• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Etnis Rohingya

Dalam dokumen Peran Indonesia dalam Penyelesaian Konfl (Halaman 27-33)

SEJARAH SINGKAT DAN PERKEMBANGAN KONFLIK ROHINGYA

2.1 Sejarah Etnis Rohingya

Rohingya dan Rakhine adalah dua kelompok etnis berbeda penghuni wilayah Arakan yang saat ini bernama Rakhine. Bila Rakhine merupakan etnis mayoritas beragama Budha, maka Rohingya adalah etnis minoritas yang beragama Islam. Pemerintah Myanmar memperkirakan total populasi di Rakhine mencapai 3,33 juta jiwa. Termasuk 2,2 juta jiwa adalah umat Budha Rakhine, dan 1,08 juta lainnya adalah etnis Rohingya. Beberapa wilayah di Rakhine yang dominan ditinggali oleh Rohingya adalah kota Maungdaw, Buthidaung, dan Rathedaung.27

2.1.1 Peta Rakhine28

27Fortify Rights.“Policies of Persecution: Ending Abusive State Policies Against Rohingya Muslims in Myanmar– Anti Muslim Violence: 2012 Present”.Hal 16

Saat ini Rohingya sedang bertahan dari beberapa bentuk pembatasan dan penindasan Hak Asasi Manusia yakni pembatasan dalam bergerak termasuk dalam hal pernikahan dan lapangan pekerjaan, ditolak sebagai warga negara, penyitaan lahan hingga pengusiran dan pengerusakan tempat tinggal.29

Asal mula penyebutan kata Rohingya dan bagaimana mereka bisa sampai ke Myanmar masih menjadi sejarah yang terus diperdebatkan hingga saat ini. Pemerintah Myanmar menganggap bahwa Rohingya adalah pendatang atau imigran gelap yang tidak bisa diakui sebagai warga negara.30 Namun adapula yang mengatakan bahwa Rohingya adalah

29Myanmar The Rohingya Minority: Fundamental Rights Denied.

http://www.amnesty.org/en/library/info/ASA16/005/2004. Diakses pada tanggal 23 september 2014

30“Why is There Communal Violence in Myanmar?”http://www.bbc.com/news/world-asia-18395788 diakses pada tanggal 25 september 2014

Rohingya, yang merupakan keturunan orang Arab, Moors, Pathans, Moghuls, Bengalis dan beberapa orang Indo-Mongoloid yang sudah tinggal di Arakan sekitar abad ke 7 Masehi.31

Beberapa sejarawan mengatakan bahwa kata Rohingya berasal dari bahasa Arab

“Rahma” yang berarti pengampunan. Ini merujuk pada cerita para pedagang Arab yang

terancam hukuman mati oleh raja Arakan. Saat hendak dihukum mati, mereka meneriakkan

kata ‘Rahma’. Namun karena penduduk Arakan kesulitan menyebut kata “Rahma’, mereka justru menyebut kata ‘Raham’. Kata itu kemudian berubah menjadi ‘Rohang’ dan akhirnya berubah menjadi ‘Rohingya’. Adapula sejarawan yang mengatakan bahwa dulu diantara

warga Myanmar terdapat populasi muslim dari kerajaan kuno Arakan bernama ‘Mrohaung’

dan nama tersebut diubah menjadi Rohang. Hingga kemudian muncul klaim bahwa Rohingya adalah bangsa Benggala yang melarikan diri ke Burma tahun 1950-an. Ini diyakini atas dasar tidak adanya Rohingya pada sensus penduduk tahun 1824 yang dilakukan Inggris.32

