• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENKAN ( BATAS PINTU MASUK RUMAH JEPANG ) Kertas Karya. Dikerjakan LOUISHEILA NAPITUPULU PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GENKAN ( BATAS PINTU MASUK RUMAH JEPANG ) Kertas Karya. Dikerjakan LOUISHEILA NAPITUPULU PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

GENKAN ( BATAS PINTU MASUK RUMAH JEPANG )

Kertas Karya

Dikerjakan

O

L

E

H

LOUISHEILA NAPITUPULU

142203090

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

GENKAN ( BATAS PINTU MASUK RUMAH JEPANG )

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non- Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH:

LOUISHEILA NAPITUPULU NIM:142203090

Pembimbing,

Rani Arfianty, S.S., M.PHil NIP.197611102005012002

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Disetujui oleh :

Program Studi DIII BahasaJepang

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Ketua Program Studi

Dr.Diah Syafitri Handayani,M.Litt

NIP.197212281999032001

(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

Untuk melengkapi salah satu syarat tugas akhir Diploma III dan Program Studi Bahasa Jepang,

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma III Bahasa Jepang

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr.Budi Agustono,M.S.

NIP: 196008051987031001 Panitia Ujian Tugas Akhir:

No. Nama Tanda tangan

1. ( )

2. ( )

3. (

(5)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus, karena kasih- Nya yang berlimpah,penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.Kertas Karya ini berjudul “Genkan ( Batas Pintu Masuk Rumah Jepang )”.

Sebagai sifat manusia yang tidak luput dari kekurangan,dalam hal ini penulis telah menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam Kertas Karya ini masih jauh dari kesempurnaan,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk kearah perbaikan.

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan oleh berbagai pihak yang cukup bernilai harganya baik berupa bimbingan maupun pengarahan , oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu menyelesaikan kertas karya ini. Untuk itu penulis sangat berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Budi Agustono M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Diah Syafitri Handayani,M.Litt, selaku Ketua Program Studi Bahasa Jepang DIII Fakultas Ilmu Budaya Universitas Utara.

3. Ibu Rani Arfianty,S.S,M.Phil selaku dosen pembimbing yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya dan fikirannya untuk

(6)

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Zulnaidi S.S.,M.Hum selaku sekretaris Program Studi Bahasa Jepang DIII Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,yang telah membimbing saya untuk membuat Tugas Akhir yang baik dan benar.

5. Seluruh Staf pengajar pada program studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di jurusan Bahasa Jepang.

6. Kepada kedua orangtua saya yakni Ibunda Emerita Tutwuri Handayani Tambunan Sp.d dan Ayahanda Togap Napitupulu Sp.d yang telah mendidik saya sedari kecil hingga sampai sekarang,serta dukungan baik doa,materi,kasih sayang dan semangat kedua orangtua untuk saya.

Saya juga berterimakasih kepada adik-adik saya Louria Ingreat Napitupulu,Yuanoel Sebastian Napitupulu,Ias Regina Uli Napitupulu,dan Carol Queensa Novembri Napitupulu untuk doa dan semangat mreka buat saya . Serta ucapan terimakasih untuk keluarga besar saya yang sudah membantu dan mendoakan saya.

7. Teruntuk kepada keluarga kecil saya yang aneh , yaitu Natasya Audina ,Nindya Arintika,Wani Permata Hati,Jovalia Hansen Togatorop,Fenny Ayu Indriani, Sity Hartina,dan Agi Anggara Putra yang menyemangati saya untuk sama-sama mengerjakan dan menyelesaikan kertas karya ini, menjadi tempat suka dan duka,yang impiannya “kita wisuda

(7)

bareng guys semangat”. Terimakasih juga kepada teman-teman saya Kak Shelly, Kak Maida, Kak Resha,Kak Yusna,dan adik Bonita atas semangat dan doanya.

8. Dan saya berterimakasih kepada teman-teman HINODE 2014 atas semangat dan doanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini,sehingga kritik dan saran diharapkan oleh penulis. Akhir kata,penulis mengucapkan terimakasih. Semoga Kertas Karya ini berguna bagi kita semuanya dikemudian hari.

Medan, Agustus 2017

LOUISHEILA NAPITUPULU

NIM:142203090

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 ... Alasa

n Pemilihan Judul ... 1

1.2 ... Tujua n Penulisan ... 4

1.3 ... Batas an Masalah ... 4

1.4 ... Meto de Penulisan ... 4

BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH JEPANG 2.1 Rumah Tradisional Jepang ... 6

2.1.1 Rumah Pertanian (Nouka) ... 7

2.1.2 Doma ... 7

2.1.3 Rumah di Perkotaan (Machiya)... 8

2.1.4 Sejarah Minka ... 8

2.1.5 Shiden-Zukuri... 9

2.1.6 Shoin-Zukuri ... 10

2.1.7 Sukiya-Zukuri... 10

2.2 Rumah Modern di Jepang ... 13

2.3 Perbedaan Rumah Tradisional dan Modern Di Jepang ... 15

(9)

BAB III GENKAN

3.1 Sejarah Genkan ... 19

3.2 Fungsi Genkan ... 21

3.3 Model-Model Genkan ... 22

3.4 Bagian-bagian di dalam Genkan ... 25

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 27

4.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

(10)

Arsitektur adalah seni yang dilakukan setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merangkap dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.

Negara Jepang yang terletak di daerah curah hujan yang tinggi, memiliki empat musim, yaitu : musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Yang dalam jangka waktu relatif berubah. Alam Jepang selain mendatangkan keuntungan, juga mendatangkan kesengsaraan bagi penduduknya dengan seringnya terjadi bencana alam seperti gempa bumi, dan angin topan. Oleh karena itu untuk memilih bahan bangunan rumah tradisional Jepang yang sesuai dengan perubahan-perubahan iklim dan letak geografis tersebut dan juga dikarenakan berlimpahnya bahan alam berupa kayu, maka kayu lebih dianjurkan dijadikan bahan dasar bangunan rumah tradisional Jepang.

