• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Konflik FARC dan Kolombia

Konflik yang terjadi di Kolombia awal mulanya muncul sejak pada saat tercapainya kemerdekaan di negara Kolombia yaitu pada tahun 1819, dan juga bahkan sudah muncul sejak pada zaman penjajahan bangsa Spanyol di negara Kolombia. Kolombia sebagai negara terbesar ke empat di Amerika Selatan, negara Kolombia merupakan negara yang sangat kompleks sekali terkait konflik yang didorong dengan berbagai faktor pendorong pemicu terjadinya konflik di kolombia, (Diniarti, 2019). Dalam konflik ini terdapat dua fenomena yang bersejarah yang dianggap sebagai latar belakang dari inti konflik berkepanjangan di kolombia. fenomena yang pertama adalah “The campesino colonization of peripheral

areas”,‘campesino’ yang berarti sebutan untuk penduduk asli Amerika Latin yang berada

pada wilayah pedesaan atau rural areas. Pada fenomena ini terjadi kejadian pada masa kolonialisme Spanyol, wilayah di bagian pedesaan Kolombia disebut sebagai wilayah

‘peripheral areas’, yang artinya bahwa wilayah bagian pedesaan dijadikan sebagai wilayah yang terisolasi dan sulit untuk diakses.

Fenomena yang kedua adalah “A gradual state-building process: the staggered

incorporation of territories and populations resulted in an uneven state presence in the region”, sejak penjajahan bangsa Spanyol, proses pembangunan di Kolombia dilakukan

dengan proses yang bertahap, dengan dilakukan pembangunan yang bertahap itu menghasilkan ketidakmerataan pembangunan yang terjadi. Kedua fenomena tersebut telah terjadi dari paska kolobialiasasi bangsa Spanyol di negara Kolombia sampai kemerdekaan Kolombia, (Gonzalez, 2004). Dan pada tahun akhir tahun 1930-an, reformasi sosial menghadapi perlawanan di kalangan Konservatif dan skeptisisme dari gereja dan Angkatan darat. Politisi Liberal bernama Jorge eliecer Gaitan mewakili kapitalisme. Pada tahun 1947, Gaitan menjadi pemimpin Partai Liberal Kolombia. Dan pada saat tahun 1948 Politisi Gaitan ditemukan tewas dan pada saat itu konflik baru muncul ketika, loyalitas partai lama dibangun kembali dan politik diredukasi menjadi konflik partai lokal. Dan hal ini menjadi fenomena konflik yang dinamai ‘La Violencia’.

Fenomena konflik Laviolencia terjadi pemicu kekajaman dan kekerasan yang besar di Kolombia. konflik ini dinilai adalah babak tergelap dalam sejara di negara Kolombia. konflik yang terjadi pada saat itu adalah perang atas nama partai,desa lawan desa, dan petani gerilya melawan tentara. konflik yang terjadi dari tahun 1948 sampai 1957 memakan korban jiwa sebanyak 200.000 orang dan kemudian sekitar dua juta orang mengungsi ke kota-kota dan wilayah yang mereka anggap aman dari konflik tersebut. Banyak petani kecil yanmg melarikan diri dari pedesaan karena adanya teror dari geng-geng kriminalitas. Seiring berjalan waktu, pada saat itu munculah gerakan gerilya bernama Fuerzas Armadas

Revolucinarias De Colombia (FARC) yang dipimpin oleh Manuel Marulanda yang menjadi pemimpin pada saat itu, (Skretteberg, 2015). Pada tahun 1960 gerilya mendapatkan momentum, yang dimana pada terjadi konflik. Kelompok FARC menjadi sorotan pada tahun 1964 setelah operasi militer melawan milisi tani bersenjata, yang dipimpin oleh partai Komunis. FARC beroperasi secara defensif dan menawarkan perlindungan terhadap petani-petani miskin. Bagi para petani, Komunisme adalah salah satu cara untuk bertahan hidup daripada ideologi politik. FARC menyebar di wilayah Caqueta, Tolima, Meta dan Guaviare, Magdalena Medio, Cauca, dan tempat lainnya, (Skretteberg, 2015)

Konflik sipil yang terjadi juga mengakibatkan pemerintah negara Kolombia kehilangan beberapa fungsinya dan juga ketidak efektifan pemerintah Kolombia dalam menjalankan kendali atas negaranya dan penegaka hukum negara Kolombia, (Miranda, 2013). Dengan berada pada situasi konflik yang berjalan terus dan juga banyak terjadi kekerasan sistematis dengan motif politik dengan terjadi, perdagangan narkoba ilegal,penculikan,pembunuhan dan lain-lain mengakibatkan negara Kolombia menjadi salah satu negara dengan tingkat pelanggaran HAM terburuk pada saat itu. Sehhinga untuk mengakhiri konflik tersebut yang terjadi antara partai tradisional yaitu partai Konservatif dan partai Liberal, maka pada tahun 1958-1974 muncul sebuah kesepakatan, kesapakatan ini dinamain kesapakatan The National Front 1958 yang mengatur sistem pemerintahan bahwa kekuasaan masa periode empat tahun dengan dilakukan secara bergantian antara partai Konservatif dan partai Liberal, (Diniarti, 2019). Akan tetapi dengan terjadinya kesepakatan tersebut, mengakibatkan muncul kartel politik, hal ini tidak hanya untuk membangun monopoli politik akan tetapi juga menutup kemungkinan bagi kelompok lain untuk mendapat akses dalam partisipasi politik dalam

