• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MENGENAL INTELIJEN NEGARA INDONESIA

B. Sejarah Intelijen Negara Indonesia

Dalam literatur Jawa kuno (masa kerajaan Majapahit) istilah intelijen dikenal dengan istilah Weri, Bleter dan Kecee serta telik sandi. Telik sandi digunakan aparat resmi dari keprajuritan kerajaan, atau pada zaman sekarang seperti upaya-upaya “Sandi Yudha” yang memiliki fungsi utama meninjau situasi medan dan lokasi serta kekuatan musuh. Sedangkan Weri, Bleter, dan Kecu digunakan untuk pekerjaan sejenis spionase, sabotase, propaganda atau provokasi pada masa seakarang.42

1. Masa Kerajaan Hindu-Budha

Jawa Tengah merupakan pusat kebudayaan pertama dan tertua di Indonesia. Tepatnya di sekitar pegunungan Dieng sejak abad 6-7 M telah berdiri kerajaan Kalingga yang bercorak Hindu. yang di kemudian hari menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan di Nusantara43

Pada saat itu peradaban Hindu dan Budha saling menunjukan eksistensinya dengan gelar peperangan dan didukung armada yang besar dan teknik militer lebih maju kerajaan yang bercorak Budha mampu menahan. Hal ini menyebabkan lambat laun peradaban Hindu menjadi tenggelam dan akhirnya terjadi simbiose yang cukup

39

Hasil penelitian dan pengolahan dari data, fakta dan keterangan atau informasi yang di perlukan oleh seorang pemimpin sebagai bahan pengambilan keputusan.

40

Intelijen sebagai alat untuk mencapai tujuan dengan menggerakan kegiatan sesuai dengan fungsi dan peranannya serta memberikan Informasi sesuwai dengan tuntutan pimpinan yang berwenang dan bertanggung jawab.

41

Intelijen adalah sebagai tindakan yang mengarah pada upaya merncukupi kebutuhan pimpinan akan bahan informasi.

42 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 462-463 43

serasi. Simbiose tersebut dilukiskan dengan peninggalan candi-candi Hindu seperti Candi Loro Jongrang, Prambanan dan Borobudur.

Pada abad 13-14, terjadi sebuah pergeseran peradaban Kerajaan Jawa ke Kediri, Jawa Timur, yaitu Kediri Kahuripan yang selalu berperang dan menumpahkan darah sesama keluarga, yang kemudian melahirkan kerajaan Majapahit dan puncak kejayaannya di bawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai patihnya.

Dalam pencapaian keemasan itu tercatat tekad dan kesanggupan Maha Patih Gajah Mada yang tertuangkan dalam “Sumpah Palapa.44 Selain itu Maha Patih Gajah Mada berhasil membangun dan menyusun kekuatan militer yang besar dan kuat.”45 Satu demi satu wilayah seperti Philipina, Vietnam, Kamboja, Thailand Selatan, dan Malaysia pun dapat ditaklukkan.

Salah satu peperangan yang melegenda adalah perang melawan Kerajaan Pajajaran yang merupakan kerajaan besar dan sulit ditaklukkan.46 Namun akhirnya terpaksa digunakan tipu muslihat dan teknik intelijen yang diawali dengan misi diplomasi dengan melamar putri Diah Pita Loka untuk dipersuntung raja Hayam Wuruk.

44

Isi sumpah Palapa adalah: Tidak akan berhenti Prihatin (Meninggalkan Kenikmatan Dunia) sebelum mampu menyetukan Nusantara

45

Gajah mada membentuk dan membenagun paukan keamanan kerajaan dan sebuan-serbuan keluar secara terpisah. Untuk pengamanan internal Gajam mada membentuk “ Bayangkara”, yang dilandasi dengan ikrar “Catur Prasetya”(1) Satya Haprabu (Setia kepada Negara dan Raja), (2) Hanyeken Musuh (mengenyahkan Musuh-musuh masyarakat), (3) Ginaung Pratidina(mengagungkan negara) dan (4) Tan satrisna (Tidak terikat trisna pada sesuatu). Samapai saat ini Bayangkara adalah perwujudan POLRI dan ikrar catur prasetya masih relefan sebagai dasar tekad perjuangan dan unutk itulah Catur Presatya dijadikan Karya POLRI. Lihat: Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 461