Di Jepang, bagunan-bangunannya memiliki arsitektur khas yang membedakan dengan negara-negara lain. Baik dari bangunan istana, rumah, kastil, hingga taman. Arsitektur Jepang dari periode Asuka dan Nara (550 – 794 M) 2 sampai pada periode Heisei Awal dan masuknya pengaruh barat pada Arsitektur Jepang.

Arsitektur Jepang secara tradisional ditandai oleh struktur kayu, bentuk bangunan panggung, dengan atap genteng tanah atau jerami. Ciri khas Pintu Jepang dengan sistem geser/slading (fusuma) yang memungkinkan konfigurasi

(11)

internal ruang untuk disesuaikan dengan kesempatan yang berbeda. Orang – orang biasanya duduk di atas bantal atau di lantai, dan kebiasaan ini dilakukan hingga sekarang. Sejak abad ke – 19, Arsitektur Jepang telah memasukkan unsur – unsur arsitektur gaya Barat, modern, dan post-modern ke dalam desain dan konstruksinya, dan saat ini merupakan acuan dalam desain arsitektur mutakhir dan teknologi.

Bangunan rumah di Jepang memiliki desain arsitektur yang berbeda dan khas, khususnya pada rumah tradisional Jepang atau Minka. Minka merupakan hunian untuk rakyat biasa. Gaya arsitektur Minka berbeda – beda di setiap daerahnya. Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuaian terhadap letak geografi / iklim setempat, dan keperluan industri. Misalnya, Minka di daerah Jepang bagian utara, bangunannya dirancang untuk dapat beradaptasi terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju. Atap jerami dengan bubungan yang terjal memungkinkan udara di dalam ruangan cukup hangat.

Sedangkan di daerah Jepang bagian selatan, terdiri dari sekelompok rumah-rumah yang relatif kecil, rendah dengan rumah panggung agar memperoleh ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin taifun.

Rumah panggung ini dirancang untuk merendam gunjangan gempa.

Bahan bangunan pada arsitektur Minka yaitu balok kayu besar untuk tiang utama rumah rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu juga digunakan untuk dinding, lantai, langit-langit, dan bubungan atap. Bambu digunakan untuk melapisi tempat-tempat kosong di antara dinding kayu dan setelah itu dilapisi dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang rata. Tanah liat juga dibakar untuk

(12)

dijadikan genteng. Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan jerami tanaman padi dipergunakan untuk dianyam menjadi tikar kasar yang disebut dengan Mushiro, dan tikar halus yang disebut dengan Tatami, yang digelar di atas tikar kasar. Batu – batu terbatas dipergunakan untuk fondasi rumah, tidak pernah digunakan sebagai dinding.

Arsitektur pada rumah tradisional Jepang (minka) berbeda dari arsitektur bangunan rumah lainnya. Termasuk dari bahan-bahan yang diperlukanpun sangat mudah untuk didapat, dan juga di arsitektur minka pada bagian-bagian rumahnya memiliki fungsi masing-masing.

Perbedaan rumah Jepang dengan dunia dilihat dari genkan,bahan, fungsi serta makna yang terkandung pada setiap bangunan rumah masyarakat Jepang memiliki ciri yang sangat khas. Salah satu perbedaannya adalah terdapat Genkan (Batas Pintu Masuk Rumah Jepang). Genkan adalah serambi,ruang gerbang,batas pintu masuk rumah Jepang. Yang merupakan tempat melepaskan sepatu dan menyimpan barang yang dibawa oleh tamu. Dapat dikatakan bahwa hampir semua rumah Jepang memiliki Genkan di dalamnya. Dari hal ini, dapat diketahui bahwa genkan merupakan bagian ruangan yang wajib ada dan memiliki fungsi yang penting bagi rumah Jepang. Perbedaan inilah yang menjadi cirri khas dari rumah tradisional Jepang. Pada rumah modern Jepang model dan bentuk Genkan dimodifikasi tergantung pada luas bangunan dan kebutuhan pemilik rumah. Dari dulu sampai sekarang kedudukan Genkan dalam tata ruang rumah masyarakat Jepang tampaknya sebagai bagian yang wajib ada dan sangat di pertahankan sampai sekarang. Berdasarkan inilah penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “GENKAN PADA RUMAH TRADISIONAL JEPANG”

(13)

1.1 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Menjelaskan Genkan dan fungsinya pada rumah tradisional Jepang.

2. Memperkenalkan budaya tradisional rumah Jepang khususnya Genkan (Batas Pintu Masuk Rumah Jepang).

1.2 BATASAN MASALAH

Agar tujuan tugas akhir ini sesuai dengan tujuan penulisan, serta terarah ,maka penulis membatasi permasalahan hanya pada Genkan (Batas Pintu Masuk Rumah Jepang). Penjelasan lebih diarahkan kepada pembahasan mengenai fungsi Genkan dalam kebudayaan rumah tradisional masyarakat Jepang. Penulis juga memberikan penjelasan mengenai model ataupun bentuk-bentuk dari Genkan,dan bagian-bagian dari Genkan.

1.4 METODE PENELITIAN

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode kepustakaan (Library Research). Menurut Mestika Zed (2004) , metode penelitian kepustakaan adalah langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian atau proposal untuk memperoleh informasi penelitian, memperdalam kajian teoritis atau mempertajam metodologi

Dalam penulisan kertas karya ni, penulis menggunakan metode kepustakaan dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku, internet ,dan rangkuman kemudian di dekskripsikan kedalam kertas karya ini.

(14)

BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH DI JEPANG

2.1 Rumah Tradisional Jepang

(15)

Minka merupakan nama umum untuk rumah tradisional Jepang dan merupakan hunian untuk rakyat biasa. Rumah-rumah ini sudah ada sebelum akhir tahun 1800. Rumah-rumah ini dapat ditemukan di seluruh Jepang dengan gaya yang khas antar daerah.

Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuaian terhadap letak geografi /iklim setempat, dan keperluan industri. Misalnya, Minka di daerah Jepang bagian utara, bangunannya dirancang untuk dapat beradaptasi terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju. Atap jerami dengan bubungan yang terjal memungkinkan udara di dalam ruangan cukup hangat. Bukaan berupa jendela kecil hanya ada di bubungan tersebut untuk menghindari banyaknya angin masuk kedalam rumah. Disamping itu juga dirancang khusus untuk keperluan memelihara ulat sutra.

Sedangkan di daerah Jepang bagian selatan, terdiri dari sekelompok rumah- rumah yang relatif kecil, rendah dengan rumah panggung agar memperoleh ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin taifun.

Rumah panggung ini dirancang untuk meredam gunjangan gempa.Selain penyesuaian terhadap letak geografi, iklim dan gaya hidup, Minka dapat juga dibagi menjadi dua tipe, yaitu rumah-rumah pertanian (nouka) dan rumah di perkotaan (machiya)

2.1.1 Rumah Pertanian (nouka)

Pengaturan ruang di dalam rumah orang Jepang disebut dengan madori.

Denah standar rumah para petani Jepang dari permulaan abad ke-19 terdiri dari empat ruang, di samping ruang utama yang memiliki perapian (doma). Pembagian

(16)

ini disebut dengan yamadori (pengaturan empat ruang). Di dalam rumah jenis ini terdapat pintu kayu sorong besar yang disebut odo, untuk memasuki ruang utama.

Pintu ini merupakan pintu utama untuk memasuki rumah petani.

2.1.2 Doma

Doma merupakan ruang utama pada nouka. Doma mengambil sepertiga dari luas denah rumah. Fungsi doma adalah tempat melakukan kegiatan pertanian dan memasak, sehingga tersedia oven tanah dan tempat mencuci yang terbuat dari kayu yang didirikan di belakang doma. Selain itu juga terdapat perapian yang berukuran satu meter persegi. Di perapian ini kayu dibakar untuk memanaskan ruang, sekaligus sebagai penerangan. Seluruh anggota keluarga berkumpul di perapian ini, khususnya pada waktu makan.

Selain doma, empat ruang pada nouka ini adalah :

Dua ruangan yang terletak paling dekat dengan doma, digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan harian para penghuni rumah.Ruang kecil bersifat dekoratif disebut dengan tokonoma. Ruangan ini menempel pada dinding ruang depan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan lukisan atau bunga.

Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pada keadaan – keadaan formal. Ruang tamu ini disebut dengan zashiki atau dei. Di depan ruang tamu ini terdapat serambi panjang dan sempit yang disebut dengan engawa.

2.1.3 Rumah di Perkotaan (Machiya)

Terbatasnya luas tanah di daerah perkotaan membuat rumah-rumah yang didirikan di sana cenderung berbentuk empat persegi panjang. Di belakang ruang utama (omoya) terletak ruang tempat menyimpan (kura/dozou) harta benda milik

(17)

keluarga. Selain itu untuk menyimpan harta benda keluarga bisa juga digunakan zashiki, yang terletak terpisah dari ruangan utama. Untuk dapat memasuki ruangan ini, dibuatkan pintu pada ruang doma menuju ke pekarangan belakang.

Di sekitar ruang doma terdapat tiga baris ruang. Ruang yang paling dekat dengan jalan disebut dengan mise. Di sinilah barang-barang dagangan dipamerkan, dan transaksi perdagangan dilakukan. Ruang yang terletak di bagian tengah, dipergunakan sebagai kantor, dan juga tempat anggota keluarga menerima tamu. Ruang yang terletak di bagian paling belakang menghadap ke arah taman tertutup. Ruang ini dibuat menyerupai zashiki, lengkap dengan tokonoma, yang berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan harian dari anggota rumah tangga tersebut.

Adanya ruang di loteng yang disebut dengan zushi. Ruang ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang dekat dengan jalan mempunyai langit-langit rendah berfungsi sebagai gudang. Bagian kedua adalah bagian belakang yang

dipergunakan sebagai kamar tidur.

2.1.4 Sejarah Minka

Di zaman Jepang kuno, ada dua jenis rumah, yaitu rumah bawah tanah dan rumah panggung (pengaruh dari Asia Tenggara).Pada periode Heian melalui Periode pertengahan Edo (792 – 1750) ada tiga jenis gaya arsitektur perumahan yang berevolusi: shinden-zukuri, shoin-zukuri, dan sukiya-zukuri.

2.1.5 Shinden-zukuri

(18)

Shinden-zukuri mengacu pada gaya arsitektur dalam negeri dikembangkan untuk rumah-rumah megah atau aristokrat dibangun di Heian-kyo Kyoto pada periode Heian (794-1185), terutama di abad ke-10. Shinden-zukuri berkembang menjadi shoin-zukuri dan Sukiya-zukuri (terlepas jenis arsitektur minum teh).

Selama era Kamakura, berkembang menjadi Buke-zukuri perumahan bagi keluarga militer.

Gaya shinden-zukuri pertama muncul pada periode Heian adalah tempat tinggal para bangsawan. gaya ini mencontoh dari ruang ibadah kuil Budha dari dinasti Tang struktur bisymme watrical. Lorong-lorong terhubung satu sama lain dengan lorong-lorong beratap. Interior gaya shinden juga seperti ruang ibadah yang terbuka kecuali untuk tiang bulat. Pusat ruang utama disebut Moya dan dikelilingi oleh dua set pilar. Ruang ini berisi byobu, tirai buluh, sudare dan tirai, kicho. lantai papan kayu. Ada sebuah ruangan kecil yang disebut nurigome digunakan untuk ruang tidur atau tempat penyimpanan. Gaya ini di gunakan oleh para bangsawan dan samurai peringkat tinggi melalui pertengahan abad 15. Gaya shinden-zukuri dapat dilihat pada lukisan Tale of Genji. Saat ini tidak ada contoh yang lebih tua dari gaya ini, hanya dapat ditemukan versi abad ke-19 dari Istana Kekaisaran di Kyoto.