Perbedaan agama, fisik, dan bahasa dimana Rohingya berbicara bahasa bengali dengan dialek Chittagong yang sangat terlihat antara Rohingya dengan etnis mayoritas Myanmar, semakin dijadikan alasan oleh pemerintah untuk tidak mengakui Rohingya sebagai bagian dari Myanmar. Padahal menurut Nurul Islam, presiden organisasi nasional Rohingya Arakan dan Zaw Min Htut pemimpin orang Rohingya Jepang yang pernah datang ke Indonesia dan melakukan kampanye ‘Save Rohingya’ bersama PIARA, mengatakan bahwa bahasa dan budaya Rohingya berbeda dengan Bengali.33

Tidak diakuinya eksistensi Rohngya saat ini, berbanding terbalik dengan masa kepemerintahan perdana menteri U Nu pada tahun 1948-1962. Pada saat kepemerintahan U

31“Facts About The RohingyaMuslims of Arakan” http://www.rohingya.org/portal/index.php/learn-about-rohingya.html diakses pada tanggal 24 september 2014

32Aulia Akbar.“Sejarah Masyarakat Rohingya.”

http://international.okezone.com/read/2012/08/17/411/679197/sejarah-masyarakat-rohingya diakses pada tanggal 25 september 2014.

33Heri Aryanto SH.“Kondisi Faktual Muslim Rohingya di Indonesia”(Laporan Hasil Pencarian Fakta di Aceh, Medan, dan Tanjung Pinang. Baca juga Baiq L.S.W Wardhani. Beggar Thy Neighbour: “Pemiskinan Sistematis

Nu, banyak tokoh asal Rohingya yang berperan dalam pemerintahan seperti Sultan Mahmoud yang menjadi menteri kesehatan. Namun setelah kudeta militer yang dipimpin oleh jenderal Ne Win berhasil menggulingkan kepemerintahan U Nu di tahun 1962, sejak saat iulah pemerintah Myanmar tidak mengakui Rohingya dengan menganggap bahwa populasi muslim yang tinggal di Rakhine adalah Bengali.34

2.1.2 Nama 8 Besar Ras Etnis Nasional dan 135 Kelompok Etnis Myanmar35

34Aris Pramono.“Peran UNHCR dalam Menangani Pengungsi Myanmar Etnis Rohingya di Bangladesh (Periode 1978-2002).”Baca juga “BRAJ Appeals to JapanGovernment to Protect Rohingya in Arakan.”

35Tun Tuan Aung: An Introduction To Citizenship Card Under Myanmar Citizenship Law.

http://dspace.lib.niigata-u.ac.jp:8080/dspace/bitstream/10191/6399/1/.Diakses pada tanggal 23 september 2014

Keyakinan pemerintah atas sejarah bahwa Rohingya bukan etnis Myanmar berakibat sulitnya Rohingya hidup di Myanmar. Terutama setelah lahirnya peraturan kewarganegaraan Myanmar tahun 1982 yang hanya mengakui kelompok etnis yang telah menetap di Myanmar sebelum tahun 1823. Sebagaimana yang pernah ditegaskan oleh pemerintah Myanmar.36

“The 1982 citizenship law defines citizen as members of ethnic groups that have

settled in Burma before 1823, the start of British Colonial rule in Burma. The Rohingya do not feature among the 135 national races listed by government and

therefore rendered stateless.”37

“In actual fact, although there are (135) national races living in Myanmar today, the

so-called Rohingya people is not of them. Historically, there has never been a

‘Rohingya’ race in Myanmar...”38

Pemerintah telah melakukan beberapa tindakan represi, diskriminasi dan eliminasi terhadap Rohingya. Seperti beberapa operasi yang digencarkan pemerintah Myanmar dengan tujuan mengusir dan menekan pertumbuhan penduduk Rohingya, perempuan Rohingya juga tidak diperkenankan memakai jilbab, orang-orang Rohingya juga sering dipaksa bekerja tanpa upah, penghancuran masjid dan tempat tinggal, serta perampasan hak-hak untuk mendapatkan pekerjaan dan pendidikan.39

Misalnya pada tahun 1970-an, Myanmar mewajibkan seluruh warga negaranya untuk memiliki kartu pendaftaran warga negara. Namun hanya Rohingya yang diberi kartu 36Ibid.