pemerintahan. Hal ini membuat keadaan semakin rumit dikarenakan perkembangan koalisis politik tersebut menjadi timbul konflik yang baru oleh kelompok-kelompok yang lain yang dimana kelompok-kelompok tersbut tidak dapat memperoleh kekuasaan di negara Kolombia. Kemudian muncul kelompok gerakan perlawanan yang lengkat dengan pasukan bersenjata seperti,kelompok FARC (The Revolutionary Armed Forces of Colombia), kelompok ELN (The National Liberation Army), dan kelompok AUC (The United Self-Defense Groups of Colombia), (Herningtyas, 2012).

Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) adalah sebuah kelompok gerilyawan Marxis-Leninisme yang awalnya di dirikan oleh Manuela Marulanda atau Titofijo dan Jacobo Arenas di tahun 1964. Pada dasarnya kelompok ini di bentuk untuk mewakili kepentingan penduduk pedesaan miskin setelah perang saudara Kolombia pada 1948-1958. Pada tahun 1972, Tirofijo mendirikan kamp pelatihan untuk pasukan gerilyawan dalam pendapatan dana unutk memfasilitasi kamp pelatihannya, kelompok FARC awalnya mengandalakn uang tebusan dari penculikan politis dan elit-elit di Kolombia. Selain melakukan penculikan, FARC memulai memproduksi dan memperdagangkan kokain pada akhir 1970 untuk mendanai semua kebutuhan aktivitasnya, (University, 2019).

Ketika globalisasi ekonomi telah memfasilitasi interaksi dan juga kordinasi antar organisasi kriminal dan juga kelompok teroris di dunia. Kemudian penjualan dan perdagangan narkoba ilegal telah menjadi cara yang memungkinkan untuk kelompok teroris untuk mendapat pemasukan dana untuk membiayai pelatihan pasukan mereka dan membeli bahan pelatihan pasukan mereka dari seluruh negara. Untuk mencari terhadap pendapatan mereka, kelompok FARC bekerjsama dengan kelompok teroris dari Spanyol yang dikenal

dengan Basque ETA. Pada saat tahun 2008 investasi antara Kolombia dan Spanyol terdapat FARC dan ETA telah berbagi taktis dan juga logistik informasi, (Berti, 2009).

Kelompok FARC tidak hanya membuat pajak atas pembelian terhadap koka dan kokain tetapi juga mempunyai monopoli terhadap semua transaksi narkoba di wilayah mereka yang dijadikan sebagai pasar perdagangan mereka. Hal ini membuat setiap para petani yang ingin mencoba menjual koka sebagai bahan kokain tanpa membayar bisa mendapatkan sanksi yang beriso tinggi, setiap pembeli yang ingin membeli kokain di wilayah yang dikuasai FARC tanpa izin bisa berisiko ditembak mati. Dalam penjualannya satu kilo kokain dasar harganya sekitar $1.000, namun keuntungan jauh lebih tinggi tergantung dimana melakukan penjualan tersebut seperti penjualan di negara tentangga. Kelompok FARC memiliki hasil pendapatan yaitu pertama dengan menjual narkoba dan kedua melakukan pemerasan, selain itu juga mereka mempunyai tambang emas, (MCDERMOTT, 2013).

Banyak unit dari kelompok FARC di seluruh wilayah Kolombia selatan yang melakukan pemerasan pajak untuk mengumpulkan dana mereka, dan juga melakukan bisnis legal maupun ilegal hal itu sudah termasuk dengan bisnis narkoba yang meraka lakukan. Tentunya dengan aktivitas yang dilakukan kelompok FARC ini membuat dampak yang sangat besar bagi khususnya masyarakyat lokal negara Kolombia, mulai kekerasan sistematis dan juga tindakan diskriminasi yang di lakukan FARC. Efek yang disebabkan pada saat itu menimbulkan yang sangat tinggi,yang dimanan 30.000 terjadi pembunuhan hampir setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena konflik bersenjata sebesar 10%, (the Bureau of Democracy, 2004). Kekerasan yang terjadi meliputi beberapa pemicu seperti faktor korupsi, terorisme,perdaganagn narkoba, serta konflik bersenjata tersebut.

Dokumen terkait