2.1.6 Shoin-zukuri

Shoin merupakan nama kepala biara tempat tinggal di sebuah kuil Zen.

Shoin berarti perpustakaan atau belajar. Contoh tertua zukuri adalah ruang

(19)

Dojinsai di Togudo di Ginkakuji (Silver Pavilion). Kamar kecil ini dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa pada tahun 1486. Gaya shoin berevolusi dari gaya shinden selama 2 abad. Gaya shoin akhirnya menjadi besar dan pengaturan dimaksudkan untuk kebesaran dari para panglima perang feodal. Pemanfaatan pilar dipotong persegi (yang bertentangan dengan gaya putaran shinden) yang gunanya untuk meletakkan kusen dan lintels. Hal ini, pada gilirannya, memperluas cara ruang interior dengan partisi yang disebutn shoji dan panel fusuma. Tatami digunakan untuk menutup seluruh luas lantai dan beberapa kamar lebih dari seratus tatami dalam berbagai ukuran. Sebuah contoh gaya shoin adalah Hall Ninomaru dari Nijo Castle di Kyoto. Gaya shoin dewasa ini menggabungkan semua elemen.

Elemen interior tradisional Jepang meliputi : shoji, fusuma, tatami sebagai meliputi lantai, tokomona, chigaidana, dan tsukeshoin.

2.1.7 Sukiya-zukuri

Sukiya-zukuri merupakan gaya arsitektur rumah terakhir. Sukiya-zukuri adalah salah satu jenis gaya arsitektur hunian Jepang. Suki berarti halus, rasa menyenangkan dalam kegiatan elegan dan mengacu pada kenikmatan dan keindahan acara minum teh. Kata awalnya dilambangkan sebuah bangunan di mana upacara minum teh dilakukan dikenal sebagai Chashitsu dan dikaitkan dengan ikebana merangkai bunga dan seni tradisional Jepang lainnya. Ia telah hadir untuk menunjukkan cara merancang fasilitas umum dan rumah-rumah pribadi berdasarkan "tea house aesthetics".

Gaya sukiya yang berkembang dari periode Azuchi-Momoyama dan gaya shoin, sangat kontras langsung dan pengaturan yang luar biasa besar dari-shoin

(20)

zukuri. Dalam sukiya, semakin kecil dan sederhana dianggap sebagai desain terbaik. Beberapa pondok teh terdiri dari enam tatami. Penggabungan dari sukiya dengan shoin dikembangkan menjadi sukiya-zukuri. Gaya ini menjadi gaya yang populer bagi warga kota yang tinggal di pertengahan hingga akhir zaman Edo (1750 -1867). Hal ini juga gaya yang telah berkontribusi pada ruang kehidupan Jepang. Contoh klasik sukiya-zukuri adalah Katsura Imperial Villa dibangun pada pertengahan 1600-an.

Zaman Edo berlangsung sekitar tahun 1600–1868 ketika Jepang di bawah pemerintahan Sogun menutup pengaruh dan hubungannya dari dunia Barat.

Keputusan itu tercermin pada pola perkembangan kota kecil di sepanjang jalur Nakasendo, salah satu di antaranya dapat dilihat di desa kuno Tsumago yang bangunan rumah tinggalnya tampak jelas didominasi corak arsitektur tradisional Jepang gaya Edo. Beberapa jalan kecil berupa gang juga sangat menarik diikuti karena dari jalan kecil tersebut kita dapat melihat taman gaya Jepang di area halaman belakang dan depan rumah. Taman yang dilengkapi kolam batu alam dilengkapi bonsai, pancuran air dari bambu, dan kerajinan bambu lain menambah daya tarik kawasan ini.

Di antara jalan-jalan setapak, ada banyak rumah-rumah yang menampilkan eksterior taman gaya Jepang. Taman tidak hanya di depan rumah namun juga di belakang rumah. Taman-taman ini banyak dihias kolam batu alam beserta bonsai, pancuran air dari bambu, dan kerajinan bambu. Melangkah ke dalam, kita akan melihat bangunan utama yang terbuat dari kayu/papan. Bila kita lihat lebih jauh, rumah-rumah papan ini identik dengan kegiatan warga Jepang zaman Shogun yang bermata pencarian bertani, berdagang, dan bisnis jasa.

(21)

Atap rumah Jepang umumnya ditindih batu agar tidak terbang tertiup angin.

Atap ini dilengkapi juga dengan talang air pada sisinya, yang berfungsi menyalurkan air ke tanah. Talang ini terbuat dari bambu yang menunjukkan kecerdikan dan pemikiran unsur teknis tukang bangunan masa Edo. Ruangan dengan lantai tanah, tatami, dan pondasi batu alam yang ditindih bangunan bahan kayu juga menjadi salah satu ciri khusus. Konstruksinya sederhana, dengan menerapkan prinsip “semakin sedikit, semakin baik”. Prinsip ini sudah banyak diserap dalam seni arsitektur modern.

Dinding-dinding rumah Jepang cenderung polos dengan garis-haris geometrik. Dinding dibangun tipis, nyaris tidak bermateri. Bahkan kertas pun masih dipakai untuk dinding-dinding ruangan. Tidak aman memang dan sangat dingin di musim salju, tetapi ini dibuat untuk membuat penghuninya tetap menyatu dengan alam. Dinding-dinding, lantai, dan langit-langit dibiarkan polos tanpa hiasan apapun. Satu-satunya hiasan hanyalah permainan garis-garis dan kotak-kotak lurus. Pada ruang utama tempat penerimaan tamu, dibuat panggung kecil yang berdinding mundur sebagai tempat beribadah. Bagian ini adalah tempat untuk orientasi diri psikologis si pemilik rumah, yang disebut tokonoma. Ada beberapa lukisan pemandangan atau bunga, namun kadang- kadang lukisan diganti dengan pajangan seni kaligrafi yang indah, berisi syair atau puisi yang mengandug nilai kearifan atau pengetahuan budaya.

