• Tidak ada hasil yang ditemukan

NINJATO KERTAS KARYA. Dikerjakan CLARISA TRINITA SIMANUNGKALIT NIM : PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NINJATO KERTAS KARYA. Dikerjakan CLARISA TRINITA SIMANUNGKALIT NIM : PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

NINJATO

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O L E H

CLARISA TRINITA SIMANUNGKALIT

NIM : 142203053

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

NINJATO KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Program Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH:

CLARISA TRINITA SIMANUNGKALIT NIM: 142203053

PEMBIMBING

Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum.

NIP: 196207271987032005

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Disetujui oleh:

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, 18 Oktober 2017

Program Studi D III Bahasa Jepang Ketua Program Studi,

Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt NIP.197212281990032001

(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Studi D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S NIP: 196008051987031001

Panitia Tugas Akhir :

No. Nama Tanda Tangan

1. ( )

2. ( )

3. ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadiran Allah Yang Maha Esa.

Hanya karena berkat dan karunianya saya sebagai penulis kertas karya berjudul

“NINJATO” ini dapat menyelesaikan kertas karya ini sebagai persyaratan untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Banyaknya kekurangan dalam pengerjaan ini yang saya sadarin, materi maupun penjelasan belumlah sempurna. Untuk itu saya harapkan kritik dan saran yang membangun untuk di kemudian hari yang saya dapatkan.

Adapun pengerjaan kertas karya ini tak lepas dari dukungan dan bantuan orang-orang terdekat. Untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono. M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Diah Syahfitri Handayani. M.Litt, selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan SS M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing dalam pengerjaan kertas karya ini yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk memberi arahan kepada saya.

4. Kepada seluruh staf pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(6)

5. Untuk yang teristimewa, Ibunda yang saya cintai, Roni Farida Hutagaol yang dengan segenap jiwa dan raga membesarkan saya. Ayahanda, Soagahon Simanungkalit. Kakak tercinta Amelia Simanungkalit dan abang saya tersayang Sanrof Simanungkalit.

6. Terima kasih pula saya ucapkan kepada teman-teman saya yang selalu mendengarkan keluh kesah saya. Kepada Minus, Efflyne, Indri, Putri Pauline selaku sahabat seperjuangan selama menempuh jalan perkuliahan.

Terkhusus pacar saya yang terkasih Almarhum Surya Sanni Putra Tambunan telah memberi perhatian dan dukungan dari awal sampai akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian.

Medan, Oktober 2017

Penulis,

Clarisa Trinita Simanungkalit

NIM: 142203053

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Batasan masalah ... 2

1.4 Metode Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KATANA DAN NINJA ... 3

2.1 Pengertian Katana... 3

2.2 Sejarah Katana ... 4

2.3 Jenis-Jenis Katana ... 6

2.4 Ninja ... 10

BAB III NINJATO ... 13

3.1 Pengertian Ninjato ... 13

3.2 Cara Membuat Ninjato ... 14

3.3 Penggunaan Ninjato ... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

(8)

4.2 Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ABSTRAK

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Katana merupakan pedang khas kaum samurai, selain untuk kaum samurai, katana juga merupakan pedang wajib ninja, setiap ninja pasti mempunyai katana yang diletakkan dipunggung mereka.

Katana merupakan bukti nyata dari keterampilan tangan tingkat tinggi, dan para pengrajin yang membuatnya pastilah memiliki nilai-nilai kebajikan yang unik atau berbeda sifat satu dengan yang lainnya. Seperti halnya dengan karya seni lain, para pengrajin pedang para samurai ini mengerahkan segenap jiwa mereka dalam proses pembuatannya, yang diiringi dengan kesabaran, kemauan, dan juga kecerdasan tinggi untuk mencapai hasil terbaik.

Salah satu jenis katana adalah Ninjato. Ninjato merupakan pedang khas kaum ninja. Ninjato cenderung lebih pendek dan lurus pada bilahnya. Hal ini memungkinkan para ninja bergerak secara bebas dan cepat dalam memakai ninjato.Selain untuk membela diri juga berfungsi untuk mempresentasikan status sosialnya.

Berdasarkan hal itulah penulis tertarik untuk membahas salah satu senjata tradional Jepang. Selanjutnya mengangkatnya dalam sebuah Kertas Karya yang berjudul “NINJATO”.

(10)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kertas karya ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian,sejarah,jenis dari Katana 2. Untuk mengetahui proses pembuatan dan penggunaan Ninjato.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang budaya Jepang khususnya tentang Ninjato.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan kertas karya ini penulis diberikan batasan masalah yang jelas sehingga tujuan pembahasan dapat tercapai. Adapun masalah yang dibahas dalam penulisan ini membahas tentang jenis,kegunaan dan Proses Pembuatan Ninjato.

1.4 Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode pengumpulan data yang berupa kepustakaan yaitu membaca buku-buku dan refrensi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam kertas karya ini.

