangunan yang berpedoman kepada Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah.

Potensi Daerah

Perencanaan

(29)

Secara garis besar musrenbang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Binjai dimulai dengan musrenbang Kelurahan yang hasilnya merupakan rangkuman program/kegiatan Kelurahan. Dalam musrenbang ini membahas usulan kegiatan yang diajukan kepada Pemerintah Kecamatan agar program/kegiatan yang diusulkan diprioritaskan mendapatkan fasilitas dana pada tahun 2014. Usulan dari setiap Kelurahan selanjutnya dibahas di Musrenbang Kecamatan dengan menghadirkan narasumber dari seluruh SKPD, perwakilan dari Kelurahan, kelompok masyarakat dalam skala Kecamatan dan DPRD dari daerah pemilihan setempat dengan maksud dapat menyerap aspirasi dari para peserta musrenbang. Hasil dari Musrenbang Kecamatan selanjutnya menjadi Rancangan Rencana Kerja setiap SKPD. Usulan dari setiap SKPD inilah kemudian di bawa dalam Forum SKPD dan Focus Group Discussion (FGD) dimana kegiatan ini merupakan cerminan forum Pra Musrenbang Tingkat Kota. Penyelenggaraan Forum SKPD dikelompokkan menjadi 5 (lima) bidang pokok, yaitu:

(1) Kesehatan; (2) Pendidikan; (3) Prasarana Wilayah;

(4)Penanggulangan Kemiskinan; dan

(5) Gabungan selain dari ke empat bidang tersebut sebelumnya.

(30)

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan musrenbang, yakni:

Bagan 3.2. 2 Tahapan Pelaksanaan Musrenbang

Sumber: PP No. 8 Tahun 2008

Proses dan mekanisme penyusunan rencana kerja pembangunan daerah yang memenuhi kaidah tahapan yang telah disebutkan di atas diharapkan naskah rencana kerja yang dihasilkan berkualitas dengan memenuhi kriteria:

(a) Faktual dan realistis, (b) Logis dan rasional, (c) Fleksibel,

(d) Objektif, serta

(e) Komprehensif atau menyeluruh.

Pada tahapan musrenbang tersebut, semua pihak pemerintahan kota Binjai yang terkait dalam pelaksanaan musrenbang haruslah memenuhi kaidah tahapan

Pengorganisasian Pelaku

Penyusunan Draft

RKP

Persiapan Pra Pelaksanaan

Tahapan

Pelaksanaan

(31)

tersebut diatas. Namun, peneliti melihat bahwa kaidah tersebut justru tidak diterapkan sebagaimana mestinya, tidak berjalan secara menyeluruh, dan rumit. Hal ini terlihat dari hasil kebijakan RKPD maupun pelaksanaan pembangunan yang ada di Kota Binjai.

Menurut Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2010, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 0199/M PPN/04/2010 dan Menteri Keuangan Nomor PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang menjadi Rencana Kerja Pembangunan Daerah adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun. Terkait dengan hal ini, penting untuk menentukan kualitas perencanaan pembangunan.

Pelaksanaan musrenbang tahunan di Kota Binjai sejak dari level pemerintah kelurahan sampai dengan di level kota, berbagai permasalahan baik prosedur, teknis maupun pengambilan kebijakan bisa terjadi. Permasalahan bisa datang dari masyarakat, pengurus RT/RW, birokrasi di masing-masing level pemerintahan, Tim Pelaksana Musrenbang maupun dari kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kondisi ini akan berpengaruh terhadap Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang berisi program/kegiatan sebagai rujukan dalam penyusunan Rencana Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (RAPBD).

(32)
(33)
(34)

Sumber: Dokumentasi Kelurahan Binjai Estate

(35)

sebagian besar untuk pembangun mikro. Namun demikian, jika melihat cakupan bagian APBD yang terdiri dari Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja dan Pembiayaan, maka berdasarkan informasi yang didapat oleh peneliti, pembagian anggaran belanja daerah sekitar 80% untuk belanja tidak langsung, sedang belanja langung hanya 20%. Adapun untuk belanja tidak langsung yang sebesar 80% tersebut dibagi lagi sekitar 60% untuk belanja pegawai, sedangkan 40 % diperuntukkan untuk masyarakat untuk hibah, dana bantuaan sosial .28

Dilihat dari segi kualitas, tidak dipungkiri, fakta ini terjadi juga dikarenakan minimnya pengetahuan dari peserta musrenbang dan hal ini didukung juga dengan fakta bahwa ada sebagian peserta yang diajak oleh Kelurahan atau SKPD dan lain sebagainya merupakan peserta yang kurang kompeten dibidangnya serta cenderung lebih kepada “teman dekat”.

Hal ini dapat dikatakan bahwa 25% anggaran belanja untuk masyarakat sebagian besar terpakai untuk keperluan mikro.

29

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kondisi ini diperparah dengan informasi yang diperoleh bahwa saat ini pegawai Bappeda diisi oleh tenaga yang tidak sesuai pada bidangnya dan kurang berpengalaman. Sebagian pegawai Bappeda saat ini diisi oleh tenaga transferan dari pensiunan

Apabila dilihat dari segi kuantitas, keadaan ini tentu menyebabkan penyia-nyiaan dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memfasilitasi forum tersebut. Dampaknya ialah pada hasil maupun proses pelaksanaan program RKPD dan sasaran distribusi APBD yang kurang tepat dan menyeluruh.

28

Hasil wawancara dengan sekretaris Bappeda Kota Binjai. 29

(36)

diluar bidang Bappeda.30 Kurangnya komunikasi dalam suatu internal Bappeda maupun antara pihak Kedinasan dengan kelurahan juga menjadi suatu hambatan yang menimbulkan kesenjangan interaksi antara pemangku kebijakan dengan masyarakat. 31

30

Hasil wawancara dengan Kabid Ekonomi Bappeda. 31

Hasil wawancara dengan Lurah rambung Timur.