Denah rumah tradisional Jepang terbagi dalam ruang-ruang sederhana yaitu berbentuk kotak atau persegi. Kesederhanaan ini tercermin dalam desain minimalis, yang sekarang turut mempengaruhi Arsitektur Gaya Minimalis.

(22)

Namun kenyataannya, budaya arsitektur yang tersohor itu sebenarnya sudah dikerjakan selama berabad-abad oleh para arsitek-arsitek zaman Shinto.

Perumahan terus berkembang di era Meiji (1868-1912), beberapa rumah di kota dibangun dengan gaya kura-zukuri, yang menampilkan eksterior Jepang yang dibuat dari bahan tahan api, biasanya memiliki lorong panjang melalui tengah rumah dengan kamar di setiap sisi, dikatakan untuk menggabungkan budaya asing dengan gaya rumah disukai oleh samurai.

2.2 Rumah Modren Di Jepang

(23)

Dewasa ini, umumnya rumah modern Jepang tebuat dari beton.Arsitektur dan tata ruang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan si pemilik rumah.

Namun desain dan tata ruang pada rumah modern Jepang tetap memiliki sentuhan arsitektur rumah tradisional Jepang. Contohnya, pada bagian Genkan. Genkan pada rumah modern lebih cenderung memiliki karakter yang multifungsi desain lebih minimalis,lantai terbuat dari keramik,kayu olahan.

Pada rumah modern Jepang, pembagian fungsi ruang dibuat disesuaikan dengan kegunaannya. Contohnya adanya ruang keluarga ,ruang makan khusus yang tidak di campur fungsinya dengan ruangan yang lain . Tiap ruangan juga dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan si pemilik rumah. Pada bangunan rumah modern Jepang menggunakan lantai keramik, dinding beton , Bahan kayu yang

(24)

biasanya di pakai di rumah tradisional Jepang masih dapat terlihat di beberapa ruangan di rumah modern Jepang.

2.3 Perbedaan Rumah Tradisional Dan Modern Jepang

Rumah Tradisional Jepang memiliki gaya arsitektur yang berbeda-beda karena menyesuaikan letak geografis dan iklim di tiap daerah. Gaya aristektur rumah Jepang tidak jauh berbeda , tetap memiliki tata ruang yang berkaitan sesuai dengan kebutuhan rumah di tiap geografis dan iklim yang berbeda. Rumah tradisional Jepang lebih banyak memakai kayu, memiliki desain dan tata ruang yang sangat lekat dengan Genkan meskipun seiring perkembangan waktu desain rumah Jepang berubah. Namun tidak meninggalkan tata ruang tradisional rumah Jepang seperti keberadaan Genkan .

Sedangkan rumah modern Jepang tidak jauh berbeda dengan rumah Jepang tradisional. Tata ruang rumah modern di Jepang masih menggunakan Genkan. Sedangkan bangunannya sudah dari beton tetapi masih memiliki sentuhan kayu seperti rumah tradisional Jepang. Bentuk rumah dan tata ruang rumah modern lebih minimalis. Pada rumah modern Jepang yang memiliki Genkan, keberadaannya masih digunakan ditiap Rumah modern Jepang karena fungsinya sebagai teras atau pintu masuk rumah Jepang. Bentuk Genkan juga lebih modern dan minimalis.

Meskipun terdapat perbedaan dalam rumah tradisional dan modern.

Bangunan rumah Jepang memiliki persamaan komposisi bahan bangunan.

Dibangun dengan bahan-bahan yang ringan seperti kayu,bambu dan jerami,kertas

(25)

dan sutera. Menggunakan bahan-bahan trasnparant hemat bahan. Memiliki tiang- tiang semampai,sederhana pada bangunan rumah Jepang.

 Rumah Tradisional Jepang

(26)

Bisa dilihat dari gambar rumah tradisional Jepang tersebut , satu ruangan memiliki fungsi yang sama. Pada ruang Tatami bisa sebagai ruang keluarga dan ruang untuk tidur. Sekat pemisah tiap ruangan tidak banyak karna satu ruangan memiliki beberapa fungsi.

 Rumah Modern Jepang

(27)

Pada gambar rumah modern Jepang diatas dapat terlihat bahan bangunan terbuat dari beton,tiang besi,olahan kayu,lantai keramik. Terdapat pembagian fungsi dari tiap bagian ruangan , contohnya ruang tidur tidak sama dengan ruang keluarga.

(28)

BAB III

GENKAN

3.1 Sejarah Genkan

Dapat dikatakan bahwa hampir semua rumah Jepang memiliki Genkan di dalam tata ruang rumah Jepang. Dari hal ini, dapat diketahui bahwa Genkan merupakan bagian dari ruang bangunan yang harus ada dan memiliki arti yang penting. Dalam perkembangannya, Genkan pun berkembang mengikuti perkembangan zaman hingga sekarang.

Secara umum, Genkan berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu.

Diluar dari fungsi umum Genkan sebagai pintu keluar masuk bangunan, Genkan juga merupakan suatu ruangan yang menjadi pembatas antara bagian dalam rumah dan luar rumah.

Awal dari dasar bentuk Genkan pertama kali diperlihatkan pada abad ke-14 dalam arsitektur Kenchouji yang berada di kota Kamakura provinsi Kanagawa.