(11)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG KATANA DAN NINJA

2.1 Pengertian Katana

Katana adalah pedang legendaris asal Jepang yang banyak digunakan oleh para samurai pada zaman Edo. Katana merupakan simbol dari samurai maupun Jepang secara keseluruhan. Pada zaman Edo, Katana telah menjadi budaya kaum shogun (jendral) yang diwariskan secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Katana merupakan pedang Samurai paling terkenal di dunia, dimana pedang ini digunakan untuk melawan musuh dengan cepat. Di zaman Jepang dahulu, pedang ini dibawa oleh para Samurai untuk menunjukan status sosialnya.

Katana adalah pedang satu mata melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai Jepang.

Pada pertempuran terbuka katana yang dipakai adalah katana yang panjang, sementara yang lebih pendek dipakai sebagai senjata sampingan. Katana yang lebih pendek tersebut lebih cocok untuk menikam, pertempuran jarak dekat, dan seppuku (suatu bentuk ritual bunuh diri).

Tidak seperti pedang lain yang menyandang pedang dengan mata pedang mengarah ke bawah, katana justru sebaliknya, mata katana mengarah ke atas, ini dimaksud untuk mempermudah seorang samurai dalam melakukan aktivitasnya.

(12)

Katana yang asli sekarang ini adalah barang yang langka sedangkan Katana modern hanya dibuat oleh sedikit praktisi berlisensi yang masih membuat kerajinan senjata ini sekarang, meskipun katana juga langka di Indonesia katana biasa disebut samurai.

2.2 Sejarah Katana

Kembali ke sejarah pedang Jepang 2.000 tahun lalu. Pedang logam pertama ditemukan dari kuburan di Jepang. Pedang tertua disebut Jo-ko-gatana (Pedang leluhur). Pedang dengan pisau di kedua sisi dikenal sebagai ken atau Tsurugi, dan orang-orang dengan pisau tunggal disebut sebagai tachi, Dinasti Wei.

Dari abad 3 sampai abad ke-8, pengrajin pedang Cina dan Korea datang ke Jepang, dan pada waktu itu pedang yang biasanya lurus, dibuat Korea dan Cina.

Pedang Tsurugi Bermata dua diterima sebagai hadiah dari Cina, dan mereka tercatat sebagai pedang paling pertama yang dimiliki oleh Jepang. Ken (ryo-to- ken) dilakukan selama 7 sampai abad ke-8. Tachi berkembang menjadi katana selama pertengahan abad ke-10, karena kesatria memerlukan senjata yang cocok untuk serangan kejutan. Sejarah katana melalui beberapa periode yaitu:

 Periode Heinan: 794-1184

Pedang pertama dibuat di Jepang berbentuk lurus dan memiliki kualitas rendah yang mereka tidak bertahan lama karena iklim. Pada saat itu, pengrajin pedang tidak menguasainya sampai di pertengahan Periode Heinan (794-1184).

Metode baru dalam menempa pedang yang digunakan menciptakan pisau dengan permukaan keras dan bagian tengah yang lunak. Para pembuat pedang

(13)

menempatkan tanda tangan pada kreasi. Sebuah tachi (pedang melengkung) ditempa oleh Sanjo Munechika sebagai pisau pertama yang di tanda tangani.

 Periode Kamakura: 1190-1337

Ini adalah waktu ketika pembuatan pedang menjadi sangat populer dan para pandai besi pedang telah berkumpul di satu tempat. Teknik penempaan pedang yang terbaik berada selama tahun 1190-1337 (periode Kamakura), sehingga banyak dari pedang berharga sebagai harta nasional yang dilakukan selama periode ini.

Selama periode Kamakura (1185-1392), sekolah Soshu pembuatan pedang mulai menempa pedang dengan menggunakan campuran baja dengan kekuatan yang berbeda. Hal ini menciptakan pedang yang sangat kuat. Periode Kamakura ini bertugas untuk membuat diantaranya pedang yang sangat dipuji.

 Periode Nanboku-cho: 1334-1393

Tahun 1334-1393 adalah Nanboku-cho periode dan pemberontakan dan konflik antara dua kaisar Godaiko (Pengadilan Selatan) dan Ashikaga Takauji (Pengadilan Utara). Hal ini telah menyebabkan perang selama lebih dari 50 tahun dan permintaan untuk pedang meningkat pesat. Katana diciptakan dan cocok untuk pertempuran dengan berjalan kaki.

 Periode Muromachi: 1337-1570

Selama tahun 1337-1570 Periode Muromachi, samurai Jepang memerlukan Katana dengan berat yang lebih cocok untuk perkelahian satu lawan satu. Beberapa katana lebih 3 ft atau 90cm. Pada periode ini pedang berbentuk

(14)

melengkung dan lebih pendek dari tachi tradisional dengan bagian sisi tajam yang menghadap ke atas, sehingga membuat pemakainya menjadi lebih mudah ketika menebas lawan.

