• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DEMOKRASI DAN ISLAM A. Pengertian Umum Demokrasi

2. Sejarah Demokrasi

Kisah demokrasi modern dimulai dari Yunani pada tahun 508 SM oleh seorang yang bernama Kleistenes mengadakan beberapa pembaruan dalam sistem pemerintahan kota Athena. Bentuk pemerintahan baru itu kemudian dinamakan demokratia, “pemerintahan (oleh) rakyat”. Dua puluh lima abad kemudian,

demokratia itu berhasil diakui sebagai “tolok ukur tak terbantah

13

Abdalla (Ed), Islam &Barat Demokrasi dalam Masyarakat Islam, 123-124.

14

Istilah bahasa Jerman untuk menggambarkan suatu pandangan hidup negara, atau filsafat negara yang menjadi dasar filosofis atau ideologi negara.

15

37

keabsahan politik bagi semua bangsa di dunia” di sebagian besar bumi ini”.16

Hak memilih dalam demokrasi di Yunani Kuno hanya diusung oleh penduduk asli (citizen), sedang penduduk luar tidak diberikan hak suara. Maka para budak, orang asing, bahkan orang asli Yunani yang bapaknya berasal dari luar kota yang lebih dari radius 8 atau mil tidak berhak memberikan suara.17

Dalam perkembangan, terjadi perubahan dari absolutisme ke demokrasi. Negara menghendaki kepentingan-kepentingan umum negara harus dijauhkan dari kepemilikan yang memaksa, maka dibuat lembaga perwakilan. Negara yang tercatat sebagai pelopor demokrasi adalah Inggris, Spanyol, dan Perancis. Ada juga yang mengatakan Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat. Parlemen Inggris misalnya pada tahun 1295 menemukan sistem tingkat pertama, yakni bahwa setiap daerah harus memiliki dua satria, dua warga kota, dan dua wakil dari kelompok penguasa ekonomi (borjuis). Tahapan kedua, muncul Magna Charta dimana raja terikat oleh undang-undang yang dibuatnya. Demokrasi di Inggris diawali dengan sistem permerintahan daerah dan issu pembentukan undang-undang oleh Raja Alfred.18 Dalam mengoperasikan apa

16

Frans Magnis-Suseno, Mencari Sosok Demokrasi Sebuah Telaah Filosofis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), xi. Dengan mengutip sebagian pendapat Simon Hornblower dalam John Dunn (ed.), Democracy. The Unfinished Journey. 508 BC to AD 1993, (Oxford: Oxford University Press, 1993), 1-16.

17

Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia. 2010), 241.

18

Magna Charta muncul di masa raja John. Piagam ini hanya berisi sebuah persetujuan antara kelas aristokrasi dan kerajaan yang menekankan hukum dan keadilan. Namun setelah sistem feodal hilang, term “freeman” diintepretasikan kepada

38

yang sekarang disebut sebagai sistem perwakilan, Ingris telah menggunakan sebuah majlis dan peradilan, yang di dalamnya hak setiap orang dijamin untuk berpartisipasi jika memang ia dipilih oleh kelompoknya. Sistem ini merupakan bibit yang dikenal dengan pemerintahan demokrasi.19 Ketika berbicara gerakan reformasi di Inggris pada abad ke-19 dapat dikatakan Inggris sebagai negara paling demokratis di bidang politik (pemerintahan) juga di bidang ekonomi dan sosial.20

Dicatat juga bahwa Prancis merupakan negara pertama melahirkan jaminan hak asasi manusia, yakni dengan munculnya

Declaration of The Right of The Man and Citizen yang diterima

dewan nasional (The National Assembly) pada tanggal 27 Agustus 1789. Adapun isinya adalah jaminan hak-hak asasi manusia dan hal yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan pemerintah yang berkuasa. Kemudian deklarasi ini diikuti dengan munculnya The

Declaration of Independence beberapa tahun beikutnya.21

Menurut Palmer sejak terjadi perang dunia pertama, Perancis sudah melakukan revolusi demokrasi selama 40 tahun, yang menekankan pada The Delegation of Authority and The

Removability of Officials. Barangkali Perancis dapat disebut

sebagai negara pertama yang melahirkan demokrasi dengan

setiap orang Inggris. Maka menurut G. B. Adams Magna Charta mengandung dua prinsip yakni hukum berdiri di atas raja dan jika melanggar hukum adat, seorang raja dipaksa mematuhi hukum yang berlaku, baca Nasution, Pengantar Studi Islam, 244.