Jepang yang juga merupakan kuil terbesar dari lima kuil besar Zen di daerah penggungan Kamakura Jepang. Desain Genkan yang ditemukan pertama kali pada kuil Kenchouji pertama kali diambil dari bentuk jalan yang melintas di depan kuil utama Honjou. Pada abad ke-16 Genkan ditunjukan dengan suatu jalan setapak menuju pada aula utama kuil yang menuju pada bangunan utama pada tempat tinggal bangsawan yang berfungsi sebagai pintu masuk tamu. Genkan pada abad ke-16 menghadap langsung kearah taman dan memiliki atap berbentuk segitiga

(29)

Kirizuma atau atap yang memiliki bentuk arsitektur atap Cina, yang langsung menyatu dengan pintu gerbang.

Pada zaman Edo ( 1603-1868 ), tipe genkan yang digunakan mulai tergantikan yaitu, langsung menghubungkan antara bagian dapur dan ruang utama. Pada abad ke-17 genkan digunakan sebagai ruang pos penjagaan yang dibangun di kediaman bushi dan shogun. Ruangan ini disebut sebagai Kurumayose Genkan yang memiliki struktur tembok yang kuat, lantai yang di aspal dan jalan setapak yang menghubungkan antara ruang Genkan dengan ruangan yang ada di dalam. Genkan dilarang dibangun pada kediaman rumah masyarakat sipil (minka). Pada tahun 1630, Genkan mulai dilengkapi dengan suatu pijakan tambahan Shikidai yang terbuat dari kayu atau batu yang berfungsi untuk membantu tamu untuk naik memasuki bangunan utama. Tetapi pada awal abad ke-17, jenis Kurumayose Genkan yang dilengkapi Shikidai beralih fungsi menjadi pintu masuk formal yang juga disebut sebagai Onari Genkan. Onari Genkan juga berfungsi menjadi symbol dari kelas sosial tinggi yang dibatasi oleh peraturan ketat yang berlaku pada masyarakat Jepang yang terbatas untuk kaum Bushi, bangsawan dan pemuka agama.

Pada pertengahan zaman Edo, bentuk perkembangan dari Kurumayose Genkan dan Onari Genkan adalah dengan penambahan lebar ruang dari Shikidai (pijakan) yang digunakan untuk memudahkan naik turun ke dalam rumah.

Seringkali pada atap genkan juga dihiasi oleh hiasan-hiasan. Dan Genkan seperti ini biasanya ditemukan pada kediaman Bushi kelas menengah sebagai bentuk ruang formal, penggunaan Genkan biasanya dibatasi hanya untuk tuan rumah

(30)

sedangkan anggota keluarga yang lain menggunakan pintu masuk berbeda, biasanya dibangun disisi rumah. Memasuki abad ke-18 rumah dari para kaum pedagang, kepala desa (shou) dan staff pemerintahan (honjin) mulai diijinkan untuk membangun genkan sebagai bentuk dan pengadopsian dari gaya arsitektur Shion-zukuri yang digunakan sebagai penerima tamu, kemudian untuk dibangun pada rumah tabib-tabib dan rumah dari pengurus kuil (shikan).

Genkan biasanya ditambahkan pada ruangan yang paling luar pada bangunan sebagai tempat penerima tamu seperti halnya ruangan masuk pada toko- toko tradisional Jepang. Rumah-rumah yang berada di kota besar (machiya), genkan yang dibangun dalam rumah dilengkapi oleh Shikidai sering kali dibuat langsung pada Doma dan mengarah menuju ruangan yang memiliki lantai yang dinaikkan (kyoshitsubu). Bentuk Genkan pada rumah kaum Bushi berkelas rendah di akhir zaman Edo. Bentuk Genkan pada rumah Bushi berkelas rendah di akhir zaman Edo, lebih ditekankan pada fungsinya. Ruang Genkan dibuat langsung dengan berhadapan dengan Doma dan Yoritsuki sebagai tempat melepaskan sepatu, namun Genkan tidak dilengkapi dengan Shikidai. Genkan inilah yang digunakan pada arsitektur rumah Jepang modern.

3.2 Fungsi Genkan

Genkan adalah area pintu masuk tradisional Jepang untuk rumah, apartemen, atau bangunan. Fungsi umum dari Genkan adalah tempat untuk melepaskan sepatu sebelum memasuki bagian utama dari rumah atau bangunan, lantai Genkan disebut Tataki. Setelah masuk, sepatu biasanya diletakkan di getabako (lemari untuk sepatu). Dan biasanya setelah melepas sepatu, seseorang

(31)

melangkah ke Genkan hanya memakai kaus kaki atau dengan kaki telanjang, untuk menghindari membawa kotoran kedalam rumah. Setelah masuk, biasanya sepatu akan dilepas dan diganti dengan sandal, atau sepatu yang dapat dipakai dalam ruangan (uwabaki).

Kebiasaan melepas sepatu seseorang sebelum memasuki rumah diyakini lebih dari seribu tahun yang lalu. Bahkan tidak hanya dalam melepaskan sepatu saja di genkan namun, dari Genkan pun kita dapat mengetahui watak,karakter dari pemilik rumah menurut fengsui yang di percaya oleh masyarakat Jepang.

3.3 Model-Model Genkan

Sesuai dengan perkembangan zaman, model-model Genkan pun mengalami bentuk perkembangan terutama pada segi fisik Genkan.

Berikut ini adalah model-model Genkan pada tempat tinggal yang ada selama ini :

Model Genkan tradisional ;

(32)
(33)

Model Genkan Modern ;

(34)

3.4 Bagian-Bagian Genkan

Genkan memiliki bagian-bagian yang dapat membentuk strutktur fisik dari Genkan secara utuh. Genkan yang memiliki bagian-bagian yang lengkap secara utuh biasanya hanya dapat ditemukan pada bangunan yang memiliki arsitektur tradisional. Berikut ini bagian-bagian yang terdapat pada Genkan.

