• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH JEPANG

2.1.4 Sejarah Minka

Di zaman Jepang kuno, ada dua jenis rumah, yaitu rumah bawah tanah dan rumah panggung (pengaruh dari Asia Tenggara).Pada periode Heian melalui Periode pertengahan Edo (792 – 1750) ada tiga jenis gaya arsitektur perumahan yang berevolusi: shinden-zukuri, shoin-zukuri, dan sukiya-zukuri.

2.1.5 Shinden-zukuri

Shinden-zukuri mengacu pada gaya arsitektur dalam negeri dikembangkan untuk rumah-rumah megah atau aristokrat dibangun di Heian-kyo Kyoto pada periode Heian (794-1185), terutama di abad ke-10. Shinden-zukuri berkembang menjadi shoin-zukuri dan Sukiya-zukuri (terlepas jenis arsitektur minum teh).

Selama era Kamakura, berkembang menjadi Buke-zukuri perumahan bagi keluarga militer.

Gaya shinden-zukuri pertama muncul pada periode Heian adalah tempat tinggal para bangsawan. gaya ini mencontoh dari ruang ibadah kuil Budha dari dinasti Tang struktur bisymme watrical. Lorong-lorong terhubung satu sama lain dengan lorong-lorong beratap. Interior gaya shinden juga seperti ruang ibadah yang terbuka kecuali untuk tiang bulat. Pusat ruang utama disebut Moya dan dikelilingi oleh dua set pilar. Ruang ini berisi byobu, tirai buluh, sudare dan tirai, kicho. lantai papan kayu. Ada sebuah ruangan kecil yang disebut nurigome digunakan untuk ruang tidur atau tempat penyimpanan. Gaya ini di gunakan oleh para bangsawan dan samurai peringkat tinggi melalui pertengahan abad 15. Gaya shinden-zukuri dapat dilihat pada lukisan Tale of Genji. Saat ini tidak ada contoh yang lebih tua dari gaya ini, hanya dapat ditemukan versi abad ke-19 dari Istana Kekaisaran di Kyoto.

2.1.6 Shoin-zukuri

Shoin merupakan nama kepala biara tempat tinggal di sebuah kuil Zen.

Shoin berarti perpustakaan atau belajar. Contoh tertua zukuri adalah ruang

Dojinsai di Togudo di Ginkakuji (Silver Pavilion). Kamar kecil ini dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa pada tahun 1486. Gaya shoin berevolusi dari gaya shinden selama 2 abad. Gaya shoin akhirnya menjadi besar dan pengaturan dimaksudkan untuk kebesaran dari para panglima perang feodal. Pemanfaatan pilar dipotong persegi (yang bertentangan dengan gaya putaran shinden) yang gunanya untuk meletakkan kusen dan lintels. Hal ini, pada gilirannya, memperluas cara ruang interior dengan partisi yang disebutn shoji dan panel fusuma. Tatami digunakan untuk menutup seluruh luas lantai dan beberapa kamar lebih dari seratus tatami dalam berbagai ukuran. Sebuah contoh gaya shoin adalah Hall Ninomaru dari Nijo Castle di Kyoto. Gaya shoin dewasa ini menggabungkan semua elemen.

Elemen interior tradisional Jepang meliputi : shoji, fusuma, tatami sebagai meliputi lantai, tokomona, chigaidana, dan tsukeshoin.

2.1.7 Sukiya-zukuri

Sukiya-zukuri merupakan gaya arsitektur rumah terakhir. Sukiya-zukuri adalah salah satu jenis gaya arsitektur hunian Jepang. Suki berarti halus, rasa menyenangkan dalam kegiatan elegan dan mengacu pada kenikmatan dan keindahan acara minum teh. Kata awalnya dilambangkan sebuah bangunan di mana upacara minum teh dilakukan dikenal sebagai Chashitsu dan dikaitkan dengan ikebana merangkai bunga dan seni tradisional Jepang lainnya. Ia telah hadir untuk menunjukkan cara merancang fasilitas umum dan rumah-rumah pribadi berdasarkan "tea house aesthetics".

