• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PASAR MODAL DI INDONESIA DAN PORTOFOLIO

Dalam dokumen VALUASI ASET ANALISIS SAHAM MODEL PENILA (Halaman 53-58)

Sejarah Awal Pasar Modal

Pasar modal menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di bursa efek berkembang sangat pesat. Banyak perusahaan antri untk dapat masuk bursa. Parainvestor domestic juga ramai-ramai ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989 tercatat ada 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya perusahaan yang mencari dana melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun berbondong-bondong untuk menjadi investor. Perkembangan ini berlanjut dengan swasatanisasi bursa, yakni berdirinya PT. Bursa Efek Surabaya, serta pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri Bursa Efek Jakarta yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana bursa.

Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Vereneging Voor dan Effectenhandel pada tahun 1989. transaksi efek telah berlangsung sejak tahun 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun 1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan komunitas dan sekuritas, yaitu Dunlop & Koff, cikal bakal PT Perdanas.

Tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappid Goalpara di Batavia mengeluarkan prospectus Penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden persaham. Empat tahun berikutnya (1896), harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan prospectus penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga pedana 100 gulden per saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham tersebut diperjualbeliakn. Menurut perkiraan, yang diperjualbelikan adalah saham yang

listing di bursa Amsterdam tetapi investornya berada

di Batavia, Surabaya dan Semarang. Dapat diaktakan bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal Indonesia. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia

(Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de

Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan.

Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.

Sedangkan Efek yang diperjual-belikan adalah saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan- perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa.

Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster.

Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.

Periode Permulaan Sejarah Pasar Modal

Sekitar awal abad ke-19 pemerintah colonial mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari pengghasilan penduduk pribumi.

Periode menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang DuniaII (PD II). Keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu. Kemudian pada 10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya baru pada tanggal 31 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali. Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek ) yang beranggotakan bank Negara, bank swasta dan para pialang efek dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Pada tanggal 26 September 1952 dikeluarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 sebagaiUndang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.

Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini mempunyai cirri khas yakni diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas . Amanat yang diberikan dalam UU Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi kejahatan di pasar modal.

Kebijaksanaan Sektor Pasar Modal

Baru pada Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi terhadap modal asing. Pemerintah lebih terbuka terhadap modal luar negeri guna pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim menyatakan bahwa benih dari PM di Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran. Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan Kep- Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral.Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan intensitas untuk membentuk kembali PU dan PM. Selain sebagai pembantu menteri keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa efek.

Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama, pada tanggal 10 Agustus 1977 mengeluarkan keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang pendirian Pasar Modal, membentuk Badan Pembina Pasar Modal. Yang kedua ialah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1976 tentang penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama yang melakukan go public dengan penyertaan modal Negara Republik Indonesia sebanyak Rp. 50 Miliar. Yang ketiga adalah memberikan keringanan perpajakan kepada perusahaan yang go public dan kepadapembeli saham atau bukti penyertaan modal.

Perkembangan Pasar Modal

Perkembangan pasar modal selama 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang dicatat dalam saham BEJ.

Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal 1987, gairah di pasar modal kembali meningkat. Deregulasi yang pada intinya adalah melakukan penyederhanaan dan merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket yakni Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.

Paket kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dengan Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari total emisi. Kebijakan ini juga mengahpus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa parallel. Sebagi pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.

Kemudian Paket Kebijakssanaan Oktober 1988 atau disingkat Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3L (Legal,

Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito.Pengenaan pajak ini

berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.

Yang ketiga adalah paket kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan investor yang berada di laur Jakarta.

Akibat Investor Terhadap Pasar Modal

Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa kepercayaan investor terhadap keberadaaan pasar modal Indonesia.hal ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang ini dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan

pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang penyelenggara Kegiatan di Bidang Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintahb No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.

Pada tanggal 22 Mei 1995, mulai diberlakukan system JATS (Jakarta Automatic Trading System). Suatu system perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-match-kan antara harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan menggunakan “papan tulis” sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat (bukti fisik kepemilikan saham). Lalu dengan seiring kemajuan teknologi, bursa kini menggunakan system Remote Trading, yaitu system perdagangan jarak jauh.

Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki bursa efek : BES dan BEJ. Pada tahun 2007 terjadipenggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan pada tanggal 2 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT

Bursa Efek Indonesia yaitu JATS-NextG.

SEJARAH LAHIRNYA TEORI PORTOFOLIO

Teori Portofolio (portfolio) lahir dari seseorang yang bernama Henry Markowitz. Dasar pemikiran dibentuknya portofolio seperti yang dikatakan Markowitz

yaitu: “do not put all eggs in one basket” (janganlah menaruh semua telur ke dalam

satu keranjang), karena jika keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Begitu pula dengan investasi yang dilakukan, jangan menanamkan seluruh dana dalam satu bentuk investasi, karena ketika investasi tersebut gagal, maka seluruh dana yang tertanam kemungkinan tidak akan kembali. Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Markowitz (yang di kalangan ahli

manajemen keuangan disebut sebagai the father of modern portfolio theory) ini telah

mengajarkan konsep diversifikasi portofolio secara kuantitatif.

Charnley (1965 : 22.30) mengungkapkan kunci standardisasi bahasa penulisan yang memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian. Hal-hal ini

merupakan tolok ukur dari Capital Asset Pricing Model yang dibangun dengan

menggunakan pendekatan. Pertama, kita menganggap semacam memaksimalkan perilaku investor dalam pasar; maka dengan menyelidiki kondisi kesetimbangan dimana pasar tersebut akan terlihat jelas.

Sejak Markowitz telah memberikan model dalam memaksimalkan perilaku yang diperlukan, maka tidak mengherankan bahwa Sharpe tidak sendirian dalam mengeksplorasi implikasi untuk keseimbangan pasar,. Beberapa tahun 1963 Sharpe menerima makalah yang tidak dipublikasikan dari Jack Treynor berisi kesimpulan agak mirip. Pada tahun 1965, John Lintner menerbitkan makalah penting dengan hasil yang sangat mirip,. Kemudian Jan Mossin menerbitkan sebuah versi yang

C. TEORI PORTOFOLIO MODERN

Tahun 1952 merupakan tahun yang sangat bermakna untuk para investor. Pada

tahun tersebut, lahir pemikiran yang dipandang sebagai revolusi perilaku investor. Perilaku rasional dalam berinvestasi yang dikemukakan oleh Harry Markowitz[5].

Asas pendekatan Markowitz memakai variable keuntungan sebagai proyeksi

risiko investasi. Sepertisaham X diharapkan menghasilkan 12% plus minus 4%,

dan saham Y memberikan harapan 12% plus minus 6%. Maka, saham X dianggap lebih berisiko dibandingkan saham Y pada profit yang sama sebesar 12%. Dengan demikian, saham X menjadi pilihan terbaik investor. Risiko dibentuk Markowitz berbasis varians. Pembentukan portfolio pun terjadi jika risiko investor telah ditetapkan. Portfolio tersebut, ada beralaskan empat kenyataan.

1. Pertama, keuntungan yang diharapkan dan risiko merupakan ciri relevan portfolio investasi.

2. Kedua, investor yang rasional akan memilih portfolio efisien.

3. Ketiga, secara teoritis terdapat peluang memperoleh portfolio yang berkesan dengan menganalisis setiap sekuritas berbasis profit harapan, varians profit, dan koefisien korelasi antar profit tiap sekuritas dalam portfolio.

4. Keempat adalah dapat dikembangkannya program komputer yang saat ini memang ada untuk menunjukan eficient frontier.

Portfolio Markowitz dalam keberadaannya mempunyai kelemahan yang mencakup: keperluan input data yang banyak, menggunakan data lampau, tidak menyatakan jangka waktu berlaku perhitungan dibuat, dan perhatian seksama tidak begitu saintifik dari karena masih mempergunakan pengalaman seorang manajer portfolio.

Teori portofolio modern (MPT) adalah formulasi matematika dari konsep diversifikasi dalam berinvestasi, dengan tujuan memilih koleksi aset investasi yang telah menurunkan resiko aset kolektif daripada individu. Bahwa ini mungkin dapat dilihat secara intuitif karena berbagai jenis aset sering perubahan nilai dengan cara yang berlawanan..Misalnya, ketika harga di pasar saham jatuh, harga di pasar obligasi sering meningkatkan, dan sebaliknya. Kumpulan kedua jenis aset sehingga dapat memiliki risiko secara keseluruhan lebih rendah daripada secara individu. Tetapi diversifikasi menurunkan resiko bahkan jika kembali aset tidak berkorelasi negatif-sungguh, bahkan jika mereka berkorelasi positif.

Lebih teknis yang terlihat pada gambar 1, teori portofolio modern, model aset kita kembali sebagai terdistribusi secara normal (atau lebih umum sebagai eliptik

didistribusikan variabel acak ), mendefinisikan risiko sebagai standar deviasi return,

dan model portofolio sebagai kombinasi tertimbang aktiva, supaya pengembalian portofolio adalah kombinasi tertimbang mengembalikan aset. Dengan menggabungkan aset pengembalian yang berbeda yang tidak sempurna positif berkorelasi , MPT berusaha untuk mengurangi total varians dari return portofolio. MPT juga mengasumsikan bahwa investor rasional dan pasar yang efisien .

MPT yang dikembangkan pada tahun 1950 melalui awal 1970-an dan dianggap sebagai kemajuan penting dalam pemodelan matematika keuangan. Sejak itu, praktis banyak teoritis dan kritik telah dilontarkan terhadap itu. Ini termasuk fakta bahwa pengembalian keuangan tidak mengikuti distribusi Gaussian atau bahkan setiap distribusi simetris, dan bahwa korelasi antara kelas aktiva tidak tetap tetapi dapat bervariasi tergantung pada peristiwa eksternal (terutama dalam krisis).

Dalam dokumen VALUASI ASET ANALISIS SAHAM MODEL PENILA (Halaman 53-58)

Dokumen terkait