19

Nasution, Pengantar Studi Islam, 244.

20

Nasution, Pengantar Studi Islam, 242.

21

39

semboyan liberty, egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Dengan kata lain dalam revolusi Perancis istilah demokrasi memang belum populer, tetapi dalam undang-undangnya ada jaminan hak asasi manusia. Sosok demokrasi kemudian muncul dari Amerika dengan semboyannya goverment

of the people, by the people and for the people.22

Demokrasi lahir dari dua kekuatan penting. Pertama, ia lahir dari penolakan pemusatan kekuasaan. Hal ini amat jelas dari pemikiran John Locke, David Hume, Adam Smith, dan Jean Jacques Rousseau, dan juga Revolusi Amerika Serikat. Para pemikir ini memperingatkan adanya pengakuan yang tidak adil, seperti “suara Tuhan”, keturunan, kekuasaan bergilir (appointed,

not elected, leader), aristokrasi. Kondisi ini memunculkan prinsip

dan praktik penting dalam demokrasi: tawar-menawar dalam

parlemen, keterwakilan melalui mekanisme pemilihan umum, hukum dan aturan yang ditetapkan sebagai bentuk kesetujuan (agreed consensus/regulation), ’term-limit’ (kekuasaan dengan masa waktu tertentu). John Locke (1632-1744) dan Montesquieu

(1689-1744) melahirkan teori tentang pembagian keuasaan legislatif, yudikatif dan eksekutif yang dipegang oleh orang yang berbeda.23

22

Nasution, Pengantar Studi Islam, 248.

23

Hasyim Muhammad, Tafsir Tematis al-Qur’an dan Masyarakat, Membangun Demokrasi dalam Peradaban Nusantara, (Yogyakarta: Elsaq, 2013), 36.

40

Kedua, kekuatan lain adalah adanya pengakuan penting dan

universal akan adanya “kedaulatan negara”, sebagaimana yang dikemukakan Jean Bodin pada tahun 1576. Kedaulatan negara dalam hukum dan kesepakatan internasional, dirumuskan dalam

Treaty of Westphalia 1648. Mengapa konsep ini penting? Sebelum

Bodin dan Treaty of Westphalia terwujud, klaim aneksasi dan agresi militer menjadi amat mudah dicari. Misalnya, kerajaan satu menjajah negeri lain, dengan alasan bahwa anggota keluarga kerajaan mereka berasal dari negara itu. Atau, alasan bahwa satu negeri perlu “memperluas wilayah pengaruhnya”, maka dilakukan serbuan bersenjata. Tidaklah mengherankan perang menjadi tiada berkesudahan. Negara yang sudah bersifat etatis dan merkantilis menjadi semakin tidak terkendali. Dalam kekalahan dan kemenangan, penyiksaan warga negara dan hancurnya properti menjadi perilaku keseharian. Prinsip dan praktik ”kedaulatan negara“ ini di satu sisi menjadi pengakuan bahwa ada batas permanen dari suatu negara, di lain sisi menjadikan demokrasi menjadi syarat dan praktik utama. Untuk menghentikan perang tanpa henti ini, maka negeri-negeri di Eropa menyelenggarakan demokrasi yang bertumpu pada mekanisme “perwakilan” dan “konstitusionalisme”. Hal ini di satu sisi membuat negeri-negeri menjadi Republik, di lain sisi menjadi ”monarki konstitusional“. Negeri kerajaan, misalnya seperti yang terdapat di Skandinavia (Norwegia, Denmark, Swedia) menjadi pelopor dalam keduanya (bahkan sekaligus memelopori ”welfare-state“ yang menjadi ciri

41

penting demokrasi modern). Norwegia, misalnya, menjadi salah satu negara pertama di dunia yang merumuskan dan menyepakati konstitusi, yaitu 17 Mei 1814.24