Gaya sukiya yang berkembang dari periode Azuchi-Momoyama dan gaya shoin, sangat kontras langsung dan pengaturan yang luar biasa besar dari-shoin

zukuri. Dalam sukiya, semakin kecil dan sederhana dianggap sebagai desain terbaik. Beberapa pondok teh terdiri dari enam tatami. Penggabungan dari sukiya dengan shoin dikembangkan menjadi sukiya-zukuri. Gaya ini menjadi gaya yang populer bagi warga kota yang tinggal di pertengahan hingga akhir zaman Edo (1750 -1867). Hal ini juga gaya yang telah berkontribusi pada ruang kehidupan Jepang. Contoh klasik sukiya-zukuri adalah Katsura Imperial Villa dibangun pada pertengahan 1600-an.

Zaman Edo berlangsung sekitar tahun 1600–1868 ketika Jepang di bawah pemerintahan Sogun menutup pengaruh dan hubungannya dari dunia Barat.

Keputusan itu tercermin pada pola perkembangan kota kecil di sepanjang jalur Nakasendo, salah satu di antaranya dapat dilihat di desa kuno Tsumago yang bangunan rumah tinggalnya tampak jelas didominasi corak arsitektur tradisional Jepang gaya Edo. Beberapa jalan kecil berupa gang juga sangat menarik diikuti karena dari jalan kecil tersebut kita dapat melihat taman gaya Jepang di area halaman belakang dan depan rumah. Taman yang dilengkapi kolam batu alam dilengkapi bonsai, pancuran air dari bambu, dan kerajinan bambu lain menambah daya tarik kawasan ini.

Di antara jalan-jalan setapak, ada banyak rumah-rumah yang menampilkan eksterior taman gaya Jepang. Taman tidak hanya di depan rumah namun juga di belakang rumah. Taman-taman ini banyak dihias kolam batu alam beserta bonsai, pancuran air dari bambu, dan kerajinan bambu. Melangkah ke dalam, kita akan melihat bangunan utama yang terbuat dari kayu/papan. Bila kita lihat lebih jauh, rumah-rumah papan ini identik dengan kegiatan warga Jepang zaman Shogun yang bermata pencarian bertani, berdagang, dan bisnis jasa.

Atap rumah Jepang umumnya ditindih batu agar tidak terbang tertiup angin.

Atap ini dilengkapi juga dengan talang air pada sisinya, yang berfungsi menyalurkan air ke tanah. Talang ini terbuat dari bambu yang menunjukkan kecerdikan dan pemikiran unsur teknis tukang bangunan masa Edo. Ruangan dengan lantai tanah, tatami, dan pondasi batu alam yang ditindih bangunan bahan kayu juga menjadi salah satu ciri khusus. Konstruksinya sederhana, dengan menerapkan prinsip “semakin sedikit, semakin baik”. Prinsip ini sudah banyak diserap dalam seni arsitektur modern.

Dinding-dinding rumah Jepang cenderung polos dengan garis-haris geometrik. Dinding dibangun tipis, nyaris tidak bermateri. Bahkan kertas pun masih dipakai untuk dinding-dinding ruangan. Tidak aman memang dan sangat dingin di musim salju, tetapi ini dibuat untuk membuat penghuninya tetap menyatu dengan alam. Dinding-dinding, lantai, dan langit-langit dibiarkan polos tanpa hiasan apapun. Satu-satunya hiasan hanyalah permainan garis-garis dan kotak-kotak lurus. Pada ruang utama tempat penerimaan tamu, dibuat panggung kecil yang berdinding mundur sebagai tempat beribadah. Bagian ini adalah tempat untuk orientasi diri psikologis si pemilik rumah, yang disebut tokonoma. Ada beberapa lukisan pemandangan atau bunga, namun kadang-kadang lukisan diganti dengan pajangan seni kaligrafi yang indah, berisi syair atau puisi yang mengandug nilai kearifan atau pengetahuan budaya.

Denah rumah tradisional Jepang terbagi dalam ruang-ruang sederhana yaitu berbentuk kotak atau persegi. Kesederhanaan ini tercermin dalam desain minimalis, yang sekarang turut mempengaruhi Arsitektur Gaya Minimalis.

Namun kenyataannya, budaya arsitektur yang tersohor itu sebenarnya sudah dikerjakan selama berabad-abad oleh para arsitek-arsitek zaman Shinto.

Perumahan terus berkembang di era Meiji (1868-1912), beberapa rumah di kota dibangun dengan gaya kura-zukuri, yang menampilkan eksterior Jepang yang dibuat dari bahan tahan api, biasanya memiliki lorong panjang melalui tengah rumah dengan kamar di setiap sisi, dikatakan untuk menggabungkan budaya asing dengan gaya rumah disukai oleh samurai.