Genkan chuumon : Atap yang berada tepat sebelum Genkan no doa. Bagian ini biasa digunakan untuk membantu tamu yang berkunjung agar tidak terlalu basah karena hujan atau terik karena sengatan matahari ketika menunggu di depan pintu Genkan.

Genkan no doa : Genkan no doa merupakan pintu yang terdapat sebelum memasuki atau keluar dari Genkan. Genkan no doa dapat pula disebut sebagai deiriguchi. Genkan no doa dapat berupa pintu geser ataupun pintu bergaya barat.

Ranma : Ranma merupakan suatu sekat yang berada di atas Genkan no doa, Ranma memiliki fungsi sebagai sirkulasi udara dalam ruangan Genkan agar tidak terlalu lembab, karena Genkan yang kotor dan lembab dapat dengan mudah menjadi sumber penyakit.

Doma : Merupakan bagian dari Genkan yang berupa lantai yang sejajar dengan tanah. Jika tidak ada wakiagari, maka tamu akan melepaskan sepatunya di Doma hingga ruang tepat sebelum menaiki Yoritsuki dapat pula disebut sebagai Doma to ittai no kuukan.

Wakiagari : Wakiagari merupakan papan yang diletakkan tepat di bagian bawah Genkan yang sejajar dari tanah (doma) agar tamu dapat melepaskan

(35)

sepatunya tanpa harus langsung menginjak tanah. Wakiagari dapat ditemukan di sekolah-sekolah Jepang maupun Ryokan besar.

Shikidai : Shikidai merupakan undakan berupa kayu atau batu untuk membantu tamu naik ke Yoritsuki.

Yoritsuki : Yoritsuki merupakan bagian dari Genkan yang berupa lantai yang dinaikkan, dan sejajar dengan ruangan di dalam rumah. Yoritsuki sudah merupakan teritori dari bagian dalam rumah.

Selain bagian-bagian diatas, Genkan pun memiliki beberapa benda-benda yang lainnya yang merupakan kesatuan namun juga terdapat di Genkan. Benda- benda tersebut adalah ; Rak atau lemari kecil untuk menaruh sepatu yang biasanya rak atau lemari kecil ini hanya digunakan untuk tuan rumah dan menaruh sendal rumah atau digunakan oleh tamu ketika mereka berkunjung, tempat untuk menaruh sepatu atau payung yang biasanya berada tepat di sebelah rak atau lemari kecil yang berada di Genkan (doma), gantungan untuk topi atau mantel, kaca yang diletakkan di Yoritsuki, dan terdapat juga keluarga menaruh telepon di atas rak sepatu, namun sebagian besar tuan rumah menaruh dekorasi beberapa , Ikebana, foto keluarga atau sesuatu yang dipercaya mampu untuk memberikan pengaruh baik bagi rumah mereka.

(36)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Genkan sebagai batas pintu masuk orang jepang yang memiliki peran dalam tata ruang rumah Jepang. Genkan menjadi suatu bagian yang wajib ada di ruang lingkup bagian rumah orang Jepang meskipun rumah mereka kecil,ataupun apartemen Genkan selalu dipertahankan keberadaannya. Karena Genkan berfungsi tak sekedar sebagai batas pintu masuk ,melainkan sebagai karakter,watak atau wajah dari pemilik rumah tersebut. Seiring perkembangan zaman dari waktu ke waktu ,Genkan mengalami perubahan namun perubahan tersebut tetap memiliki arsitektur yang tidak meninggalkan gaya Genkan tradisional.

Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;

1. Genkan adalah serambi,ruang gerbang,batas pintu masuk dari rumah orang Jepang. Area kecil yang terletak pada bagian depan dalam ruangan ,

2. Fungsi genkan pada umumnya sebagai batas pintu masuk rumah Jepang, tempat melepaskan sepatu ,dan meletak atau menyimpan barang bawaan tamu dari luar.

3. Terdapat perbedaan rumah tradisional Jepang dan modern yaitu bahan bangunan rumah tradisional terbuat dari tatami , olahan tiang tiang kayu

(37)

, bahan transparan yang ringan, pembagian fungsi dalam rumah tradisional tidak memiliki banyak sekat, satu ruangan bisa memiliki dua fungsi.

4. Sedangkan pada rumah modern Jepang bahan bangunan terbuat dari beton,tiang besi, lantai keramik,olahan kayu , pembagian tiap ruangan memiliki satu fungsi yang berbeda-beda.

4.2 Saran

Saran untuk penulisan ini adalah pembaca dapat mengenal dan mengetahui kebudayaan dan arsitektur rumah Jepang khususnya Genkan. Dengan semakin banyak mebaca dan mempelajari budaya dari negara lain maka semakin banyak juga pengetahuan yang di dapat mengenai budaya negara tersebut. Menambah pengetahuan dan menyadarkan kita bahwa budaya setiap negara berbeda-beda dan memiliki khas tersendiri. Bagi pembaca sebaiknya membaca budaya dari negara lain disarankan terlebih dahulu mengenal latar belakang dari negara tersebut.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Beaseley,W.G. Pengalaman Jepang dan Sejarah Singkat Jepang . Yayasan Obor Indonesia . Indonesia.

http://www.aisf.or.jp/~jaanus/deta/r/ranma.htm diakses tanggal 20Mei2017.

www.doma-house.jp diakses tanggal 20Mei2017.

http://home.wlu.edu diakses tanggal 25Mei2017.

http://tokyoroom.atspace.com diakses tanggal 2Juni2017.

http://www.007.upp.so.net.ne,jp/s-design/ie/ie48.html diakses tanggal 30Mei2017.

http://aisf.or.jp/~jaanus/deta/g/genkan.htm diakses tanggal 4Juni2017.

Web-japan.org;www.japanneseguesthouses.com;http:/ww.flickr.com diakses tanggal 4juni2017.