Hal ini dikarenakan mereka ialah merupakan tokoh-tokoh penting yang mewakili tuntutan masyarakat luas. Mengenai permasalahan ini belum ada solusi konkrit. Para pemangku kepentingan sendiri tidak dapat memberikan sanksi karena tidak ada aturan hukum yang mengatur tentang kepesertaan atau ketidakprofesionalitasan kinerja tersebut. Di dalam praktek politik, maka penyelenggara intinya adalah pemerintah atau eksekutif. Di sini kita melihat bahwa komunikasi adalah bagian dari fungsi manajemen pemerintahan. Komunikasi merupakan instrumen yang penting. Namun, yang menjadi titik tumpu adalah pada perannya di leading karena pada prinsipnya tugas manajemen adalah mencapai hasil. Hasil dapat dicapai jika keputusan (yang benar dan tepat) dibuat.

Pembaharuan sistem perencanaan pembangunan nasional perlu dilakukan untuk memecahkan permasalahan pokok tersebut diatas dalam perihal manajemen pembangunan, yang kemudian peneliti rangkum sebagai berikut antara lain:

(37)

2. Rendahnya tingkat keterlibatan aktor berkepentingan dan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan;

3. Ketidakselarasan antara perencanaan program dan pembiayaan;

4. Rendahnya tingkat transparansi proses perumusan kebijakan dan perencanaan program, dan tingkat akuntabilitas pemanfaatan sumberdaya keuangan publik;

5. Kurang efektifnya penilaian kinerja kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan itu sendiri di tengah masyarakat.32

32

Hasil Wawancara dengan Sekretaris Bappeda Kota Binjai.

(38)

Gambar 3. 2. 1

(39)

Gambar 3. 2. 3

(40)

Gambar 3. 2. 5

Sumber: Dokumentasi Kecamatan Binjai Selatan

Masyarakat perlu diberikan pengetahuan dan bekal dasar dalam memahami potensi daerahnya. Sosialisasi ini perlu dilakukan melalui pendekatan yang disesuaikan dengan karakter dan keadaan masyarakat. Penting dalam hal ini menumbuhkan kesadaran bersosialisasi dan berorganisasi dalam bidang positif dan menghasilkan karya yang kolektif. Sehingga, pada saat pelaksanaan musrenbang, peserta dapat mengajukan tuntutan maupun permintaan yang bersifat makro dan mikro.

(41)

Perencanaan Pembangunan Daerah sehingga mampu merumuskan kebijakan-kebijakan perencanaan pembangunan di daerah secara lebih komprehensif, terpadu, cepat dan tepat. Pemerintah juga harus ikut mendorong memasukkan agenda makro sebagai agenda prioritas pembangunan yang karenanya akan berdampak besar bagi pembangunan daerah. Maka perlu dilakukan koordinasi pada perencanaan pembangunan.

(42)

BAB IV

PENUTUP

4. 1 KESIMPULAN

Proses Penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Binjai tidak terlepas dari komunikasi politik yang terjadi dalam internal Pemerintah Kota Binjai. Hubungan yang terjalin didalam institusi pemerintah baik dari Sekda, Bappeda hingga tingkat Kelurahan dapat terlihat jelas dalam tahapan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang merupakan salah satu dari bagian tahapan pembuatan APBD. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) merupakan pihak yang bertanggung jawab dan berperan dalam dalam penyusunan dan penetapan RKPD dan Rencana Kerja (Renja) SKPD.

Berdasarkan hasil penelitian, maka ditarik kesimpulan mengenai keterkaitan musrenbang terhadap pembuatan APBD Kota Binjai tahun 2014, yang akan

diuraikan sebagai berikut:

(43)

sebab ada hambatan-hambatan dalam menjalankannya. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan misalnya, belum sepenuhnya masyarakat dilibatkan dalam seluruh tahapan penyelenggaraan pemerintahan, yaitu dalam praktek operasional, keputusan anggaran dan pembuatan kebijakan. Partisipasi masyarakat hanya terdapat pada tahapan operasional, yaitu perencanaan pembangunan yang forumnya musrenbang. Sedang dalam keputusan anggaran, masyarakat tidak dilibatkan, hanya pihak DPRD dan SKPD saja. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Daerah masih memandang bahwa masyarakat bukan elemen penting dalam proses penganggaran dan sudah terwakili di DPRD.

2. Dalam hal transparansi, Bappeda Kota Binjai juga belum maksimal memberikan akses informasi kepada masyarakat terhadap dokumen-dokumen publik seperti APBD. Dokumen tersebut hanya dapat diakses pada saat sidang paripurna DPRD dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RANPERDA APBD). Tetapi, Bappeda selalu transparan dalam mensosialisasikan jadwal pelaksanaan musrenbang.

(44)

tidak melalui proses musrenbang, artinya perencanaan pembangunan dinilai sudah cukup efektif sebab merupakan kebutuhan masyarakat dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan daerah (musrenbang), walaupun tidak seluruhnya aspirasi masyarakat terakomodir, sebab dihadapkan pada keterbatasan sumber daya keuangan pemerintah.

4. Kurangnya komunikasi dan terjadinya ketimpangan interaksi didalam internal pemerintah kota Binjai seperti lurah dengan Bappeda, lurah dengan kecamatan atau sejenisnya menyebabkan terhambatnya realisasi pelaksanaan hasil forum musrenbang didalam implementasinya dalam pemenuhan hak-hak daerah, sehingga terkesan kurang mewakili aspirasi masyarakat yang seharusnya bukan hanya dibidang mikro melainkan mencakup juga bidang makro Kota Binjai.