Di sisi lain, bentuk republik yang stabil (pasca Perang Dunia II) dapat ditemukan pada Amerika Serikat (yang bertumpu pada presidensialisme dan sistem common wealth), Republik Kelima Perancis (yang bertumpu pada presidensialisme dan parlemen-unitaris), Republik Federal Jerman (yang bertumpu pada konstitusi “Negara Sosial” dengan fungsi federal yang luas), dan sebagainya.25

Di Dunia Islam, ide tentang demokrasi dikenal lewat kolonialisme Barat yang ditandai dengan pendudukan ekspedisi Perancis di bawah Napoleon Bonaparte26 di Mesir tahun 1798 dan persentuhan budaya melalui mahasiswa-mahasisiwa muslim yang

24

Muhammad, Tafsir Tematis al-Qur’an dan Masyarakat, Membangun Demokrasi dalam Peradaban Nusantara, 36.

25 Muhammad, Tafsir Tematis al-Qur’an dan Masyarakat, Membangun Demokrasi dalam Peradaban Nusantara, 36.

26 Napoleon ialah pengikut JJ. Roussou (teori kontrak sosial) dan Robespiere, dia membentuk suatu tatanan politik modern dimana kontrol negara atas gerak gerik fisik dan penguasaan kekayaan oleh warga negaranya hampir total. Negara dapat dengan instan membekukan harta seseorang, menelaah asal-usulnya, memeriksa secara rinci perilaku belanja rumah tangganya serta mengawasi pergerakan fisiknya baik di dalam maupun di luar batas negara. Satu-satunya identitas seorang di bawah negara modern adalah pemberlakuan nomer pajak, jika seseorang tidak mempunyainya maka ia hampir tidak dapat menjalankan kehidupannya dengan wajar. Sistem demokrasi liberal ini kenyataannya diiringi dengan tindakan teror dan tiranik karena kebebasan hanya untuk kaum borjuis dari tekanan aristokrasi dan agama, dan pemerintahanya yang berkuasa atas harta dalam pandangan Islam tak luput dari sistem riba. Lihat Zaim Saidi, Ilusi Demokrasi, (Jakarta: Republika, 2007), 97-100.

42

belajar di Eropa dan Amerika.27 Muncullah gagasan mereformasi Islam menjadi agama sosial (civic religion) yang tunduk pada sistem kapitalis di bawah struktur negara modern.28 Di antara pembaharu tersebut adalah Rifa‟a Tahtawi (1801-73) yang menerbitkan buku Takhli>s} al-Ibri>z ila> Talkhi>s} Bari>z pada 1834.

Menurutnya konsep demokrasi compatible dengan hukum Islam setelah membandingkan plularisme politik dengan plularisme ideologi dalam pengalaman Islam, kuncinya adalah mewujudkan pengelolaan negara yang adil dan baik.29

Demokrasi bukanlah sistem politik dengan konsep tunggal. Penerapannya disesuaikan dengan budaya yang bersangkutan karena adanya perbedaan tingkat pendidikan dan ekonomi antar negara. Hal yang penting adalah meletakkan rakyat sebagai komponen penting dalam praktik berdemokrasi. Dewasa ini, dunia internasional bersama-sama berkomitmen dalam penanggulangan kemiskinan yang ditandai lahirnya kesepakatan dari 195 kepala negara dan kepala pemerintahan Negara-negara anggota perserikatan bangsa-bangsa (PBB) dalam konferensi tingkat tinggi millenium PBB pada bulan september 2002. KTT ini menghasilkan kesepakatan dengan apa yang disebut tujuan pembangunan millenium atau Millenium Development Goals (MDG‟s) dengan

27

Husnan Bey Fananie, “Membaca Kembali Pemikiran Soekarno Tentang Islam dan Demokrasi,” Ilmu Ushuluddin: Jurnal Himpunan Peminat Ilmu Ushuluddin, vol 1/1 (2010), 79.

28

Saidi, Ilusi Demokrasi, 102.

29

Bernard Lewis, dkk. Islam Liberalisme Demokrasi diterjemahkan oleh Mun‟im A. Sirry, (Jakarta: Paramadina, 2002), 139-140.

43

perhatian utama pada penanggulangan kemiskinan, hak asasi manusia, tata pemerintahan yang baik, demokrasi, pencegahan konflik, dan pembangunan perdamaian.30 Dengan demikian demokrasi masih menjadi perhatian umum dunia saat ini.