2.2 Rumah Modren Di Jepang

Dewasa ini, umumnya rumah modern Jepang tebuat dari beton.Arsitektur dan tata ruang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan si pemilik rumah.

Namun desain dan tata ruang pada rumah modern Jepang tetap memiliki sentuhan arsitektur rumah tradisional Jepang. Contohnya, pada bagian Genkan. Genkan pada rumah modern lebih cenderung memiliki karakter yang multifungsi desain lebih minimalis,lantai terbuat dari keramik,kayu olahan.

Pada rumah modern Jepang, pembagian fungsi ruang dibuat disesuaikan dengan kegunaannya. Contohnya adanya ruang keluarga ,ruang makan khusus yang tidak di campur fungsinya dengan ruangan yang lain . Tiap ruangan juga dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan si pemilik rumah. Pada bangunan rumah modern Jepang menggunakan lantai keramik, dinding beton , Bahan kayu yang

biasanya di pakai di rumah tradisional Jepang masih dapat terlihat di beberapa ruangan di rumah modern Jepang.

2.3 Perbedaan Rumah Tradisional Dan Modern Jepang

Rumah Tradisional Jepang memiliki gaya arsitektur yang berbeda-beda karena menyesuaikan letak geografis dan iklim di tiap daerah. Gaya aristektur rumah Jepang tidak jauh berbeda , tetap memiliki tata ruang yang berkaitan sesuai dengan kebutuhan rumah di tiap geografis dan iklim yang berbeda. Rumah tradisional Jepang lebih banyak memakai kayu, memiliki desain dan tata ruang yang sangat lekat dengan Genkan meskipun seiring perkembangan waktu desain rumah Jepang berubah. Namun tidak meninggalkan tata ruang tradisional rumah Jepang seperti keberadaan Genkan .

Sedangkan rumah modern Jepang tidak jauh berbeda dengan rumah Jepang tradisional. Tata ruang rumah modern di Jepang masih menggunakan Genkan. Sedangkan bangunannya sudah dari beton tetapi masih memiliki sentuhan kayu seperti rumah tradisional Jepang. Bentuk rumah dan tata ruang rumah modern lebih minimalis. Pada rumah modern Jepang yang memiliki Genkan, keberadaannya masih digunakan ditiap Rumah modern Jepang karena fungsinya sebagai teras atau pintu masuk rumah Jepang. Bentuk Genkan juga lebih modern dan minimalis.

Meskipun terdapat perbedaan dalam rumah tradisional dan modern.

Bangunan rumah Jepang memiliki persamaan komposisi bahan bangunan.

Dibangun dengan bahan-bahan yang ringan seperti kayu,bambu dan jerami,kertas

dan sutera. Menggunakan bahan-bahan trasnparant hemat bahan. Memiliki tiang-tiang semampai,sederhana pada bangunan rumah Jepang.

 Rumah Tradisional Jepang

Bisa dilihat dari gambar rumah tradisional Jepang tersebut , satu ruangan memiliki fungsi yang sama. Pada ruang Tatami bisa sebagai ruang keluarga dan ruang untuk tidur. Sekat pemisah tiap ruangan tidak banyak karna satu ruangan memiliki beberapa fungsi.

 Rumah Modern Jepang

Pada gambar rumah modern Jepang diatas dapat terlihat bahan bangunan terbuat dari beton,tiang besi,olahan kayu,lantai keramik. Terdapat pembagian fungsi dari tiap bagian ruangan , contohnya ruang tidur tidak sama dengan ruang keluarga.

BAB III penting. Dalam perkembangannya, Genkan pun berkembang mengikuti perkembangan zaman hingga sekarang.

Secara umum, Genkan berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu.

Diluar dari fungsi umum Genkan sebagai pintu keluar masuk bangunan, Genkan juga merupakan suatu ruangan yang menjadi pembatas antara bagian dalam rumah dan luar rumah.

Awal dari dasar bentuk Genkan pertama kali diperlihatkan pada abad ke-14 dalam arsitektur Kenchouji yang berada di kota Kamakura provinsi Kanagawa.

Jepang yang juga merupakan kuil terbesar dari lima kuil besar Zen di daerah penggungan Kamakura Jepang. Desain Genkan yang ditemukan pertama kali pada kuil Kenchouji pertama kali diambil dari bentuk jalan yang melintas di depan kuil utama Honjou. Pada abad ke-16 Genkan ditunjukan dengan suatu jalan setapak menuju pada aula utama kuil yang menuju pada bangunan utama pada tempat tinggal bangsawan yang berfungsi sebagai pintu masuk tamu. Genkan pada abad ke-16 menghadap langsung kearah taman dan memiliki atap berbentuk segitiga

Kirizuma atau atap yang memiliki bentuk arsitektur atap Cina, yang langsung menyatu dengan pintu gerbang.