(45)

BAB II

PROFIL SEJARAH KOTA BINJAI DAN TUPOKSI BAPPEDA

BINJAI

Bab dua berisi penjelasan secara umum mengenai profil sejarah Kota Binjai beserta dengan tupoksi Bappeda kota Binjai yang menjadi titik permasalahan. Profil mengenai daerah ini menjadi penting karena daerah ini menjadi objek di dalam penelitian. Permasalahan yang terjadi memerlukan gambaran tentang daerah untuk melihat kondisi umum daerah ini. Begitu pula dengan pemerintahan daerah yang menjadi aktor politik terkait dengan perumusan fungsional APBD. Penjelasan umum tentang pemerintahan daerah ini akan disajikan di bab kedua.

Selain itu juga akan dipaparkan sejarah pembentukan daerah, sehingga penjelasan pertama pada bab kedua ini dimulai dengan, dan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai pemerintahan daerah Kota Binjai.

2.1 Sejarah Kota Binjai

(46)

5 (lima) wilayah Kecamatan; Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993, maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan menjadi 20. Perubahan ini berdasarkan keputusan Gubenur Sumatra Utara No.140-1395 /SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang pembentukan 6 desa persiapan dan kelurahan persiapan di Kota Binjai. Berdasarkan SK Gubenur Sumatera Utara No.146-2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus 1996 maka17 desa menjadi kelurahan.25

Berdasarkan pada Pasal 1 Sub 2 Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956 tentang batas wilayah Kota Binjai, yaitu: di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat.26

Sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, terbit Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan langsung. Pada tanggal 6 Juli 2010 diselenggarakan Pemilihan langsung Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kotamadya Binjai putaran kedua di Kota Binjai oleh Komisi Pemilihan Umum. Berdasarkan hasil pemilihan langsung putaran kedua tersebut maka ditetapkan

25

Http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html. Diakses pada Minggu, 14 Juni 2015, pukul 10.25 WIB.

26

(47)

H.M.Idaham SH MSi dan Timbas Tarigan SE sebagai Walikota dan Wakil Walikota Binjai Periode Jabatan Tahun 2010-2015. Kemudian pada tanggal 13 Agustus 2010,27

27

Http://eksponews.com/view/17/15084/Wali-Kota-Binjai-Dilantik-13-Agustus.html. Diakses pada Minggu, 14 Juni 2015, pukul 11.51 WIB.

Walikota dan Wakil Walikota Binjai terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia.

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Binjai, jumlah penduduk Kota Binjai sebanyak 285.530 orang, yang terdiri atas 145.423 laki-laki dan 140.107 perempuan. Penyebaran penduduk Kota Binjai tertinggi di Kecamatan Binjai Utara yakni sebesar 29,51 persen, diikuti Binjai Timur sebesar 21,79 %, Binjai Selatan sebesar 19,22 %, Binjai Barat sebesar 16,81 %, dan yang terendah Kecamatan Binjai Kota yakni sebesar 12.66 persen. 2. 2. Struktural dan Tupoksi Bappeda Kota Binjai

Berdasarkan Peraturan Walikota Binjai Nomor 47 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai dijelaskan bahwa Bappeda ialah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang merupakan unsure pendukung tugas Walikota yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekeretaris Daerah.

(48)
(49)

Badan:

1. Sebagai unsur pendukung tugas Walikota, yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

2. Kepala Badan mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah Kota Binjai dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Mempunyai fungsi:

a. Melakukan pembinaan teknis atas penyelenggaraan tugas pengembangan serta penanaman modal daerah;

b. Melakukan pengkoordinasian terhadap penyelenggaraan tugas di bidang perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan serta penanaman modl daerah;

c. Melakukan pengendalian atas penyelenggaraan program; d. Melakukan perumusan kebijakan teknis;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Sekretariat

1. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris

2. Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Badan dalam menyiapkan bahan pembinaan, koordinasi dan evaluasi serta penyusunan program penyelenggaraan kegiatan di bidang kesekretariatan, meliputi program, keuangan, dan umum.

3. Mempunyai fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Melaksanakan penataan tugas di bidang kesekretariatan meliputi perencanaan program, keuangan, kepegawaian, dan umum;

(50)

d. Melaksanakan pengkoordinasian terhadap penyelenggaraan kegiatan kesekretariatan;

e. Melaksanakan pengevaluasian atas pelaksanaan program di bidang kesekretariatan;

f. Menyusun program penyelenggaraan kegiatan di kesekretariatan; g. Melaksanakan pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas bidang; h. Menyusun rencana strategis (RENSTRA);

i. Menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP); j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang Perekonomian

1. Bidang Perekonomian dipimpin oleh seorang Kepala Bidang.

2. Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang perekonomian yang meliputi agribisnis dan industri dan sumber daya alam.

3. Mempunyai fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Menyusun rencana pembangunan pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perindustrian dan perdagangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

c. Mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan menetapkan rencana pembangunan pertanian tanaman pangan dan holtikultura, peternakan, perindag, dan usaha kecil menengah;

(51)

e. Melakukan dan mengkoordinasikan penyusunan program tahunan dibidang perekonomian yang meliputi pertanian, peternakan, perindag, koperasi dan usaha kecil menengah serta kewirausahaan; f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang Sosial Budaya

1. Bidang Sosial Budaya dipimpin oleh Kepala Bidang.

2. Kepala Bidang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang Sosial Budaya yang meliputi kependudukan dan sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat Mempudan kebudayaan. 3. Mempunyai Fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Menginventarisir permasalahan di bidang sosial budaya serta merumuskan langkah-langkah kebijakan perencanaan;

c. Menyusun rencana pembangunan kependudukan, kesehatan, tenaga kerja, pemberdayaan perempuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata, kepemudaan, dan olahraga;

d. Mengkoordinasikan, menginterogasikan dan menetapkan rencana pembangunan kependudukan, kesehatan, tenaga kerja, pemberdayaan perempuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata, kepemudaan dan olah raga;

(52)

Bidang Sarana dan Prasarana

1. Bidang Sarana dan Prasarana dipimpin oleh Kepala Bidang.

2. Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan dibidang sarana dan prasarana yang meliputi perhubungan perhubungan dan pekerjaan umum dan tata ruang dan lingkungan.

