• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

2.3. Sejarah Majapahit

2.3.1 Sejarah Ber dir inya Ker ajaan Majapahit

Kerajan Singasari adalah sebuah kerajaan yang di bangun oleh Ken Arok dengan merebut sebuah daerah Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada mulanya adalah anak buah Tunggul Ametung, namun ia membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Ken Arok kemudian mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes telah mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian menjadi raja Singasari (1227-1248).

Bertepatan pada saat itu ketika di pusat Kerajaan Kediri terjadi pertentangan antara raja dan kaum Brahmana, semua pendeta melarikan diri ke Tumapel dan dilindungi oleh Ken Arok. Pada 1222, para pendeta Hindu kemudian menobatkan Ken Arok sebagai raja di Tumapel dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Adapun nama kerajaannya ialah Kerajaan Singasari. Berita pembentukan Kerajaan Singasari dan penobatan Ken Arok menimbulkan kemarahan raja Kediri, Kertajaya. la kemudian memimpin sendiri pasukan besar untuk menyerang Kerajaan Singasari. Kedua pasukan bertempur di Desa Ganter pada 1222. Ken Arok berhasil memenangkan pertempuran dan sejak itu wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri dikuasai oleh Singasari.

Singasari adalah sebuah kerajaan yang memiliki usia kurang dari 1 abad, yakni sekitar 70 tahun sejak berdiri pada tahun 1292 m. selama tujuh puluh tahun itu, Singasari telah diperintah oleh 5 raja secara berurutan, antara lain: Ken Arok (1222- 1227), Bathara Anusapati (1227-1248), Apanji Tohjaya (1248), Ranggawuni (1248- 1254), dan Kertanegara (1254-1292).

Menurut Pararaton, pemerintahan kerajaan singasari tidak luput dengan tumbal nyawa dan lumuran para raja. Ken Arok yang membunuh Akuwu

Tunggulametung,Ken Arok yang terbunuh oleh Bathara Anusapati (putra Akuwu Tunggulametung dengan ken Dedes), Bathara Anusapati yang terbunuh oleh Apanji Tohjaya (putra Ken Arok dengan selirnya Ken Umang) atas hasutan pembantunya Pranajaya, Apanji Tohjaya yang terbunuh oleh Wisnuwadhana Ranggawuni (putra Bathara Anusapati). Setelah Wisnuwadhana Ranggawuni mangkat atau di jajagu sebagai buddha (Nagarakretagama) dan di candikan di waleri sebagai Syiwa, Kertanegara kemudian dinobatkan sebagai raja singasari.

Kertanegara merupakan salah seorang raja terbesar di Singasari. Dikatakan demikian, karena Kertanegara adalah seorang penggagas atas penyatuan-penyatuan di wilayah Nusantara, yang dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Wilayah Nusantara tersebut yang berhasil di satukan meliputi Sumatra, Bakulapura(kalimantan Barat), Sunda (Jawa Barat), Madura, Bali, serta Gurun (Maluku).

Sebagai seorang raja, Kertanegara adalah sosok penguasa yang memiliki kemauan keras. Segala yang telah menjadi gagasan dan cita-citanya harus didukung oleh seluruh punggawanya. Bagi siapa yang berani menentang peerintah Kertanegara akan menanggung resikonya. Diturunkan, dimutasi, atau bahkan dilengserkan dari jabatanyadengan secara tidak hormat.

Apa yang diungkapkan dimuka adalah sejalan dengan Pararaton. Menurut Pararaton Kertanegara telah menurunkan pangkat Mpu Ragnata dari Rakryan Patih Menjadi Ramadhayaksa. Karena Ragnata telah berani menentang cita-cita Kertanegara. Apa yang dialami Mpu Ragnata juga di alami pula oleh Arya Wiraraja. Seorang demung yang telah berani menentang kebijaksanaan Kertanegara itu akhirnya di mutasikan ke Sumenep (Madura). Kedudukan Arya Wiraraja pun diturunkan dari pangkat demung menjadi bupati.

Perombakan kabinnet tersebut pun banyak menuai banyakpemberontakan di dalam Kerajan Singasari. Mulai dari pemberontakan yang dilakukan oleh Kalana Bhayangkara pada tahun 1270 M, Mahisa Rangkah pada tahun 1280. Baik pemberontakan yang dilakukan oleh Kalana Bhayangkara dan Mahisa Rangkah itu,

tersebut tepatnya pada tahun 1289 M. Kertanegara kedatangan duta dari Mongolia yang bernama Meng Chi itu menyampaikan surat perintah dari dari Kubilai Khan yang berisikan tentang keinginan kubilai Khan agar Kertanegara tunduk terhadap dirinya. Melihat isi surat itu Kertanegara berang bukan kepalang. Tanpa berpikir panjang, sontak Kertanegara melukai Meng Chi. Karena menyadari tindakanya itu bakal di balas oleh pasukan Mongolia. Kertanegara bersiap memperkuat pasukanya di daerah Sumatra.