46

Kerajaan Pajajaran di pimpin oleh seorang Raja, Prabu siliwangi denga Gelar sri badungga maharaja, dan merupakan Kerajaan yang sanagt maju di bidang Agraris, setiap panen samapai 1000 kapal hasil Bumi di jual ke eropa dan maladewa. Rakyatnya makmur dan sejahtra dan bebas dari upeti (Pajak). Hal tersebut juga dapat kita jumpai di dalammkitab Waruga Jagad dari sumedang dan kitab pqanca kaki dari Ciamis. Dalam kitab tersebut di gunakan kata Gemuh pakuan untuk menunjukan bagaimana Makmurnya Pajajaran. Selain itu Pajajaran adalah Krajaan Pajajaran Memiliki armada tempur yang kuat Seperti pasukan gaja yang terlatih, Ribuan pasukan Kuda, dan prajurit Kavileri yang siap dengan Formasi tempur. Lihat: Setia Hidayat dan N Syamsuddin Ch Haesy, Sangkakala Pajajaran: Upaya Awal Mengeja dan Menyingkap Makna Rumpaka, (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara. 2004), h. 19

Melalui lamaran ini, berarti Kerajaan Pajajaran harus mengantarkan putri Diah Pita Loka ke Majapahit. Sayangnya, sesampainya di Bubat, pasukan Pajajaran dihadang oleh pasukan Majapahit dengan permintaan agar mereka “mempersembahkan” putri Diah Pita Loka kepada Hayam Wuruk. Seluruh pembesar kerajaan Pajajaran marah. Tanpa berpikir taktis, mereka bertekad agar lebih baik mati berkalang tanah daripada menyerahkan sang putri, dan akhirnya terjadilah perang yang dimenangkan oleh Majapahit .

Pada dasarnya peristiwa di atas merupakan trik intelijen yang dideskripsikan oleh Gajah Mada dengan memancing keluar pasukan Pajajaran menuju Majapahit dengan seluruh pembesar kerajaan hanya untuk upacara perkawinan.

2. Masa Kerajaan Islam

Para ahli sejarah tidak mempunyai kesepahaman dalam menentukan kapan Islam pertama kali masuk ke Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan bukti-bukti sejarah yang mereka temukan. Paling tidak ada tiga teori kapan masuknya Islam ke Indonesia yaitu Teori Gujarat,47 Teori Makkah48 dan Teori Persia49.

Dalam perkembangannya, Islam di Indonesia menjadi sentra kekuasaan yang membentang sepanjang pantai Utara seperti Gresik, Tuban, Demak dan Banten. Disinilah kemudian akhir kekuasaan kerajaan Majapahit, oleh kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah (putra mahkota Raja Brawijaya). Kemenangan kerajaan Demak

47

Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. ( Perureula) tahun 1292. (Lihat: Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Mahzab Negara: kritik atas politik Hukum Islam di Indonesia , (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 108

48

Teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung (Lihat: Azyumardi Azra, Islam di Asia tenggara, Pengantar Pemikiran”, Dalam Azra (ed.), Perspektisf Islam asia tenggara, (Jakarta , YOI, 1989), h. xi

49

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. (Lihat: Azyumardi Azra, Ibid).

atas kerajaan Majapahit menandai kebangkitan kerajaan Islam dan awal keruntuhan kerajaan Hindu dan Budha, sekaligus terusir dari Jawa Timur dan terkosentrasi di Pulau Bali.50

Peperangan kerajaan Demak dan Majapahit, diawali dengan penetrasi Islam ke peradaban Hindu, sampai para bangsawan dan pembesar kerajaan terpengaruh kuat oleh Islam dan membentuk hegemoni dan mendapat dukungan rakyatnya. Pengkondisian di atas tidak kalah hebatnya dengan yang terjadi pada masa modern, ketat, keras dan kadang kejam. Namun masih terbatas spionase, subversif serta sabotase. Adapun operasi intelijen saat itu masih dalam bentuk primitif.

Seperti peristiwa pergeseran pusat kekuasaan dari Demak ke Pajang, dimana Raja Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menantu Raja Demak terakhir menghadapi Haryo Penangsang, penguasa daearah Jipang. Karena kesaktian dan kekuatan kedua penguasa relatif seimbang, keduanya lalu menggunakan trik intelijen untuk menghindari perang frontal dan terbuka. Selain itu, digunakan juga jalur diplomasi, melalui para ulama maupun para wali, seperti Sunan Kudus.

Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Sultan Agung saat berkuasa di Blambangaan (Banyuwangi-Jawa Timur) yang tidak bersedia tunduk dan patuh terhadap Mataram. Para agen-agen spionase di wilayah ini juga melakukan hal yang sama, yakni dengan melaporkan bahwa Blambangan telah menyiapkan diri menghadapi Mataram.

Dalam menjalankan misi operasi intelijen, Sultan Agung juga berusaha memikat putri Mataram, Sidah Mirah yang telah mengaguminya saat ia menyamar sebagai punggawa kerajaan.