3. Mempunyai fungsi;

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan perhubungan, pekerjaan umum, tata ruang dan lingkungan hidup;

c. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan serta mensinkronisasikan perencanaan pembangunan perhubungan, pekerjaan umum, tata ruang dan lingkungan hidup yang disusun oleh suatu oorganisasi di lingkungan Pemerintah Kota Binjai, Instansi vertikal, Kecamatan dan badan-badan lain yang berada di wilayah pemerintah Kota Binjai; d. Melakukan inventarisasi permasalahan di bidang perencanaan

pembangunan peerhubungan, pekerjaan umum, tata ruang dan lingkungan hidup;

e. Melakukan dan mengkoordinasikan penyusunan program tahunan di bidang perencanaan pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi perhubungan, pekerjaan umum, tata ruang dan lingkungan hidup; f. Membantu dan mengolah data untuk bahan penyusunan rencana

(53)

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Pengendalian dan Pemantauan Pembangunan

1. Bidang Pengendalian dan Pemantauan Pembangunan dipimpin oleh Kepala Bidang.

2. Kepala Bidang Pengendalian dan Pemantauan Pembangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang pengendalian dan pemantauan pembangunan yang meliputi pengendalian pembangunan dan pemantauan pembangunan.

3. Mempunyai Fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Mengumpulkan dan mengolah data pelaksanaan pembangunan, melakukan pengendalian dan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan;

c. Melaksanakan pelaporan terhadap pelaksanaan pembangunan;

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Penelitian dan Pengembangan

1. Bidang Penelitian dan Pengembangan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang.

(54)

pengembangan yang meliputi penelitian dan dan statistik dan perencanaan dan pengkajian kinerja.

3. Mempunyai fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Menyusun rencana pembangunan jangka menengah tentang penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM);

c. Menyusun rencana pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup, ekonomi, keuangan, dan pembangunan sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan;

d. Mengumpulkan dan mengkaji data dan informasi lainnya sebagai bahan perumusan kebijakan dan teknis yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan;

e. Menyusun rencana pelaksanaan penelitian dan pengembangan hutan kota sebagai paru-paru kota dan sarana pembelajaran bagi pelajar. f. Melaksanakan evaluasi, sosialisasi dan diseminasi hasil-hasil

penelitian dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan;

g. Melaksanakan koordinasi, kerjasama dan fasilitasi penelitian dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan; h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya. Bidang Penanaman Modal

(55)

2. Kepala Bidang Penanaman Modal mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan di bidang penanaman modal yang meliputi investasi dan penanaman modal dan informasi data dan promosi.

3. Mempunyai fungsi:

a. Menyusun program dan rencana kerja;

b. Mengumpulkan dan mengolah data untuk menyusun program dan melaksanakan promosi dan investasi didalam dan diluar negeri;

c. Melaksanakan pembinaan dan mengawasi pelaksanaan penanaman modal di daerah;

d. Mengumpulkan dan mengolah data untuk menyusun penetapan peraturan daerah tentang penanaman modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. Melaksanakan pemantauan, bimbingan dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal didaerah dengan berkoordinasi kepada pemerintah daerah dan pemerintah provinsi;

f. Mengumpulkan dan mengolah data potensi daerah untuk dijadikan pedoman dan acuan dalam pengambilan kebijakan;

g. Melaksanakan sosialisasi atas kebijakan dalam perencanaan pembangunan kerjasama dalam dan luar negeri;

h. Berkoordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait untuk merumuskan dan menetapkan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal;

(56)

Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai akan ditentukan dan ditetapkan dengan peraturan Walikota.

Kelompok Jabatan Fungsional

1. Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai dapat ditetapkan jabatan fungsional berdasarkan keahlian dan spesialisasi yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur ketentuan yang berlaku.

2. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

3. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk.

5. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

6. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(57)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1.Latar Belakang

Politik anggaran adalah upaya-upaya untuk mengelola sumber daya, terutama yang dapat dinilai dengan uang dan barang serta mengalokasikan nilai-nilai tersebut untuk kepentingan bersama didalam kehidupan bermasyarakat. Dalam maknanya yang lebih luas, politik juga senantiasa berkenaan dengan produksi, distribusi dan penggunaan sumber-sumber daya untuk mempertahankan hidup. Masalah mengelola sumber daya yang ada menjadi penghasilan output jangka panjang yang dikalkulasikan dalam satu tahun anggaran tidaklah mudah. Upaya-upaya yang strategis harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan nilai-nilai yang nantinya akan didistribusikan. Hal ini juga terkhusus bagi politik anggaran di daerah atau secara langsung berkaitan dengan masalah mengatur dan mengurus daerah otonom sejak di rumuskannya konsep otonomi.1

Pemberian otonomi daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan telah ditetapkan menjadi undang-undang, ditekankan pada prinsip keadilan, demokrasi, pemerataan, keistimewaan, kekhususan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, serta partisipasi

1

(58)

masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut telah membuka peluang dan kesempatan yang luas kepada daerah otonomi untuk melaksanakan kewenangannya secara mandiri, luas, nyata dan bertanggung jawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari upaya dalam mencapai suatu pemerintahan yang baik (good governance).

Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Daerah harus berupaya dalam menyelenggarakan politik pemerintahan dengan berprinsip pada tata kelola pemerintahan yang baik dan berorientasi kepada hasil (result oriented government) sesuai dengan kewenangannya. Dalam sistem tata kelola telah disamakan dengan sistem “mengatur”, yang keduanya merupakan suatu aspek penting dalam sistem pemerintahan”.2

Berdasarkan pendekatan fungsionalisme yang berkaitan dengan persoalan pembuatan kebijakan, maka David Easton menyatakan bahwa politik itu adalah alokasi nilai-nilai. Ia menjelaskan politik itu adalah alokasi nilai-nilai, dan dalam konsep politik nilai-nilai itu adalah kekuasaan. Kekuasaan untuk mengalokasikan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang hendak ditujukan untuk kebaikan bersama, kepentingan umum dan kesejahteraan sosial. Hal ini berarti merupakan suatu kesempatan dalam membangun struktur pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik, mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang partisipatif, efektif dan responsif terhadap kepentingan masyarakat luas yang berasas pada pertanggung jawaban publik. Alokasi nilai-nilai tersebut tentunya akan diarahkan secara langsung dalam menyelesaikan fenomena-fenomena fisik dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara seperti yang akan kita rinci nantinya dalam politik anggaran. Bagaimana politik itu seharusnya menciptakan

2

(59)

keseimbangan (balanced), keadilan (justice), persamaan (equality) dan kebebasan (freedom) serta aspek-aspek kemanusiaan (human beings).

“David Easton - kebijakan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, konversi dan output”.3

H.D.Laswelth –“who get, what get and how get”.

Kebijakan publik biasanya diawali dengan pengambilan keputusan yang esensinya mewakili kepentingan orang banyak. Hal ini dapat kita tinjau ketika perumusan tersebut didukung oleh mayoritas dan kebijakan publik adalah output yang paling nyata dan yang paling utama dari setiap sistem politik serta kebijakan publik adalah bentuk nyata dari politik.

Masalah mengelola sumber daya yang ada menjadi penghasilan output jangka panjang yang dikalkulasikan dalam setahun atau satu tahun anggaran tidaklah mudah. Upaya-upaya yang strategis harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan nilai-nilai yang nantinya akan didistribusikan. Hal ini juga terkhusus bagi politik anggaran di daerah atau secara langsung berkaitan dengan masalah mengatur dan mengurus daerah otonom sejak di rumuskannya konsep otonomi daerah. Masing-masing daerah berupaya memanfaatkan sumber-sumbernya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diluar dari bagaimana kemampuan daerah untuk melakukan upaya tambahan.

4

Upaya tambahan tersebut menjadi sesuatu yang perlu membangun hubungan dan akses dengan pemerintahan pusat . Hal ini untuk memengaruhi siapa yang mendapat (daerah), apa yang didapat (Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus) dan bagaimana mendapatkan serta mempertahankannya demi mendukung pembangunan dan mengakomodir kepentingan di daerah tersebut.

3

AG.Subarsono. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Hal 103. 4

(60)

Demikianlah upaya untuk meningkatkan pendapatan dan nilai adalah proses yang tidak mudah. Maka dari itu perlu pula diimbangi dengan pengalokasian dari nilai tersebut dengan baik. Artinya, baik itu pusat ataupun daerah tidak ingin mendistribusikan dan mengalokasikan ke arah dan tujuan yang tidak tepat atau menganggarkan dana untuk dibelanjakan kepada hal yang tidak berguna, sia-sia dan pemborosan. Dengan demikian akan sangat sia-sia upaya yang telah dikelola dari awal. Suksesnya pengelolaan dan pengalokasian nilai-nilai serta anggaran adalah sangat mempengaruhi kualitas dan aspek-aspek kehidupan publik dan orang banyak, maka perlu dikelola dan dirumuskan sedemikian jelas.

Hal ini yang kemudian oleh Pemerintahan Daerah diterjemahkan kedalam politik anggaran atau keuangan yang dikemudian hari harus menjadi sebuah ruang lingkup baru dalam perpolitikan.Termasuk dalam upaya percepatan dan pemerataan pembangunan di daerah. Tentunya tidak relevan lagi untuk penyeragaman dan penggunaan tolak ukur yang sama dalam pembangunan dan pengelolaan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Maka ada hal-hal tertentu yang sangat menarik untuk dikaji didalam pengelolaan dan pengurusan daerah otonom.

(61)

upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas pelaksanaan pelayanan publik terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah saat ini5

Pelaksanaan Musrenbang daerah berpedoman kepada Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten/Kota dan Musrenbang Provinsi. Hal ini kemudian diikuti oleh keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

.

Pemerintah Daerah telah menetapkan kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah atau Musrenbang sebagai sarana untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan di daerah, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

6

5

Permendagri No. 27 Tahun 2013 tentang Teknis Penyusunan APBD 2014. 6

Permendagri No. 54 Tahun 2010.

(62)

Musrenbang adalah forum pembangunan multi-pihak terbuka yang secara bersama mengindentifikasi dan menentukan prioritas kebijakan pembangunan masyarakat. Kegiatan ini berfungsi sebagai proses negosiasi, rekonsiliasi, dan harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan pemangku kepentingan non pemerintah, sekaligus mencapai konsensus bersama mengenai prioritas kegiatan pembangunan berikut anggarannya.

Forum pembangunan merupakan wujud nyata dari political will dan komitmen pemerintah untuk mengaplikasikan Sistem Manajemen Pembangunan melalui pendekatan bottom up planning yang lebih konsisten dan tepat sasaran. Disamping itu, forum ini mengandung nilai peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat yang lebih optimal dalam proses perumusan kebijakan pembangunan mulai dari proses perencanaan, implementasi dan pengawasan secara internal dan eksternal organisasi.

Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, regional/wilayahpembangunan dan Pusat. Forum pembangunan ini merupakan media yang cukup efektif untuk menampung aspirasi masyarakat yang sekaligus juga menjadi media pemberdayaan masyarakat selaku subjek dan objek dalam proses pembangunan yang turut membantu pembentukan pemerintahan yang baik.

(63)

tuntutan kebutuhan masyarakat.Kegiatan ini dikoordinatori oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah).

Keterlibatan masyarakat yang aktif mendorong progresifitas didalam pembangunan politik di suatu daerah dan dengan tidak mengenyampingkan aspirasi dan kepentingan publik akan menciptakan kehidupan bernegara yang lebih demokratis dan harmonis antara pihak pemerintahan dan masyarakat. Adanya komentar masyarakat mengenai keberhasilan dan ketidakberhasilan instansi pemerintah dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya menunjukkan harapan dan kepedulian publik yang harus direspon. Namun, antara harapan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah dengan apa yang dilakukan oleh para elit dan pengelola pemerintahan sering berbeda. Artinya, terjadi kesenjangan harapan yang bisa menimbulkan ketidakharmonisan antara instansi pemerintah dengan masyarakat, hal ini sebagai akibat lambannya pelaksanaan sistem permusyawaratan yang melembagai setiap aspirasi dan kepentingan masyarakat secara demokratis dan transparan, sehingga cenderung terkesan tidak melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif didalam perumusan perencanaan pembangunan dalam negara, khususnya didaerah seperti misalnya penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah).

(64)

kendala atau ketidaksesuaian dalam hal-hal tertentu. Sehingga adanya perubahan (revisi) dan hal inilah yang bisa kita pahami sebagai APBN-P/APBD-P. Ini dikarenakan anggaran menjadi sangat penting dan relevan di Pemerintahan Daerah yang berdampak terhadap kinerja pemerintah yang dikaitkan dengan fungsi pemerintah dalam memberi pelayanan terhadap masyarakat. APBD merupakan alat untuk mencegah informasi asimetri dan perilaku disfungsional dari Pemerintah Daerah, serta merupakan proses akuntabilitas publik. Disamping itu, anggaran merupakan kontrak politik antara Pemerintah Daerah dengan DPRD untuk masa yang akan datang.7

Terdapat perbedaan yang mendasar dalam penetapan APBD antara sebelum dan sesudah otonomi daerah. Pada sebelum otonomi daerah, penetapan APBD cenderung berstruktur sentralisasi yang didasarkan pada keputusan pihak-pihak tertentu (Kepala Daerah atau Sekretaris Daerah), masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kurang berperan dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran sangat diperlukan dalam pengelolaan sumber daya untuk mencapai

APBD yang merupakan pondasi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan-kebijakan dan pedoman dalam jalannya pemerintahan daerah, maka penetapan dan pengesahan APBD yang tepat waktu merupakan hal penting. Hal ini tidak terlepas membantu terutama untuk mempercepat proses pembangunan di daerah melalui pelaksanaan program-program pemerintah dalam tahun anggaran. Selain itu, penetapan APBD yang tepat waktu juga akan menghindari suhu politik yang memanas di daerah, sehingga akan mengundang investor untuk berinvestasi di daerah tersebut karena iklim investasi yang kondusif.

7

(65)

kinerja yang diharapkan, sedangkan setelah otonomi penetapan APBD bersifat desentralisasi. Desentralisasi disini ialah bahwa dalam penetapan APBD harus berdasarkan partisipasi, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur yang terdesentralisasi.

Oleh karena itu, dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama DPRD berpartisipasi menyusun arah dan kebijakan umum APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati dalam batas waktu yang ditentukan sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Arah dan Kebijakan umum APBD memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap lini kewenangan pemerintah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran secara obyektif dengan memperhatikan unsur masyarakat.

(66)

program atau sasaran dari APBD tidak tepat orientasinya, sehingga cenderung menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat atas kinerja pemerintahan. Hal yang sama seperti inilah yang peneliti lihat terjadi di Kota Binjai.

Binjai pada tahun 1950-1956 menjadi kota Administratif kabupaten Langkat dan sebagai Walikota adalah OK Salamuddin yang kemudian dilanjutkan oleh T.Ubaidullah tahun 1953-1956.Berdasar kan Undang-Undang Darurat No.9 Tahun 1956 Kota Binjai menjadi otonom dengan Walikota pertama SS.Parumuhan.Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu daerah tingkat II di Propinsi Sumatera Utara telah melakukan pembenahan dengan melakukan pemekaran wilayahnya. Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1986 wilayah Kota daerah Kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23 Km dengan 5 (lima) wilayah Kecamatan; Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993, maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan menjadi 20. Perubahan ini berdasarkan keputusan Gubenur Sumatra Utara No.140-1395 /SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang pembentukan 6 desa persiapan dan kelurahan persiapan di Kota Binjai. Berdasarkan SK Gubenur Sumatera Utara No.146-2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus 1996 maka17 desa menjadi kelurahan.8

Berdasarkan pada Pasal 1 Sub 2 Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956tentang batas wilayah Kota Binjai, yaitu: disebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli

8

(67)

Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat.9

Sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, terbit Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan langsung.Pada tanggal 6Juli 2010 diselenggarakan Pemilihan langsung Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kotamadya Binjai putaran keduadi Kota Binjai oleh Komisi Pemilihan Umum. Berdasarkan hasil pemilihan langsung putaran kedua tersebut maka ditetapkan H.M.Idaham SH MSi dan Timbas Tarigan SE sebagai Walikota dan Wakil Walikota Binjai Periode Jabatan Tahun 2010-2015. Kemudian pada tanggal 13 Agustus 2010,10

Dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Kotamadya Binjai sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Darurat No.9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Kota Binjai di Provinsi Sumatera Utara serta berbagai ketentuan yang berlaku terkait dengan tugas dan kewajiban pemerintahan, Pemerintah Kota Binjai bersama DPRD Kota Binjai telah berhasil menetapkan RAPBD yang kemudian berlanjut menjadi APBD tahun 2014 sebagai Walikota dan Wakil Walikota Binjai terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia.