 Periode Edo: 1596-1867

Saat itu di era Edo, pedang dibuat dengan kualitas halus. Dengan bahan yang lebih mudah didapatkan seperti baja dan kayu sehingga menambah pengalaman para pembuat katana lebih maju, ada perbedaan yang jelas antara kualitas pedang yang dilakukan selama periode sebelumnya dan yang dibuat di Era Edo. Penggunaan pedang mendapatkan popularitas sehingga sekolah pedang didirikan.

 Periode Showa: 1926

Periode ini senjata api diperkenalkan ke Jepang dan sejarah katana mulai turun. Setelah itu, membawa pedang menjadi illegal bahkan hak samurai untuk membawa pedang diambil dari mereka. Akibatnya, industri pedang menurun.

Pada tahun 1953 pembuatan katana disahkan lagi tetapi permintaan mereka tidak sebanyak dulu.

2.3 Jenis-Jenis Katana

Katana memiliki banyak jenis dan kategorinya sehingga masing-masing jenisnya mempunyai fungsi/ kegunaan yang berbeda. Pada dasarnya jenis-jenis pedang jepang bisa dibedakan dengan mudah berdasarkan panjang bilah dan tipe bilahnya.

Beberapa Katana juga mengalami revolusi sepanjang sejarahnya dan beberapa di antaranya bahkan bisa bertransformasi menjadi jenis lainnya,

(15)

misalnya saja wakizashi yang berubah menjadi kodachi akibat bilahnya dipendekkan. Berikut jenis-jenis Katana yang perlu kita ketahui dan masih beredar pada umumnya:

1. Nagamaki

Nagamaki adalah pedang panjang dengan pisau yang bisa mencapai 2 meter atau lebih dan pegangan dengan ukuran panjang yang sama dengan pisau.

Pisau yang bermata tunggal dan bisa menyerupai naginata, namun perbedaan utama bagaimana pisau yang dipasang adalah bahwa pegangan atau tsuka dari nagamaki itu bukan poros kayu sederhana seperti di naginata, melainkan dibuat lebih seperti gagang katana.

2. Nodachi/Odachi

Nodachi/Odachi merupakan kategori pedang panjang, panjangnya melebihi rata-rata katana pada umumnya. Panjang Nodachi/Odachi kisaran 165- 178 cm. Nodachi/Odachi tidak cocok untuk pertempuran jarak dekat atau close range combat. Pembuatan Nodachi/Odachi memerlukan teknik khusus sehingga jarang sekali pandai besi yang mampu membuatnya yang berakibat Nodachi/Odachi menjadi barang langka.

3. Ninjato

Berbeda dengan Katana yang sering digunakan para samurai. Ninjato adalah senjata yang paling sering digunakan oleh ninja atau shinobi. Karakteristik Ninjato cenderung lebih pendek dan lurus pada bilahnya. Hal ini memungkinkan

(16)

para ninja atau shinobi bergerak secara bebas dan cepat dalam memakai ninjato.

Panjang ninjato sekitar 60–73 cm (23.6–28.7 inci).

4. Tachi

Tachi hampir mirip dengan katana namun pada bilahnya lebih melengkung dari katana. Berlawanan dengan cara tradisional membawa katana, tachi dikenakan dengan sisi tajam mengarah ke bawah. Tachi terpanjang yang disebut odachi dari abad ke-15 berukuran panjang lebih dari 3,7 meter (panjang mata pedangnya 2,2 m) namun tachi model ini diperkirakan hanya digunakan pada upacara-upacara.

5. Wakizashi

Wakizashi adalah pedang tradisional Jepang dengan panjang mata bilah antara 30 hingga 60 sentimeter (antara 12 hingga 24 inci). Wakizashi memiliki bilah pedang yang tipis. Dengan begitu, wakizashi dapat memotong sasaran dengan lebih dahsyat.

6. Kodachi

Kodachi termasuk pedang pendek dan lebih pendek dari wakizashi.

Kodachi sendiri memiliki panjang kurang dari 60cm dan ringan sehingga cocok untuk senjata jarak dekat dan bertahan saja.

7. Hachiwara

(17)

Hachiwara (Kabuto wari atau Hachi wari) yang berarti “helm pemecah”

atau “tengkorak pemecah”, adalah jenis senjata pisau yang berbentuk menyerupai jitte. Senjata ini digunakan oleh para Samurai feodal Jepang. Hachiwara memiliki panjang sekitar 35cm, ada beberapa versi yang lebih besar dengan panjang sekitar 45cm.

8. Naginata

Sebuah naginata terdiri atas batang kayu dengan mata pisau melengkung di ujungnya, itu mirip dengan guan dao dar Cina. Atau di Eropa disebut glaive.

Naginata memiliki bagian pedang seperti tsuba antara pisau dan poros ketika dipasang dalam koshirae. ukuran Naginata 30 cm sampai 60 cm dan ditempa dalam cara yang sama seperti pedang tradisional Jepang. Pisau memiliki bagian panjang (nakago) yang dimasukkan ke dalam poros Nagaye atau Ebu.