Pada zaman Edo ( 1603-1868 ), tipe genkan yang digunakan mulai tergantikan yaitu, langsung menghubungkan antara bagian dapur dan ruang utama. Pada abad ke-17 genkan digunakan sebagai ruang pos penjagaan yang dibangun di kediaman bushi dan shogun. Ruangan ini disebut sebagai Kurumayose Genkan yang memiliki struktur tembok yang kuat, lantai yang di aspal dan jalan setapak yang menghubungkan antara ruang Genkan dengan ruangan yang ada di dalam. Genkan dilarang dibangun pada kediaman rumah masyarakat sipil (minka). Pada tahun 1630, Genkan mulai dilengkapi dengan suatu pijakan tambahan Shikidai yang terbuat dari kayu atau batu yang berfungsi untuk membantu tamu untuk naik memasuki bangunan utama. Tetapi pada awal abad ke-17, jenis Kurumayose Genkan yang dilengkapi Shikidai beralih fungsi menjadi pintu masuk formal yang juga disebut sebagai Onari Genkan. Onari Genkan juga berfungsi menjadi symbol dari kelas sosial tinggi yang dibatasi oleh peraturan ketat yang berlaku pada masyarakat Jepang yang terbatas untuk kaum Bushi, bangsawan dan pemuka agama.

Pada pertengahan zaman Edo, bentuk perkembangan dari Kurumayose Genkan dan Onari Genkan adalah dengan penambahan lebar ruang dari Shikidai (pijakan) yang digunakan untuk memudahkan naik turun ke dalam rumah.

Seringkali pada atap genkan juga dihiasi oleh hiasan-hiasan. Dan Genkan seperti ini biasanya ditemukan pada kediaman Bushi kelas menengah sebagai bentuk ruang formal, penggunaan Genkan biasanya dibatasi hanya untuk tuan rumah

sedangkan anggota keluarga yang lain menggunakan pintu masuk berbeda, biasanya dibangun disisi rumah. Memasuki abad ke-18 rumah dari para kaum pedagang, kepala desa (shou) dan staff pemerintahan (honjin) mulai diijinkan untuk membangun genkan sebagai bentuk dan pengadopsian dari gaya arsitektur Shion-zukuri yang digunakan sebagai penerima tamu, kemudian untuk dibangun pada rumah tabib-tabib dan rumah dari pengurus kuil (shikan).

Genkan biasanya ditambahkan pada ruangan yang paling luar pada bangunan sebagai tempat penerima tamu seperti halnya ruangan masuk pada toko-toko tradisional Jepang. Rumah-rumah yang berada di kota besar (machiya), genkan yang dibangun dalam rumah dilengkapi oleh Shikidai sering kali dibuat langsung pada Doma dan mengarah menuju ruangan yang memiliki lantai yang dinaikkan (kyoshitsubu). Bentuk Genkan pada rumah kaum Bushi berkelas rendah di akhir zaman Edo. Bentuk Genkan pada rumah Bushi berkelas rendah di akhir zaman Edo, lebih ditekankan pada fungsinya. Ruang Genkan dibuat langsung dengan berhadapan dengan Doma dan Yoritsuki sebagai tempat melepaskan sepatu, namun Genkan tidak dilengkapi dengan Shikidai. Genkan inilah yang digunakan pada arsitektur rumah Jepang modern.

3.2 Fungsi Genkan

Genkan adalah area pintu masuk tradisional Jepang untuk rumah, apartemen, atau bangunan. Fungsi umum dari Genkan adalah tempat untuk melepaskan sepatu sebelum memasuki bagian utama dari rumah atau bangunan, lantai Genkan disebut Tataki. Setelah masuk, sepatu biasanya diletakkan di getabako (lemari untuk sepatu). Dan biasanya setelah melepas sepatu, seseorang

melangkah ke Genkan hanya memakai kaus kaki atau dengan kaki telanjang, untuk menghindari membawa kotoran kedalam rumah. Setelah masuk, biasanya sepatu akan dilepas dan diganti dengan sandal, atau sepatu yang dapat dipakai dalam ruangan (uwabaki).