9

Http://kodepos.nomor.net/_kodepos.php?_i=undang-undang&sby=000000&nkri=uudrt1956-no9. Diakses pada Minggu, 14 Juni, pukul 11.04 WIB.

10

(68)

wujud dalam pengelolaan keuangan daerah guna mendukung efisiensi dan efektifitas pembangunan yang berkemajuan. Dalam proses pembuatan APBD 2014 tersebut, pemerintah kota Binjai terlebih dahulu membentuk musrenbang dalam rangka penyerapan aspirasi masyarakat dalam menaruh kepentingan dan kebutuhan mereka dalam pembangunan Kota Binjai. Musrenbang tersebut dilaksanakan pada tahun 2013, tepatnya pada tanggal 14 Maret 2013. Musrenbang ini merupakan dasar pelaksanaan RKPD kota Binjai tahun 2014 sekaligus tahun ke-empat pelaksanaan RPJMD kota Binjai tahun 2011-2015.Setelah itu hasil dari Musrenbang kemudian diverifikasi kembali bersamaan dengan resis DPRD yang kemudian menghasilkan suatu kesepakatan dalam mengeluarkan jumlah APBD di Kota Binjai Tahun 2014.

Dalam proses pengesahan APBD Kota Binjai tahun 2014 mengalami keterlambatan dan perubahan. Pada mulanya tanggal 14 Februari 2014 telah disetujui dengan rincian jumlah anggaran belanja kota sebesar Rp 902.000.000.000,- (Sembilan ratus dua miliyar) dan pendapatan daerah senilai Rp809.000.000.000,- (Delapan ratus Sembilan miliyar).11

11

Http://www.binjaikota.go.id/artikel-351-apbd-kota-binjai--ta-2014--rp-902--miliar-.html. Diakses pada Rabu, 17 Juni 2015, pukul 11.00 WIB.

(69)

di kota Binjai hanya berjalan ditempat (terfokus pada mikro dan kurang terlihat pada bagian makro pembangunan).

Berdasarkan hal tersebut diatas, menarik minat peneliti untuk menganalisis keterkaitan dan pengaruh Musrenbang daerah dalam pembuatan APBD Kota Binjai Tahun 2014 guna terwujudnya suatu pembangunan di daerah yang bersifat menyeluruh. Selain itu, pada akhirnya, peneliti dapat menyimpulkan mengenai sifat fungsional dari forum Musrenbang daerah dalam praktiknya membahas rencana awal program pembangunan di Kota Binjai, yakni terfokus pada pembuatan APBD 2014 yang dikoordinatori oleh Bappeda, sehingga dengan kata lain dapat menjadi evaluasi dalam pelaksanaan musrenbang di Kota Binjai.

1. 2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian, yaitu melihat Bagaimana Pelaksanaan Musrenbang terkait denganPembuatan APBD kota Binjai Tahun 2014 yang dikoordinatori oleh

Bappeda.

1. 3.Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini mempunyai tujuan, yakni:

1. Untuk melihat peran, tugas pokok dan fungsi Bappeda dalam pelaksanaan musrenbang di Kota Binjai Tahun 2013.

(70)

3. Untuk mengetahui pola interaksi antara internal Pemerintahan Kota Binjai yang dalam hal ini Bappeda beserta pihak terkaitterhadap penetapan APBD di Kota Binjai tahun 2014.

1. 4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelessaikan program studi sarjana strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai pembangunan politik dan kinerja pemerintahan daerah dalam proses penyusunan APBD dan memberi solusi terhadap permasalahan bangsa.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau membangun bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam Ilmu politik, dan menjadi referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik FISIP USU.

1. 5. Kerangka Teori dan Konsep

1. 5. 1. Teori Anggaran

(71)

organisasi adalah proses dimana manajemen berpikir tentang penginterogasian aktivitas ke arah tujuan organisasi.Pemikiran strategis manajemen didokumentasikan kedalam berbagai dokumen perencanaan. Keseluruhan proses diinterogasikan dalam prosedur penganggaran organisasi.

Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Di dalam tampilannya, anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Didalam tampilannya, anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi di masa lalu. Kebanyakan organisasi sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran.12

a.Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD

Dampaknya adalah pemisahan penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan. Jenis anggaran sektor publik adalah:

b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha setiap BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan publik-swasta.

Proses penyusunan anggaran umumnya disesuaikan dengan peraturan lembaga yang lebih tinggi.Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerahyang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

12

(72)

No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu UU No. 17/ 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Anggaran Pemerintah Daerah dan Pusat.13

1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja; Anggaran memiliki fungsi sebagai berikut:

2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang;

3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan;

4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja;

5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam pencapaian visi organisasi;

6. Anggaran merupakan instrumen politik;

7. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

Anggaran selalu dikaitkan dengan akuntabilitas legislatif. Konflik penentuan dan pemungutan pajak sangat berpengaruh terhadap kapabilitas legislatif untuk mengendalikan pengeluaran. Pada praktiknya, pihak legislatif akan meminta daftar tahunan tentang pengeluaran dan pendapatan sekaligus dengan tujuan aktivitasnya. Jadi, karakter anggaran adalah keseragaman,

13

(73)

keseluruhan transaksi pemerintahan, keteraturan penyerahan rancangan anggaran per tahunannya, akurasi dan prakiraan pendapatan serta pengeluaran yang didasari oleh persetujuan/konsensus dan terpublikasi.Proses penyusunan maupun pengesahan anggaran dapat dipublikasikan ke masyarakat. Proses akhir penyusunan anggaran merupakan hasil persetujuan politik,termasuk item pengeluaran harus disetujui para legislator.