Tiga tahun setelah kedatangan utusan dari Mongolia Meng Chi. Kertanegara di gegerkan lagi dengan permeberontakan yang dilakukan oleh Jayakatwang yang masih keturunan Kertajaya yang di hasut oleh Arya Wiraraja yang saat itu telah di mutasi di sumenep oleh Kertanegara. Tidak seperti pemberontakan sebelumnya kali ini, Kertanegara berhasil terbunuh di tangan Jayakatwang, dan pada saat itu Raden Wijaya selaku menantu Kertanegara melarikan diri dan meminta perlindungan dari Arya Wijaya di Sumenep. Atas saran Arya Wiraraja, Jayakatwang memberikan ampunan kepada Raden Wijaya dan menghadiahkan hutan Tarik (Trowulan, Jawa Timur).

Setahun Setelah Pemberontakan Jayakatwang, pada tahun 1293 M. Singasari Kedatangan 10.000 pasukan Tartar dari Mongolia yang dipimpin oleh Shih Pi, Ike Mese, dan Khau Hsing untuk membalas dendam tentang kelakuan Kertanegara yang telah melukai Meng Chi dahulu serta meruntuhkan kerajaan Singasari. Pada saat itu dimana Jayakatwang yang lebih memilih untuk tinggal di Kadiri, Raden Wijaya berinisiatif untuk membalas dendam terhadap Jayakatwang karena telah membunuh mertuanya yaitu Kertanegara. Dengan menggunakan alasan kalau Jayakatwang adalah Kertanegara kepada para pasukan Mongol dan Raden Wijaya mengaku bahwa singasari akan tunduk kepada kerajaan Mongol dengan menghadiahkan emas dan putri- putri kerajaan Singasari untuk dikirim ke Mongol sebagai bukti kerajaan Singasari tunduk terhadap kerajaan Mongol. maka Raden Wijaya berhasil menaklukan Jayakatwang dengan bantuan pasukan Mongol tersebut. Kekalahan Jayakatwang berakhir dengan ditawanya Jayakatwang beserta keluarganya oleh pasukan mongol. Sementara setelah pertempuran melawan Jayakatwang. Raden Wijaya segera kembali

ke Singasari dengan alasan akan mempersiapkan jamuan dan upeti yang dijanjikan kepada Ketiga pimpinan pasukan Mongol tersebut. Pada saat kembali di Singasari Raden Wijaya bukannya menyiapkan upeti yang sudah di janjikan, melainkan Raden Wijaya berencana memukul balik pasukan mongol dengan bantuan Ranggalawe selaku anak dari Arya Wiraraja bupati Sumenep.

Rencana tersebut pun menunjukan hasil kemenangan yang gemilang dimana ditengah pertempuran pasukan Raden Wijaya dan Ranggalawe berhasil memecah pasukan mongol yang dimpimpin oleh Shih Pi, Ike Mese, dan Khau Hsing menjadi tiga bagian dan terpencar sampai akhirnya ketiga komandan dan pasukan mongol tersebut sampai di daerah Ujung Galuh dan berkumpul untuk berencana kembali ke Negara mereka dikarenakan keadaan angin yang pada akhir bulan Mei biasanya sudah mulai meniup ke Barat (angin timur) dengan tetap. Pelayaran pada masa itu sangat tergantung kepada arah angin bertiup, jika saja terjadi keterlambatan dalam mengikuti arah angin maka dapat dipastikan pelayar di masa lalu akan terpaksa menunggu kedatangan angin berikutnya berbulan-bulan kemudian. Oleh karena itu pasukan Mongol sangat tidak menginginkan terjebak di pulau Jawa lebih lama apabila sampai terlambat untuk mengikuti angin berlayar kembali ke Cina. Keberadaan lebih lama lagi di pulau Jawa sangat tidak memungkinkan bagi pasukan Mongol selain karena penduduk lokal yang telah berubah menjadi sangat bermusuhan, pasukan Mongol juga tidak terbiasa dengan iklim tropis dan kondisi wilayah berhutan-hutan yang membuat pasukan Mongol rentan terhadap penyakit malaria. Dan sebelum pasukan Mongol berangkat untuk kembali ke Cina, mereka terlebih dahulu menghukum mati Jayakatwang serta anaknya yang berhasil ditawan sebagai ungkapan kekesalan mereka atas serangan balik dari Raden Wijaya.

Sedangkan Raden Wijaya setelah keberhasilannya mengalahkan Kadiri dan memukul mundur pasukan Mongol akhirnya diangkat menjadi raja pertama dari kerajaan Majapahit pada tahun 1293. Dalam kidung Harsawijaya disebutkan bahwa penobatan tersebut terjadi pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka, atau

akan memerintah Majapahit selama 16 tahun sebelum akhirnya meninggal dan didharmakan di Antahpura.

Kerajaan Majapahit akan mengalami berbagai pemberontakan sepeninggal Raden Wijaya sebelum akhirnya mampu untuk menjadi sebuah kerajaan besar yang mampu meluaskan wilayahnya hingga ke manca negara.

Dokumen terkait