9. Bokken

Bokken adalah pedang kayu, pedang yang diperuntukan untuk latihan kenjutsu. Panjang bokken sama dengan panjang katana pada umumnya. Dan bokken banyak dijumpai di dojo-dojo tempat berlatih.

10. Shinai

Hampir sama dengan bokken yang sama-sama terbuat dari kayu, shinai umumnya terbuat dari bilah bambu yang diikatkan. Shinai diperuntukan untuk latihan kendo.

11. Yari

(18)

Yari ditandai dengan pisau lurus dengan panjang beberapa sentimeter sampai 3 meter atau lebih panjang. Bilah tersebut terbuat dari baja, sepanjang sejarah banyak variasi dari pisau yari diproduksi dengan lurus, sering dengan tonjolan pada bagian tengah pisau. Yari selalu memiliki tang sangat panjang (nakago) biasanya nagako akan lebih tahan lama dari bagian tajam pisau. Nakago ini menonjol ke bagian dalam yang berongga, pegangan ditegakkan membuat poros sangat kaku sehingga hampir tidak mungkin pisau yari jatuh atau hancur.

2.4 Ninja

Ninja atau Shinobi ( 忍者 atau 忍び ) dalam bahasa jepang secara harfiah adalah seseorang yang bergerak secara rahasia. ). Kata ninja terbentuk dari dua kata yaitu nin ( 忍 ) dan sha ( 者 ) yang masing-masing artinya adalah

"tersembunyi" dan "orang". Jadi ninja adalah mata-mata profesional pada zaman feodal jepang. Seperti samurai, ninja juga memiliki peraturan khas mereka sendiri, yang disebut ninpo. Menurut sebagian pengamat ninjutsu, keahlian seorang ninja bukanlah pembunuhan tetapi penyusupan. Ninja berasal dari bahasa Jepang yang berbunyi nin yang artinya menyusup. Jadi, keahlian khusus seorang ninja adalah menyusup dengan atau tanpa suara.

Ninja biasanya segera dikaitkan dengan sosok yang terampil bela diri, ahli menyusup dan serba misterius seperti yang tampak didalam film manga (komik Jepang). Sejarah ninja juga sangat sulit dilacak. Info mengenai keberadaan mereka tersimpan rapat-rapat dalam dokumen-dokumen rahasia.

Ninja juga bisa diartikan sebagai nama yang diberikan kepada seseorang yang menguasai dan mendalami seni bela diri ninjutsu. Nin artinya pertahanan dan

(19)

jutsu adalah seni atau cara. Kata ninja juga diambil dari kata ninpo. Po artinya adalah falsafah hidup atau dengan kata lain ninpo adalah falsafah tertinggi dari ilmu beladiri ninjutsu yang menjadi dasar kehidupan seorang ninja. Jadi ninja akan selalu waspada dan terintregasi pada prinsip ninpo.

Ninja adalah mata-mata profesional pada zaman ketika para samurai masih memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan Jepang pada abad ke-12. Pada abad ke-14 pertarungan memperebutkan kekuasaan semakin memanas, informasi tentang aktivitas dan kekuatan lawan menjadi penting, dan para ninja pun semakin aktif. Para ninja dipanggil oleh daimyo untuk mengumpulkan informasi, merusak dan menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari. Karena itu ninja memperoleh latihan khusus. Ninja tetap aktif sampai Zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di Zaman Edo.

Kemunculan ninja pada tahun 522 berhubungan erat dengan masuknya seni nonuse ke Jepang. Seni nonuse inilah yang membuka jalan bagi lahirnya ninja. Seni nonuse atau yang biasa disebut seni bertindak diam-diam adalah suatu praktik keagamaan yang dilakukan oleh para pendeta yang pada saat itu bertugas memberikan info kepada orang-orang di pemerintahan. Sekitar tahun 645, pendeta-pendeta tersebut menyempurnakan kemampuan bela diri dan mulai menggunakan pengetahuan mereka tentang nonuse untuk melindungi diri dari intimidasi pemerintah pusat.

Pada tahun 794-1192, kehidupan masyarakat Jepang mulai berkembang dan melahirkan kelas-kelas baru berdasarkan kekayaan. Keluarga kelas ini saling

(20)

keluarga akan pembunuh dan mata-mata semakin meningkat untuk memperebutkan kekuasaan. Karena itu permintaan akan para praktisi nonuse semakin meningkat. Inilah awal kelahiran ninja. Pada abad ke-16 ninja sudah dikenal dan eksis sebagai suatu keluarga atau klan di kota Iga atau Koga. Ninja pada saat itu merupakan profesi yang berhubungan erat dengan intelijen tingkat tinggi dalam pemerintah feodal para raja di jepang. Berdasarkan hal itu, masing- masing klan memiliki tradisi mengajarkan ilmu beladiri secara rahasia dalam keluarganya saja. Ilmu beladiri yang kemudian dikenal dengan nama ninjutsu.