37Chris Lewa.Asia’s New Boat People: Thousands of Stateless Rohingyas are Leaving Burma and Bangladesh, Dreaming of a Better Life in Malaysia. Hal 40

38Press Release of The Ministry of Foreign Affairs of The Union of The Myanmar.26February1992. Dikutip dariMyanmar The Rohingya Minority: Fundamental Rights Denied.

39“Facts About The Rohingya Muslims of Arakan.”Op.cit. Pemerintah Myanmar tidak hanya melakukan diskriminasi dan represi pada Rohingya, tapi juga kepada etnis minoritas lain seperti Karen, Shan, Kachin dan Mon. Namun etnis minoritas tersebut masih diakui eksistensinya oleh Myanmar. Ini dibuktikan dengan beberapa penamaan wilayah di Myanmar sesuai dengan nama beberapa etnis tersebut.

pendaftaran asing. Sehingga beberapa sekolah dan majikan tidak bisa menerima mereka.40

Selain itu juga pada tahun 1977, pemerintah mengadakan program operasi atau sensus secara menyeluruh yang diberi nama Naga Min. Operasi ini bertujuan untuk mengamati atau memeriksa setiap individu yang tinggal di Myanmar kemudian menandai mana saja yang tergolong warga negara dan warga negara asing lalu melawan warga negara asing yang dianggap masuk ke Myanmar secara ilegal.41 Di wilayah Arakan sendiri, prosedur ini justru menjadi serangan brutal yang ditujukan pada Rohingya mengakibatkan pembunuhan masal, perkosaan, pengerusakan masjid dan penganiayaan oleh orang-orang Rakhine dan tentara lokal.

Akibat dari kekerasan-kekerasan itulah yang akhirnya membuat orang-orang

Rohingya menjadi pengungsi, ‘manusia perahu’ dan berbondong-bondong keluar dari negaranya mencoba mencari suaka ke negara lain seperti Indonesia, Malaysia, Brunei dan Bangladesh. Dalam perjalanannya mencari perlindungan ke negara lain, tak jarang banyak orang-orang Rohingya yang tewas karena kelaparan, kehausan atau bahkan tenggelam.42

Pemberitaan media yang provokatif disertai sikap tertutup pemerintah Myanmar43 atas apa yang terjadi di Rakhine, sekaligus diiringi dengan keluarnya warga Rohingya dari Myanmar secara besar-besaran membuat banyak negara salah tafsir atas apa yang terjadi di Myanmar.

40Human Right Watch. “The Government Could Have Stop This –Sectarian Violence and Ensuing Abuses in

Burma’s Arakan State.”

41Statement by the Ministry for Home and Religious Affairs, November 16, 1977 dikutip dari “Burma: The Rohingya Muslims: Ending a Cycle of Exodus?"

http://www.refworld.org/cgi-bin/texis/vtx/rwmain?docid=3ae6a84a2 diakses pada tanggal 5 September 2014

42Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya Arakan (PIARA) PAHAM Indonesia.“Rohingya, 101 Data dan Fakta”.Orang-orang Rohingya yang berada di negara lain dengan niatan mencari perlindungan, tak sedikit pula mendapatkan perlakuan semena-mena di negara penerima seperti penjualan ke sindikat perdagangan manusia dan kerja paksa. Baca juga:“Polisi Thailand Jual Pengungsi Rohingya”

http://international.okezone.com/read/2013/01/21/411/749580/polisi-thailand-jual-pengungsi-rohingyadiakses pada tanggal 22 Maret 2014

43“Jusuf Kalla: Kita Bisa Mendesain Masa Depan Rohingya.”

2.2 Latar Belakang Konflik dan Perkembangan Konflik Rohingya Tahun 2012

Dalam dokumen Peran Indonesia dalam Penyelesaian Konfl (Halaman 27-33)

Dokumen terkait