• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM

3.2 Sejarah Kota Medan

Kota medan yang juga ibu kota dari salah satu propinsi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, kota Medan memegang urutan ketiga kota terbanyak penduduknya di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Medan berdiri sebagai sebuah kota madya secara resmi pada tanggal 1 Juli 1950 dengan luas area 265,10 km2 dan dengan jumlah penduduk yang mendiami wilayah ini sebanyak 2.731.607 Jiwa (2010).

Kota Medan awalnya dimulai dari sebuah kampung yang berada di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura, yang disebut dengan Kampung Medan. Disebutkan Guru Patimpus lah memulai kampung tersebut pada tahun 1590-an. Beberapa catatan menyatakan, salah satunya adalah catatan Portugis di abad 16, bahwa nama Medan berasal dari kata Meidina, sebuah kota suci di negara Saudi Arabia. Catatan yang lain menyatakan bahwa Medan berasal dari bahasa India, yaitu Meiden.

Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih tiga setengah abad namun untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit.Mereka mengalami sedangkan untuk menguasai Muda di

Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun barulah pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti di tengah jalan karena mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama

Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson.Berhubung pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda.Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai tanggal perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk kekuasaan Belanda. Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum secara fisik menguasai Tanah Deli.

Pada tahun 1858 juga Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia

sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan Kesultanan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri.

Medan mulai mengalami pembangunan sejak pemerintahan colonial Belanda membuka perkebunan tembakau di Tanah Deli ini pada tahun 1860-an. Sejak itulah Medan berkembang terus dan segera menjadi pusat pemerintahan, kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Barat.Pada tahun 1915, Medan menjadi ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Pembukaan perkebunan tembakau di tanah Sumatera Deli pada tahun 1863.Sultan Deli yang bernama Sultan Mahmud Perkasa Alam (1858 - 1873) yang memerintah saat itu mempunyai gagasan untuk masuknya penanam modal besar asing di perkebunan ini.Kedatangan peminat-peminat Belanda ke tanah Deli ketika itu adalah berkat peran dari Sayid Abdullah Ibn Umar Bilsaqih.Orang ini adalah seorang pemilik kapal yang dia sendiri menjadi nakhodanya. Kapal dari habib yang keturunan Arab kelahiran Surabaya ini suatu kali karam, dan kemudian ia berkenalan dan bertemu dengan Sultan Deli. Tak lama ia pun menikahi adik perempuan Sultan. Pribadinya menarik perhatian Sultan.Abdullah pun diangkat menjadi penasihat Sultan yang kelak memberi pengaruh kepada Sultan menjadi sangat terbuka kepada pihak Belanda.

Abdullah, seorang yang sudah berpengalaman di banyak tempat yang dilaluinya, melihat bahwa Tanah Deli sangat cocok dengan perkebunan tembakau.Namun yang diperlukan adalah modal yang cukup besar.Maka Sultan menugaskan Abdullah untuk menarik minat penanam modal di Jawa.Ia pun

berhasil membangkitkan minat para pengusaha Belanda. Maka pada Mei 1863, tiga orang wakil Belanda dari perusahaan yang berbeda kemudian datang meninjau tanah Deli. Salah satunya adalah Jacobus van Nienhuys yang waktu itu sedang bekerja pada perusahaan Van den Arend dengan Jawa Timur.

Pada tahun 1865, Van Nienhuys pindah ke rumah seorang Melayu, di pinggir Sungai Deli.Pada saat itu pula Sultan Mahmud memberi kesempatan kepadanya untuk membeli tanah langsung kepada rakyat. Maka ia pun mengembangkan usahanya dengan 88 orang Tionghoa dan 23 orang Melayu di sekitar kediamannya di tepi Sungai Deli. Namun dia memerlukan lebih banyak modal, yang kemudian ditolak oleh perusahaannya yang terdahulu. Van Nienhuys berhasil mengajak 2 pengusaha Belanda pada 1870 ketika dia berada di Nederland, yang kelak bersama membangun peursahaan tembakau di Tanah Deli. Sepulangnya ke Tanah Deli dia membeli rumah di Kampung Mabar. Dan ketika itu pula ia mendapat konsesi tanah yang terletak di antara Sungai Deli dan Sungai Percut, memanjang dari Kampung Mabar hingga Deli Tua, untuk jangka waktu selama 99 tahun lamanya.

Kemudian pada tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, mendirika perkebunan baru di daerah Martubung, Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada ta dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".

Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, Sumatera Timur dipindahkan pula dari Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.

Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen.Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mackay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.

Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat.Berbagai fasilitas dibangun. Beberapa di antaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan - Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929).

Dokumen terkait