• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Perkembangan JFC

Dalam dokumen MAKNA SIMBOLIK EVEN JEMBER FASHION CARNAVAL (Halaman 55-61)

TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI JEMBER FASHION CARNAVAL

III.1 Sejarah dan Perkembangan JFC

Jember Fashion Carnaval atau yang lebih akrab disingkat sebagai JFC

merupakan buah karya dari Dynand Fariz. Sehari-hari, ia berprofesi sebagai dosen sekolah mode Esmod Jakarta dan mengajar tata busana di almamaternya, Universitas Negeri Surabaya, yang juga pemilik Rumah Mode Dynand Fariz (RMDF) ini. Ketika mendirikan RMDF, ia mendapat cibiran dari teman-temannya dan diperkirakan tiga tahun bakal tutup. Realitasnya, berkat kegigihannya, RMDF sekarang tidak saja eksis, tetapi terus berkembang.

Menurut Dynand, ide JFC diilhami rasa keprihatinannya atas kota Jember yang seolah-olah tidak dianggap oleh orang. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya angka pengangguran dan minimnya peluang kerja. Jadi, ia berusaha mencari jalan dalam hal memperbaiki perekonomian dan kondisi sosial tanah kelahirannya, Jember. Perjalanan JFC diawali dari ajang fashion week pada tahun 1998. Di pergelaran busana mingguan itu, anak buahnya diwajibkan merancang apa pun yang berbau fashion untuk dipakai, dipamerkan, serta dipajang di RMDF, yang juga melibatkan mulai dari office boy, customer service, penjahit, karyawan lainnya untuk membuat sebuah rancangan.

Pada tahun 2002, Dynand memperkenalkan fashion week yang semula tertutup dan hanya bertempat di rumah modenya menjadi terbuka dengan karnaval keliling kampung hingga radius ratusan meter. Setiap tampil, ada tujuh peragaan

sehingga ia berencana memperbesar skala karnavalnya dan membuat suatu hari khusus karnaval fashion melewati jalan-jalan besar di Jember.

Guna mewujudkan kesuksesannya, Dynand menggelar JFC 1 bertepatan dengan HUT Jember, 1 Januari 2003. Perkembangan JFC hingga JFC 8, tahun 2009 ini masih terus mendapatkan perhatian dari masyarakat luas. Menariknya, pada JFC 3 respon masyarakat luar kota Jember, seperti Surabaya, Malang, Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso mulai tampak, yang juga mulai diliput pers luar negeri.

Efek sosial JFC pun tidak bisa diabaikan. Kini, banyak muda-mudi Jember yang tertarik menggeluti dunia fashion dan enterntainment. Dynand bahkan pernah mengirim boyband dari Jember, JFC band, ke ajang boyband TPI dan berhasil meraih juara ke dua. Dengan keterampilan yang diberikan Dynand, para alumni peserta JFC bisa berkreasi mengembangkan usaha sendiri, seperti salon, tata rias, dan penjahit.

Sumber perdana JFC, diakui Dynand, 100 persen adalah dari internal. Dana didapat dari divisi RMDF, yang kini berkembang menjadi empat salon di Sidoarjo, Probolinggo, dan Jember. Sementara itu, Pemda Jember hanya menyediakan fasilitas selama karnaval berlangsung, seperti keamanan tempat, izin, alat, atau properti. Dynand bermimpi JFC tidak hanya milik warga Jember, tetapi seluruh Indonesia.

JFC memiliki visi ingin menjadikan Jember sebagai kota wisata mode pertama di Indonesia, bahkan di dunia yang menerapkan konsep penggunaan bahan-bahan bekas dan daur ulang sebagai kostum yang akan digunakan. Sedangkan misi JFC merupakan suatu proses atau perjalanan yang membawa banyak manfaat bagi pengembangan dunia pendidikan, kesenian, budaya dan pengembangan ekonomi daerah. Selain itu, JFC juga mengembangkan konsep 4E, yaitu:

Education

1. Peserta

a. Diberikan in house training berupa materi Fashion Runway, Fashion Dance, Basic Fashion Design, Accessories Design, Make Up & Hair Style, Mayorette, Singer, Presenter, Leadership, Enterpreneurship, Instuctur, Kedisiplinan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Kerja sama, Keperdulian, dan lainnya.

b. Kesempatan untuk mengikuti kompetisi atau olympiade JFC memperebutkan trophy Best Costume, Unique Costume, Accessories, Make Up & Hair Style, Best Performance, Best Defile, Best Mayorette, Best Presenter, Best Singer, penghargaan tertinggi JFC Award, dan lainnya.

c. Bagi pemenang JFC Award memperoleh Program Bea Siswa di Esmod Jakarta, Institute Sari Ayu Jakarta.

d. Setelah mengikuti program pelatihan JFC secara utuh peserta akan tampil lebih percaya diri.

a. Menambah wawasan perihal trend fashion dunia dengan sentuhan lokal Indonesia.

b. Menjadi tuan rumah yang baik dan bisa menjadi penonton yang tertib sehingga dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain.

c. Penonton bisa berbusana dengan sentuhan tema yang diangkat oleh JFC. 3. Pengamat atau peneliti

Kegiatan JFC juga menjadi perhatian pengamat fashion maupun peneliti. JFC menjadi bahan kajian baik di seminar nasional maupun internasional.