Kebiasaan melepas sepatu seseorang sebelum memasuki rumah diyakini lebih dari seribu tahun yang lalu. Bahkan tidak hanya dalam melepaskan sepatu saja di genkan namun, dari Genkan pun kita dapat mengetahui watak,karakter dari pemilik rumah menurut fengsui yang di percaya oleh masyarakat Jepang.

3.3 Model-Model Genkan

Sesuai dengan perkembangan zaman, model-model Genkan pun mengalami bentuk perkembangan terutama pada segi fisik Genkan.

Berikut ini adalah model-model Genkan pada tempat tinggal yang ada selama ini :

Model Genkan tradisional ;

Model Genkan Modern ;

3.4 Bagian-Bagian Genkan

Genkan memiliki bagian-bagian yang dapat membentuk strutktur fisik dari Genkan secara utuh. Genkan yang memiliki bagian-bagian yang lengkap secara utuh biasanya hanya dapat ditemukan pada bangunan yang memiliki arsitektur tradisional. Berikut ini bagian-bagian yang terdapat pada Genkan.

Genkan chuumon : Atap yang berada tepat sebelum Genkan no doa. Bagian ini biasa digunakan untuk membantu tamu yang berkunjung agar tidak terlalu basah karena hujan atau terik karena sengatan matahari ketika menunggu di depan pintu Genkan.

Genkan no doa : Genkan no doa merupakan pintu yang terdapat sebelum memasuki atau keluar dari Genkan. Genkan no doa dapat pula disebut sebagai deiriguchi. Genkan no doa dapat berupa pintu geser ataupun pintu bergaya barat.

Ranma : Ranma merupakan suatu sekat yang berada di atas Genkan no doa, Ranma memiliki fungsi sebagai sirkulasi udara dalam ruangan Genkan agar tidak terlalu lembab, karena Genkan yang kotor dan lembab dapat dengan mudah menjadi sumber penyakit.

Doma : Merupakan bagian dari Genkan yang berupa lantai yang sejajar dengan tanah. Jika tidak ada wakiagari, maka tamu akan melepaskan sepatunya di Doma hingga ruang tepat sebelum menaiki Yoritsuki dapat pula disebut sebagai Doma to ittai no kuukan.

Wakiagari : Wakiagari merupakan papan yang diletakkan tepat di bagian bawah Genkan yang sejajar dari tanah (doma) agar tamu dapat melepaskan

sepatunya tanpa harus langsung menginjak tanah. Wakiagari dapat ditemukan di sekolah-sekolah Jepang maupun Ryokan besar.

Shikidai : Shikidai merupakan undakan berupa kayu atau batu untuk membantu tamu naik ke Yoritsuki.

Yoritsuki : Yoritsuki merupakan bagian dari Genkan yang berupa lantai yang dinaikkan, dan sejajar dengan ruangan di dalam rumah. Yoritsuki sudah merupakan teritori dari bagian dalam rumah.

Selain bagian-bagian diatas, Genkan pun memiliki beberapa benda-benda yang lainnya yang merupakan kesatuan namun juga terdapat di Genkan. Benda-benda tersebut adalah ; Rak atau lemari kecil untuk menaruh sepatu yang biasanya rak atau lemari kecil ini hanya digunakan untuk tuan rumah dan menaruh sendal rumah atau digunakan oleh tamu ketika mereka berkunjung, tempat untuk menaruh sepatu atau payung yang biasanya berada tepat di sebelah rak atau lemari kecil yang berada di Genkan (doma), gantungan untuk topi atau mantel, kaca yang diletakkan di Yoritsuki, dan terdapat juga keluarga menaruh telepon di atas rak sepatu, namun sebagian besar tuan rumah menaruh dekorasi beberapa , Ikebana, foto keluarga atau sesuatu yang dipercaya mampu untuk memberikan pengaruh baik bagi rumah mereka.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Genkan sebagai batas pintu masuk orang jepang yang memiliki peran dalam tata ruang rumah Jepang. Genkan menjadi suatu bagian yang wajib ada di ruang lingkup bagian rumah orang Jepang meskipun rumah mereka kecil,ataupun apartemen Genkan selalu dipertahankan keberadaannya. Karena Genkan berfungsi tak sekedar sebagai batas pintu masuk ,melainkan sebagai karakter,watak atau wajah dari pemilik rumah tersebut. Seiring perkembangan zaman dari waktu ke waktu ,Genkan mengalami perubahan namun perubahan tersebut tetap memiliki arsitektur yang tidak meninggalkan gaya Genkan tradisional.

Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;

1. Genkan adalah serambi,ruang gerbang,batas pintu masuk dari rumah orang Jepang. Area kecil yang terletak pada bagian depan dalam ruangan ,

2. Fungsi genkan pada umumnya sebagai batas pintu masuk rumah Jepang, tempat melepaskan sepatu ,dan meletak atau menyimpan barang bawaan tamu dari luar.

3. Terdapat perbedaan rumah tradisional Jepang dan modern yaitu bahan bangunan rumah tradisional terbuat dari tatami , olahan tiang tiang kayu

, bahan transparan yang ringan, pembagian fungsi dalam rumah tradisional tidak memiliki banyak sekat, satu ruangan bisa memiliki dua fungsi.

4. Sedangkan pada rumah modern Jepang bahan bangunan terbuat dari beton,tiang besi, lantai keramik,olahan kayu , pembagian tiap ruangan memiliki satu fungsi yang berbeda-beda.

4.2 Saran

Saran untuk penulisan ini adalah pembaca dapat mengenal dan mengetahui kebudayaan dan arsitektur rumah Jepang khususnya Genkan. Dengan semakin banyak mebaca dan mempelajari budaya dari negara lain maka semakin banyak juga pengetahuan yang di dapat mengenai budaya negara tersebut. Menambah pengetahuan dan menyadarkan kita bahwa budaya setiap negara berbeda-beda dan memiliki khas tersendiri. Bagi pembaca sebaiknya membaca budaya dari negara lain disarankan terlebih dahulu mengenal latar belakang dari negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Beaseley,W.G. Pengalaman Jepang dan Sejarah Singkat Jepang . Yayasan Obor Indonesia . Indonesia.

http://www.aisf.or.jp/~jaanus/deta/r/ranma.htm diakses tanggal 20Mei2017.

www.doma-house.jp diakses tanggal 20Mei2017.

http://home.wlu.edu diakses tanggal 25Mei2017.

http://tokyoroom.atspace.com diakses tanggal 2Juni2017.

http://www.007.upp.so.net.ne,jp/s-design/ie/ie48.html diakses tanggal 30Mei2017.

http://aisf.or.jp/~jaanus/deta/g/genkan.htm diakses tanggal 4Juni2017.

Web-japan.org;www.japanneseguesthouses.com;http:/ww.flickr.com diakses tanggal 4juni2017.

Abstrak

Kertas karya ini berjudul “Genkan ( Batas Pintu Masuk Rumah Jepang).

Tulisan dalam kertas karya ini bertujuan untuk menjelaskan Genkan dan fungsinya pada rumah tradisional Jepang, memperkenalkan budaya tradisional rumah Jepang khususnya Genkan ( Batas Pintu Masuk Rumah Jepang). Penulis menggunakan metode kepustakaan dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku,internet, dan rangkuman untuk membahas permasalahan ini.

Selanjutnya , menjelaskan dan dirangkum datanya di kertas karya. Dalam tulisan ini membahas mengenai fungsi Genkan dalam kebudayaan rumah tradisional masyarakat Jepang, model ataupun bentuk-bentuk dari Genkan, dan bagian-bagian dari Genkan.

Rumah tradisional Jepang atau Minka yang merupakan hunian untuk rakyat biasa. Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuain terhadap letak geografis/iklim setempat, dan keperluan industri. Bangunan dirancang untuk beradaptasi pada lingkungan. Selainpenyesuaian terhadap letak geografi, iklim dan gaya hidup, Minka dapat juga dibagi menjadi dua tipe, yaitu rumah pertanian dan rumah perkotaan. Pada rumah tradisional Jepang terdapat Genkan , dapat dikatakan bahwa hampir semua rumah Jepang memiliki Genkan di

Rumah tradisional Jepang atau Minka yang merupakan hunian untuk rakyat biasa. Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuain terhadap letak geografis/iklim setempat, dan keperluan industri. Bangunan dirancang untuk beradaptasi pada lingkungan. Selainpenyesuaian terhadap letak geografi, iklim dan gaya hidup, Minka dapat juga dibagi menjadi dua tipe, yaitu rumah pertanian dan rumah perkotaan. Pada rumah tradisional Jepang terdapat Genkan , dapat dikatakan bahwa hampir semua rumah Jepang memiliki Genkan di

Dokumen terkait