Terkahir yang dilakukan oleh agen intelijen Mataram ditutup dengan provokasi yang mengisahkan bahwa orang-orang Mataram memiliki kemampuan membuat

50

perlengkapan persenjataan, termasuk peluru meriam. Walaupun nyali raja Blambangan tidak menciut, namun hal ini memaksanya untuk berfikir seribu kali, mencari cara menagalahkan Mataram.

3. Zaman Penjajahan Belanda

Pada abad ke XVII, Belanda pertama kali masuk ke Indonesia dan menjadikan selat Malaka sebagai pintu gerbangnya. Setelah melakukan pengauasaan atas pelabuhan dan memonopoli perdagangan, timbullah perlawanan terutama dari raja-raja dan penduduk pribumi. Diantaranya adalah Sultan Agung dari Mataram yang menggempur pusat kekuatan Belanda di Jayakarta (Jakarta). Pada penyerangan pertama Sultan Agung hanya menghitung jumlah kekuatan lawan tanpa memperhitungkan teknologi modern persenjataan Belanda dan hasilnya gagal. Begitu juga pada penyerangan kedua dan ketiga dimana Belanda lebih siap mengantisipasi, melalui perkiraan intelijen yang akurat dan baik.

Setelah wafat, Sultan Agung digantikan oleh Amangkurat I, yang terkenal sebagai raja paranoid. Sebagai raja, ia bersongkokol dengan Belanda dalam memberikan informasi dan petunjuk untuk melakukan operasi intelijen dengan nama operasi “Bersih Lingkungan”51 yakni menimbulkan kekacauan besar dan suasana chaos, apabila operasi gagal.

Dari aspek intelijen, maka dapat diperoleh gambaran bahwa intelijen Belanda lebih memiliki keunggulan dalam memprediksi dan membaca kemampuan lawan. Belanda mengembangkan kemampuan aparat intelijen dengan merekrut polisi penjajahan yang bertugas pokok Counter Intelijence, untuk mendeteksi keadaan dan kondisi serta potensi perlawanan masyarakat. Data-data dari intelijen itulah Belanda mampu membendung dan mematahkan setiap perlawanan masyarakat yang masih bersifat kedaerahan seperti perang yang dilancarkan pengeran Diponegoro (Jawa

51

Tengah), Tuanku Imam Bonjol (Sumatera Barat), Tengku Umar dan Cut Nyak Dien (Aceh), Sultan Hasanuddin (Sulawesi) serta Pattimura (Maluku) selama tiga setengah abad lamanya.

Belanda juga mampu mengintensifkan kebijakan Cultur Stelsel atau tanam paksa sebagai upaya menutupi kas yang telah digunakan sebagai ongkos perang. Atas kesengsaraan itulah produk intelijen yang disetujui untuk dilaksanakannya politik etis atau politik balas budi. Belanda kemudian menjalin kerjasama dengan para pangreh praja yang difungsikan sebagai jaringan “Telik Sandi”, dengan kemampuan dan kewenangan dalam counter Inteligence, counter spionase, serta menjaga keamanan dan menegakkan kekuasaan Belanda.

Pada perkembangannya, secara tidak resmi Voor Inlandsche dan Cheneesche

Zaken difungsikan sebagai badan intelijen bagi pemerintah kolonial Belanda, dan baru

pada tahun 1920 Belanda mendirikan Politieke Inlictingen Dienst (PID) sebagai dinas intelijen resmi dan di bawah pemerintah dalam negeri Belanda, yang bertujuan memata-matai pergerakan nasional Indonesia.

4. Zaman Pendudukan Jepang

Kedatangan Jepang ke Indonesia sebenarnya dipicu dari kebutuhan akan banyak bahan baku alat perang, personil perang dan logistik untuk menyokong Perang Asia Timur Raya. Semua itu dibungkus dengan hukum perang yang penuh dengan kecurigaan dan kewaspadaan yang tinggi dan hasilnya kekejaman dan perampasan hak-hak rakyat, lebih dashyat dari penjajahan Belanda.

Intelijen Jepang yang bertugas sebagai counter spionase berklasikasi sebagai Polisi Rahasia bernama Ken Pe Tai yang berfungsi memelihara keamanan dan ketertiban. Bahkan Jepang saat itu juga dapat menggempur markas besar AS pada Perang Dunia II di Pearl Harbour tanpa diketahui oleh intelijen AS.

Pada zaman pendudukan Jepang, pontesi intelijen perorangan Indonesia dilakukan dengan mendengarkan radio sekutu dan komunikasi dari mulut ke mulut agar prediksi ke depan dapat dilakukan.