4. Institute Carnaval Jember

Satu-satunya lembaga pendidikan dengan kurikulum karnaval di Indonesia bahkan di dunia. Diharapkan dari sini lahir SDM di bidang entertainment demikian pula institute dapat menjamin penyelenggaraan JFC secara berkesinambungan dan setiap saat dapat melakukan road show baik in door maupun di dalam negeri maupun luar negeri tanpa terkendala oleh SDM yang terikat oleh pendidikan regular lainnya.

5. Talent Scouting

JFC akan menjadi ajang pencari bakat baik model, penyanyi, maupun penari.

Economic Benefit

Jika JFC mampu mewujudkan Jember sebagai kota Carnaval Fashion Dunia, maka JFC akan mampu menjadi trend setter fashion dunia. Oleh karena itu nantinya akan mendatangkan pengaruh terhadap perekonomian:

1. JFC akan mampu menjadi penggerak hasil industri kreatif, seperti pendidikan, tekstil, produk.

perhotelan, restaurant, transportasi, souvenir, dan potensi pariwisata lainnya. 3. JFC akan mampu menjadi penggerak ekonomi di sektor industri lainnya

seperti perdaganagan, pertanian, telekomunikasi, dan lainnya.

4. JFC akan mampu mendatangakan investor yang akan berinvestasi, baik di sektor tersebut di atas maupun di sektor lainnya.

5. JFC akan mampu menggerakkan sektor ekonomi bukan saja di Jember tetapi juga di kawasan tapal kuda seperti Bondowoso, Lumajang, dan Banyuwangi, bahkan bersinergi satu sama lain.

Entertainment

JFC mampu menyuguhkan hiburan dengan kemasan yang eksklusif, edukatif, komunikatif, dan sarat dengan pesan sehingga bisa menjadi tontonan yang berkesan dan layak dibicarakan.

Exhibition

Dari hasil kegiatan JFC banyak yang bisa dipamerkan seperti pameran foto, design, kostum, make up & hair style, dan lainnya. Pameran rutin yang telah diikuti oleh JFC adalah International Exhibition “Bali Fashion Week” di kota Bali.

Dalam mewujudkan visi dan misi serta konsepnya, dibutuhkan tujuh strategi, antara lain:

Unique

1. Peserta bukanlah designer, bukan model, dan bukan pula dancer. Dengan segala keunikan yang mereka miliki melalui in house training mereka merancang sendiri kostumnya, aksesorisnya, tata rias rambut dan wajah

dan gerak formasi.

2. Karnaval kostum dengan tren fesyen global dan sentuhan lokal belum pernah ada di kota lain, bahkan dunia.

3. Fashion show dengan rancangan 600 orang dan ditonton ratusan ribu orang. 4. Tampil di kota kecil jauh dari pusat mode Indonesia seperti Jakarta, Bandung,

dan Bali.

Fantastic

1. Peserta bukan designer tetapi hasil rancangannya luar biasa.

2. 600 peserta dengan 600 rancangan kostum, aksesoris, dan tat arias mereka sendiri.

3. Catwalk terpanjang di dunia berupa jalan raya sepanjang 3,3 km.

Spectacular

1. Kostum aksesoris serta tat arias wajah dan rambut yang kreatif dan detail serta gerak fesyen dan dance, ditambah dengan kepiawaian berkomunikasi dengan penonton menjadikan tampilan JFC benar-benar atraktif dan ditunggu-tunggu. 2. JFC menjadi event yang banyak diliput oleh media lokal, nasional, maupun

asing dan menjadi bagian buruan photografer untuk memperoleh obyek foto yang bagus dan artistik.

3. Ke depan, tema yang selalu berubah akan mampu menjadikan JFC sebagai trend setter fesyen yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan sektor perekonomian Jember.

1. Event JFC harus menjadi agenda tahunan regular Jember Jawa Timur -Indonesia. Untuk itu, Pemerintah Daerah bersama DPRD perlu mengeluarakan perda yang menjamin keberlangsungan penyelenggarannya.

2. Kesinambungan event JFC dalam jangka panjang perlu didukung oleh lembaga pendidikan formal yang dapat mensupply SDM yang diperlukan dengan membentuk sebuah Institute Carnaval. Bila ini terealisir, maka ini adalah Institute Carnaval pertama di Indonesia.

Acceptable

Tampilan event JFC harus menyesuaikan diri dan menjunjung tinggi nilai-nilai, tradisi, dan budaya yang ada di sebagian besar masyarakat Jember sehingga masyarakat merasa ikut memiliki event ini, bahkan ikut berperan aktif menyukseskan visi dan misi JFC.

Marketable

Kelebihan-kelebihan yang telah ada dan akan dimilki JFC harus mampu menjual image Jember ke seluruh dunia dan pada akhirnya mampu meningkatakan perekonomian rakyat banyak.

Dalam dokumen MAKNA SIMBOLIK EVEN JEMBER FASHION CARNAVAL (Halaman 55-61)