(39)

Abstrak

Kertas karya ini berjudul “Genkan ( Batas Pintu Masuk Rumah Jepang).

Tulisan dalam kertas karya ini bertujuan untuk menjelaskan Genkan dan fungsinya pada rumah tradisional Jepang, memperkenalkan budaya tradisional rumah Jepang khususnya Genkan ( Batas Pintu Masuk Rumah Jepang). Penulis menggunakan metode kepustakaan dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku,internet, dan rangkuman untuk membahas permasalahan ini.

Selanjutnya , menjelaskan dan dirangkum datanya di kertas karya. Dalam tulisan ini membahas mengenai fungsi Genkan dalam kebudayaan rumah tradisional masyarakat Jepang, model ataupun bentuk-bentuk dari Genkan, dan bagian-bagian dari Genkan.

Rumah tradisional Jepang atau Minka yang merupakan hunian untuk rakyat biasa. Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuain terhadap letak geografis/iklim setempat, dan keperluan industri. Bangunan dirancang untuk beradaptasi pada lingkungan. Selainpenyesuaian terhadap letak geografi, iklim dan gaya hidup, Minka dapat juga dibagi menjadi dua tipe, yaitu rumah pertanian dan rumah perkotaan. Pada rumah tradisional Jepang terdapat Genkan , dapat dikatakan bahwa hampir semua rumah Jepang memiliki Genkan di dalam tata ruang rumah Jepang. Rumah modern di Jepang memiliki Genkan namun dewasa ini rumah Jepang memiliki arsitektur yang berbeda dari rumah tradisional Jepang. Dari bahan bangunan, fungsi tiap ruangan yang digunakan ada yang berbeda. Pada bangunan rumah tradisional Jepang satu ruangan bisa

(40)

memiliki lebih dari satu fungsi , bahan bangunan terbuat dari tanah, olahan kayu ataupun jerami. Sedangkan rumah modern Jepang memiliki sekat tiap ruangan berbeda-beda fungsinya tergantung keinginan pemilik rumah, bahan bangunan terbuat dari beton,keramik,olahan kayu dan besi. Pada rumah tradisional Jepang dan Modern ,kegunaan Genkan masih ada dalam tata ruang rumah masyarakat Jepang. Dewasa ini ,Genkan modern tetap berfungsi sebagai batas pintu masuk rumah Jepang, bentuk dan model Genkan juga di modifikasi sesuai fungsi dan keinginan pemilik rumah. Dari hal ini, dapat diketahui bahwa Genkan merupakan bagian dari ruang bangunan yang memiliki arti penting dalam bangunan rumah Jepang. Dalam perkembangannya, Genkan pun berkembang mengikuti

perkembangan zaman hingga sekarang. Secara umum, Genkan berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu. Diluar dari fungsi umum Genkan sebagai pintu keluar masuk bangunan, Genkan juga merupakan suatu ruangan yang menjadi pembatas antara bagian dalam rumah dan luar rumah. Lantai Genkan disebut Tataki, untuk tempat meketakkan sepatu diletakkan di Getabako (lemari sepatu).

Kebiasaan melepas sepatu seseorang sebelum memasuki rumah diyakini lebih dari seribu tahun lalu. Dari Genkan pun kita dapat mengetahui watak,karakter dari pemilik rumah menurut kepercayaan orang Jepang. Genkan memiliki bagian- bagian yang dapat membentuk struktur fisik dari Genkan yang utuh yang dapat ditemukan dalam bangunan arsitektur tradisional yaitu, Genkan chuumon, Genkan no doa, Ranma, Doma, Wakiagari, Shikidai, Yoritsuki. Selain itu Genkan pun memiliki beberapa benda-benda yang lainnya yang merupakan kesatuan namun juga terdapat di Genkan. Benda-benda tersebut adalah rak,atau lemari kecil untuk menaruh sepatu sendal rumah atau digunakan oleh tamu ketika berkunjung,

(41)

tempat untuk menaruh sepatu atau payung yang biasanya berada tepat di sebelah rak atau lemari kecil yang berada di Genkan (doma), gantungan untuk topi atau mantel, atau meletakkan sesuatu yang di percaya mampu untuk memberikan pengaruh baik bagi rumah mereka.

(42)

要旨

この論文は日本人の家にある出入り口部分に設けられた空間、「玄関」

というタイトルを付けた。論文を書く目的は玄関のことや玄関はなんのために、

作られているかを説明した。そのために、筆者は文献方法を使って、玄関につい て情報を分析した。文献方法は、テーマと関係がある本やデータ、いろいろ書類 を集めて、分析するということだ。

日本の伝統的な家、「民家」と呼ばれて、それは国民が住んでいる普通 の家を指す。民家は地理的、気候、作業用によって建築が違っている。日本の家 は環境に適応して、建てられているようである。民家には、二つ種類がある。そ れは農家と都市の家庭に分かれている。日本の家庭には、他の国の家庭と違って

、特徴がある。それは、絶対にある部分が玄関と呼ぶ。

基本的には、玄関は家にある出入り口部分に設けられた空間で、そこで

、衣類掛けや靴箱を設ける。玄関は伝統的な家と現在の家にもついてある。玄関 はお客を迎えたり、家族の出入りに用って、重要な場所として機能する。

昔は家 の格式を表わすものとして,玄関をりっぱにし,主として客を迎えたり主人の出入りに 用っていた

。現在、

玄関には機能的な出入口の役目をもたせ,必要以上にりっぱにする ことはなくなった。現在の玄関は主人の好みによって、変わっている。それにしても、

玄関は靴を脱いだり、お客を迎えたりして機能は前とまだ同じだ。

最後に、よく玄関に置いてあるものは靴棚コーナーや

こしか;腰掛けるスペースや

、帽子用ハンガーなどがある。

玄関の形や様子を見たら、主人がどんな性格を持って

いるか、分かると言われている。

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

Referensi

Dokumen terkait