Dalam ilmu yang diwariskan dari leluhur mereka dan atas hasil penyempurnaan seni berperang selama puluhan generasi. Menurut para ahli sejarah hal itu telah berlangsung selama lebih dari 4 abad. Ilmu itu meliputi filsafat fudoshin,spionase, taktik perang komando, tenaga dalam,tenaga supranatural, dan jenis bela diri yang tumbuh dan berkembang menurut zaman.

Namun ada sebuah catatan sejarah yang mengatakan bahwa sekitar abad ke-9 terjadi eksodus dari Cina ke Jepang. Hal ini terjadi karena runtuhnya dinasti Tang dan adanya pergolakan politik. Sehingga banyak pengungsi yang mencari perlindungan ke jepang.sebagian dari mereka adalah jendral besar, prajurit dan biksu. Mereka menetap di provinsi Iga, di tengah pulau Honshu. Jendral tersebut antara lain Cho Gyokko, Ikai Cho Busho membawa pengetahuan mereka dan membaur dengan kebudayaan setempat. Strategi militer, filsafat kepercayaan, konsep kebudayaan, ilmu pengobatan tradisional, dan falsafah tradisional.

Semuanya menyatu dengan kebiasaan setempat yang akhirnya membentuk ilmu yang bernama ninjutsu.

(21)

BAB III NINJATO 3.1 Pengertian Ninjato

Sesuai namanya, pedang ninja-to ialah pedangnya para ninja. Ninjato ( 忍 者刀 ), juga disebut sebagai ninjaken (忍者剣 ), adalah nama untuk pedang ninja Jepang digambarkan di dalam film, dan dalam banyak buku yang ditulis oleh praktisi ninjutsu modern termaksud Masaaki Hatsumi dan Stephen K. Hayes.

Replika senjata ini juga dipamerkan di Koka Ninja Vallage Museum Koka, Shiga dan Iga-ryu Ninja Museum di iga. Menurut sejarah, tidak ada bukti fisik keberadaan "katana seperti ini yang digunakan oleh ninja", meskipun diyakini bahwa mereka didasarkan pada desain jenis pedang wakizashi atau chokutō. Dr.

Stephen Turnbull, seorang sejahrawan yang mengkhususkan diri dalam sejarah militer Jepang menunjukkan sejarah ninja: "Senjata Ninja paling penting adalah pedangnya. Ini adalah standar pedang Jepang untuk kenyamanan ninja akan memilih pedang yang lebih pendek dan lurus dari biasanya ".

Ninjato yang wujudnya cenderung lurus. Bahan besi kedua pedang tersebut juga memiliki warna berbeda. Di bagian gagang atau pegangan, pelindung tangan dari tebasan lawan yang dinamakan tsuba, juga berbeda. Tsuba pada Katana umumnya berbentuk bulat, sementara Ninjato menggunakan tsuba

(22)

Pedang para Ninja itu merupakan modifikasi dari Katana. Bahan pedang dipungut dari sisa perang kaum Samurai. Kemudian dipotong lebih pendek dan disesuaikan dengan keperluan para Ninja agar mudah dibawa.

Ninjato cenderung lebih pendek dan lurus pada bilahnya. Hal ini memungkinkan para ninja atau shinobi bergerak secara bebas dan cepat dalam memakai Ninjato. Panjang Ninjato sekitar 60-73cm (23.6-28.7 inci).

3.2 Cara Pembuatan Ninjato

Pembuatan pedang para samurai dan ninja Jepang memerlukan proses yang sangat teliti dengan tingkat ketepatan yang sangat tinggi. Mulai dari proses pemilihan jenis bahannya hingga proses pembuatan yang dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Bahan Ninjato yang terbaik adalah jenis Tamahagane yang dipilih dari bijih besi dengan proses yang sangat teliti.

Tamahagane berarti "jewel steel" (tama berarti bola atau permata, hagane berarti baja) permata baja. Satu bilah katana dengan kualitas tinggi dikerjakan dalam kurun waktu tidak kurang dari 3 bulan, bisa mencapai 6 bulan, bahkan lebih.

Pedang tradisional jepang dibuat hanya dari baja murni, yang dinamakan oleh orang Jepang dengan istilah Tamahagane, yakni baja bernilai tinggi. Selama 3 hari 3 malam, dengan teknik tradisional, para pandai besi memindahkan sekitar 25 ton pasir sungai yang mengandung bijih besi dan memasukkan arang ke dalam tatara, yakni sejenis tungku peleburan persegi dari tanah liat yang khusus dibuat untuk menghasilkan Tamahagane. Kandungan karbon pada arang pembakaran menjadi bahan kunci pembuatan baja. Suhu tatara bisa mencapai lebih dari

(23)

2500°F dan panasnya mengubah bijih besi menjadi baja dan menghasilkan Tamahagane kurang lebih seberat 2 ton. Proses ini disebut proses peleburan baja.