1. 5. 2. Politik Anggaran

Politik bisa terlibat dalam segala urusan kenegaraan, termasuk didalamnya urusan finansial publik, baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Teori politik keuangan negara yang baik adalah relatif tergantung ideologi suatunegara,artinya teori politik keuangan negara yangbaik bagi suatu negara belum tentu baik bagi negara lain. Aktivitas politikdalam anggaran tergantungpada derajat demokrasi, yang memberi keleluasaan/kebebasan aktivitas politik dalam suatu negara.

Politik anggaran adalah penetapan berbagai kebijakan tentang proses anggaran yang mencakupi berbagai pertanyaan bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya; bagaimana uang publik didapatkan, dikelola dan disdistribusikan; siapa yang diuntungkan dan dirugikan; peluang-peluang apa saja yang tersedia baik untuk penyimpangan negatif maupun untuk meningkatkan pelayanan publik.14

14

Irene S. Rubin. 2006. The Politics of Public Budgetting. Washington: CQ Press. Hal. 1.

(74)

mempengaruhi kebijakan alokasi anggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggaran. Dengan kata lain, merupakan proses penegasan kekuasan atau kekuatan politik di antara berbagai pihak yang terlibat dalam penentuan kebijakan maupun alokasi anggaran15

Pemerintah sebagai sebuah institusi publik dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan memerlukan sumber dana atau modal untuk dapat membiayai pengeluaran pemerintah tersebut (government expediture) terhadap barang barang publik (public goods) dan jasa pelayanan. Tugas ini berkaitan erat dengan kebijakan anggaran pemerintah yang meliputi penerimaan dan pengeluaran. Pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas, memerlukan dana yang cukup dan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya tuntutan masyarakat, kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Dana tersebut

.

Berdasar beberapa pandangan terhadap politik anggaran tersebut menunjukkan adanya proses adu kekuatan dan kepentingan dalam proses penganggaran, sehingga nantinya menghasilkan keputusan politik yang intinya adalah apakah dapat berpihak kepada rakyat ataukah tidak. Dengan adanyapengendalian menjadikan kontrol sangat diperlukan agar hasil keputusan penganggaran tetaplah pada jalur yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat serta kemajuan bangsa dan negara.

1. 5. 3. Politik Anggaran Daerah

15

(75)

diperoleh dari kemampuan menggali sumber keuangan sendiri didukung oleh perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai sumber pembiayaan.

Anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran dimasa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koodinasi bagi semua aktivitas berbagai unit kerja.Anggaran daerah yang tercantum dalam Anggaran PendapatanBelanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan utama Pemerintah Daerahkarena APBD adalah intisari dari apa yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun kedepan sebagai rangkaian tak terpisahkan dari kebijakan masa lalu dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. dan untuk mereduksi mengenai anggaran daerah tersebut maka kita perlu mengkaji kembali ruang lingkup keuangan daerah dan sejauh mana aspek-aspek yang harus dikelola dengan uang ataupun anggaran daerah.16

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahsebagai rencana kerja pemerintahdaerah merupakan desain teknis pelaksanaanstrategi untuk mencapai tujuan daerah.Jika kualitas anggaran Pemerintah daerah rendah, maka kualitas fungsi-fungsipemerintah cenderung lemah. Untuk mengantisipasi hal tersebut keterlibatan aparat pemerintah daerah beserta masyarakat diperlukan dalam suatu proses pengambilan keputusan secara bersama dalam menyusun anggaran daerah serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran tersebut.17

1. 5. 4. Teori Komunikasi Pemerintahan

16

Julmansyah, Moh Taqiuddin. 2003. Politik Anggaran Daerah. Mataram: Pustaka Konsepsi Nusa.

17

(76)

Komunikasi pemerintahan merupakan bagian dari komunikasi politik. Komunikasi politik adalah sebuah studi yang interdisiplinari yang dibangun atas berbagai macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses komunikasi dan proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan dan dimeriahkan oleh persaingan teori, pendekatan, agenda dan konsep dalam membangun jati dirinya. Oleh karena itu pula, komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang diklaim sebagai studi tentang aspek-aspek politik dari komunikasi public, dan sering dikaitkan sebagai komunikasi kampanye pemilu (election campaign) karena mencakup masalah persuasi terhadap pemilih, debat antar kandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat kampanye.

Selain itu komunikasi politik menurut Dahlan, ialah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik. Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.

Gambar

Gambar 3. 2. 1
Gambar 3. 2. 3
Gambar 3. 2. 5

Referensi

Dokumen terkait

c) E-faktur yang memperoleh persetujuan Dirjen Pajak merupakan e-Faktur yang memuat keterangan atau keadaan yang sebenarnya yang dilengkapi dengan keterangan tentang penyerahan

e) Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi; 2.. jaminan perlindungan

o Menggunakan deteksi kebohongan pada manusia; yaitu sebuah alat atau staff ahli yang mampu menentukan apakah kandidat berbohong atau tidak dengan cara melihat

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami menyampaikan Buku Laporan Akhir Kajian Metode Virtual Class sebagai Alternatif

Pada penelitian dashboard dapat digunakan untuk melakukan analisa cara pembayaran, jenis penyakit, dan perbandingan jumlah penderita penyakit yang diderita oleh

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2022 merupakan dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran tahun

RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan

Rencana Pembangunan tahunan Daerah atau disebut juga Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan untuk periode satu tahun.kedepan RKPD merupakan