Pada saat itu nampak jelas bahwa perang intelijen perorangan atau mengadu kecerdasan untuk memperoleh keunggulan tidak terkoordinasi dengan baik. Walapun masing-masing hanya mengejar informasi dan berupaya mengolah serta mengevaluasi sendiri atau dengan kawan-kawan.52

5. Pasca Kemerdekaan

Setalah pada tanggal 17 Agustus Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerderdekaan RI, tidak serta merta cengkraman penjajah lepas dari bumi pertiwi. Bahkan setelah detik-detik proklmasi suasana semakin mencekam. Karena NICA (Nederland Indies Civil Administration) membonceng sekutu pada 08 September 1945 dengan alasan Jepang menyerah kepada sekutu bukan kepada Indonesia. Sehingga dua tahun pertama pemerintahan RI selalu diguncang berbagai pertempuran.53 Sejalan dengan itu, pemerintah tetap melengkapi alat perlengkapan negara54 sampai pada masa tiga tahun berikutnya (1947-1949) yang masih diwarnai perjuangan berupa pertempuran membangun kemantapan kehidupan bernegara.

Mengingat intelijen pada saat itu masih belum tertata dengan baik, maka pertempuran intelijen sangat hebat. Di lain pihak, intelijen juga selalu aktif melihat gerak langkah Belanda dengan jelas. Melalui ketajaman intelijen, pasukan gerilya di

52

Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 482 53

Insiden bendera di Surabaya (19/09/1945), pertempuran lima hari di Semarang (15/10/1945), serangan Umum 10 November di Surabaya (10/11/1945), perang Amabarawa (21/11/1945), pertempuran medan Area (10/12/), Karawang-Bekasi (19/12/1945), bandung lautan api (23/03/1946)pereng Puputan Bargarana di Bali (29/11/1946)pembantaian oleh westerling (07/12/1946) dan lain-lain, Lihat Kunarto, Ibid., h. 484

54

Setelah proklamasi (17-08-1945), pengesahan UUD (18-081945), BKR ditetapkan menjadi TKR (05-10-1945), pengangkatan panglima TKR (18-12-1945 ). Pembentukan cabinet I, II, dan III, mendirikan akademi militer, mendirikan perguruan tinggi Gajah mada, BNI 46, TNI AU, Polisi di keluarkan dari Depdagri, penerbitan Uang RI, Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 484

bawah komando Jendral Soedirman tidak dapat dihancurkan oleh Belanda dengan teknik perang gerilya.

Selanjutnya, taktik Devide et Impera juga diberlakukan pada masa demokrasi liberal (1950-1959) yang ahnya enam bulan dengan usulan intelijen Belanda. Indonesia dalam hal ini akhirnya menyadari bahwa RIS (Repuplik Indonesia Serikat), merupakan bagian upaya pelestarian strata politik pecah belah yang sewaktu-waktu bisa menjadi “bom waktu”.

Kemudian pada masa demokrasi terpimpin, terjadilah konfrontasi dengan Malaysia, yang dipertegas dengan Dwi Kora (Dwi komando Rakyat) pada 03 Mei 1964) yang kemudian menjadi perang terbuka. Dalam hal ini, Malaysia yang dibantu oleh intelijen Inggris luput menilai bahwa pasukan RI mempunyai semangat juang yang tinggi dan berani mati.

Perkembangan selanjutnya adalah masa kelahiran Orde Baru (Orba) yang ditandai dengan peristiwa perebutan kekuasaan atas perintah RI oleh PKI (G 30 S/PKI). Surat perintah sebelas Maret (Supersemar) adalah alat yang memberikan kekuasaan penuh kepada Jendral Soeharto menumpas kekuatan PKI sampai ke grass root, menangani masalah sosial politik, ekonomi dan budaya secara simultan, sehingga membuahkan hasil yang luar biasa..

Melalui dukungan ABRI, Soeharto semakin menjadi Orba mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi peristiwa huru-hara Malari pada 15 Januari 1974, yang dapat diatasi dengan sistem Intelijen yang kuat. Ia juga membentuk KOPKAMTIB (Komando Keamanan dan Ketertiban) pada 03 Maret 1969 yang bermakna operasi intelijen diperkuat dan dipertajam.

Pada tahun 1971 diadakan pemilihan umum kedua bagi bangsa Indonesia yang dimenangkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI). Melalui operasi intelijen yang intensif, kemenangan ini dapat merubah keadaan 180 derajat dengan menjadikan

Golkar sebagai pemenag dan mengantarkan Soeharto pada suksesi pelantikan presiden pada 24 Maret 1973 dimana sampai lima pemilu berikutnya pola operasi yang sama terus ditingkatkan.

C. Organisasi dan Jenis Intelijen Negara

Dokumen terkait