Proses selanjutnya adalah pelarutan karbon. Pada tahap ini, selama dipanaskan pada suhu tinggi, tamahagane tidak boleh mencapai bentuk cair, agar jumlah karbon yang bereaksi dengan baja kadarnya tepat dan persentase karbon pada tamahagane akan bervariasi, yakni antara 0,5 hingga 1,5%. Para ahli pembuat pedang menggunakan 2 jenis Tamahagane, yang pertama dengan tingkat karbon yang tinggi, sangat keras, dan memungkinkan dibuat mata pedang setajam silet, sementara yang kedua, dengan tingkat karbon yang rendah, sangat kuat, baik untuk meredam guncangan. Pedang yang hanya menggunakan salah satu jenisnya saja, maka pedang akan mudah tumpul atau mudah patah. Pada malam ketiga proses pembakaran di tungku, para ahli tatara memecahkan tungku tanah liat tersebut untuk mengeluarkan Tamahagane, dan dengan mudah mereka melihat kadar karbon baja itu dari pecahan-pecahan baja yang baru jadi.

Setelah itu, potongan-potongan Tamahagane terbaik selanjutnya dikirim ke para ahli pembuat pedang, yang akan memanaskan, menempa, dan melipat baja berkali-kali untuk mencampurkan besi dan karbon dan juga menghilangkan kotoran yang berupa ampas bijih besi. Tahap ini selain sangat penting juga memakan waktu lama, karena jika ada unsur selain besi dan karbon yang tersisa didalamnya, akibatnya pedang menjadi tidak kuat. Saat para ahli pembuat pedang selesai menghilangkan semua ampas, maka bisa menilai konsentrasi karbon di dalam Tamahagane melalui kekuatan Tamahagane itu pada saat ditempa berulang-ulang. Seorang ahli mengibaratkan penghilangan ampas dari baja ini

(24)

seperti memeras air dari sponge yang sangat keras. Proses ini dikenal dengan tahap pemurnian.

Setelah ahli pembuat pedang menghilangkan semua ampas dengan menempa Tamahagane berkali-kali, selanjutnya ia mulai melakukan proses penempaan baja menjadi pedang dengan cara memanaskan baja yang keras dan mengandung banyak karbon tersebut lalu membentuknya menjadi potongan panjang dengan celah panjang di tengahnya. Lalu sang ahli tersebut menempa baja lainnya yang kuat dan dengan kadar karbon rendah yang ia bentuk agar bisa pas dimasukkan ke dalam celah baja yang satunya, dan ia tempa kedua baja yang sudah disatukan tadi. Dua jenis Tamahagane kini ada di tempatnya, baja keras menjadi bagian luar dan mata pedang mematikan, sementara baja kuat menjadi bagian inti di dalam.

Setelah pedang terbentuk, maka para ahli pembuat pedang melakukan proses pelapisan pedang. Meskipun bilah utama telah selesai, namun pekerjaan ahli pembuat pedang masih jauh dari selesai. Masih perlu melapisi bilah pedang bagian atas dan bagian yang tumpul dengan lapisan tebal dari campuran tanah lempung dan bubuk arang, sementara mata pedang yang tajam hanya dilapisi tipis saja, untuk selanjutnya pedang dipanaskan untuk terakhir kali. Ini untuk melindungi bilah pedang, sekaligus menandai pedang dengan design bergelombang yang dinamai Hamon, yang akan muncul lebih jelas saat proses penggosokan.

Selanjutnya, yang menjadi tahap akhir dari proses pembuatan ninjato adalah sentuhan akhir dari para pekerja. Para pekerja menambahkan penanda besi

(25)

atau jenis logam lain pada pegangan pedang. Lalu, tukang kayu membungkus senjata itu dengan sarung pedang kayu yang dipernis dan dihias dengan beragam ornament oleh para seniman yang terbuat dari emas atau kulit eksotis dan bebatuan. Pegangan katana adalah karya seni seperti bilah pedangnya itu sendiri.

Selanjutnya, pedang tersebut dikembalikan ke ahli pembuat pedang yang akan mengecek pedang itu untuk terakhir kali. Proses ini membutuhkan waktu hampir 6 bulan dan tenaga 15 orang untuk membuat satu buah pedang.

Beberapa pengrajin pedang yang terkenal seperti Amakuni, Akitsugu Amata, Hikoshiro Sadamune, Kanenobu, Kenzō Kotani, Masamune, Muramasa, Nagasone Kotetsu, Okubo Kazuhira, Shintōgo Kunimitsu, dan Masamine Sumitani.

3.3 Penggunaan Ninjato

Senjata terpenting bagi seorang ninja adalah pedangnya, yaitu pedang tempur standar jepang atau Ninjato, yang terkenal akan kekuatan dan ketajamannya. Ninjato juga dirancang tegak lurus, sehingga dapat digunakan baik sebagai pedang maupun sebagai perisai pada saat seorang ninja menangkis serangan lawan kemudian melancarkan pukulan yang mematikan. Faktor ini tentu sangat penting bagi ninja yang bersenjata ringan. Baik panjang maupun pendek.

Baik panjang maupun lengkungan bilah pedang berbeda-beda, dan demi kemudahan seorang ninja akan memilih bilah yang lebih pendek dan lebih lurus daripada umum. Agar tidak menghalangi saat memanjat, ninjato tidak diselipkan pada tali pengikat pinggang, seperti lazimnya yang dilakukan oleh samurai ketika tidak mengenakan baju tempur, melainkan dibawa di punggung dengan mata

(26)

pedang menghadap ke atas dan gagang di dekat telinga kiri.Ada satu cara membawa ninjato yang perlu diketahui. Cara ini berkembang dari tehnik ninja dalam menyelidiki tempat gelap yang mungkin menyimpan bahaya, seperti lorong-lorong benteng. Sang ninja akan menahan sarung pedang pada ujung ninjato sambil menggigit tali pengikat sarung ninjato keras-keras. Dengan demikian jangkauan sang ninja bertambah sekitar enam kaki. Jika sarung pedang mengenai musuh, sang ninja tinggal membiarkannya jatuh dan menerjang tepat kearah lawannya berdiri.

Ninjato juga digunakan untuk memanjat tembok, karena tsuba (pelindung tangan) berbahan besiyang kuat dapat dijadikan pijakan jika pedang disandarkan dengan tembok. Sang ninja akan melilitkan tali pengikat pedang pada kakinya, sehingga ia dapat menarik pedangnya ke atas setelah berhasil memanjat. Seorang pendekar pedang harus terlebih dahulu memposisikan dirinya berhadapan langsung dengan lawannya pedang. Dia bisa menempatkan pedangnya tinggi- tinggi di hadapannya atau di sisinya. Satu-satunya hal yang penting adalah bahwa ia harus terlihat tidak terlindungi, memprovokasi dirinya, lawan menjadi serangan konvensional. Ini melibatkan perhitungan dengan tepat jarak penting.

(27)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Sesuai namanya, pedang Ninjato ialah pedangnya para ninja. Ninjato ( 忍 者刀 ), juga disebut sebagai ninjaken ( 忍者剣 ), adalah nama untuk pedang ninja Jepang digambarkan di dalam film,dan dalam banyak buku yang ditulis oleh praktisi ninjutsu modern termaksud Masaaki Hatsumi dan Stephen K. Hayes.

Sejarah Ninjato ternyata berasal dari Katana. Pedang para Ninja itu merupakan modifikasi dari Katana.

Pembuatan pedang para samurai dan ninja Jepang, memerlukan proses yang sangat teliti dengan tingkat ketepatan yang sangat tinggi. Bahan Ninjato yang terbaik adalah jenis Tamahagane yang dipilih dari bijih besi dengan proses yang sangat teliti. Tamahagane berarti (tama berarti bola atau permata, hagane berarti baja) permata baja.

(28)

Tahapan yang harus dilalui selama pembuatan satu buah bilah Ninjato diawali tahap meleburkan baja. Selanjutnya diikuti dengan pelarutan karbon dan dilanjutkan dengan proses pemurnian yakni menghilangkan kotoran berupa ampas biji besi. Setelah melalui proses tersebut, para ahli menempa baja untuk dibentuk menjadi sebuah pedang. Setelah pedang terbentuk, maka proses selanjutnya adalah pelapisan pedang. Kemudian yang menjadi tahap akhir adalah sentuhan akhir dari para pembuat pedang berupa sarung pedang kayu yang dipernis dan dihias dengan beragam ornament.

Ninjato terkenal akan kekuatan dan ketajamannya. Ninjato juga dirancang tegak lurus, sehingga dapat digunakan baik sebagai pedang maupun sebagai perisai pada saat seorang ninja menangkis serangan lawan kemudian melancarkan pukulan yang mematikan. Ninjato juga digunakan untuk memanjat tembok, karena tsuba (pelindung tangan) berbahan besi yang kuat dapat dijadikan pijakan jika pedang disandarkan dengan tembok.

4.2 Saran

Dengan membaca kertas karya ini penulis berharap semoga pembaca dapat berfikir tepat dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah. Kertas karya ini mengajak pembaca untuk mengenal dan mempelajari tentang sejarah, pembuatan dan penggunaan dari ninjato itu sendiri yang merupakan senjata Khas Ninja.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Turnbull,Stephen (2011) “Katana: The Samurai Sword”. [Online]. Tersedia:

https://books.google.co.id/ yang direkam pada 1 Januari 2017 [3 Agustus 2017]

https://id.wikipedia.org/wiki/Katana

http://www.katanapedang.com/blog/sejarah-pedang-katana-samurai

http://wowasiknya.com/jenis-pedang-samurai/

https://id.wikipedia.org/wiki/Ninja

https://id.wikipedia.org/wiki/Ninjat%C5%8D

(30)

LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2

Ninjato Ninja saat memegang Ninjato

Gambar 3 Gambar 4

Perbedaan bentuk katana dan ninjato Samurai melawan Ninja

(31)

ABSTRAK

Jepang merupakan negara yang memberikan penghormatan yang besar terhadap pedang. Berbeda dengan negara-negara yang ada di dunia, hingga kini dalam masyarakat Jepang tetap menjadi barang yang dihargai.

Ninjato ( 忍者刀 ), juga disebut sebagai ninjaken ( 忍者剣 ), adalah nama untuk pedang ninja. Pedang para Ninja itu merupakan modifikasi dari Katana.

Bahan pedang dipungut dari sisa perang kaum Samurai.

Katana adalah pedang panjang Jepang walaupun di Jepang sendiri ini merujuk pada semua jenis pedang. Katana merujuk kepada pedang satu mata, melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai Jepang.

Ada banyak jenis katana, seperti nagamaki, nodachi, ninjato, tachi, wakizashi, kodachi, hachiwara, naginata, bokken, shinai, yari. Jenis katana yang bermacam-macam tersebut pun memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda.

Ninjato merupakan pedang para ninja. Ninjato banyak digunakan oleh para ninja karena ringkas dan ringan sehingga mudah untuk dimasukan kedalam baju.

Perbedaan mendasar antara katana dan ninjato terletak pada bentuk saja. Katana dibuat melengkung sedangkan ninjato dibuat lurus.

Pembuatan pedang para samurai dan ninja Jepang, memerlukan proses yang sangat teliti dengan tingkat ketepatan yang sangat tinggi. Bahan Ninjato yang terbaik adalah jenis Tamahagane yang dipilih dari bijih besi dengan proses yang sangat teliti. Tamahagane berarti (tama berarti bola atau permata, hagane berarti baja) permata baja.

Ninjato terkenal akan kekuatan dan ketajamannya. Ninjato juga dirancang

(32)

perisai pada saat seorang ninja menangkis serangan lawan kemudian melancarkan pukulan yang mematikan.

Ninjato juga dirancang tegak lurus, sehingga dapat digunakan baik sebagai pedang maupun sebagai perisai pada saat seorang ninja menangkis serangan lawan kemudian melancarkan pukulan yang mematikan. Agar tidak menghalangi saat memanjat, ninjato tidak diselipkan ditali pinggang, melainkan dipunggung dengan mata pedang menghadap keatas dan gagang di dekat telinga kiri.

(33)

tu-

!,,! t4

hl

L*.

I

til

l?l

!l itsi

f lul --t lL)

l'zi Lql

i

'-l

iBi f--..1

r+l

la r

r; a

t

b_

6

i7j it

lre r

I

tal i,l

LB] tl

IF l:t

Ir tli

I

EI

Lrl tz"l

E ll+

i

ffi l+i

I E.i

ll

I

irl

Lqi E]

rl

Tt

f'

i_

I

1-

(34)

It LLI

I

I crl

,+i i_t

_l

1Li i_t

L! Loi

tzl Llt

|;l

,Gil

Bi lt

ffi

I

$rr

r-l r

L]

fla

[;

r-l

td tr1 -:1 lzl

BJ

lh' l-

i"l

k:-

| ,-,:l

H lal

41

x,l

(35)
(36)

f

L,

$

;

a

x.t :1

E

H

H

t_il

H lfl H

td E

1"4

Ir ra t-] i;1

€l

ir,l

Ld_l

i.l

B]

ifl

Irl E

u l$81

tsi L!

in-rl

ial

l6Er

FJ

tli

l7l E{

_l-:-_l

,rl I +, ct

Jrt lrAi

r;-1

Ll.l

I r-i

L)

Irl L'.1

IE

&t+

(37)

I 'tJ

hi Itm

I

Ir i

le:

ii ir-

l---l

ll E E

r

E rr

Ir:il flr

tel

i

jr ii

i{i trii

l,,ii

,mi

Gambar

Gambar 3  Gambar 4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji daya hambat ekstrak daun kedondong hutan (Spondias pinnata) memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan jamur

Pengujian Minyak Goreng Pada Alat Secara Keseluruhan..

Batasan masalahnya, agar penelitian ini lebih terarah pada sasaran yang diinginkan dengan benar dan tepat maka penulis memfokuskan pada sewa menyewa lahan pinggir sungai

Variable LEARNABILITY berjumlah 64 orang atau 61% yang memilih sangat setuju, 22 orang atau 28% yang memilih setuju, dan 9 orang atau 11% yang memilih cukup

Setelah menemukan ikigai maka hal yang harus dilakukan adalah menerapkan faktor-faktor pendukung ikigai dikehidupan sehari-hari dengan cara pertama keselarasan dan

Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya karya tulis ilmiah yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Diploma dari Program Studi D-III Farmasi Fakultas

KATA MAJEMUK DALAM BAHASA MELAYU LABUHAN BILIK KAJIAN MORFOLOGI SKRIPSI DIKERJAKAN OLEH ASMIDAR NASUTION NIM 140702007 PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK BUNRAKU KOUEN TO WAYAN GOREKKU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H DINDA ALDILLA NAMIRA NIM 172203022 PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG